Anda di halaman 1dari 19

PEMILIHAN KONTRASEPSI UNTUK AKSEPTOR

DENGAN HIV/AIDS

Oleh :

A.Nurl Faizah Tenri Ola

Pembimbing :

Dr. dr. Sriwijaya. Sp.OG(K)

DIVISI KELUARGA BERENCANA

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2020
LATAR BELAKANG

Selama lebih dari dua puluh tahun, infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang signifikan, dan kejadian epidemik ini terus berlanjut
dan memberikan tantangan kepada manusia. Mayoritas infeksi HIV di seluruh
(1)
dunia terjadi di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah.
Di seluruh dunia hidup dengan HIV 36, 7 juta orang , 2,1 juta orang yang
baru terinfeksi setiap tahunnya, 1,1 juta orang meninggal karena penyakit terkait
AIDS. Prevalensi pada wanita muda tetap berisiko terinfeksi HIV yang sangat
tinggi. Transmisi HIV masih tetap berlangsung hingga kini, 16.000 jiwa terinfeksi
baru setiap harinya. Jumlah ibu hamil dengan HIV pada tahun 2012 berjumlah 3
dan meningkat signifikan pada tahun 2017 menjadi 18 orang.Tingkat
pengetahuan yang rendah tentang pentingnya kontrasepsi bagi perempuan HIV
mengakibatkan mereka tidak menggunakan kontrasepsi. Pada pasangan yang
salah satunya terdiagnosa HIV umumnya pasangan ditegaskan untuk tidak
melakukan hubungan seks tanpa kondom.(2)
Badan organisasi WHO melaporkan kira-kira sekitar 90% anak yang hidup
dari ibu yang HIV tertular infeksi HIV secara perinatal selama kehamilan,
kelahiran, atau menyusisi. Pada beberapa model yang membandingkan
intervensi untuk menurunkan penularan HIV dari ibu ke anak (MTCT-Maternal to
child transmission), peningkatan penggunaan kontrasepsi ditemukan dapat
mencegah 28,6% lebih banyak kelahiran HIV positif dibandingkan dengan
penggunaan nevirapine peripartum. Kontrasepsi yang efektif memberikan
kesempatan untuk memperlambat penyebaran HIV yang didapatkan secara
perinatal, meskipun transmisi seksual dari HIV mungkin masih terjadi antara
pasangan serodiskordan. Sebagai akses untuk penggunaan metode kontrasepsi
modern dan obat antiretroviral (ARV) yang berkembang saat ini, wanita dengan
HIV masuk dalam wilayah yang sebagian besar belum dapat dipetakan potensi
dari interaksi antar obat.(3)
Keluarga berencana yang efektif dengan penggunaan kontrasepsi modern
merupakan intervensi yang penting untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan yang juga memberikan manfaat pribadi, keluarga, dan sosial.
Kontrasepsi juga merupakan strategi yang paling hemat biaya untuk mengurangi
beban transmisi HIV dari ibu ke anak kepada wanita dengan HIV yang
mengharapkan untuk mencegah kehamilan. Namun demikian tetap ada
kekhawatiran pada metode kontrasepsi tertentu, khususnya jenis kontrasepsi
suntik depotmedroxyprogesterone acetate (DMPA), dapat meningkatkan risiko
wanita tertular HIV atau menularkan ke pasangan seksualnya yang tidak
terinfeksi. Kekhawatiran ini berpotensi besar pada implikasi kesehatan
masyarakat. Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan (The Centers for
Disease Control – CDC) dan rekomendasi dari WHO menempatkan tidak
adanya pembatasan penggunaan metode kontrasepsi hormonal oleh wanita
dengan atau berisiko tinggi infeksi HIV, meskipun direkomendasikan bahwa
wanita berisiko tinggi HIV yang memilih kontrasepsi suntik progestogen-only
harus diberitahu bahwa mungkin atau bahkan mungkin tidak meningkatkan risiko
penularan HIV dan harus diperitahu pula untuk melakukan cara penularan HIV
yaitu penggunaan kondom pada pria ataupun wanita. (4)
KONTRASEPSI
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. (5,6)
Kontrasepsi yang bagus:
 Efektivitas yang tinggi
 Efek samping yang minimal
 Reversible
 Melindungi dari penyakit menular seksual
 Mudah didapatkan
 Tidak ada kontraindikasi
Tujuan kontrasepsi
 Menunda kehamilan: sampai usia 20 tahun
 Menjarangkan kehamilan:20-35
 Menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi:35 keatas
Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional (5):

