Anda di halaman 1dari 96

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA TN. S DENGAN TUBERKULOSIS


Di ruang Penyakit Dalam Ar razi
RSI IBNUSINA BUKITTINGGI

OLEH
KELOMPOK INTERNE
1. HERMALINA,S.Kep
2. REVINA INDIKA PUTRI,S.Kep
3. RIA SARI REZKY,S.Kep

CI AKADEMIK CI KLINIK

(…………………………) (………………….….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat dan rahmat - Nya lah penulis pada Tn. S dengan TB
Paru di ruangan penyakit dalam Ar-razi RS Islam Ibnu Sina
Bukittinggi 2020”. Shalawat beriring salam diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk
dunia dan akhirat.
Penulisan seminar kasus ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan
nilai KMB Praktek Ners di RS Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi, seminar
kasus ini dapat diselesaikan berkat bantuan do’a dan dorongan berbagai
pihak baik moril maupun materil. Terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis ucapkan kepada :
1. Ibu Hj. Dr.Zulfa Mars, selaku Direktur RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi
2. Ibu Feny Ferlinda, Amd.Kep selaku Koodinator ruangan Rawat Inap
Ar-razi RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi.
3. Bpk Ns. Bambang Arianto, S.Kep selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktunya untuk mengarahkan penulisan seminar kasus
ini
4. Ibu Ns. Dian anggraini M.Kep SpKMB selaku pembimbing akademik
yang selalu menyediakan waktu mengarahkan penulisan seminar kasus
ini
5. Teman - teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan
dorongan dalam penyelesaian seminar kasus ini.

Akhir kata kepadaNya jualah kita berserah diri, semoga seminar


kasus keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
dibidang kesehatan,
Wassamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bukittinggi, 29 Juli
2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................. 4
D. Manfaat …………………………………………………………. . 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 7
A. Pengertian tuberculosis.................................................................... 7
B. Etiologi ............................................................................................ 8
C. Patofisiologi..................................................................................... 8
D. Jenis-jenis tuberculosis .................................................................... 10
E. Manifestasi klinis............................................................................. 13
F. komplikasi ....................................................................................... 13
G. pemeriksaan penunjang ................................................................... 15
H. pencegahan ...................................................................................... 16
I. penatalaksanaan.....................................................................................17
J. WOC......................................................................................................20
K. Asuhan keperawatan teoritis............................................................ 21
BAB III LAPORAN KASUS........................................................................ 45
A. Pengakajian keperawatan ................................................................ 45
B. Analisa data & diagnose keperawatan............................................. 58
C. Intervensi keperawatan ................................................................... 59
D. Catatan perkembangan .................................................................... 62
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 71
A. Pengkajian ...................................................................................... 71
B. Diagnosa keperawatan..................................................................... 72
C. Intervensi ......................................................................................... 74
D. Implementasi .................................................................................. 75
E. Evaluasi ........................................................................................... 77

ii
BAB V PENUTUP..............................................................................................78
A. Kesimpulan............................................................................................78
B. Saran......................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
EVIDANCEBASE

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberculosis ditularkan

melalui udara yaitu dengan melalui percikan dahak pada penderita

tuberculosis (Aru W, 2009). Tuberculosis paru merupakan salah satu

penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis

yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian

bawah. Tuberculosis paru hingga saat ini masih merupakan masalah

kesehatan dunia (World Health Organization, 2016).

Menurut WHO tuberculosis merupakan penyakit yang menjadi

perhatian global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang

dilakukan, insiden dan kematian akibat tuberculosis telah menurun,

namun tuberculosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan

menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan

China merupakan negara dengan penderita tuberculosis terbanyak

yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di

dunia (WHO, 2015).

1
2

Di indonesia terjadi peningkatan kasus tuberculosis pada tahun

2018 penderita tuberculosis laki – laki yaitu sebanyak 294.757 juta

(57,58%) sedangkan pada perempuan 217.116 juta (42,42%)

ditotalkan menjadi 511.873 juta. Sumatera Barat merupakan kasus

penderita tuberculosis paling banyak setelah Aceh dan Sumatera Utara

pada laki – laki yaitu sebanyak 6.779 juta (63,04%) pada perempuan

sebanyak 3.975 (36,96%) ditotalkan menjadi 10.754.

Dari data yang didapatkan di Dinas Kesehatan Kota Bukititnggi

pada tahun 2016 penyakit TB berumlah 126 kasus Jumlah tersebut

lebih banyak bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan

tahun 2015 yang sebesar 113 kasus. (Dinkes Kota Bukitinggi,

2016).

Penyakit tuberculosis ditularkan melalui udara secara langsung

oleh penderita tuberculosis kepada orang lain. Penularan penyakit

tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang

yang tertular (terinfeksi) misalnya berada dalam ruangan tidur atau

ruang tempat kerja bersama dan menggunakan perabotan makanan

bersama dengan yang penderita tuberculosis. Penyebar penyakit

tuberculosis sering tidak tahu bahwa seseorang itu menderita penyakit

tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang

dihasilkan dari batuk bisa melayang melalui udara, jika seseorang

yang sehat terhirup droplet tersebut maka akan terdampar pada

dinding sistem pernafasan. Droplet besar akan terkena pada saluran

pernapasan bagian atas, droplet kecil akan masuk kedalam alveoli


dilobus dimanapun, tidak ada prediksi lokasi terdamparnya droplet

kecil. Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk

suatu focus infeksi primer berupa tempat pembiakan basil

tuberculosis dan tubuh penderita tuberculosis akan mengalami reaksi

inflamasi. Basil tuberculosis tersebut yang masuk akan mendapat

perlawanan dari dalam tubuh, jenis perlawanan tubuh tersebut

tergantung pada pengalaman tubuh yaitu dengan pernah mengenal

basil tuberculosis ataupun belum (Djojodibroto, 2014).

Gejala tuberculosis paru yang paling umum adalah batuk produktif

yang persisten, sering disertai gejala sistemik seperti demam, keringat

malam, dan penurunan berat badan. Gejala lain yang dapat ditemukan

adalah batuk darah, sesak napas, nyeri dada, malaise, serta anoreksia.

Limfadenopati yang konsisten dengan TB paru juga dapat ditemukan,

terutama pada pasien dengan infeksi HIV. Walaupun kebanyakan

pasien dengan TB paru memiliki gejala batuk, gejala tersebut tidak

spesifik untuk tuberculosis. Batuk dapat terjadi pada infeksi saluran

napas akut, asma, serta PPOK. Walaupun begitu, batuk selama 2-3

minggu merupakan kriteria suspek TB dan digunakan pada guideline

nasional dan internasional, terutama pada daerah dengan prevalensi TB

yang sedang sampai tinggi. Pada negara dengan prevalensi TB yang

rendah, batuk kronik lebih mungkin disebabkan kondisi selain TB

dalam International Standards for Tuberculosis Care (ISTC, 2015).


Salah satu akibat dari gangguan pengobatan pasien dalam

menjalani terapi yaitu terjadi drop out atau kegagalan dalam

pengobatan. Drop out adalah terjadinya kemunduran selama masa

penyembuhan (saat penderita masih menerima pengobatan

tuberculosis) terutama kemunduran bakteriologik. Untuk mencegah

kegagalan pengobatan ini, diperlukan kerjasama yang baik dari dokter

dan para medis lainnya terutama perawat dalam asuhan keperawatan

serta motivasi pengobatan tersebut terhadap pasien, yakni dengan

adanya Pengawasan Minum Obat (PMO). Pengawasan Minum Obat

(PMO), merupakan kolaborasi petugas kesehatan dengan keluarga

yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum obat, juga

faktor yang perlu dievaluasi untuk menentukan keberhasilan

pengobatan.

B. RUMUSAN MASALAH

“Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.S dengan TB Paru di ruang penyakit


dalam Ar razi RSI Ibnusina Bukittinggi ”

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan TB Paru

di ruangan penyakit dalam Ar-razi RS Islam Ibnusina Bukittinggi 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menguasai konsep penyakit TB Paru pada Tn.S di ruangan

penyakit dalam Ar-razi RS Islam Ibnusina Bukittinggi 2020


b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan mengenai penyakit TB

Paru pada Tn.S di ruang rawatan inap Penyakit dalam RSI Ibnusina

Bukittinggi

c. Mampu melakukan analisa keperawatan penyakit TB Paru pada Tn.S

di ruang rawatan inap Penyakit dalam Ar razi RSI Ibnusina

Bukittinggi

d. Mampu menentukan diagnosa keperawatan penyakit TB Paru pada

Tn.S di ruang rawatan inap Penyakit dalam Ar razi RSI Ibnusina

Bukittinggi

e. Mampu membuat intervensi keperawatan penyakit TB Paru pada

Tn.S di ruang rawat inap penyakit dalam Ar razi RSI Ibnusina

Bukittinggi

f. Mampu melakukan implementasi kerawatan penyakit TB Paru pada

Tn.S di ruang rawat penyakit dalam Ar razi RSI Ibnusina Bukittinggi

g. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan

pada Tn.S di ruang penyakit dalam Ar razi RSI Ibnusina Bukittinggi

D. MANFAAT

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi Rumah Sakit dalam meningkatkan asuhan

keperawatan bagi pasien dengan TB Paru

2. Bagi Mahasiswa

Mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku

pendidikan sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa di lapangan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Tuberculosis Paru

Tuberculosis (TB) merupakan contoh lain infeksi saluran napas bawah.

Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis

yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu

individu ke individu lainya, dan membentuk kolonisasi di bronkioulus atau

alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui

ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang – kadang melalui

lesi kulit. Apabila bakteri tuberkulin dalam jumlah yang bermakna berhasil

menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati

saluran napas bawah, pejamu akan melakukan respons imun dan inflamasi

yang kuat. Karena respons yang hebat ini, terutama yang diperantarai sel-T

hanya sekitar 5% orang yang terpajan basil tersebut akan menderita

tuberculosis aktif. Hanya individu yang mengidap infeksi tuberculosis aktif

yang menularkan penyakit ke individu lain dan hanya selama masa infeksi

aktif. (Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Buku

Kedokteran EGC)

Tuberculosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberculosis yang merupakan salah satu

penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian besar basil

tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan

7
7

selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon

(Wijaya, Andra Saferi, Skep dan Yessie Mariza Putri, Skep.2013).

B. Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacerium tuberkulosis, sejenis kuman batang

dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um, sebagian besar kuman terdiri atas

lemak (lipid), peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih

tahan terhadap asam sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA), kuman dapat bertahan

hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini karena kuman bersifat

dormant, yaitu kuman dapat aktif kembali dan menjadikan tuberkulosis ini aktif lagi. Sifat

lain adalah aerob, yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya (Sudoyo,

2007).

Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu

terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar

(lebih besar dari 100 μ) dan kecil ( 1- 5 μ ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet

yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Mereka yang kontak

dekat dengan seseorang TB aktif, mempunyai resiko untuk tertular tuberkulosis, hal ini juga

tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di udara (Smeltzer dan Bare, 2002).

C. Patofisiologi Tuberculosis Paru

Tempat masuknya kuman tuberculosis adalah saluran pernapasan,

pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Namun kebanyakan infeksi terjadi

melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman

basil tuberkel dari orang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan

alveolus biasanya berada di bagian bawah lobus atas paru-paru atau di bagian

atas lobus bawah dan membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit

polimorfonuklear (PMN) memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya.

Selanjutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang mengalami


8

konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Gejala ini dapat sembuh

dengan sendirinya.

Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan berkembang

biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Lesi

berkembang dan terbentuk jaringan parut yang mengelilingi tuberkel yang

disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dengan

fokus ghon disebut kompleks ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan

membentuk masa seperti keju, dapat mengalami kalsifiksi membentuk lapisan

protektif sehingga kuman menjadi dorman.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit

aktif karena gangguan atau respons inadekuat dari sistem imun. Penyakit aktif

dapat juga terjadi akibat infeksi ulang atau aktivasi bakteri dorman. Hanya

sekitar 10% yang awalnya terinfeksi yang mengalami penyakit aktif. Basil TB

dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman. Penyakit dapat juga

menyebar melalui kelenjar limfe dan pembuluh darah yang dikenal dengan

penyebaran limfohematogen ke berbagai organ lain seperti usus, ginjal,

selaput otak, kulit dan lain-lain.


9

Gambar 1.1 ( Corwin, Elizabeth J.2009).

Gambar 1.1 ( Corwin, Elizabeth J.2009)


10

D. Jenis – Jenis Tuberculosis

1. Tuberculosis Primer

Tuberculosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang

berlum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB

terhirup dari udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau

bagian terminal saluran pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan

dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini ,

bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah, maka bakteri akan

berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan

menghancurkan makrofag itu. Dari proses ini, dihasilkan bahan

kemotaksik yang menarik monosit atau makrofag dari aliran darah

membentuk tuberkel. Sebelum menghancurkan bakteri, makrofag harus

diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan limfosit T.

Tidak semua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang

sama. Ada makrofag yang berfungsi sebagai pembunuh, pencerna bakteri,

dan perangsang limfosit. Beberapa makrofag menghasilkan protease,

elastase, koleganase, setra coloni stimulating factor untuk merangsang

produksi monosit dan granulosit pada sumsum tulang. Bakteri TB

menyebar melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah bening regional

(hilus) membentuk epiteloid granuloma. Granuloma mengalami nekrosis

sentral sebagai akibat timbulnya hipersensitivitas seluler (delayed

hipersensitivity) terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2 sampai 4

minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin. Hipersensitivitas seluler

terlihat sebagai akumulasi lokal dari limfosit dan makrofag.


Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentuk lokus lokal (fokus

ghon), sedangkan fokus inisial bersama – sama dengan limfa denopati

bertempat di hilus dan disebut juga dengan TB primer. Fokus primer paru

biasanya bersifat unilateral dengan sub pleura terletak diatas atau di bawah

fisura interlobaris, atau dibagian basal dari lobus inferior. Bakteri

menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah dan akan

tersangkut pada berbagai organ. Jadi, TB primer merupakan infeksi yang

bersifat sistematis.

Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak

berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak

lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi inang

melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan

daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberculosis yang dorman

dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktivasi infeksi primer atau

infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah

infeksi primer terjadi ( Corwin, Elizabeth J.2009).

2. Tuberculosis Sekunder

Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB

masih hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90%

diantaranya tidak mengalami kekambuhan. Reaktivasi penyakit TB terjadi

apabila daya tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis,

diabetes melitus, AIDS.


Berbeda dengan TB primer, pada TB sekunder kelenjar limfe regional

dan organ lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas dan terlokalisasi.

Reaksi imunologis terjadi dengan adanya pembentukan granuloma, mirip

dengan yang terjadi pada TB primer. Tetapi, nekrosis jaringan lebih

mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut

tuberkuloma. Protease yang dikeluarkan oleh makrofag aktif akan

menyebabkan pelunakan bahan kaseosa. Secara umum, dapat dikatakan

bahwa terbentuknya kavitas dan manifestasi lainnya dari TB sekunder

adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas

seluler.

TB paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari

sumber eksogen, terutama pada usia tua dengan riwayat semasa muda

pernah terinfeksi bakteri TB. Biasanya hal ini terjadi pada daerah apikal

atau segmen posterior lobus superior (fokus simon), 10-20 mm dari pleura

dan segmen apikal lobus inferior. Hal ini mungkin disebabkan oleh kadar

oksigen yang tinggi di daerah ini sehingga menguntungkan untuk

pertumbuhan bakteri TB.

Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru. Kerusakan paru

diakibatkan oleh produksi sitokin yang berlebihan. Kavitas yang terjadi

diliputi oleh produksi yang tebal berisi pembuluh darah pulmonal. Kavitas

yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal. Masalah lainnya

pada kavitas yang kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergillus yang

menumbuhkan mycetoma (Muttaqin, Arif.2008).


E. Manifestasi Klinis Tuberculosis Paru

Gejala utama Klien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk

dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,

badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari

tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).

Keluhan yang dirasakan Klien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak

Klien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala

tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):

a. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat

mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian

dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga Klien merasa tidak pernah terbebas

dari demam influenza ini.

b. Batuk/Batuk Darah

Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-

produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka

mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni

setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah

berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah

pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding

bronkus.

c. Sesak Napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas

akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi

setengah bagian paru-paru.


d. Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu

Klien menarik/melepaskan napasnya.

e. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering

ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan

turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas.

Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

Pada banyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah asimptomatis.

Pada individu lainya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala

tersebut tidak dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut.

Bagaimanapun, gejala dapat timbul pada individu yang mengalami

imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan oleh basil.

Manifestasi klinis yang umum termasuk keletihan, penurunan berat badan,

letargi, anoreksia (kehilangan napsu makan), dan demam ringan yang

biasanya terjadi pada siang hari. “berkeringat malam” dan ansietas umum

sering tampak. Dipsnea, nyeri dada, dan hemoptisis adalah juga temuan

yang umum.

F. Komplikasi

Penyakit yang parah dapat menyebabkan sepsis yang hebat, gagal napas,

dan kematian. TB yang resisten terhadap obat dapat terjadi. Kemungkinan

galur lain yang resisten obat dapat terjadi. Penyakit TBC bisa menimbulkan

komplikasi, yaitu menyerang beberapa organ vital tubuh, di antaranya:


1. Tulang

TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap

di paru-paru, lalu terjadi komplikasi dan masuk ke tulang. Atau bisa juga

bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat aliran darah dari paru-paru.

Waktu yang dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang

bervariasi. Ada yang singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-

tahun. Bakteri TBC biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat

kondisi tubuh sedang lemah, misalnya selagi anak terkena penyakit berat.

Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri pun leluasa menjalankan aksinya.

Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi

panggul, dan tulang belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari

bentuk tulang belakang penderita. Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring

ke kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi panggul yang rusak pun membuat

penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil,

kelainan panggul membuatnya tidak bisa melahirkan secara normal. Jika

kelainannya masih ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa

dilakukan. Lain halnya jika berat, tindakan operasi tidak bisa menolong

karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa cacat seumur hidup.

2. Usus

Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita

mengonsumsi makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini

bisa menyebabkan gangguan seperti penyumbatan, penyempitan, bahkan

membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus antara lain anak sering

muntah akibat penyempitan usus hingga menyumbat saluran cerna.

Mendiagnosis TBC usus tidaklah mudah karena gejalanya hampir sama

dengan penyakit lain. Ciri lainnya tergantung bagian mana dan seberapa

luas bakteri itu merusak usus. Demikian juga dengan pengobatannya. Jika
ada bagian usus yang membusuk, dokter akan membuang bagian usus itu

lalu menyambungnya dengan bagian usus lain.

3. Otak

Bakteri TBC juga bisa menyerang otak. Gejalanya hampir sama

dengan orang yang terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi,

gangguan kesadaran, kejang-kejang, juga penyempitan sel-sel saraf di

otak. Kalau sampai menyerang selaput otak, penderita harus menjalani

perawatan yang lama. Sayangnya, gara-gara sel-sel sarafnya rusak,

penderita tidak bisa kembali ke kondisi normal.

4. Ginjal

Bakteri TBC pun bisa merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses

pembuangan racun tubuh akan terganggu. Selanjutnya bukan tidak

mungkin bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang biasa terjadi antara

lain mual-muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, lemah, dan

sejenisnya. Gagal ginjal akut bisa sembuh sempurna dengan perawatan

dan pengobatan yang tepat. Sedangkan gagal ginjal kronik sudah tidak

dapat disembuhkan. Beberapa di antaranya harus menjalani cangkok

ginjal. (http://nerssaputra.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-asuhan-

keperawatan-pada.html)

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Ziehl Neelsen

(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif

untuk basil asam cepat.

2. Kultur sputum

Positif untuk mycobakterium pada tahap aktif penyakit.


3. Tes Kulit Mantoux (PPD, OT)

Reaksi yang signifikan pada individu yang sehat biasanya menunjukan TB

Dorman atau infeksi yang disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda.

4. Rontgen Dada

Menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit

kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu

efusi. Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup kavitasi,

area fibrosa.

5. Biopsi Jarum Jaringan Paru

Positif untuk granuloma TB. Adanya sel – sel raksasa menunjukan

nekrosis.

6. AGD

Mungkin abnormal bergantung pada letak, keparahan, dan kerusakan paru

residual.

7. Pemeriksaan Fungsi Pulmonal

Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio udara

residual terhadap kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen

sekunder akibat infiltrasi atau fibrosis parenkim.

H. Pencegahan

1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin

2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan

(air sabun)

3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan


4. Menghindari udara dingin

5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke

dalam tempat tidur

6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari

7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga

mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain

8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

I. Penatalaksanaan

Pengobatan untuk individu dengan tuberculosis aktif memerlukan waktu

lama karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotik dan cepat

bermutasi apabila terpajan antibiotik yang masih sensitif. Saat ini, terapi untuk

individu pengidap infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan setidaknya

selama sembilan bulan atau lebih lama. Apabila pasien tidak berespon

terhadap obat – obatan tersebut, obat dan protokol pengobatan lain akan

diupayakan.

Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah

sebelumnya negatif, bahkan jika individu tidak memperlihatkan adanya gejala

aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9 bulan untuk membantu respons

imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basis total.

Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan

diprogramkan. Pasien mungkin tetap menginap di rumah sakit atau di bawah

pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi medis

cenderung rendah. (Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku

Patofisiologi.Jakarta:Buku Kedokteran EGC)


a. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis
adalah eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan
mencegah terjadinya komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :
1. Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang
berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis
perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat
dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek
samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal.
Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
2. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman
(persisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi
demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warnam
merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus
diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi
cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolism
obat dan tidak berbahaya.
3. Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah
hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
4. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah
nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran
5. Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan
penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta
warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.

b. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan
mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk
memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip
granulomatosa tuberculosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
J. WOC

Droplet nucler / dahak yang mengandung


basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)

Faktor dari luar:

Batuk, bersin Faktor dari dalam:


- Faktor toksik (alkohol, rokok)
- Sosial ekonomi rendah - Usia muda/bayi
- Terpapar penderita TBC - Gizi buruk
- Lingkungan buruk - Lanjut usia
Dihirup masuk paru

Mycobacterium
menetap/dormant
Resiko tinggi Penyebaran kuman
Kurang informasi
Imunitas tubuh menurun

Kurang pengetahuan Intoleransi Aktivitas


Membentuk sarang TB

Broncus Pleura Infiltrasi setengah


bagian paru

Iritasi
Menyebabkan
infiltrasi pleura
Sesak napas
Peradangan
pada bronkus
Terjadi gesekan inspirasi
dan eksperasi
Malaise Batuk Pembuluh
darah pecah
Distres pernapasan
Nyeri
Anoreksia Skret kental

Batuk darah
BB Menurun
Resiko kerusakan
pertukaran gas
21

Nutrisi kurang Bersihan jalan napas


dari kebutuhan tidak efektif
Sumber : ( Corwin, Elizabeth J.2009).

