OLEH
KELOMPOK INTERNE
1. HERMALINA,S.Kep
2. REVINA INDIKA PUTRI,S.Kep
3. RIA SARI REZKY,S.Kep
CI AKADEMIK CI KLINIK
(…………………………) (………………….….)
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Bukittinggi, 29 Juli
2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................. 4
D. Manfaat …………………………………………………………. . 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 7
A. Pengertian tuberculosis.................................................................... 7
B. Etiologi ............................................................................................ 8
C. Patofisiologi..................................................................................... 8
D. Jenis-jenis tuberculosis .................................................................... 10
E. Manifestasi klinis............................................................................. 13
F. komplikasi ....................................................................................... 13
G. pemeriksaan penunjang ................................................................... 15
H. pencegahan ...................................................................................... 16
I. penatalaksanaan.....................................................................................17
J. WOC......................................................................................................20
K. Asuhan keperawatan teoritis............................................................ 21
BAB III LAPORAN KASUS........................................................................ 45
A. Pengakajian keperawatan ................................................................ 45
B. Analisa data & diagnose keperawatan............................................. 58
C. Intervensi keperawatan ................................................................... 59
D. Catatan perkembangan .................................................................... 62
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 71
A. Pengkajian ...................................................................................... 71
B. Diagnosa keperawatan..................................................................... 72
C. Intervensi ......................................................................................... 74
D. Implementasi .................................................................................. 75
E. Evaluasi ........................................................................................... 77
ii
BAB V PENUTUP..............................................................................................78
A. Kesimpulan............................................................................................78
B. Saran......................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
EVIDANCEBASE
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan
1
2
pada laki – laki yaitu sebanyak 6.779 juta (63,04%) pada perempuan
2016).
malam, dan penurunan berat badan. Gejala lain yang dapat ditemukan
adalah batuk darah, sesak napas, nyeri dada, malaise, serta anoreksia.
napas akut, asma, serta PPOK. Walaupun begitu, batuk selama 2-3
pengobatan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Paru pada Tn.S di ruang rawatan inap Penyakit dalam RSI Ibnusina
Bukittinggi
Bukittinggi
Bukittinggi
Bukittinggi
D. MANFAAT
2. Bagi Mahasiswa
TINJAUAN TEORI
yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu
alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui
ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang – kadang melalui
lesi kulit. Apabila bakteri tuberkulin dalam jumlah yang bermakna berhasil
saluran napas bawah, pejamu akan melakukan respons imun dan inflamasi
yang kuat. Karena respons yang hebat ini, terutama yang diperantarai sel-T
yang menularkan penyakit ke individu lain dan hanya selama masa infeksi
Kedokteran EGC)
7
7
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon
B. Etiologi
dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um, sebagian besar kuman terdiri atas
lemak (lipid), peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA), kuman dapat bertahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini karena kuman bersifat
dormant, yaitu kuman dapat aktif kembali dan menjadikan tuberkulosis ini aktif lagi. Sifat
lain adalah aerob, yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya (Sudoyo,
2007).
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu
terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar
(lebih besar dari 100 μ) dan kecil ( 1- 5 μ ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet
yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Mereka yang kontak
dekat dengan seseorang TB aktif, mempunyai resiko untuk tertular tuberkulosis, hal ini juga
tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di udara (Smeltzer dan Bare, 2002).
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Namun kebanyakan infeksi terjadi
basil tuberkel dari orang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya berada di bagian bawah lobus atas paru-paru atau di bagian
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Gejala ini dapat sembuh
dengan sendirinya.
Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan berkembang
biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Lesi
disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dengan
fokus ghon disebut kompleks ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan
aktif karena gangguan atau respons inadekuat dari sistem imun. Penyakit aktif
dapat juga terjadi akibat infeksi ulang atau aktivasi bakteri dorman. Hanya
sekitar 10% yang awalnya terinfeksi yang mengalami penyakit aktif. Basil TB
dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman. Penyakit dapat juga
menyebar melalui kelenjar limfe dan pembuluh darah yang dikenal dengan
1. Tuberculosis Primer
terhirup dari udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau
dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini ,
bertempat di hilus dan disebut juga dengan TB primer. Fokus primer paru
biasanya bersifat unilateral dengan sub pleura terletak diatas atau di bawah
menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah dan akan
bersifat sistematis.
berkembang lebih jauh dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak
lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi inang
daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberculosis yang dorman
dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktivasi infeksi primer atau
2. Tuberculosis Sekunder
dan organ lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas dan terlokalisasi.
mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut
seluler.