Tunda Jarangkan 2-4 tahun Menghentikan


(<20 thn) (20-35 thn) (>35thn)
1) Pil 1) IUD 1) Sterilisasi
2) IUD 2) Suntik 2) IUD
3) Implant 3) Pil 3) Implant
4) Suntika 4) Implan 4) Suntik
n 5) Sterilisasi 5) pil
Jenis kontrasepsi(5):
1) Kontrasepsi alamiah
Pantang berkala, suhu tubuh basal (STB), metode ovulasi billings (MOB),
simptotermal (STB+Mukosa Servik), senggama terputus, laktasi.
2) Kontrasepsi barier mekanik
Kondom, diafragma, spermisida, AKDR
3) Kontrasepsi hormonal
Bentuk pil, suntikan, implant
4) Kontrasepsi mantap
Tubektomi, vasektomi

Efektivitas
Pemilihan kontrasepsi berdasarkan rekomendasi praktek terpilih yang
dikeluarkan oleh WHO menggolongkan kelayakan kontrasepsi untuk para
akseptor ke Kategori Kelayakan Medis (MEC) untuk penggunaan kontrasepsi. (7)
Kategori 1 : Suatu kondisi dimana tidak ada pembatasan untuk untuk
penggunaan metode kontrasepsi
Kategori 2 : Suatu kondisi dimana keuntungan menggunakan metode
umumnya lebih besar daripada risiko teoritis atau terbukti
Kategori 3 : suatu kondisi dimana risiko teoritis atau terbukti biasanya lebih
besar daripada keuntungan menggunakan metode
Kategori 4 : Suatu kondisi yang mewakili risiko kesehatan yang tidak dapat
diterima jika metode kontrasepsi digunakan

1. Kontrasepsi Alamiah(5,7)
a. Metode Amenore Laktasi
 Mekanisme : kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu
Ibu (ASI) ekskulusif untuk menekan ovulasi. Tiga syarat yang harus
dipenuhi yaitu ibu belum mengalami haid, bayi disusui secara
eksklusif dan sering, sepanjang siang dan malam, bayi berusia kurang
dari 6 bulan
 Efektivitas : risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya
secara benar. Bila dilakukan secara benar risiko kehamilan kurang
dari 1 di antara 100 ibu dalam 6 bulan setelah persalinan.
 Efek Samping : tidak ada

b. Metode Kalender
 Mekanisme : Metode kalender adalahmetode alamiah dengan
menghindari senggama pada masa subur.
 Efektivitas : Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan berkisar
antara 1 hingga 9 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
 Efek samping : tidak ada
c. Senggama terputus
 Mekanisme : Metode keluarga berencana tradisional, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi
 Efektivitas : Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan adalah 4 di
antara 100 ibu dalam 1 tahun.
 Efek samping : tidak ada

2. Kontrasepsi Mekanik(5,7)
a. Kondom
 Mekanisme : Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan
sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
 Efektivitas : Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan adalah 2
di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
 Keuntungan : Mencegah penularan penyakit menular seksual dan
konsekuesinya (misal: kanker serviks). Tidak ada efek samping
hormonal, mudah didapat, dapat digunakan sebagai metode
sementara atau cadangan (backup) sebelum menggunakan metode
lain, dapat mencegah penularan penyakit meular seksual.
 Efek Samping : Dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang
dengan alergi lateks.

b. Diafragma
 Mekanisme : Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari
lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks sehingga sperma tidak
dapat mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba
falopii).Dapat pula digunakan dengan spermisida.
 Efektivitas : Bila digunakan dengan benar bersama spermisida, risiko
kehamilan adalah 6 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
 Keuntungan : Mencegah penularan penyakit menular seksual dan
kanker serviks. Tidak ada efek samping hormonal, pemakaiannya
dikendalikan oleh perempuan, dan dapat dipasang sebelum
berhubungan seksual.
 Efek Samping : Iritasi vagina dan penis, lesi di vagina.