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

A. Identitas

a. Klien

- Nama :

- Umur :

(perhatikan usia biologik klien. Penyakit tuberkulosis pada anak

dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia yang paling umum

adalah 1-4 tahun).

- Jenis Kelamin :

- Status perkawinan :

- Pendidikan :

(biasanya penyakit tuberkulosis menyerang salah satunya ada

faktor pendidikan yang rendah)

- Agama :

- Pekerjaan :

(biasanya lingkungan tempat bekerja bisa menjadi faktor

penyebab penyakit tuberkulosis paru)

- Alamat :
(agar perawat mengetahui apakah lingkungan tempat tinggal klien

merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit

tuberkulosis paru)

- No. RM :

- Diagnosis medic :

- Tanggal masuk :

- Tanggal pengkajian :

Penanggung Jawab

- Nama :

(hal ini penting dilakukan agar perawat bisa mengetahui situasi

kehidupan klien atau keluarga yang terdekat dengan klien

sehingga perawat dapat membuat rencana pemulangan yang

sesuai).

- Umur :

- Jenis Kelamin :

- Pendidikan :

- Agama :

- Pekerjaan :

- Alamat :

- Hubungan keluarga :
B. Keluhan Utama

Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala

umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah klien gejala yang timbul tidak

jelas sehingga diabaikan bahkan kadang – kadang asimptomatik. Keluhan yang

sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan dari tim

kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

1. Keluhan Respiratoris

a. Batuk

Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling

sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat

nonproduktif/produktif atau sputum bercampur darah.

b. Batuk Darah

Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan

utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan rasa

takut klien pada darah yang keluar dari jalan napas. Perawat harus

menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood

streak, berupa garis, atau bercak-bercak.

c. Sesak Napas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau

karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,

anemia, dll.
d. Nyeri Dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini

timbul apabila sistem pernapasan di pleura terkena TB.

2. Keluhan Sistemis

a. Demam

Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam

hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin

panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.

3. Keluhan sistem lain

Keluhan yang biasa timbul adalah keringat malam, anoreksia, penurunan

berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual

muncul dalam beberapa minggu/bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan

batuk, panas dan sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai

gejala pneumonia.

(Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika)

C. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila keluhan

utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan

batuk muncul. Tanyakan selama keluhan batuk muncul, apakah ada keluhan lain

seperti demam, keringat malam, atau menggigil yang mirip dengan demam
influenza karena keluhan demam dan batuk merupakan gejala awal dari penyakit

TB paru.

Apabila keluhan utamnya adalah batuk darah, maka perlu ditanyakan kembali

berapa banyak darah yang keluar. Klien TB paru sering menderita batuk darah.

(Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien

dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika)

D. Riwayat Kesehatan Lalu

Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya

klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis

dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB

paru seperti diabetes melitus. Tanyakan mengenai obat – obat yang biasa diminum

oleh klien pada masa yang lalu yang masih relevan, obat – obat ini meliputi obat

OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Adanya

alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul. Sering kali, klien

mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat. Kaji lebih dalam tentang

seberapa jauh penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir. Penurunan bb pada

klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit

serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT.

(Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika)


E. Riwayat Kesehatan Keluarga dan Genogram

Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan

apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainya sebagai faktor

predisposisi penularan dalam rumah.

(Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika)

F. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan pada selintas

pandang dengan menilai keadaan fisik pada bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai

secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas composmentis, apatis,

somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.

1. Tingkat Kesadaran

a. Kualitas

Kuantitas

- Respon Motorik :

- Respon Verbal :

- Respon Membuka Mata :

Jumlah :

Tanda – tanda Vital

Pemeriksaan tanda – tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya

didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas


meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat

seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan

tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti

hipertensi.

- Suhu :

- Nadi :

- Pernapasan :

- Tekanan Darah :

G. Pemeriksaan Sistematis

B1 (Breathing)

Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan fokus

yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

1. Inspeksi

Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Sekilas pandangan klien dengan TB

paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter

bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila

penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat

adanya ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran intercostal space (ICS) pada sisi

yang sakit. TB paru yang disertai atelaktasis paru membuat bentuk dada menjadi

tidak simetris, yang membuat penderitanya mengalami penyempitan intercostal

space (ICS) pada sisi yang sakit.


Pada klien dengan TB paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya gerakan

pernapasan tidak mengalami perubahan. Meskipun demikian, jika terdapat

komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru biasanya klien

akan terlihat mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi napas, dan

menggunakan otot bantu napas. Tanda lainnya adalah klien dengan TB paru juga

mengalami efusi pleura yang masif, pneumothoraks, abses paru masif, dan hidro

pneumothoraks. Tanda-tanda tersebut membuat gerakan pernapasan menjadi tidak

simetris, sehingga yang terlihat adalah pada sisi yang sakit pergerakan dadanya

tertinggal.

Klien dengan TB paru biasanya tampak kurus sehingga pada bentuk dada

terlihat adanya penurunan proporsi diameter antero-posterior banding proporsi

diameter lateral. Apabila ada penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura

yang masif terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran intercostal

space (ICS) pada sisi yang sakit. TB paru yang disertai atelaktasis paru membuat

bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat penderitanya mengalami

penyempitan intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit.

Bentuk dan sputum. Saat melakukan pengkajian batuk pada klien dnegan TB

paru, biasanya didapatkan batuk produktif yang disertai dnegan adanya

peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen. Periksa jumlah

produksi sputum,terutama apabila TB paru disertai adanya bronkhiektasis yang

membuat klien akan mengalami peningkatan produksi sputum yang sangat


banyak. Perawat perlu mengukur jumlah produksi sputum, perhari sebagai

penunjang evaluasi terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan.

2.Palpasi

Palpasi trakhea. Adanya pergeseraan trakhea menunjukkan – meskipun tetapi

tidak spesifik – penyakit dari lobus atas paru. Pada TB paru yang disertai adanya

efusi pleura masif dan pneumothoraks akan medorong posisi trakhea ke arah

berlawanan dari posisi sakit.

Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB paru tanpa

komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat bernapas biasanya

normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan

dinding pernapasan biasanya ditemukan adanya TB paru dengan kerusakan

parenkim paru yang luas.

Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika perawat

meletakkan tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang

dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronkhial

untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi

konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada disebut taktil

fremitus. Adanya penurunan taktil fremitus pada klien dnegan TB paru biasanya

ditemukan pada klien disertai komplikasi efusi pleura masif, sehingga hantaran

suara menurun karena transmisi getaran suara harus melewati cairan yang

berakumulasi di rongga pleura.


3. Perkusi

Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan di

dapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapangan paru. Pada klien dengan

TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi

redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di

rongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks maka didapatkan bunyi

hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru ke

sisi yang sehat.

4. Auskultasi

Pada klien TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi yang

sakit. Penting bagi perawat untuk pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil

auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar

melalui stetoskop ketika klien berbicara disebut sebagai resonan vokal. Klien

dengan TB paru yang disertai koplikasi seperti efusi pleura dan

pneumothorakskan didapatkan penurunan resonan vokal pada sisi yang sakit.

B2 (Blood)

Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:

1. Inspeksi: inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik

2. Palpasi: denyut nadi perifer melemah

3. Perkusi: batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi

pleura masif mendorong ke sisi sehat


4. Auskultasi: tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya

tidak didapatkan.

B3 (Brain)

Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer

apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak

dengan wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat. Saat

dilakukan pengkajian mata, biasanya didapatkan adanya konjungtiva anemis pada

TB paru dengan hemoptoe masif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru

dengan gangguan fungsi hati.

B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh

karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut

merupakan tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine

yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih

normal sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama Rifampisin.

B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan

penurunan berat badan.


B6 (Bone)

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala

yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap,

dan jadwal olahraga menjadi tak teratur.

(Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika)

2. Kebiasaan Sehari - hari

1. Pola Makan

2. Pola Istirahat dan Tidur

3. Pola BAB dan BAK

3. Data Psikologi, Sosio, Spritual

Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan

perawat memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan

perilaku. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko

sosio spiritual yang seksama. Pada kondisi klinis, pada klien TB paru sering

mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.

Perawat perlu menanyakan kondisi pemukiman klien bertempat tinggal karena TB

paru sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman

padat dan kumuh dikarenakan populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup di

tempat yang kumuh dengan ventilasi dan pencahayaan sinar matahari yang

kurang. TB paru merupakan penyakit yang pada umumnya menyerang


masyarakat miskin karena tidak sanggup meningkatkan daya tahan tubuh non

spesifik, mengonsumsi makanan kurang bergizi, ketidak sanggupan membeli

obat, ditambah dengan kemiskinan membuat individunya bekerja secara fisik

sehingga mempersulit penyembuhan penyakitnya. Klien TB paru kebanyakan

berpendidikan rendah, akibatnya mereka seringkali tidak menyadari bahwa

penyembuhan penyakit dan kesehatan merupakan hal penting.

(Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika)

H. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubngan dengan sekresi mukus

yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema

trakheal/faringeal.

2. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan menurunya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.

3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membran

alveolar-kapiler.

4. Defisit nutrisi yang berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dipsnea,

peningkatan metabolisme tubuh.

5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak napas,

dan nyeri dada.

6. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang

lemah).
7. Ansietas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang

dibayangkan (ketidakmampuan bernapas) dan prognosis penyakit yang belum

jelas.

8. Defisit pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang berhubungan

dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan

perwatan dirumah.

