Anda di halaman 1dari 10

Konsep Situs Islam Menurut Peraturan Internasional

Diajukan untuk mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Oleh Kelompok 1:

Fachri Syauqii

Siti Maryam
Muhammad Fahmi
Nurhafifah Siregar

Dosen Pembimbing

DR. Muhammad Faisal, M. US

SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UIN SUMATERA UTARA
MEDAN
T. A. 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Situs sejarah memiliki definisinya sendiri dari menurut beberapa ahli, mengutip dari
Willian Haviland, situs sejarah merupakan tempat ditemukannya peninggalan-peninggalan
arkeologi pada zaman pra-aksara atau pun aksara yang ditetapkan melalui survey terlebih
dahulu. Pengertiannya secara umum, situs sejarah merupakan tempat atau lokasi yang
memiliki nilai sejarah, militer, budaya, dan sosial. Dimana lokasi tersebut ditemukan
beberapa benda-benda atau artefak dari penggalian yang nantinya bisa diteliti oleh para
arkeolog.

Budaya memiliki arti yang sangat luas. Ia tidak hanya sekedar peninggalan benda-
benda (tangible cultural heritage), melainkan juga berupa situs, bangunan dan monumen
serta warisan budaya tak benda, seperti tradisi lisan, seni pertunjukan, perayaan-perayaan,
dan kemahiran kerajinan tradisional (intangible cultural heritage). Oleh karena itu, hal
tersebut harus dijaga, dilindungi, dan dilestarikan keberadaannya untuk menjaga identitas dan
sebagai memori kolektif bangsa.

Sementara ada beberapa definisi budaya menurut beberapa ahli, salah satunya adalah
Koentjaraningrat, kebudayaan memiliki tiga unsur, yaitu ide atau gagasan, nilai-nilai atau
norma-norma peraturan dari masyarakat serta hasil karya manusia. Koentjaraningrat
membagi tujuh unsur kebudayaan secara universal, diantaranya sistem religi, kemasyarakatan
atau organisasi sosial, pengetahuan, bahasa, kesenian, ekonomi, teknologi. Berbeda halnya
menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, kebudayaan merupakan sebuah hasil
karya, rasa dan cipta manusia. Karya yang dihasilkan oleh masyarakat akan menjadi
teknologi, kebudayaan kebendaan dan kebudayaan jasmaniah yang nantinya akan diperlukan
manusia agar bisa menguasai alam.

Pemerintah menyusun beberapa undang-undang mengenai penjagaan, perlindungan,


dan pelestarian cagar budaya Dalam UU No. 11 tahun 2010. Pemerintah memberikan
penjelasan secara menyeluruh mengenai konsep cagar budaya. Lewat perumusan undang-
undang tersebut, pemerintah mencoba untuk memanfaatkan barang-barang atau situs-situs
peninggalan bersejarah. Menurut UU No. 11 tahun 2010, Definisi cagar budaya adalah
warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,
struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya. Baik itu di darat
dan/atau di air yang harus dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan.

UU No. 11 tahun 2010 merupakan undang-undang cagar budaya yang telah


diperbarui dari undang-undang sebelumnya, yaitu UU No 5 tahun 1992. Perubahan ini
didasari karena undang-undang sebelumnya sudah tidak relevan dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Selain itu, perubahan undang-undang cagar budaya dilihat dari berbagai
aspek yang memunculkan bangunan, struktur, situs, dan kawasan yang sebelumnya tidak
dijelaskan secara terperinci.

Untuk ruang lingkup pembahasan cagar budaya dari lembaga Internasional, bernama
UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) yang dinaungi
oleh PBB. Dalam hal ini, lembaga tersebut juga melakukan upaya perlindungan dan
pelestarian benda dan situs cagar budaya yang termasuk warisan dunia. Ada beberapa situs di
Indonesia yang sudah mendapatkan pengakuan warisan dunia dari lembaga ini, seperti Candi
Borobudur, Candi Prambanan, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional. Sedangkan untuk
warisan situs Islam, UNESCO menempatkan Masjidil Aqsa sebagai tempat suci, tidak
hannya bagi umat Islam, tetapi juga bagi umat Kristiani dan Yahudi.

Dalam hukum internasional mengenai konsep situs sejarah, telah dibuat penetapan
oleh Komite Warisan Dunia (World Heritage Comittee). Diantaranya benda (monuments)
yang berupa arsitektur, karya patung, lukisan monumental, benda purbakala, prasasti.
Kemudian, gugusan bangunan yang terdiri dari sekelompok bangunan baik yang terpisah atau
saling berhubungan dengan situs. Terakhir, situs yang merupakan hasil karya manusia atau
kombinasi antara hasil alam dan karya manusia serta kawasan, semisal situs purbakala.
Kesemuanya harus memiliki nilai universal berupa sejarah, kesenian, dan ilmu pengetahuan.