sumber eksogen, terutama pada usia tua dengan riwayat semasa muda
pernah terinfeksi bakteri TB. Biasanya hal ini terjadi pada daerah apikal
atau segmen posterior lobus superior (fokus simon), 10-20 mm dari pleura
dan segmen apikal lobus inferior. Hal ini mungkin disebabkan oleh kadar
diliputi oleh produksi yang tebal berisi pembuluh darah pulmonal. Kavitas
yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal. Masalah lainnya
pada kavitas yang kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergillus yang
Gejala utama Klien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan Klien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
Klien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala
a. Demam
mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian
dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga Klien merasa tidak pernah terbebas
b. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka
mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
c. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
e. Malaise
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan
turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas.
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
biasanya terjadi pada siang hari. “berkeringat malam” dan ansietas umum
sering tampak. Dipsnea, nyeri dada, dan hemoptisis adalah juga temuan
yang umum.
F. Komplikasi
Penyakit yang parah dapat menyebabkan sepsis yang hebat, gagal napas,
galur lain yang resisten obat dapat terjadi. Penyakit TBC bisa menimbulkan
TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap
di paru-paru, lalu terjadi komplikasi dan masuk ke tulang. Atau bisa juga
bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat aliran darah dari paru-paru.
bervariasi. Ada yang singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-
tahun. Bakteri TBC biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat
kondisi tubuh sedang lemah, misalnya selagi anak terkena penyakit berat.
Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri pun leluasa menjalankan aksinya.
panggul, dan tulang belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari
bentuk tulang belakang penderita. Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring
ke kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi panggul yang rusak pun membuat
penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil,
dilakukan. Lain halnya jika berat, tindakan operasi tidak bisa menolong
karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa cacat seumur hidup.
2. Usus
Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita
membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus antara lain anak sering
dengan penyakit lain. Ciri lainnya tergantung bagian mana dan seberapa
luas bakteri itu merusak usus. Demikian juga dengan pengobatannya. Jika
ada bagian usus yang membusuk, dokter akan membuang bagian usus itu
3. Otak
dengan orang yang terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi,
4. Ginjal
mungkin bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang biasa terjadi antara
dan pengobatan yang tepat. Sedangkan gagal ginjal kronik sudah tidak
ginjal. (http://nerssaputra.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-asuhan-
keperawatan-pada.html)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Ziehl Neelsen
(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif
2. Kultur sputum
4. Rontgen Dada
Menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit
kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu
area fibrosa.
nekrosis.
6. AGD
residual.
H. Pencegahan
(air sabun)
I. Penatalaksanaan
lama karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotik dan cepat
bermutasi apabila terpajan antibiotik yang masih sensitif. Saat ini, terapi untuk
individu pengidap infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan setidaknya
selama sembilan bulan atau lebih lama. Apabila pasien tidak berespon
terhadap obat – obatan tersebut, obat dan protokol pengobatan lain akan
diupayakan.
aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9 bulan untuk membantu respons
Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan
b. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan
mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk
memperbaiki kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip
granulomatosa tuberculosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.
J. WOC
Mycobacterium
menetap/dormant
Resiko tinggi Penyebaran kuman
Kurang informasi
Imunitas tubuh menurun
Iritasi
Menyebabkan
infiltrasi pleura
Sesak napas
Peradangan
pada bronkus
Terjadi gesekan inspirasi
dan eksperasi
Malaise Batuk Pembuluh
darah pecah
Distres pernapasan
Nyeri
Anoreksia Skret kental
Batuk darah
BB Menurun
Resiko kerusakan
pertukaran gas
21
1. Pengkajian
A. Identitas
a. Klien
- Nama :
- Umur :
dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia yang paling umum
- Jenis Kelamin :
- Status perkawinan :
- Pendidikan :
- Agama :
- Pekerjaan :
- Alamat :
(agar perawat mengetahui apakah lingkungan tempat tinggal klien
tuberkulosis paru)
- No. RM :
- Diagnosis medic :
- Tanggal masuk :
- Tanggal pengkajian :
Penanggung Jawab
- Nama :
sesuai).