9. Nyeri akut yang berhubungan dengan terjadi gesekan inspirasi dan eksperasi.
I. Rencana Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI (Luaran) SIKI


Keperawatan

1. Bersihan jalan Tujuan: setelah Latihan batuk efektif


napas tidak dilakukan Observasi:
tindakan
efektif  Identifikasi kemampuan batuk
keperawatan
bersihan jalan
 Monitor adanya retensi sputum
nafas meningkat
Kriteria Hasil:  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
Bersihan jalan napas nafas

1. Produksi  Monitor input dan output


sputum
menurun (5) Terapeutik

2. Mengi  Atur posisi semi fowler


menurun (5)
 Pasang pengalas di pangkuan pasien
3. Whezing
menurun (5)  Buang secret di tempat sputum

4. Dispnue Edukasi
menurun (5)
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
5. Ortopne efektif
menurun (5)

6. Sulit bicara  Anjurkan teknik nafas dalam melalui


menurun (5) hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
7. Sianosis detik, kemudian keluarkan dari mulut
menurun (5) selama 8 detik
8. Gelisah
 Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam
menurun (5)
hingga 3 kali
9. Frekuensi
napas  Anjurkan batuk dengan kuat langsung
menbaik (5)
setelah tarik nafas dalam yang ketiga
10. Pola napsa
Managemen Jalan Nafas
Observasi :
 Monitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha nafas)
 Monitor bunyi nafas tambahan
(gurgling, mengi, weezing, ronkhi,
kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, dan
aroma)
Terapeutik:
 Pertahankan jalan kepatenan jalan nafas
dengan head-till dan chin-lift
 Posisi semi fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada
 Berikan O2 jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
jika tidak kontra indikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran mekolitik jika perlu

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya nafas

 Monitor pola nafas

 Monitor kemampuan batuk efektif

 Monitor adanya produksi sputum

 Monitor adanya sumbatan jalan nafas

 Palpasi kesimetrisan skspensi paru

 Auskultasi bunyi nafas

 Monitor saturasi oksigen

 Monitor nilai AGD

 Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien

 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

Informasikan hasil pemantauan

2. Pola nafas tidak Tujuan : setelah Managemen Jalan Nafas


efektif dilakukan Observasi :
tindakan
keperawatan  Monitor pola nafas (frekuensi,
inspirasi dan
ekspirasi adekuat kedalaman, usaha nafas)
Kriteria Hasil:  Monitor bunyi nafas tambahan
 Ventilasi 1menit (gurgling, mengi, weezing, ronkhi,
meningkat kering)

 Tekanan  Monitor sputum (jumlah, warna, dan


ekspirasi aroma)
meningkat Terapeutik:

 Tekanan  Pertahankan jalan kepatenan jalan nafas


inspirasi dengan head-till dan chin-lift
meningkat  Posisi semi fowler
 Dispnea  Berikan minum hangat
menurun  Lakukan fisioterapi dada
 Frekuensi napas  Berikan O2 jika perlu
membaik Edukasi:
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
jika tidak kontra indikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran mekolitik jika perlu

3 Gangguan Tujuan : Oksigenasi Pemantauan Respirasi


pertukaran gas dan eliminasi Observasi
karbondioksida
pada membrane  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
alveolus kapiler upaya nafas
dalam batas
normal  Monitor pola nafas

Kriteria hasil:  Monitor kemampuan batuk efektif


 Tingkat
kesadaran  Monitor adanya produksi sputum
meningkat
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Penglihatan
 Palpasi kesimetrisan skspensi paru
kabur menurun
 Auskultasi bunyi nafas
 Pusing menurun
 Monitor saturasi oksigen
 Napas cuping
hidung menurun  Monitor nilai AGD

 Kesimetrisan  Monitor hasil x-ray toraks

gerakan dinding Terapeutik


dada  Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien

 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

 Informasikan hasil pemantauan

Terapi Oksigen
Observasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen

 Monitor posisi alat terapi oksigen

 Monitpr aliran oksigen secara periodic

 Monitor tanda-tanda hipoventilasi

Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas

 Siapkan dan atur peralatan pemberian


oksigen
Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen

Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen

 Kolaborasi penggunaan oksigen saat


aktivitas dan tidur

4 Defisit nutrisi Tujuan : setelah Manajemen Nutrisi


dilakukan Observasi :
tindakan
keperawatan  Identifikasi status nutrisi
status nutrisi  Identifikasi alaergi dan intoleransi
membaik
makanan
Kriteria Hasil:
 Identifikasi makanan yang disukai
 Porsi makan  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
yang dihabiskan nutrien
meningkat
 Identifikasi perlunyapenggunaan selang
 BB membaik NGT
 Indeks masa  Monitor asupan makanan
tubuh (IMT)
 Monitor BB
membaik
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik:
 Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
 Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemeberian makanan melalui
NGT jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi:
 Anjurkan pasien duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (misal, pereda nyeri), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu

5 Gangguan pola Tujuan: kualitas Dukungan Tidur


tidur dan kuantitas Observasi:
tidur adekuat
 Identivikasi pola aktifitas dan tidur
Kriteria Hasil:
 Keluhan saat  Identifikasi factor pengganggu tidur

tidur menurun  Identifikasi makanan dan minuman yang

 Keluhan sering mengganggu tidur (kopi, minum banyak

terjaga berkurang sebelum tidur)

 Keluhan pola  Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

tidur berubah Terapeutik:


berkurang  Modifikasi lingkungan (pencahayaan,
kebisingan, suhu)

 Batasi waktu tidur siang

 Hilangkan stress sebelum tidur

 Lakukan prosedur untuk meningkatkan


kenyamanan

 Sesuaikan jadwal pemberian obat

Edukasi:
 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit

 Anjurkan menepaati kebiasaan waktu


tidur

 Tetapkan jadwal rutin tidur

 Ajarkan factor-faktor yang


berkonstribusi terhadap gangguan pola
tidur ( psikologis, gaya hidup)

 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau


cara nonfarmakologi

6 Intoleransi Tujuan: setelah Manajemen Energy


aktivitas dilakukan Observasi :
tindakan
keperawatan  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
respon fisiologis mengakibatkan kelelahan
terhadap
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas
meningkat  Monitor pola dan jam tidur

Kriteria hasil: Terapeutik:


 Sediakan lingkungan yang nyaman dan
 Frekuensi nadi rendah stimulus
meningkat  Lakukan latihan gerak aktif dan pasif
 Saturasi O2  Berikan aktivitas distraksi yang
meningkat menyenangkan
 Kemudahan Edukasi:
dalam aktivitas  Anjurkan tirah baring
sehari-hari  Anjurkan melakukan aktivitas secara
meningkat bertahap
 Keluhan lelah  Ajarkan strategi koping untuk
menurun mengurangi kelelahan
 Perasaan lelah Kolaborasi:
menurun  Kolaborasi dengan ahli gizi

7 Ansietas Tujuan: Setelah Reduksi Ansietas


dilakukan tindakan
keperawatan Observasi:
diharapkan ansietas  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
berkurang
 Identifikasi kemampuan mengambil
Kriteria Hasil:
 Perilaku gelisah keputusan

menurun  Monitor tanda-tanda ansietas

 Perilaku tegang Terapeutik:


 Temani pasien untuk mengurangi
menurun
kecemasan
 Verbalisasi
 Pahami situasi yang membuat ansietas
kebingungan
 Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi:
 Informasikan secara factual mengenai
diagnose, pengobatan
 Anjurkan keluarga untuk tetap berada
disamping pasien
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
 Latih teknik relaksasi

Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas

8 Defisit Tujuan: Setelah Manajemen pengetahuan


Pengetahuan dilakukan tindakan
keperawatan
diharapkan  Observasi kesiapan dan kemampuan
pengetahuan akan menerima informasi
meningkat
Kriteria Hasil:  Sediakan materi dan media untuk
 Perilaku sesuai pendidikan kesehatan
anjuran  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
 Perilaku sesuai kesepakatan
dengan  Berikan kesempatan untuk bertanya
pengetahuan  Jelaskan factor resiko yang dapat
cukup mempengaruhi kesehatan
 Pertanyaan  Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
tentang masalah
yang dihadapi
menurun
Verbalisasi
kemampuan
memahami
program
perawtan
9. Nyeri akut Tujuan : setelah Manajemen nyeri
dilakukan tindakan Obeservasi :
keperawatan  Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan pasien frekuensi kualitas dan ansietas nyeri
mampu
mengidentifikasikan  Identifikasi skala nyeri
pengalaman nyeri  Identifiasi respon nyeri non verbal
Kriteria hasil :
 Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
 Keluhan nyeri
kualitas hidup
menurun
 Meringis Terapeutik
menurun  Memberikan teknik non farmakologis
 Gelisah menurun untuk mengurangi nyeri
 kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
 fasilitas istirahat dan tidur

Edukasi
 jelaskan penyebab dan periode pemicu
nyeri
 jelaskan strategi pereda nyeri
 anjurkan monitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi

 kolaborasi pemberian analgetik jika perlu


46

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 52 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Janjang Gudang
No RM 35 17 32
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : TB Paru
Pendidikan Terakhir : SLTA
Tanggal Masuk : 18 Juli 2020
Tanggal Pengkajian : 19 Juli 2020
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.M
Umur : 47 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan : Istri
No Telepon 082174305377
Alamat : Janjang Gudang
3. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama :
 Klien mengeluh nafas sesak
 Klien mengeluh Batuk
 Klien mengatakan Nafsu makan menurun disertai mual, muntah

Riwayat Kesehatan Sekarang :

Klien datang melalui IGD jam 13: 00 dengan keluhan nafas sesak, batuk
berdahak sudah hampir lebih 1 bulan ini, berdahak warna putih namun klien
mengatakan batuk lebih banyak seperti mendehem dehem dan sering meludah,
Klien tidak dapat mengeluarkan dahak nya dan di saat klien batuk ingin
mengeluarkan dahak nya nafas terasa sesak mual mual sudah hampir 1 minggu
ini, muntah di rumah sejak pagi tadi 2-3 kali hingga siang ini. Klien
mengatakan tidak mau makan sudah 2 hari ini. Klien mengatakan lidah perih
dan banyak sariawan disekitaran mulut dan gusi. Berat badan turun dalam
waktu 6 bulan ini, Berat badan sebelum sakit 60 kg, sekarang saat di IGD 43
Kg
Riwayat Kesehatan Dahulu :

Allergy
 Obat : Klien mengatakan tidak ada alergi obat
 Makanan : Klien mengatakan tidak ada alergi makanan
 Lainnya : Tidak ada
Riwayat Operasi : Klien mengatakan tidak pernah operasi sebelumnya.
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berbahaya seperti jantung,
hipertensi, diabetes,dll, klien mengkonsumsi rokok sebungkus per hari
semenjak masa muda klien umur 20 tahunan namun sudah >5 tahun ini
berhenti merokok .

Riwayat Kesehatan Keluarga :

klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit yang sama


dengan klien ataupun penyakit lainnya seperti jantung, hipertensi, diabetes,
dll.