3. Kontrasepsi Hormonal(5,7)
a. Pil Kombinasi
 Mekanisme : Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah implantasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan
menganggu pergerakan tuba sehingga transportasi telur terganggu.
Pil ini diminum setiap hari.
 Efektivitas : Bila diguakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari
1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
 Keuntungan : Pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan, dapat
dihentikan kapannpun tanpa perlu bantuan tenaga kesehatan, dan
tidak mengganggu hubungan seksual.
 Efek Samping : Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin
pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala,
pusing, mual, nyeri payudara, perubahan berat badan, perubahaan
suasana perasaan, jerawat (dapat membaik atau memburuk, tapi
biasaya membaik), dan peningkatan tekanan darah.

b. Suntikan Kombinasi
 Mekanisme : Suntikan kombinasi menekan ovulasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi pada
endometrium sehingga implantasi terganggu, dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan.
 Efektivitas : Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang
dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun.
 Keuntungan : Tidak perlu diminum setiap hari, ibu dapat
mengguakanya tanpa diketahui siapapun, suntikan dapat dihentikan
kapan saja, baik untuk menjarangkan kehamilan.
 Efek Samping : Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin
pendek, haid tidak teratur, haid memanjang, haid jarang, atau tidak
haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara, kenaikan berat badan.

c. Suntikan Progestin(5,7)
 Mekanisme : Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan
selaput rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet
oleh tuba. Suntikan diberikan 3 bulan sekali (DMPA).
 Efektivitas : Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan kurang
dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Kesuburan tidak langsung
kembali setelah berhenti, biasanya dalam waktu beberapa bulan.
 Keuntungan : Mengurangi risiko kanker endometrium dan fibroid
uterus. Dapat mengurangi risiko penyakit radang paggul simptomatik
dan anemia defisiensi besi serta mengurangi gejala endometriosis.
Tidak perlu diminum setiap hari, tidak mengganggu hubungan
seksual, ibu dapat menggunakannya tanpa diketahui siapapun,
menghilangkan haid, dan membantu meningkatkan berat badan.
 Efek Samping : Perubahan pola haid (haid tidak teratur atau
memanjang dalam 3 bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau
tidak haid dalam 1 tahun), sakit kepala, pusing, kenaikan berat badan,
perut kembung atau tidak nyaman, perubahan suasana perasaan, dan
penurunan hasrat seksual.
d. Pil Progestin (Minipil) (5,7)
 Mekanisme : Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih
awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks
sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba
sehingga transportasi sperma terganggu. Pil diminum setiap hari.
 Efektivitas : Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan kurang
dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
 Keuntungan : Dapat diminum saat menyusui, pemakaiannya
dikendalikan oleh perempuan, dapat dihentikan kapapun tanpa perlu
bantuan tenaga kesehatan, dan tidak mengganggu hubungan seksual.
 Efek Samping : Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama pada
ibu menyusui, haid tidak teratur, haid memanjang atau sering, haid
jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing, perubahan suasana
perasaan, nyeri payudara, nyeri perut, dan mual.

e. Implan(5,7)
 Mekanisme : Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan
lendir serviks, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan
mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di bawah kulit
dan dapat bertahan higga 3-7 tahun, tergantung jenisnya.
 Efektivitas : Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara
100 ibu dalam 1 tahun.
 Keuntungan : Tidak perlu melakukan apapun lagi untuk waktu yang
lama setelah pemasangan, efektif mencegah kehamilan, dan tidak
mengganggu hubungan seksual.
 Efek Samping : Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama:
haid sedikit dan singkat, haid tidak teratur lebih dari 8 hari, haid
jarang, atau tidak haid;setelah setahun: haid sedikit dan singkat, haid
tidak teratur, dan haid jarang), sakit kepala, pusing, perubahan
suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat (dapat membaik
atau memburuk), nyeri payudara, nyeri perut, dan mual.

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim(5,7)


a. AKDR Non Hormonal
 Mekanisme : Dalam Rahim AKDR dimasukkan ke dalam uterus.
AKDR menghambat (AKDR) kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah implantasi
telur dalam uterus.
 Efektivitas : Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara
100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan lama, hingga 12
tahun.
 Keuntungan : Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan untuk
waktu yang lama, tidak ada biaya tambahan setelah pemasangan,
tidak mempengaruhi menyusui, dan dapat langsung dipasang setelah
persalinan atau keguguran.
 Efek Samping : Dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi ibu
rendah sebelum pemasangan dan AKDR menyebabkan haid yag lebih
banyak. Dapat menyebabkan penyakit radang panggul billa ibu sudah
terinfeksi klamidia atau gonorea sebelum pemasangan. Perubahan
pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid memanjang dan
banyak, haid tidak teratur, dan nyeri haid).