Di Indonesia memiliki banyak peninggalan situs-situs bersejarah yang sudah diakui


oleh UNESCO. Tetapi, situs sejarah yang diakui hanya tempat peribadatan umat Buddha,
bahkan belum ada situs sejarah Islam di Indonesia yang diakui oleh lembaga ini. Padahal
Islam merupakan agama yang penyebarannya sangat masif sehingga menjadi agama terbesar
dan masyoritas di Indonesia. Bahkan banyak situs-situs Islam di Indonesia juga sangat
banyak di berbagai daerah, seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan sebagainya.

Khususnya di daerah Sumatera Utara banyak memiliki peninggalan-peninggalan situs


sejarah Islam, contohnya saja masjid Azizi di Tanjung Pura, Langkat, Istana Maimun yang
termasuk bagian Kesultanan Melayu Deli, Istana Niat Lima Laras, masjid-masjid peninggalan
Kesultanan Serdang, dan sebagainya. Kesemua situs bersejarah ini merupakan identitas jati
diri bagi bangsa. Maka dari itu, perlu adanya perlindungan dan pelestarian yang telah
termaktub dalam UU no. 11 tahun 2010. Sedangkan dalam konsep UNESCO mengenai
bangunan tentunya situs-situs tersebut mempunyai nilai universal, baik itu sejarah, kesenian,
dan ilmu pengetahuan.

Mengambil data dari Direktorat Pelesarian Cagar Budaya dan Permuseuman tahun
2013, diketahui bahwa jumlah cagar budaya yang ada di Indonesia sekitar 66.153 cagar
budaya, terdiri dari 54.398 cagar budaya yang bergerak dan 12.115 cagar budaya yang tidak
bergerak. Adapun yang sudah dipelihara sebanyak 1.895 cagar budaya dengan juru
pemeliharanya berjumlah 2.988. Kemudian, telah dilakukan pemugaran terhadap cagar
budaya berjumlah 643 dan 983 cagar budaya yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan.
BAB II
Pembahasan
Situs adalah lokasi suatu kejadian, struktur, objek, atau hal lain, baik aktual, virtual,
lampau, atau direncanakan. Selain itu Situs dapat mengacu pada beberapa hal berikut:

 Situs arkeologi
 Situs bangunan
 Situs web
Situs bersejarah atau Situs warisan merupakan sebuah lokasi resmi di mana
bagian sejarah, militer, budaya, atau sosial dilestarikan karena nilai warisan budaya tersebut.
Situs bersejarah biasanya dilindungi oleh hukum, dan banyak yang telah diakui dengan status
resmi situs bersejarah nasional. Situs bersejarah dapat berupa bangunan, lanskap, situs atau
struktur apapun yang memiliki makna lokal, regional atau nasional.

Situs bersejarah dan situs warisan sering dipelihara untuk anggota masyarakat agar
dapat dikunjungi. Pengunjung dapat bernostalgia ke masa lalu, karena ingin belajar
tentang warisan budaya mereka, atau minat umum untuk belajar tentang konteks situs
bersejarah. Banyak situs menawarkan tur berpemandu bagi pengunjung, yang dilakukan oleh
staf situs yang terlatih. Sebuah situs mungkin juga memiliki pusat pengunjung dengan
arsitektur dan fasilitas yang lebih modern, yang berfungsi sebagai pintu gerbang antara dunia
luar dan situs bersejarah, dan memungkinkan pengunjung untuk mempelajari beberapa aspek
bersejarah dari situs tersebut tanpa mengekspos lokasi secara berlebihan yang mungkin
memerlukan perawatan rumit.

Peninggalan Islam di Indoneisa yang diakui UNESCO sebenarnya belum ada sama
sekali. Yang ada hanya peninggalan Budaya yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya
seperti yang sudah dijelaskan dibagian Bab I tadi. Tapi walaupun demikian masih banyak
situs-situs yang berpotensi untuk menjadi warisan cagar budaya UNESCO. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dari UNESCO ini yang akan memudahkan kita untuk mendapatkan
Klaim UNESCO atas suatu situs yang berpotensi .

UNESCO World Heritage adalah sebuah program dari PBB yang berfungsi untuk
melestarikan dan menjaga situs warisan budaya dan alam yang terdapat di berbagai negara di
dunia. Menurut PBB, situs warisan budaya dan alam tersebut adalah milik masyarakat dunia,
dimanapun situs itu berada. Oleh karena itu semua masyarakat di dunia mempunyai
kewajiban untuk melindungi dan menjaga situs-situs warisan dunia tersebut agar tetap bisa
dinikmati dan diketahui sejarahnya. Dibentuknya UNESCO World Heritage ini juga bukan
tanpa alasan. Program ini dibentuk berdasarkan perjanjian internasional tentang perlindungan
terhadap budaya dunia dan warisan alam yang diadopsi UNESCO pada 1972.