Genogram :

Ket:
Laki-laki Tinggal serumah Klien

Perempuan Meninggal
4. Fisiologis
A. Oksigenasi
1) Fisik (Paru)
Inspeksi : Dada kiri dan kanan simetris, nafas terasa sesak, klien
tampak terpasang nasal kanul dengan O2 3 – 4 liter/ menit tidak ada
retraksi dada, tidak terdapat cuping hidung, batuk berdahak,
RR:28x/menit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi paru pekak
Auskultasi : Terdapat bunyi Ronchi

2) Laboratorium
Hasil cek TCM (Tet Cepat Microbacterium) ( dikirim ) tgl 22/07/2020
Hasil tgl 29/07/2020 ( positif )

3) Pemeriksaan Diagnostik lain (Radiologi Thorax paru)


Rontgen Thorak
Torax Rontgen tgl 18/07/2020 jam 13.00
Jantung Tidak membesar
Aorta dan Mediastinum superior tidak melebar
Trakea infiltrate minimal di pelihiler dan parakardial kanan
Tampak perselubungan inhomogen dengan kavitas di lapangan paru
kiri
Infiltrat di Parakardial kiri kedua Hemidiafragma lici.Kedua sinus
konturvernicus lancip.
Jaringan lunak inding dada dilihat baik
Kesan : Tb Paru
B. Sirkulasi
1) Fisik
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, tidak ada sianosis
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra,
capilarefill kurang dari dua detik, HR : 95x/i
Perkusi : batas jantung kanan ICS IV linea sternalis dextra
batas jantung kiri ICS V linea midklavikula sinistra
batas pinggang jantung ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, tidak ada bunyi murmur dan gallop
TD :142/ 68 mmHg

ECG
(EKG) tgl 11/0702020 (IGD)
- Irama : Sinus
- Heart rate : 95x/i
- Axis : Normal
- Gelombang P : Normal
- Interval PR : Normal (3 kotak )
- QRS Complex : 35 mm
Kesan : Sinus Ritme ( Normal )

2) Lab
Hematologi Tanggal 18 Juli 2020
Variable Nilai Nilai normal Kesan
Hemoglobin 9,2 12.0-15.0 Menurun
Trombosit 395 150-400 x 103/ Normal
𝑚𝑚3

C. Nutrisi
1) Antropometri
Tinggi Badan = 160 cm
Berat Badan = BB sebelum sakit 60 kg, sesudah sakit 43kg
IMT = 16,8kg/m

2) Biomedik : Tanggal 19 Oktober 2020


Variable Nilai Nilai Normal Kesan

Eritrosit 3,65 gr/dl 4,5-5,5 juta Normal

Leukosit 17.000/ul 4500-10000/ul Meningkat

Ureum 41, 5mg/dl 10 – 50 Normal


Kreatinin 1, 1 mg/dL 0.9 – 1.3 Normal
Labor Rapid test HIV tgl 24/07/2020

NO NAMA REGENT HASIL PEMERIKSAAN


1 SD NON REAKTIF
2 KHB NON REAKTIF
3 DS NON REAKTIF

3) Clinical signs (C) :


NO Bagian Tubuh Tanda Normal Tanda Tidak Normal
1 Rambut Licin,berkilau, berminyak,  Rontok
atau kering  Beruban
2 Kulit Halus, sedikit basah,  Kering
Turgor kulit baik  Bersisik
3 Mata Bersih,Bersinar,  Bersih
Konjungtiva tidak Anemi  Konjungtiva
anemi
4. Mulut Mukosa bibir ,bersih,tidak  Mukosa bibir
terdapat caries pada gigi, tampak kering
tidak ada sariawan  Lidah kotor
 Sariawan
5 Otot Kekuatan dan Berkembang ( - )
Baik
6 Gastro Nafsu makan, BAB, BAK  Nafsu makan
Instensinal teratur dan Normal menurun
 Mual (+)
 Muntah masih
frekwensi 1-2 x
/ hari sebanyak
30-50 cc, isi
muntah air saja,
badan terasa
lemas

7 Aktivitas Bersemangat , Giat, dapat  Energi kurang


tidur Normal  Lemah
 Tidur kurang

Pola diet/makan Makan biasa


Makanan kesukaan Klien pecinta makanan pedas dan masakan rumahan.
Klien menyukai masakan seperti sambalado, telur, dan
kebiasaan minum teh pada pagi hari.
Kebiasaan makan Klien lebih menyukai makanan dirumah dan rutin
makan 3 kali dalam sehari walau dalam porsi kecil
Pemasukan cairan  Biasanya klien minum teh pada pagi hari dan
lupa minum saat siang hari.
 Klien minum hanya pada saat sebelum dan
sesudah makan
 Saat ini klien terpasang infus RL 20 tetes/menit
Problem diet  Saat ini klien tidak mau makan karena sering
terasa mual dan ada keinginan muntah setiap
kali ingin makan
 Klien mengatakan lidah perih karena sariawan.
Diet Sebelum dirawat
 Jenis diet : makan biasa (nasi dan lauk).
 Makanan ringan : suka memakan kerupuk
 Klien tidak suka mengkonsumsi suplemen atau
vitamin.
diet saat ini
saat ini klien tetap tidak mau makan
Kebutuhan
o E = 1900 k
o P = 71 gr
o L = 42 gr
o KH = 309 gr
d. Diet Implementasi
o Pemberian makanan dengan
Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) Bentuk : Makanan
Lunak
Frekuensi 3 x 1 Rute : Oral
Kesimpulan : Malnutrisi berkaitan dengan kurangnya asupan akibat peningkatan
kebutuhan energy akibat penyakit nya saat ini di tandai dengan IMT 16,8 kg / m²
badan tampak kurus , asupan 65 % hasil recall
Pemeriksaan fisik abdomen

Inspeksi : kembung, tidak ada asites


Auskultasi : Peristaltik , BU 30x/menit
Palpasi : Tidak ada terasa masa, tidak terdapat nyeri tekan
dan nyeri lepas
Perkusi : Bunyi Timpani

D. Eliminasi
1) Fisik

Sehat Di rumah sakit


BAK BAK
Frekuensi : 4-6 kali per hari Frekuensi : 5 -7 kali per hari
Warna : kuning muda Warna : kuning kemerahan
Keluhan selama BAK : Tidak ada Keluhan selama BAK : warna merah
karenakan efek minum obat OAT
B1A) B
F2r)ekuLensi : 1-2 kali BAB
per hari Konsistensi : cair ber Frekuensi : 1 x/2 hari
ampas Warnaa : Kuning Konsistensi : lembek
Kelubhan selama BAB : Tidak ada Warna : kuning
Keluhan : konstipasi
T Keteranagn :mendapatkan obat pencaha

lab Tanggal: ( Tidak dilakukan pemeriksaan )

2) Aktivitas dan Istirahat


1) Fisik
Kemampuan perawatan diri :
0 = mandiri
1 = dengan alat bantu
2 = bantuan dari orang lain
3 = bantuan peralatan dan orang lain
4 = tergantung/tidak mampu

a. Aktivitas / kemampuan beraktifitas sebelum sakit


Aktivitas/kemampuan 0 1 2 3 4
beraktivitas
Makan/minum V
Berpakaian/berdandan V
Toileting V
Mobilisasi ditempat V
tidur
Berpindah V
Berjalan V
Menaiki tangga V
Berbelanja V
Memasak V
Pemeliharaan rumah V

b.Aktivitas / kemampuan beraktifitas saat sakit

Aktivitas/kemampuan 0 1 2 3 4
beraktivitas
Makan/minum V
Berpakaian/berdandan v
Toileting v
Mobilisasi ditempat v
tidur
Berpindah v
Berjalan v
Menaiki tangga v
Berbelanja v
Memasak v
Pemeliharaan rumah v

Kekuatan otot :
Kiri Kanan
5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5
0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total
1 = terdapat sedikit kontraksi, namun tidak didapatkan gerakan pada
persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut
2 = didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya
berat (gravitasi)
3 = dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
4 = disamping dapat melawan gaya berat, ia dapat pula mengatasi
sedikit tahanan yang diberikan
5 = tidak ada kelumpuhan (normal)
2) Istirahat dan tidur
Kebiasaan : 4-5 jam/ malam, 1 jam/Siang
Merasa segar setelah tidur : tidak
Masalah-masalah : sering terbangun saat tidur malam dan susah tidur
karena nafas terasa sesak dan batuk
3) Pemeriksaan diagnostik lain (Rongent tulang): tidak ada

3) Proteksi dan Perlindungan


1) Fisik
Tanda inflamasi dan infeksi : suhu tubuh normal 36,2 oC
Resiko jatuh : skala morse dengan skor 20 (Resiko rendah)
Eksteremitas : Terpasang infus pada punggung tangan kanan, tidak
ada tanda infeksi

Resiko jatuh : skala morse ( terlampir)


Faktor Resiko Parameter Skor 18/07/20
Riwayat Jatuh Ya 25
Tidak 0 0
Diagnosa sekunder Ya 15
Tidak 0 0
Alat bantu Berpegang pada perabot 30
Tongkat / alat penompang 15
Tidak ada / Kursi roda/ 0 0
perawat
Tirah baring 0
Terpasang Infus Ya 20 20
Tidak 0
Gaya berjalan Terganggu 20
Lemah 10
Normal/tirah baring 0 0
Status mental Sering lupa akan 15
kemampuan
0 0
Sadar akan kemampuan diri
sendiri
20

Tingkat Resiko :
o Resiko Tinggi = ≥ 45 ( pasang stiker pada gelang dan penanda resiko jatuh)
o Resiko Sedang = 25 – 44
oResiko rendah = 0 – 25
4) Sensori
1) Fisik
Nyeri : Tidak ada nyeri
Penglihatan :
Ketajaman : agak sedikit kabur melihat jarak jauh
Konjungtiva : konjungtiva anemis
Sclera : tidak ikterik
Reflek cahaya : +/+
Pupil : Isokor
Penciuman :
Sumbatan : tidak tersumbat
Perdarahan : tidak ada perdarahan
Pengecapan :
Manis : Klien dapat merasakan rasa manis
Asin : Klien dapat merasakan rasa asin
Asam : Klien dapat merasakan rasa asam
Pendengaran :
Kanan : pendengaran sedikit berkurang
Kiri : pendengaran sedikit berkurang
5) Cairan dan Elektrolit
1) Fisik
Intake
Minum : 1500 ml/24 jam
Intravena : 1000 (2 kolf asering) ml/24 jam
Total : 2500 ml/24 jam
Output
Urine : 2000 ml/24 jam
IWL : 645 ml/24 jam
Muntah : 30cc /24 jam
Total : 1105 ml/24 jam
Balance : 2500 – 3780 = - 1.280 cc
Tanda
Dehidrasi : ada tanda dehidrasi
Distensi : tidak ada tanda distensi
Edema : tidak ada tanda edema

2) Lab: Tidak dilakukan pemeriksaan


6) Fungsi neurologi
1) Fisik
Status mental : cemas
GCS 15
KU : Sedang
Memory : jangka panjang baik
jangka pendek baik
Perhatian : dapat mengulang penjelasan yang
sudah di sampaikan kepada klien dan
menyampaikan dengan jelas
Bahasa : Bahasa yang di sampaikan sangat jelas
Kognisi : Kognisi baik
Orientasi :
Orang :

Orientas
i
terhadap
orang
baik
Tempat : Orientasi terhadap tempat baik
Waktu : Orientasi terhadap waktu baik
7) Endokrin
1) Fisik
Kelenjar tiroid Pembesaran : tidak ditemukan pembesaran kelenjer tiroid
Tremor : tidak terjadi tremor

2) Pancreas
Tidak ditemukan Trias DM : poliuri (-), polidipsi (-), polifagi (-)

3) Lab
Tanggal : 18 Juli 2020 jam 13.00 Wib

Therapy :
Variable Nilai Nilai normal Kesan
Gula darah 111mg/dl <140 mg/dL Normal
sewaktu