- Umur :
- Jenis Kelamin :
- Pendidikan :
- Agama :
- Pekerjaan :
- Alamat :
- Hubungan keluarga :
B. Keluhan Utama
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator, yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah klien gejala yang timbul tidak
1. Keluhan Respiratoris
a. Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
b. Batuk Darah
Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alasan
utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan. Hal ini disebabkan rasa
takut klien pada darah yang keluar dari jalan napas. Perawat harus
menanyakan seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood
c. Sesak Napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
anemia, dll.
d. Nyeri Dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala ini
2. Keluhan Sistemis
a. Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam
hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin
batuk, panas dan sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai
gejala pneumonia.
utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan
batuk muncul. Tanyakan selama keluhan batuk muncul, apakah ada keluhan lain
seperti demam, keringat malam, atau menggigil yang mirip dengan demam
influenza karena keluhan demam dan batuk merupakan gejala awal dari penyakit
TB paru.
Apabila keluhan utamnya adalah batuk darah, maka perlu ditanyakan kembali
berapa banyak darah yang keluar. Klien TB paru sering menderita batuk darah.
klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis
dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB
paru seperti diabetes melitus. Tanyakan mengenai obat – obat yang biasa diminum
oleh klien pada masa yang lalu yang masih relevan, obat – obat ini meliputi obat
OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Adanya
alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul. Sering kali, klien
mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat. Kaji lebih dalam tentang
seberapa jauh penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir. Penurunan bb pada
serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT.
apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainya sebagai faktor
F. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan pada selintas
pandang dengan menilai keadaan fisik pada bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai
secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas composmentis, apatis,
1. Tingkat Kesadaran
a. Kualitas
Kuantitas
- Respon Motorik :
- Respon Verbal :
Jumlah :
hipertensi.
- Suhu :
- Nadi :
- Pernapasan :
- Tekanan Darah :
G. Pemeriksaan Sistematis
B1 (Breathing)
1. Inspeksi
paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter
penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat
adanya ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran intercostal space (ICS) pada sisi
yang sakit. TB paru yang disertai atelaktasis paru membuat bentuk dada menjadi
komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru biasanya klien
menggunakan otot bantu napas. Tanda lainnya adalah klien dengan TB paru juga
mengalami efusi pleura yang masif, pneumothoraks, abses paru masif, dan hidro
simetris, sehingga yang terlihat adalah pada sisi yang sakit pergerakan dadanya
tertinggal.
Klien dengan TB paru biasanya tampak kurus sehingga pada bentuk dada
diameter lateral. Apabila ada penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura
space (ICS) pada sisi yang sakit. TB paru yang disertai atelaktasis paru membuat
Bentuk dan sputum. Saat melakukan pengkajian batuk pada klien dnegan TB
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen. Periksa jumlah
2.Palpasi
tidak spesifik – penyakit dari lobus atas paru. Pada TB paru yang disertai adanya
efusi pleura masif dan pneumothoraks akan medorong posisi trakhea ke arah
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat bernapas biasanya
normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan
meletakkan tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang
dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronkhial
untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi
konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada disebut taktil
fremitus. Adanya penurunan taktil fremitus pada klien dnegan TB paru biasanya
ditemukan pada klien disertai komplikasi efusi pleura masif, sehingga hantaran
suara menurun karena transmisi getaran suara harus melewati cairan yang
dapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapangan paru. Pada klien dengan
TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi
redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di
4. Auskultasi
Pada klien TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi yang
melalui stetoskop ketika klien berbicara disebut sebagai resonan vokal. Klien
B2 (Blood)
tidak didapatkan.
B3 (Brain)
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak
TB paru dengan hemoptoe masif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru
B4 (Bladder)
karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine
yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih
B5 (Bowel)
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap,
1. Pola Makan
perawat memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko
sosio spiritual yang seksama. Pada kondisi klinis, pada klien TB paru sering
paru sangat rentan dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman
padat dan kumuh dikarenakan populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup di
tempat yang kumuh dengan ventilasi dan pencahayaan sinar matahari yang
H. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubngan dengan sekresi mukus
trakheal/faringeal.
2. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan menurunya ekspansi paru
alveolar-kapiler.
5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak napas,
lemah).
7. Ansietas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang
jelas.
perwatan dirumah.