b. AKDR dengan Progestin


 Mekanisme : Progestin AKDR dengan progestin membuat
endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi
sehingga menganggu implantasi; mencegah terjadinya pembuahan
dengan memblok bersatunya ovum dengan sperma; mengurangi
jumlah sperma yang mencapai tuba falopii; dan menginaktifkan
sperma
 Efektivitas : Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara
100 ibu dalam 1 tahun.
 Keuntungan : Efektif mencegah kehamilan, dapat digunakan untuk
waktu yang lama, tidak ada biaya tambahan setelah pemasangan.
Mengurangi risiko anemia defisiensi besi. Dapat mengurangi risiko
penyakit radang panggul. Mengurangi nyeri haid dan gejala
endometriosis.
 Efek Samping : Perubahan pola haid (haid sedikit dan singkat, haid
tidak teratur, haid jarang, haid memanjang, atau tidak haid), jerawat,
sakit kepala, pusing, nyeri payudara, mual, kenaikan berat badan,
perubahan suasana perasaan, dan kista ovarium.

5. Kontrasepsi Mantap(5,7)
a. Tubektomi
 Mekanisme : Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
 Efektivitas : Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara
100 dalam 1 tahun.
 Keuntungan : Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat
mengurangi risiko kanker endometrium. Menghentikan kesuburan
secara permanen.
 Efek Samping : tidak ada

b. Vasektomi
 Mekanisme : Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferens sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
 Efektivitas : Bila pria dapat memeriksakan semennya segera setelah
vasektomi, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam 1
tahun.
 Keuntungan : Menghentikan kesuburan secara permanen, prosedur
bedahnya aman dan nyaman, efek samping lebih sedikit dibanding
metode-metode yang digunakan wanita, pria ikut mengambil peran,
dan meningkatkan kenikmatan serta frekuensi seks.
 Efek Samping : Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di lokasi
operasi (sangat jarang), dan hematoma (jarang). Vasektomi tidak
mempegaruhi hasrat seksual, fungsi seksual pria, ataupun
maskulinitasnya.

HIV/AIDS
Agen penyebab dari penyakit AIDS adalah retrovirus jenis RNA yang
disebut dengan Human Immunodeficiency Virus, HIV-1 dan HIV-2. Sebagian
besar kasus diseluruh dunia disebabkan oleh infeksi virus HIV-1. Transmisi
utama dari penyakit ini melalui hubungan seksual. Virus juga dapat ditularkan
melalui darah, dan ibu yang terinfeksi dapat menginfeksi janin selama kehamilan,
persalinan, dan atau menyusui. Penentu penularan yang utama adalah viral load
dari plasma HIV-1. Untuk transmisi seksual, selubung virus HIV berikatan
dengan mukosa sel dendritic. Sel sel ini kemudian menampilkan partikel virus ke
limfosit T spesifik. Limfosit ini didefinisikan secara fenotip oleh kelompok CD4
yang merupakan antigen dengan permukaan glikoprotein. (1)

Staging Klinik(8)
Stage I
- Gejala asimtomatik
- Limfadenopati persisten

Stage II
- Hilangnya berat badan secara moderat (<10% dari berat badan
sebelumnya)
- Infeksi saluran napas yang berulang (sinusitis, tonsillitis, otitis media,
faringits)
- Herpes zoster
- Kelitis angularis
- Oral ulceration
- Erupsi kulit berupa pruritus popular
- Infeksi jamur pada kuku
- Dermatitis Seboroik

Stage III
- Hilangnya berat badan >10% dari berat badan sebelumnya
- Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya dan menetap sekurang-
kurangnya 1 bulan
- Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya (kadang
intermiten atau menetap sekurangnya 1 bulan)
- Kandidiasis oral persisten
- Leukoplakia oral
- Tuberkulosis pulmonary
- Infeksi bakteri berat (contohnya : pneumonia, emfiema, piomiositis, infeksi
sendi atau tulang, meningitis, bakterimia)
- Acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis atau periodontitis
- Anemia yang tidak jelas penyebabnya (<8gr/dL), neutropenia (<0,5x10 9/l),
trombositopenia kronik (<50x109/l)