Nama Obat Dosis Cara Manfaat Frekuensi


pemberian
Omeprazole 20 mg p.o Mengurangi produksi 1 x 1/AC
tablet asam lambung
Donperidon 10 mg p.o Obat untuk meredakan 3 x 1?AC
tablet Mual dan muntah
Sulcrafat syr 1 sdt p.o Melindungi dinding 3 x 1 / Ac
lambung
INH tablet 300 mg p.o INH bekerja dengan 1 x 1 /AC
cara menghentikan ( Pagi )
pertumbuhan Bakteri
penyebab Tuberkulosis
Rimfapicin 450 mg p.o Rimfapicin adalah Obat 1x1
tablet anti biotik untuk
mengobati bakteri
Ethambutol 500 mg p.o Ethambutol adalah 1x1
tablet Obat anti biotik untuk
mengobati bakteri
Pirazinamid 1000 mg p.o Pirazinamid adalah 1x1
tablet Obat anti biotik untuk ( siang )
mengobati bakteri
Lapibion tablet p.o Multivitamin 1x1
Opilak syr 1 sdm p.o Obat pencahar 1x1
Betadhin kumur Obat kumur 3x1

IVFD KN3B : IV Infus parenteral /12 jam


Triofusin

5. Data Fokus
1. Data Subjektif :
 Klien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak
 klien mengatakan tidak nafsu makan
 klien mengatakan mual dan muntah
 Klien mengatakan badan terasa lemas
 Klien mengatakan tidak tahu tentang sakit,
 Klien mengatakan tidak tau tentang perawatan di RS
 Klien mengatakan banyak bertanya tentang pengobatan dan obat yang
klien konsumsi

2. Data Objektif :
 Klien tampak susah mengeluarkan dahak saat batuk
 Bunyi ronkhi
 RR 24x/menit
 Terpasang nasal kanul 3 – 4 liter/ menit
 Konjungtiva klien terlihat anemis
 BB menurun: sebelum sakit 60, sesudah sakit 43Kg
 BMI : 16, 8
 Mukosa bibir kering, dan kulit kering
 Porsi makan habis ¼ porsi
 Klien tampak lemas
 Kekuatan otot
 Klien tampan sering bertanya
 Klien tanpak binggung
 Klien tampak sering mengulang pertanyaan

 Mode Adaptasi Konsep Diri :


Klien mengatakan adalah seorang suami dari satu orang istri dan ayah dari tiga orang anak
Klien bekerja sebagai pedagang di janjang gudang Kota Bukittinggi, Klien mengatakan sejak
dan selama klien sakit Aktifitas bekerja membuka dan menjaga kedai nya di tolong oleh anak
atau istri nya. Klien terkadang merasa hiba hati karena peran yang seharusnya klien lakukan
di gantikan oleh anak dan istrinya.
Namun dari keterangan istri , Istri tidak mempermasalahkan hal tersebut,malah sebaliknya
istri memberi dukungan baik,moral,material, spiritual kepada klien

 Mode Fungsi Peran :


Klien sebagai Kepala keluarga mempunyai peran penting bagi istri,dan anak anak nya.Klien
sebagai tulang punggu tampak gigih mencari nafkah,di lihat dari istri yang selalu mengatakan
betapa kami sedih saat suami dan ayah dari anak anaknya sakit. Klien selama sakit tampak
sangat di urus dan sangat di perhatikan oleh sang istri dan keluarga

 Mode Adaptasi Interdependen :


Klien mengatakan Hubungan klien dengan tetangga sekitar sangat lah baik,Klien merupakan
warga asli sekitar tempat tinggalnya, dan sangat di perhatikan oleh lingkungan nya.
 Tingkat Pengetahuan
Klien dengan tingkat pengetahuan sedang tentang kesehatan adalah seorang tamatan SLTA.
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang proses rawatan dan pengobatan yang sedang di
berikan, Klien mengatakan mendapatkan informasi tentang penyakit nya dari dokter yang
memeriksa nya di IGD setelah keluarnya hasil rotgen dada dan hasil laboratorium. Klien
tidak mengetahui dengan jika infeksi paru itu kata lain secara medis adalah TBC.
Sejak informasi itu didapat kan oleh klien, klien aktif bertanya kepada petugas rawatan,
tentang proses penyakit, tentang pengobatan, akibatnya bagi keluarga nya dan bagimana
klien untuk kedepannya. Klien tampak Bingung, mencari jawaban sendiri dan tampak
cemas.

B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

Data Fokus Etiologi Masalah keperawatan


DS : Kuman TB menyerang Bersihan jalan nafas
saluran pernafasan
 Kilen mengatakan tidak efektif
batuk berdahak ( D.0001) Poin 6
Masuk ke Paru – paru
 Klien mengatakan
nafas terasa sesak Membentuk koloni
 Klien mengatakan ditempat infeksi

sulit untuk bicara


Menyebar ke pembuluh
karena nafas terasa limfe regional
sesak
DO: Merangsang Batuk
 Frekuensi nafas: 24
x /Menit Rangsangan batuk
meningkat
 Klien terpasang O2
3 – 4 liter/ menit Sputum kental
 Klien tidak mampu
batuk efektif Sekret tertahan
 Terdapat Ronkhi
 Klien tanpak
gelisah

DS: Respon batuk – batuk Defisit Nutrisi


 Klien mengatakan
(D.0019 ) Poin 1
tidak ada nafsu Penggunaan otot abdomen
makan
 Klien mengatakan Mual dan muntah
lidah perih
 Klien mengatakan Penurunan nafsu makan
mual dan muntah
 Klien mengatakan Jamur ( candiasis )
sekitaran mulut
bibir terasa kering
DO :
Penurunan Berat Badan
 Klien tampak mual
 Klien tampak
Muntah frekwnsi
muntah 2-4 kali
/hari jumlah 30-50
cc /x muntah
 TD= 142/68 mmHg
 Nd = 98 x/ menit
 Sariawan sekitaran
mulut
 Klien tampak
lemas
 BB awal =60 Kg
 BB saat ini = 43Kg
DS: Klien terbatas sumber Defisit Pengetahuan
 Klien mengatakan (D.0111 Poin 4)
kurang memahami tentang penyakit
Klien tidak dapat mengolah
tentang penyakitnya
informasi yg relevan
DO: tentang penyakit
 Klien sering
Persepsi salah
bertanya tentang
penyakitnya
Kebingungan
 Klien sering
mengulang – ulang
Banyak bertanya
menceritakan
riwayat sebelum
Kurang informasi yang
masuk rumah sakit berkaitan tentang
perawatan,penularan dan
 Klien tanpak kepatuhan minum obat
bingung

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN SDKI

No No Diagnosa Diagnosa Keperawatan

1
( D.0001) Poin 6 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

2
(D.0019 ) Poin 1 Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan

3
Defisit pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi
(D.0111 Poin 4)
63

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI (Luaran) SIKI
1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan Batuk Efektif
efektif b.d sekresi yang selama 3x24 jam klien akan :  Identifikasi kemampuan batuk
tertahan ( D.0001) Poin 6  Menunjukkan bersihan jalan napas  Monitor adanya retensi sputum
meningkat (5)
 Atur posisi semi fowler
Kriteria hasil :
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
1. Batuk efektif meningkat (5)
 Anjurkan pasien minum air hangat
2. Produksi sputum menurun (5)
 Anjurkan teknik nafas dalam melalui
3. Mengi menurun (5)
hidung,ditahan selama 2 detik, kemudian
4. Whezzing menurun(5) keluarkan dari mulut selama 8 detik,anjurkan
5. Dispnue menurun (5) mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
6. Ortopneu menurun (5) kemudian anjurkan pasien batuk dengan kuat

7. Gelisah(5) langsung setelah tarik nafas dalam yang


ketiga
8. Frekuensi napas membaik (5)
 Kolaborasi dengan dalam pemberian terapi
9. Pola napas membaik (5)
obat :
 Nebulizer dengan obat combiven dan
ventolin
 Berikan O2 dengan menggunakan nasal
kanul 3-4 liter
Management jalan nafas
 Monitor pola nafas ( frekuensi,
kedalaman, usaha nafas)
 Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronki kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan penghisapan lender kurang dari
15 detik
 Berikan O2 jika perlu
 Anjurkan teknik batuk efektif
 Kolaborasikan pemberian brinkodilator,
ekspektoran, mukolitik , jika perlu
Pemantauan respiratori
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya nafas
 Monitor pola nafas
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor hasil X- ray thoraks
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Informasi hasil pemantauan

2 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi


kurangnya asupan makanan selama 3x24 jam, klien akan:  Identifikasi status nutrsi
(D.0019 ) Poin 1  Status nutrisi klien membaik (5)
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Kriteria hasil
 Identifikasi makanan yang disukai
 Porsi makanan yang dihabiskan
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
meningkat (5)
nutrient
 Berat Baik membaik (5)
 Monitor asupan makanan
 Indeks masa tubuh (IMT)
 Monitor BB
membaik (5)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu
 Frekuensi makan membaik (5)
 Bising usus membaik (5) yang sesuai
 Membran mukosa membaik (5)  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
 Tebal liptan kulit trisep membaik protein
(5)  Anjurkan pasien duduk ketika makan jika
 Nyeri abdomen menurun (5) mampu
 Rambut rontok menurun (5)  Ajarkan diet yang diprogramkan
 Sariawan menurun (5)  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan

3 Defisit pengetahuan b.d Tujuan :


kurang terpaparnya Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
informasi (D.0111 Poin 4) keperawatan selama 2 x 24 jam klien  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
akan :
 Identifikasi fktor factor yang dapat
Kriteria Hasil : meningkatkan dan menurunkan motivasi
 Perilaku sesuai anjuran meningkat perilaku hidup bersih dan sehat
 Sediakan materi dan media pendidikan
(5)
kesehatan
 Kemampuan menjelaskan  Jadwalkan kesempatan untuk bertanya
pengetahuan tentang suatu topic  Jelaskan factor yang dapat
meningkat (5) mempengaruhi kesehatan
 Perilaku sesuai dengan  Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat di gunakan
pengetahuan meningkat (5)
untuk meningkatkan perilaku hidup
 Pertanyaan tentang masalah yang bersih dan sehat
di hadapi menurun (5)
Edukasi program pengobatan
 Persepsi yang keliru terhadap
 Identifikasi pengetahuan tentang
masalah menurun (5) pengobatan dan di rekomdasikan
 Perilaku membaik (5)  Identifikasi penggunaan pengobatan
tradisonal dan kemungkinan efek
terhadap pengobatan
 Fasilitasi informasi atau gambaran untuk
meningkatkan pemahaman
 Libatkan keluarga untuk memberikan
dukungan pada pasien selama
pengobatan
 Jelaskan manfaat dan efek samping
pengobatn
 Jelaskan strategi mengelola efek
saamping obat
 Anjurkan bertanya jika nada sesuatu
yang tidak dimengerti sebelum dan
sesudah pengobatan dilakukan
D. Catatan Perkembangan

No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

1 Minggu Bersihan jalan napas tidak Latihan Batuk Efektif S:


19/07/2020 efektif b.d sekresi yang  Mengidentifikasi kemampuan
Jam 16.00 tertahan - Klien megatakan belum bisa cara batuk
batuk
efektif
Wib  Memonitor adanya retensi
sputum - Klien mengatakan posisi setengah
 Mengatur duduk semi fowler duduk lebih nyaman dan tidak sesak
 Menganjurkan minum air - Klien mengatakan minum air hangat 2
hangat gelas,dahak lebih encer
 Memberikan O2 dengan nasal
kanul 3-4 liter - klien mengatakan nafas masih sesak
- klien mengatakan batuk berdahak
O:

- Klien tampak belum dapat


mendemonstrasikan cara batuk efekti
- Dahak keluar lebih kurang 10 cc
- Warna putih
- Bunyi nafas ronkhi kedua lapang paru
- Klien dapat menghabiskan 2 gelas air
hangat
- Posisi semi fowler
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Frekuensi nafas 24 x/ menit
- Teratur
- Terpasang nasal kanul 3-4 liter/ menit

A : Bersihan jalan napas tidak efektif

P : Latihan batuk efektif dilanjutkan

- Mengidentifikasi kemampuan batuk


- Ajarkan batuk efektif
- Memonitor adanya retensi sputum
- Mengatur duduk semi fowler
- Menganjurkan minum air hangat
- Memberikan O2 dengan nasal kanul 3-4
liter
2 Minggu Defisit nurisi b.d Manajemen Nutrisi S:
19/07/2020 Kurangnya asupan  Mengidentifikas status nutrisi
Jam 16.00 makanan - Klien mengatakan tidak nafsu makan
 Mengidentifikasi alergi dan
wib - Klien mengatakan mual
intoleransi makan
- Klien mengatakan muntah
 Mengidentifikasi makanan
- Klien mengatakan berat badan menurun
yang disukai
- Klien mengatakan lidah perih, sariawan
 Mengidentifikasi kebutuhan O :
kalori dan jenis nutrient
- BB menurun, sebelum sakit 60 sesudah
 memonitor asupan makanan
sakit 43 kg
 Memonitor BB
- BMI : 16,8
- Mukosa bibir kering
- Makan habis 2 sendok
- Muntah 30 cc
- Tampak sariawan

A : Defisit nutrisi

P : Manajemen nutrisi dilanjutkan

- Mengidentifikas status nutrisi


- Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
makan
- Mengidentifikasi makanan yang disukai
- Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- memonitor asupan makanan
- Memonitor Berat badan
1 Minggu Bersihan jalan napas tidak Latihan Batuk Efektif S:
20/07/2020 efektif b.d sekresi sputum  Mengidentifikasi kemampuan
yang tertahan - Klien mengatakan napas masih terasa
batuk
Jam 10:00 sesak
 Memonitor adanya retensi
wib - Klien mengatakan batuk masih berdahak
sputum
O:
 Mengatur duduk semi fowler
 Menganjurkan minum air - Klien telah bisa mengeluarkan dahak
hangat - RR 24x/menit
 Memberikan O2 dengan nasal A : Bersihan jalan napas tidak efektif
kanul 3-4 liter
 Menganjurkan teknik nafas sudah berkurang
dalam melalui hidung,ditahan P : Latihan batuk efektif dilanjutkan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut selama 8 - Mengidentifikasi kemampuan batuk
detik,anjurkan mengulangi - Memonitor adanya retensi sputum
tarik nafas dalam hingga 3 kali - Mengatur duduk semi fowler
kemudian anjurkan pasien - Menganjurkan minum air hangat
batuk dengan kuat langsung - Memberikan O2 dengan nasal kanul 3-4
setelah tarik nafas dalam yang liter
ketiga - Menganjurkan teknik nafas dalam melalui
hidung,ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut selama 8
detik,anjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3 kali kemudian anjurkan
pasien batuk dengan kuat langsung setelah
tarik nafas dalam yang ketiga

2 Minggu Defisit nutrisi b.d Manajemen Nutrisi S:


19/07/2020 Kurangnya asupan  Mengidentifikas status nutrisi
makanan - Klien mengatakan nafsu makan masih
 Mengidentifikasi alergi dan
Jam 12:00 kurang
intoleransi makan
wib - Klien mengatakan masih mual
 Mengidentifikasi makanan
- Klien mengatakan masih muntah tetapi
yang disukai
tidak sebanyak yang kemaren
 Mengidentifikasi kebutuhan
- Klien mengatakan berat badan menurun
kalori dan jenis nutrient
O:
 memonitor asupan makanan
 Memonitor BB - BB menurun, sebelum sakit 60kg sesudah
 Menyajikan makanan secara sakit 43kg
menarik dan suhu yang - BMI : 16,8
sesuai - Muntah : 20 cc
 Memberikan makanan - Mukosa bibir kering
tinggi kalori dan tinggi - Makan habis 3 sendok
protein A : Defisit nutrisi masih belum teratasi
 Menganjurkan pasien duduk
ketika makan jika mampu P : Manajemen Nutrisi dilanjutkan
 Mengajarkan diet yang - Mengidentifikas status nutrisi
diprogramkan - Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
 Berkolaborasi dengan ahli makan
gizi untuk menentukan - Mengidentifikasi makanan yang disukai
jumlah kalori dan jenis - Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
nutrient yang dibutuhkan jenis nutrient
- memonitor asupan makanan
- Memonitor BB
- Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Menganjurkan pasien duduk ketika
makan jika mampu
- Mengajarkan diet yang diprogramkan
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
1 Senin Bersihan jalan napas tidak Latihan Batuk Efektif S:
efektif b.d sekresi yang  Mengidentifikasi kemampuan
20/07/2020 -Pasien mengatakan sesak mulai berkurang
tertahan batuk
dan mengatakan jalan napas sudah mulai
10 : 00 wib  Memonitor adanya retensi
lapang
sputum
- Pasien mengatakan batuk berdahak sudah
 Mengatur duduk semi fowler
berkurang
 Menganjurkan minum air O:
hangat
 Memberikan O2 dengan nasal - Pasien telah bisa mengeluarkan secret
kanul 3-4 liter secara efektif
 Menganjurkan teknik nafas - RR 20x/menit
dalam melalui hidung,ditahan A : Masalah bersihan jalan napas dapat teratasi
selama 2 detik, kemudian sebagian
keluarkan dari mulut selama 8
P : Latihan batuk efektif intervensi dilanjutkan
detik,anjurkan mengulangi
tarik nafas dalam hingga 3 kali - Mengidentifikasi kemampuan batuk
kemudian anjurkan pasien - Memonitor adanya retensi sputum
batuk dengan kuat langsung - Mengatur duduk semi fowler
setelah tarik nafas dalam yang - Menganjurkan minum air hangat
ketiga - Memberikan O2 dengan nasal kanul 3-4
liter
- Menganjurkan teknik nafas dalam melalui
hidung,ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut selama 8
detik,anjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3 kali kemudian anjurkan
pasien batuk dengan kuat langsung setelah
tarik nafas dalam yang ketiga

2 Senin Defisit nutrisi b.d Manajemen Nutrisi S:


20/07/2020 kurangnya asupan  Mengidentifikas status nutrisi
makanan - Klien mengatakan nafsu makan sudah
 Mengidentifikasi makanan
Jam 10 : 00 meningkat
yang disukai
wib - Klien mengatakan mual masih ada tetapi
 Mengidentifikasi kebutuhan
sudah mulai berkurang
kalori dan jenis nutrient
- Klien mengatakan muntah sudah tidak ada
 memonitor asupan makanan
O:
 Memonitor BB
 Menyajikan makanan secara - BB menurun, sebelum sakit 60kg sesudah
menarik dan suhu yang sakit 43kg
sesuai - BMI : 21,32
 Memberikan makanan - Mukosa bibir kering
tinggi kalori dan tinggi - Makan habis 1/2 porsi
protein
 Berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan A : defisit nutrisi teratasi sebagian
jumlah kalori dan jenis P : Manajemen Nutrisi intervensi dilanjutkan
nutrient yang dibutuhkan
- Mengidentifikas status nutrisi
- Mengidentifikasi makanan yang disukai
- Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- memonitor asupan makanan
- Memonitor BB
- Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
3 Minggu Defisit pengetahuan b.d Edukasi Kesehatan S:
19/07/2020 Kurang terpaparnya Mengajarkan pengelolaan Faktor
Jam 12:00 informasi faktor Resiko penyakit perilaku - Klien mengatakan tidak tau dengan apa
wib hidup bersih dan sehat yang sedang klien rasakan
- Klien menerka nerka penyakit klien saat
 Identifikasi kesiapan dan ini.
kemampuan menerima O:
informasi - Klien tampak banyak pertanyaan
 Identifikasi Faktor faktro - Klien mencari jawaban sendiri
yang dapat meningkatkan - Klien menerka nerka penyakit saat ini
dan menurunkan motivasi - Bingung (+)
perilaku hidup brsih dan - Tidak mengerti tentang perawatan saat
sehat ini mencari cari informasi kepada klien
 Sediakan materi dan media
A : Defisit pengetahuan
pendidikan kesehatan
 Berikan kesempatan untuk P : Edukasi kesehatan
bertanya
 Jelaskan Faktor Resiko - Identifikasi kesiapan dan
yang dapat mepengaruhi kemampuan menerima informasi
kesehan - Identifikasi factor factor yang dapat
 Ajarkan perilaku hidup meningkatkan dan menurunkan
bersih dan sehat motifasi perilaku hidup bersih dan
sehat
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Berikan kesempatan bertanya
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
Jumat Defisit pengetahuan b.d Edukasi Kesehatan S:
Kurang terpaparnya Mengajarkan pengelolaan Faktor
27/07/2020 - Klien mengatakan sudah mengerti cara
informasi faktor Resiko penyakit perilaku
hidup bersih dan sehat batuk efektif
Jam 16:00
- Klien mengatakan sudah mengerti cara
wib  Identifikasi kesiapan dan
membuang dahak
kemampuan menerima
- Klien sudah mengerti tentang obat yang
informasi
klien minum
 Identifikasi Faktor faktro
O:
yang dapat meningkatkan
- Klien dapat menjelaskan tentang
dan menurunkan motivasi
cara batuk efektif
perilaku hidup brsih dan
- Klien dapat mempraktekan/
sehat
mendemostrasikan cara batuk
 Sediakan materi dan media
efektik
pendidikan kesehatan
- Klien tampak sudah memilki
 Berikan kesempatan untuk
mug tersendiri tempat
bertanya
membuang sputum
 Jelaskan Faktor Resiko
- Ronkhi (+) sudah halus
yang dapat mepengaruhi
- Pernafasan 18-20 x/ menit
kesehatan
- Nasal kanul oksigen k/p
 Ajarkan perilaku hidup
- Klien dapat menjelaskan tentang
bersih dan sehat
obat apa saja yang klien minum
dan tujuan obat tsb.
A : Defisit pengetahuan

P : Edukais kesehatan

- Identifikasi kesiapan dan


kemampuan menerima informasi
- Identifikasi factor factor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
motifasi perilaku hidup bersih dan
sehat
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Berikan kesempatan bertanya
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa

Tuberculosis di Ruang Rawatan Inap Penyakit dalan RSI Ibnusina Bukittinggi

Selanjutnya akan dibahas tantang kesenjangan antara bahasan teoritis dengan

kenyataan yang ditemukan pada pasien dilapangan.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter danperry,

2005).

Dari hasil pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan

gejala di teori dengan tanda dan gejala pada pasien Tuberculosis. Hal ini sesuai

dengan pengkajian penulis kepada pasien yang masuk ruang rawat Penyakit

dalam pada tanggal 18 Juli 2020 jam 15.00 WIB

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Juli 2020 pukul 10.00

didapatkan data klien mengatakan nafas terasa sesak disertai dengan batuk

berdahak sebelumnya klien mengatakan pernah mengeluarkan batuk berdarah

tatapi hanya sekali saja, badan terasa menggigil dimalam hari dan mengeluarkan

keringat yang berlebihan tanpa ada aktifitas klien, juga mengatakan terasa mual,

badan terasa letih nafsu makan menurun sejak satu minggu yang lalu, badan

terasa lemas.