9. Nyeri akut yang berhubungan dengan terjadi gesekan inspirasi dan eksperasi.
I. Rencana Intervensi Keperawatan
4. Dispnue Edukasi
menurun (5)
Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
5. Ortopne efektif
menurun (5)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya nafas
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Terapi Oksigen
Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Edukasi:
Anjurkan pasien duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (misal, pereda nyeri), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu
Edukasi:
Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat antiansietas
Edukasi
jelaskan penyebab dan periode pemicu
nyeri
jelaskan strategi pereda nyeri
anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 52 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Janjang Gudang
No RM 35 17 32
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : TB Paru
Pendidikan Terakhir : SLTA
Tanggal Masuk : 18 Juli 2020
Tanggal Pengkajian : 19 Juli 2020
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.M
Umur : 47 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan : Istri
No Telepon 082174305377
Alamat : Janjang Gudang
3. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama :
Klien mengeluh nafas sesak
Klien mengeluh Batuk
Klien mengatakan Nafsu makan menurun disertai mual, muntah
Klien datang melalui IGD jam 13: 00 dengan keluhan nafas sesak, batuk
berdahak sudah hampir lebih 1 bulan ini, berdahak warna putih namun klien
mengatakan batuk lebih banyak seperti mendehem dehem dan sering meludah,
Klien tidak dapat mengeluarkan dahak nya dan di saat klien batuk ingin
mengeluarkan dahak nya nafas terasa sesak mual mual sudah hampir 1 minggu
ini, muntah di rumah sejak pagi tadi 2-3 kali hingga siang ini. Klien
mengatakan tidak mau makan sudah 2 hari ini. Klien mengatakan lidah perih
dan banyak sariawan disekitaran mulut dan gusi. Berat badan turun dalam
waktu 6 bulan ini, Berat badan sebelum sakit 60 kg, sekarang saat di IGD 43
Kg
Riwayat Kesehatan Dahulu :
Allergy
Obat : Klien mengatakan tidak ada alergi obat
Makanan : Klien mengatakan tidak ada alergi makanan
Lainnya : Tidak ada
Riwayat Operasi : Klien mengatakan tidak pernah operasi sebelumnya.
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berbahaya seperti jantung,
hipertensi, diabetes,dll, klien mengkonsumsi rokok sebungkus per hari
semenjak masa muda klien umur 20 tahunan namun sudah >5 tahun ini
berhenti merokok .
Genogram :
Ket:
Laki-laki Tinggal serumah Klien
Perempuan Meninggal
4. Fisiologis
A. Oksigenasi
1) Fisik (Paru)
Inspeksi : Dada kiri dan kanan simetris, nafas terasa sesak, klien
tampak terpasang nasal kanul dengan O2 3 – 4 liter/ menit tidak ada
retraksi dada, tidak terdapat cuping hidung, batuk berdahak,
RR:28x/menit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi paru pekak
Auskultasi : Terdapat bunyi Ronchi
2) Laboratorium
Hasil cek TCM (Tet Cepat Microbacterium) ( dikirim ) tgl 22/07/2020
Hasil tgl 29/07/2020 ( positif )
ECG
(EKG) tgl 11/0702020 (IGD)
- Irama : Sinus
- Heart rate : 95x/i
- Axis : Normal
- Gelombang P : Normal
- Interval PR : Normal (3 kotak )
- QRS Complex : 35 mm
Kesan : Sinus Ritme ( Normal )
2) Lab
Hematologi Tanggal 18 Juli 2020
Variable Nilai Nilai normal Kesan
Hemoglobin 9,2 12.0-15.0 Menurun
Trombosit 395 150-400 x 103/ Normal
𝑚𝑚3
C. Nutrisi
1) Antropometri
Tinggi Badan = 160 cm
Berat Badan = BB sebelum sakit 60 kg, sesudah sakit 43kg
IMT = 16,8kg/m
D. Eliminasi
1) Fisik
Aktivitas/kemampuan 0 1 2 3 4
beraktivitas
Makan/minum V
Berpakaian/berdandan v
Toileting v
Mobilisasi ditempat v
tidur
Berpindah v
Berjalan v
Menaiki tangga v
Berbelanja v
Memasak v
Pemeliharaan rumah v
Kekuatan otot :
Kiri Kanan
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total
1 = terdapat sedikit kontraksi, namun tidak didapatkan gerakan pada
persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut
2 = didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya
berat (gravitasi)
3 = dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
4 = disamping dapat melawan gaya berat, ia dapat pula mengatasi
sedikit tahanan yang diberikan
5 = tidak ada kelumpuhan (normal)