Program ini tentunya juga memiliki misi-misi khusus yang bertujuan untuk:

1. Mendorong negara-negara di dunia untuk menandatangani World Heritage


Convention dan untuk memastikan perlindungan yang dilakukan negara-negara
tersebut terhadap warisan budaya dan alam yang mereka miliki
2. Mendorong negara anggota untuk membuat perencanaan dan menyiapkan laporan
tentang keadaan konservasi warisan dunia mereka
3. Mendorong negara anggota konvensi untuk mendaftarkan situs bersejarah yang ada di
wilayah nasional untuk dimasukkan ke daftar Situs Warisan Dunia
4. Membantu negara anggota dalam sisi keamanan untuk meoindungi warisan alam dan
budaya dengan memberikan pelatihan
5. Menyediakan bantuan darurat untuk warisan dunia jika suatu saat mengalami bahaya
6. Mendukung kegiatan dalam pembangunan kesadaran masyarakat di negara-negara
anggota untuk melakukan konservasi terhadap Situs Warisan Dunia
7. Mendorong masyarakat lokal untuk melestarikan warisan budaya dan alam mereka
8. Mendorong kerjasama internasional dalam konservasi dari warisan budaya dan alam
kita

Setidaknya UNESCO World Heritage Sites sudah memiliki empat tempat yang
populer yang sudah didaftarkan untuk menjadi situs warisan dunia. Taman Nasional
Serengity, Piramid di Mesir, Karang Besar di Australia, dan Baroque Katedral di Amerika
Latin. Tempat-tempat tersebut mempunyai sejarah budaya yang sangat istimewa dan wajib
untuk dilindungi dan dilestarikan.

Untuk mendaftarkan sebuah tempat atau bangunan agar dianggap World Heritage,
terdapat lima langkah yang perlu dilakukan sebelumnya.

1. Negara yang ingin mendaftarkan situs tersebut harus membuat sebuah ‘Daftar
Tentatif’ yang menjelaskan sifat-sifat situs tersebut (bagaimana perawatan dan
pengembangannya) yang sudah ditentukan untuk pembuatan prasasti dalam 5-10
tahun mendatang dan bisa diubah-ubah kapanpun. Ini merupakan langkah yang
penting mengingat Komite Warisan Dunia tidak dapat mempertimbangkan nominasi
untuk prasasti sebagai warisan dunia sampai situs tersebut masuk dalam daftar tentatif
negara anggota
2. Setelah menyiapkan Daftar Tentatif tadi, negara pemilik situs bisa memberikannya
kepada World Heritage Centre (WHC). WHC juga memberikan saran kepada negara
yang ingin menominasikan bangunannya untuk melengkapinya dengan dokumen yang
berhubungan dan peta lokasi. Ketika sudah di cek oleh WHC, dokumen-dokumen
tersebut dikirim kepada pihak yang berwenang yaitu bagian penasehat untuk
dievaluasi
3. Bagian penasehat yang terdiri dari dua badan kemudian mengevaluasi dokumen-
dokumen tersebut dan memisahkannya sebagai warisan alam atau warisan budaya
4. Setelah dievaluasi, kemudian berkas tersebut dikembalikan kepada WHC sebagai
badan yang membuat keputusan terakhir apa saja yang dimasukkan ke dalam
prasastinya. Setahun sekali, WHC bertemu untuk memutuskan situs mana saja yang
akan dimasukkan ke dalam daftar dan meminta informasi lanjutan dari negara anggota
5. Tahap terakhir berupa penyesuaian kriteria. Situs yang didaftarkan harus mempunyai
nilai bagi seluruh umat di dunia dan paling tidak memenuhi salah satu dari 10
kriteria. 

Tidak semua tempat yang Kamu anggap bersejarah bisa didaftarkan sebagai warisan
budaya ataupun alam. Tempat-tempat tersebut harus memiliki 10 kriteria berikut ini:

1. Untuk mewakili sebuah karya jenius dan kreatif dari manusia


2. Untuk menunjukkan pertukaran nilai-nilai kemanusiaan yang penting, dalam rentang
waktu dan budaya dunia, pengembangan teknologi dan arsitektur
3. Untuk menanggung budaya tradisional yang masih ada atau yang sudah tidak ada
4. Untuk menjadi contoh bangunan yang istimewa secara arsitektur, atau tekonologi
5. Menjadi contoh yang luar biasa dari tempat tinggal manusia tradisional, penggunaan
lahan, atau penggunaan laut
6. Untuk secara langsung atau nyata terkait dengan peristiwa atau tradisi yang hidup,
dengan gagasan, dengan kepercayaan, dan dengan karya seni dan sastra yang
memiliki makna universal yang luar biasa
7. Mengandung fenomena alam atau keindahan alam dan estetika yang luar biasa
8. Menjadi contoh yang luar biasa yang mewakili tahap utama sejarah bumi, termasuk
catatan kehidupan, proses geologi yang sedang berlangsung secara signifikan dalam
pengembangan bentang alam
9. Menjadi contoh yang luar biasa yang menunjukkan proses ekologis dan biologi yang
signifikan dalam evolusi dan perkembangan air segar, pesisir dan laut, dan komunitas
tumbuhan dan hewan
10. Mengandung habitat alami yang penting untuk konservasi keanekaragaman hayati,
termasuk spesies yang hampir punah dari sudut pandang konservasi.

Nah jika sudah mengetahui hal-hal apa saja yang kita harus perhatikan untuk
mendatkan klaim UNESCO atas suatu situs sejarah hal itu akan mempermudah kita. Di
Indonesia sendiri masih belom ada situs Islam yang mendapatkan klaim UNESCO. Maka
dari itu besar kemungkinan Situs Islam di Indonesia yang akan mendaptkan kliam
UNESCO.

Disumatera utara sendiri sangat banyak situs islam yang bisa kita temui dan memiliki
potensi besar untuk mendapatkan klaim UNESCO. Hal yang perlu dilakukan ialah
hendaknya pemerintah meunjuk sutau lembaga yang bertanggung jawab untuk
melaporkan mana-mana saja situs sejarah Islam yang seharusnya mendapatkan klaim
UNESCO. Contohnya saja Barus, barus memilki kisah dan peninggalan yang luarbiasa
sekali khusunya bagi Islam. Hendaknya pemerintah segera melakukan tindak lanjut untuk
Barus agar mendapatkan klaim UNESCO untuk peninggalan Situs sejarah Islam di
Indonesia khusunya Sumatera Utara.

Semoga semua potensi peninggalan situs sejarah yang di milki Sumatera Utara ini
segera mendapat kanrealisasi dari pemerintah agar bisa mendapatkan Klaim UNESCO.
Karena akan sangat banyak sekali manfaat yang kita dapatkan jika mendapatkan klaim
UNESCO.
BAB III
KESIMPULAN
Budaya merupakan salah satu hasil karya, rasa dan cipta manusia dari berbagai aspek,
seperti sistem religi, kemasyarakatan atau organisasi sosial, pengetahuan, bahasa, kesenian,
ekonomi, teknologi. Hal ini sangat mempengaruhi kepentingan manusia untuk memanfaatkan
alam yang ada di sekitarnya. Adapun benda-benda yang ditemukan ketika penggalian di situs,
kemudian diteliti dan memiliki nilai sejarah, maka benda tersebut harus dijaga dan dirawat
untuk warisan generasi di masa yang akan datang.

Maka, pemerintah merancang UU No. 11 Tahun 2010 mengenai definisi cagar budaya
itu sendiri, yaitu suatu warisan yang sifatnya kebendaan, baik itu berupa situs, bangunan,
struktur, kawasan dan tentunya memiliki nilai sejarah, pendidikan serta keagamaan. Di
Indonesia terdapat banyak situs sejarah, khususnya di daerah Sumatera Utara. Dalam hal ini
UNESCO juga menerapkan konsep mengenai situs sejarah yang memiliki nilai universal.
Situs sejarah di Indonesia yang masih diakui oleh UNESCO adalah Candi Borobudur dan
Candi Prambanan. Kita berharap situs-situs sejarah Islam di Sumatera Utara bisa mendapat
pengakuan, baik dari pemerintah daerah, nasional dan pihak internasional.
DAFTAR PUSTAKA

https://kabarlumajang.pikiran-rakyat.com/iptek/pr-42651821/9-situs-warisan-dunia-versi-unesco-di-
indonesia-salah-satunya-kompleks-percandian-borobudur?page=4

https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_bersejarah

Larosasari, L. D. (2019). Kebijakan Luar Negeri Indonesia Menyangkut Ketidakikutsertaan Dalam


Ratifikas Konvensi UNESCO 1970 Untuk Memberantas Pencurian Dan Perdagangan Gelap
Benda Cagar Budaya. Journal of International Relations , 678-685.

Nugraha, T. R. (2019). Urgensi Perlindungan Benda BerSejarah Di Indonesia Berdasarkan Hukum


Humaniter internasional. Mimbar Hukum , 384-401.

Wartha, I. B. (2016). Manfaat Penting "Benda Cagar Budaya" Sebagai Peninggalan Sejarah/Arkeologi
Untuk Kepentingan Agama, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan
(Studi Kajian Budaya). Jurnal Santiaji Pendidikan , 189-196.

Anda mungkin juga menyukai