Stage IV
- HIV wasting syndrome
- Pneumositis pneumoniae
- Pneumonia bacterial berat rekuren
- Infeksi herpes simpleks kronik (orolabial, genital atau anoretal yang
dialami lebih 1 bulan)
- Kandidiasis esophageal
- TB ekstrapulmoner
- Sarkoma Kaposi
- Infeksi sitomegalovirus
- Toxoplasmosis sistem saraf pusat
- Ensefalopati HIV
- Kriptokokus ekstrapulmoner (termasuk meningitis)
- Leukoensefalopati multifocal yang bersifat progresif
- Isopsoriasis kronik
- Disseminated mycosis (extrapulmonary histoplasmosis,
coccidioidomycosis)
- Lymphoma (cerebral atau B-cell non-Hodgkin)
- Kardiomiopati atau nefropati HIV simtomatik
- Septikemia berulang(termasuk Salmonella non tifoidal)
- Karsinoma serviks invasive

REKOMENDASI KONTRASEPSI UNTUK HIV/AIDS


Pada prinsipnya setiap perempuan perlu merencanakan kehamilannya,
namun pada perempuan dengan HIV perencanaan kehamilan harus dilakukan
dengan lebih hati-hati dan matang karena adanya risiko penularan HIV kepada
bayinya. Penggunaan kontrasepsi harus segera dibicarakan dengan setiap
perempuan dengan HIV setelah diagnosisnya ditegakkan. Kelayakan medis
dalam pemilihan kontrasepsi harus ditentukan agar kontrasepsi menjadi efektif.
Oleh karena itu petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu berupa
Diagram Lingkaran Kriteria Kelayakan Medis Pengunaan Kontrasepsi WHO Edisi
2015, yang telah diadaptasi di Indonesia dalam bentuk Diagram Lingkaran dan
aplikasi Kriteria Kelayakan Medis Pengunaan Kontrasepsi WHO, 2015. (9)
Sementara kondom merupakan satu-satunya metode kontrasepsi yang
dapat mengurangi risiko infeksi menular (STI) termasuk HIV, namun metode ini
memiliki tingkat kegagalan tinggi untuk pencegahan kehamilan karena faktor
kepatuhan yang buruk.(10)
Badan WHO mengeluarkan rekomendasi bahwa semua metode
kontrasepsi hormonal dan perangkat intrauterine (IUDs) sekarang termasuk
dalam Kategori 1 kriteria kelayakan Medis untuk penggunaan kontrasepsi (MEC)
untuk wanita yang berisiko tinggi terkena HIV. Dengan demikian, wanita yang
berisiko tinggi terhadap HIV dapat menggunakan semua metode kontrasepsi
tanpa batasan.(11)
 Wanita dengan risiko tinggi infeksi HIV memenuhi syarat untuk
menggunakan semua metode kontrasepsi khusus progestogen tanpa
batasan (MEC Kategori 1), termasuk pil khusus progestogen (POP), depot
intramuskular medroxyprogesterone asetat (DMPA-IM), DMPA subkutan
(DMPA-SC), norethisterone enanthate (NET-EN) suntikan, implan
levonorgestrel (LNG), dan implan etonogestrel.
 Wanita dengan risiko tinggi infeksi HIV memenuhi syarat untuk
menggunakan IUDs berisi tembaga (Cu-IUD) dan LNG-IUD tanpa
pembatasan (MEC Kategori 1). Dalam mempertimbangkan penggunaan
IUDs, banyak wanita dengan risiko tinggi HIV juga berisiko terhadap
infeksi menular seksual (IMS); untuk wanita-wanita ini, penyedia harus
mengacu pada rekomendasi MEC tentang perempuan yang risikonya
meningkat terhadap IMS dan rekomendasi penggunaan kontrasepsi pada
penyaringan IMS sebelum penyisipan IUD
 Wanita dengan risiko tinggi infeksi HIV memenuhi syarat untuk
menggunakan semua metode kontrasepsi hormonal gabungan tanpa
pembatasan (MEC Kategori 1), termasuk gabungan kontrasepsi oral
(COC), kontrasepsi suntik gabungan (CIC), patch kontrasepsi gabungan
(P) dan gabungan cincin vagina (CVR).
Pilihan kontrasepsi berdasarkan urutan prioritas untuk ibu dengan HIV
sebaiknya sebagai berikut:
1) Kontrasepsi mantap atau sterilisasi: dengan adanya risiko penularan HIV
ke bayi, bila ibu dengan HIV sudah memiliki jumlah anak yang cukup,
dipertimbangkan kontrasepsi mantap.(9)
2) Kontrasepsi jangka panjang dapat menggunakan Diagram Lingkaran
Kriteria Kelayakan Medis WHO dalam Penggunaan Kontrasepsi (9):
a. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR): metoda ini disarankan bila
risiko IMS rendah dan pasangannya tidak berisiko IMS. Sebaiknya
pemasangan dilakukan segera setelah plasenta lahir, walaupun
tidak tertutup kemungkinan dipasang pada fase interval. Syarat-
syarat pemasangan AKDR mengikuti standar yang berlaku. Perlu
perhatian khusus bila ada keluhan efek samping, seperti nyeri dan
perdarahan.
b. Hormonal:
i. Pil KB kombinasi: aman dan efektif untuk perempuan
dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV dan obat lain
yang dapat meningkatkan enzim hati. ARV dapat
menurunkan efektivitas pil KB kombinasi.
ii. Pil progestin: direkomendasikan bagi perempuan dengan
HIV yang tidak dalam terapi obat ARV, karena ARV
menurunkan efektivitas pil progestin.
iii. Suntik progestin jangka panjang: DMPA dapat digunakan
bagi perempuan dengan HIV yang diberi ART tanpa
kehilangan efektivitas kontrasepsi. Metabolisme DMPA tidak
dipengaruhi oleh obat ARV dan tetap dapat diberikan
dengan interval 12 minggu.
iv. Implan: implan etonorgestrel adalah kontrasepsi yang amat
efektif dan aman pada perempuan dengan HIV yang tidak
dalam terapi obat ARV.
Hormon estrogen mempunyai efek menurunkan efektivitas ARV.
Progesteron mempunyai efek sedikit meningkatkan efektivitas ARV.
Namun, sebaiknya tetap diperhatikan pada pengguna polifarmasi
(misalnya perempuan HIV dengan tuberkulosis), karena semua
kontrasepsi hormonal dimetabolisme di hati, demikian juga ARV.
Penggunaan keduanya dalam jangka panjang memperberat fungsi hati. (9)
Metode perlindungan ganda mengacu pada penggunaan bentuk
kontrasepsi yang sangat efektif dikombinasikan dengan penggunaan
kondom yang konsisten, dan menawarkan peluang terbesar untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan IMS, termasuk HIV. (10)
REFERENSI