Manifestasi klinis dari Tuberculosis adalah batuk selama 2 minggu,

sesak nafas, keletihan, penurunan berat badan,anoreksia

71
72

(kehilangan napsu makan), dan demam ringan yang biasanya terjadi pada siang

hari. “berkeringat malam”. Dipsnea, nyeri dada, dan hemoptisis

Tanda dan gejala yang dirasakan Tn.S seperti batuk disertai darah segar,

sesak nafas. Manifestasi yang penulis temukan ini sesuai dengan teori Potter &

Perry (2005) yang menjelaskan Manifestasi pada pasien pada Tuberculosis

Hal ini sesuai dengan teori tentang tuberculosis, dimana tuberculosis bisa

terjadi karena Makanan yang sudah tercemar bakteri tuberculosis, melalui

droplet dan juga lesi kulit penderita tuberculosis. Dan dari hasil pengkajian yang

diperoleh dari pasien, pada pemeriksaan penunjang yang ada di teori ditemukan

bahwa hasil pemeriksaan sputum melalui pemeriksaan labor didapatkan hasil

bahwa bakteri Tuberculosis pada Tn. S bersifat aktif, sehingga disimpulkan

bahwa pasien menderita penyakit Tuberculosis.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual

atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin

dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien

didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan

medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama pengkajian (Potter danperry,

2005).

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul dengan klien

Tuberculosis adalah sebagai berikut:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubngan dengan sekresi mukus

yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema

trakheal/faringeal.
2. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan menurunya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.

3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membran

alveolar-kapiler.

4. Defisit nutrisi yang berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dipsnea,

peningkatan metabolisme tubuh.

5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak napas,

dan nyeri dada.

6. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang

lemah).

7. Ansietas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang

dibayangkan (ketidakmampuan bernapas) dan prognosis penyakit yang

belum jelas.

8. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan penatalaksanaan perwatan dirumah.

9. Nyeri akut yang berhubungan dengan terjadinya gesekan inspirasi dan

ekspirasi

Dari 9 diagnosa keperawatan yang ada di teoritis tidak sesuai dengan

kenyataan yang ditemui kelompok dilapangan dari hasil pengkajian yang

telah kelompok kumpulkan, mulai dari pengkajian awal, pengelompokkan

data, mengidentifikasi masalah klien, hingga perumusan diagnosa. Penulis

menemukan 3 diagnosa keperawatan padaTn. S yaitu:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

2. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makan


3. Defisit pengetahuan b.d Kurangnya terpaparnya informasi

Dari 9 diagnosa yang ada pada teori, hanya 3 diagnosa yang

ditemukan pada pasien, dan dari 3 diagnosa yang ditegakkan diagnosa

bersihan jalan napas tidak efektif dan defisit nutrisi belum teratasi

diakibatkan oleh waktu yang terbatas sehingga implementasi dipertahankan.

C. Intervensi

Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan

dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan

ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan

tersebut (Potter dan Perry, 2005).

Selama perencanaan dibuat perioritas terhadap intervensi kepada Tn.S

selain berkolaborasi dengan klien, juga berkolaborasi dengan, perawat lain di

ruangan rawat Paru. Hasil yang diharapkan dirumuskan berdasarkan SIKI

dengan sasaran spesifik masing-masing diagnosa dan perencanaan tujuan dengan

membuat aktifitas berdasarkan intervensi SLKI.

Diagnosa pertama yang penulis angkat yaitu Bersihan jalan napas tidak

efektif b.d sekresi yang tertahan. Dalam pemecahan masalah ini penulis

melakukan intervensi dengan identifikasi kemampuan batuk, monitor adanya

retensi sputum, mengatur duduk posisi semi fowler, jelaskan tujuan dan prosedur

batuk efektif, anjurkan pasien minum air hangat, anjurkan teknik nafas dalam

melalui hidung ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut selama 8

detik,anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali kemudian anjurkan

pasien batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ketiga,
kolaborasi dengan dalam pemberian terapi obat nebulizer dengan obat combiven

dan ventolin, dan memberikan O2 dengan menggunakan nasal kanul 3-4 liter.

Diagnosa kedua yaitu Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan.

Dalam pemecahan masalah ini, penulis melakukan intervensi identifikasi status

nutrsi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi makanan yang

disukai, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient, monitor asupan

makanan, monitor BB, sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai,

berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, anjurkan pasien duduk ketika

makan jika mampu, ajarkan diet yang diprogramkan, kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan

Diagnosa ketiga yaitu Defisit Pengetahuan b.d Kurangnya terpapar

informasi. Dalam pemecahan masalah ini, penulis melakukan intervensi

identifikasi Pengetahuan Klien, Identifikaasi cara penerimaan informasi,

Kemampuan mengulang informasi

D. Implementasi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Adapun faktor pendukung terlaksananya implementasi adalah:

1. Adanya Kooperatif pasien terhadap semua implementasi yang dilakukan

2. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan

lainnya.

Adapun implementasi dari diagnosa pertama bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan penumpukan sekret yaitu memberikan posisi yang


nyaman (semi fowler), memberikan oksigen dengan nasal kanul sebanyak 3 liter,

menganjurkan pasien minum air hangat , mengajarkan teknik batuk efektif,

berkolaborasi dalam pemberian terapi obat nebulizer combiven dan ventolin

Dari pengkajian pasien mengatakan sputumnya berhasil keluar dengan cara

teknik batuk efektif, pasien memahami apa itu batuk efektif. Dari data objektif

yang kami dapat pasien mampu mendemonstrasikan teknik batuk efektif,

sehingga pasien taampak rileks bersihan jalan nafasnya dapat teratasi sebagian.

Teknik batuk efektif yang dilakukan Sasono mardiono (2013), Yusnaini

siagian (2019) dalam jurnal pengaruh latihan batuk efektif terhadap frekuensi

pernafasan pada pasien tuberkulosis di rawat inap penyakit dalam RS Pelabuhan

Palembang Tahun 2013 di harapkan pasien yang sudah melakukan teknik batuk

efektif bahwa hampir seluruh responden dapat mengeluarkan sputum sesudah

dilatih batuk efektif sebesar 19 responden (79,2%) dan hasil uji statistik chi

kuadrat 0,021 berarti < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh teknik batuk efektif

terhadap pengeluaran sputum pasien tuberculosis.

Implementasi dari diagnosa kedua Defisit nutrisi berhubungan dengan

pemasukan yang tidak adekuat yaitu mengidentifikas status nutrisi,

mengidentifikasi makanan yang disukai, mengidentifikasi kebutuhan kalori dan

jenis nutrient memonitor asupan makanan, memonitor BB, menyajikan makanan

secara menarik dan suhu yang sesuai, memberikan makanan tinggi kalori dan

tinggi protein, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrient yang dibutuhkan

Implementasi dari diagnosa ketiga Defisit pengetahuan mengidentifikasi

tentang Banyak nya informasi yang di dapat dan di pahami oleh pasien dan
keluarga, serta bagaimana klien dan keluarga menyikapi tentang penyakit dan

peraswatan klien dselama sakit, dan pengawasan minum OAT di rumah.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang

menundakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

penatalaksanaan yang sudah berhasil di capai (Potter dan Perry, 2005).

Dari intervensi selama ada diruangan rawatan Paru, yang dilakukan

menunjukkan adanya pengobatan terhadap gejala yang terjadi. Pada saat sesak nafas,

pasien bisa mengatur posisi untuk mengurangi sesak nafas. Pada saat pasien mulai

merasa letih, pasien bisa meningkatkan nutrisinya. Dan pada saat pasien ingin

beraktifitas seperti makan sudah mampu secara mandiri, berpindah pasien bisa

melakukannya secara bertahap.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil analisa data dan pembahasan Asuhan keperawatan

pada Tn. S Dengan Tuberculosis di Ruang Rawat Inap Penyakit dalam Ar

razi RSI Ibnusina bukittinggi maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dalam kasus sudahdilakukanpengkajian keperawatan meliputi: identitas

klien, pengkajian Head to toe.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini sebagai berikut:

bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekret yang tertahan, Defisit nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, anoreksia dan Defisit Pengetahuan b.d

kurang terpaparnya informasi Intervensi yang dilakukan pada diagnosa

bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum antara

lain dengan pengaturan posisi fowler meberikan oksigen nasal kanul 3-4

liter,mengajarkan teknik batuk efektif diagonsa kedua defisit nutrisi b.d

pemasukan yang tidak adekuat dengan melakukan aktifitas identifikasi status

nutrsi, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, identifikasi makanan yang

disukai, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient, monitor asupan

makanan, monitor BB, sajikan makanan secara menarik dan suhu yang

sesuai, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, anjurkan pasien

duduk ketika makan jika mampu, ajarkan diet yang diprogramkan, kolaborasi

dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang

78
dibutuhkan diagonsa ketiga Defisit pengetahuan mengidentifikasi tentang

Banyak nya informasi yang di dapat dan di pahami oleh pasien dan keluarga,

serta bagaimana Klien dan keluarga menyikapi tentang penyakit dan

perawatan klien dselama sakit, dan pengawasan minum OAT di rumah.

2. Implementasi utama yang sudah dilaksanakan untuk klien dengan

Tuberkulosis adalah dengan pemberian posisi nyaman seperti posisi semi

fowler pemberian oksigen dengan nasal kanul 3-4 liter, mengajarkan teknik

batuk efektif, pemberian obat nebulizer combiven dan ventolin, berkolaborasi

dengan ahli gizi menganai diit pasien, menganjurkan melakukan aktivitas

secara bertahap

3. Evaluasi merupakan kunci keberhasilan pada proses keparawatan untuk

masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian dengan RR

20x/menit irama nafas masih kurang teratur.

B. Saran

Berdasarkan kasus yang diambil penulis dengan judul asuhan

keperawatan pada Tn.S dengan TB di ruang penyakit dalam Ar razi RSI

Ibnusina Bukittinggi demi kebaikan selanjutnya maka penulis menyarankan

kepada :

Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan untuk

melanjutkan asuhan keperawatan yang sudah dikelola oleh penulis yang

bertujuan untuk pemulihan kesehatan pasien dandalam perawatan luka

disesuaikan dengan kebutuhan pasien hanya sebagai rutinitas sehari –hari.

78
79

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1

cetakan II

Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1

cetakan II

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1

cetakan II

Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Doenges, Marilynn E.Mary Frances Moorhouse,Alice C. Geissler.2000.Rencana

Asuhan Keperawatan.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Asih, Niluh Gede Yasmin, S.Kep dan Christantie Effendy, S.Kep.2004.Keperawatan

Medikal Bedah.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Wijaya, Andra Saferi, Skep dan Yessie Mariza Putri, Skep.2013.Keperawatan

Medikal Bedah Jilid I.Yogyakarta:Nuha Medika

http://nerssaputra.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-asuhan-keperawatan-
pada.html

Anda mungkin juga menyukai