1. Jennifer L. Weinberg and Carrie L. Kovarik, M. (n.d.). The WHO Clinical


Staging System for HIV/AIDS. American Medical Association Journal of
Ethics, 12(3: 202-206.).
2. Susanti Susanti, W. W. (2018). Studi Fenomonologis Pemilihan Alat
Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur Penderita HIV/AIDS. Medisains,
16(No. 3).
3. Robinson J.A, Jamshidi R., and A. E. B. (n.d.). Contraception for the HIV-
Positive Woman: A Review of Interactions between Hormonal Contraception
and Antiretroviral Therapy. Department of Gynecology and Obstetrics, Johns
Hopkins Bayview Medical Center, 2012.
4. Research, D. of R. H. and, & World Health Organization, G. (2014).
Contraception : Issues in Adolescent Health and Development.
5. Affandi, Biran. Baharudin, M. soekir, S. BUKU PANDUAN PRAKTIS
PELAYANAN KONTRASEPSI. Edisi kedua. PT BINA PUSTAKA SARWONO
PRAWIROHARJO. Jakarta. 2004
6. BUKU SAKU, PELAYANAN KESEHATAN IBU DIFASILITAS KESEHATAN
DASAR DAN RUJUKAN, ed pertama, 2013
7. World Health Organization. (2016). Rekomendasi Praktik Terpilih pada
Penggunaan Kontrasepsi.p:20
8. World Health Organization, G. (2017). WHO clinical staging of HIV disease
in adults, adolescents and children. In WHO case definitions of HIV for
surveillance and revised clinical staging and immunological classification of
HIV-related disease in adults and children.
9. Kementerian Kesehatan. (2017). Buku Pedoman PPIA Triple Eliminasi. p:21
10. Polis, L. B. H. C. B., & Anandi N. Sheth. (2014). Contraceptive Methods and
Risk of HIV Acquisition or Femaleto-Male Transmission. Curr HIV/AIDS Rep.
Author Manuscript;, 11(4), 447–458.
11. World Health Organization. (2019). Contraceptive eligibility for women at
high risk of HIV.

Anda mungkin juga menyukai