2) Istirahat dan tidur
Kebiasaan : 4-5 jam/ malam, 1 jam/Siang
Merasa segar setelah tidur : tidak
Masalah-masalah : sering terbangun saat tidur malam dan susah tidur
karena nafas terasa sesak dan batuk
3) Pemeriksaan diagnostik lain (Rongent tulang): tidak ada
Tingkat Resiko :
o Resiko Tinggi = ≥ 45 ( pasang stiker pada gelang dan penanda resiko jatuh)
o Resiko Sedang = 25 – 44
oResiko rendah = 0 – 25
4) Sensori
1) Fisik
Nyeri : Tidak ada nyeri
Penglihatan :
Ketajaman : agak sedikit kabur melihat jarak jauh
Konjungtiva : konjungtiva anemis
Sclera : tidak ikterik
Reflek cahaya : +/+
Pupil : Isokor
Penciuman :
Sumbatan : tidak tersumbat
Perdarahan : tidak ada perdarahan
Pengecapan :
Manis : Klien dapat merasakan rasa manis
Asin : Klien dapat merasakan rasa asin
Asam : Klien dapat merasakan rasa asam
Pendengaran :
Kanan : pendengaran sedikit berkurang
Kiri : pendengaran sedikit berkurang
5) Cairan dan Elektrolit
1) Fisik
Intake
Minum : 1500 ml/24 jam
Intravena : 1000 (2 kolf asering) ml/24 jam
Total : 2500 ml/24 jam
Output
Urine : 2000 ml/24 jam
IWL : 645 ml/24 jam
Muntah : 30cc /24 jam
Total : 1105 ml/24 jam
Balance : 2500 – 3780 = - 1.280 cc
Tanda
Dehidrasi : ada tanda dehidrasi
Distensi : tidak ada tanda distensi
Edema : tidak ada tanda edema
Orientas
i
terhadap
orang
baik
Tempat : Orientasi terhadap tempat baik
Waktu : Orientasi terhadap waktu baik
7) Endokrin
1) Fisik
Kelenjar tiroid Pembesaran : tidak ditemukan pembesaran kelenjer tiroid
Tremor : tidak terjadi tremor
2) Pancreas
Tidak ditemukan Trias DM : poliuri (-), polidipsi (-), polifagi (-)
3) Lab
Tanggal : 18 Juli 2020 jam 13.00 Wib
Therapy :
Variable Nilai Nilai normal Kesan
Gula darah 111mg/dl <140 mg/dL Normal
sewaktu
5. Data Fokus
1. Data Subjektif :
Klien mengatakan sesak napas dan batuk berdahak
klien mengatakan tidak nafsu makan
klien mengatakan mual dan muntah
Klien mengatakan badan terasa lemas
Klien mengatakan tidak tahu tentang sakit,
Klien mengatakan tidak tau tentang perawatan di RS
Klien mengatakan banyak bertanya tentang pengobatan dan obat yang
klien konsumsi
2. Data Objektif :
Klien tampak susah mengeluarkan dahak saat batuk
Bunyi ronkhi
RR 24x/menit
Terpasang nasal kanul 3 – 4 liter/ menit
Konjungtiva klien terlihat anemis
BB menurun: sebelum sakit 60, sesudah sakit 43Kg
BMI : 16, 8
Mukosa bibir kering, dan kulit kering
Porsi makan habis ¼ porsi
Klien tampak lemas
Kekuatan otot
Klien tampan sering bertanya
Klien tanpak binggung
Klien tampak sering mengulang pertanyaan
1
( D.0001) Poin 6 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
2
(D.0019 ) Poin 1 Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan
3
Defisit pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi
(D.0111 Poin 4)
63
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI (Luaran) SIKI
1 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan Batuk Efektif
efektif b.d sekresi yang selama 3x24 jam klien akan : Identifikasi kemampuan batuk
tertahan ( D.0001) Poin 6 Menunjukkan bersihan jalan napas Monitor adanya retensi sputum
meningkat (5)
Atur posisi semi fowler
Kriteria hasil :
Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
1. Batuk efektif meningkat (5)
Anjurkan pasien minum air hangat
2. Produksi sputum menurun (5)
Anjurkan teknik nafas dalam melalui
3. Mengi menurun (5)
hidung,ditahan selama 2 detik, kemudian
4. Whezzing menurun(5) keluarkan dari mulut selama 8 detik,anjurkan
5. Dispnue menurun (5) mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
6. Ortopneu menurun (5) kemudian anjurkan pasien batuk dengan kuat
A : Defisit nutrisi
P : Edukais kesehatan
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
2005).
gejala di teori dengan tanda dan gejala pada pasien Tuberculosis. Hal ini sesuai
dengan pengkajian penulis kepada pasien yang masuk ruang rawat Penyakit
didapatkan data klien mengatakan nafas terasa sesak disertai dengan batuk
tatapi hanya sekali saja, badan terasa menggigil dimalam hari dan mengeluarkan
keringat yang berlebihan tanpa ada aktifitas klien, juga mengatakan terasa mual,
badan terasa letih nafsu makan menurun sejak satu minggu yang lalu, badan
terasa lemas.
71
72
(kehilangan napsu makan), dan demam ringan yang biasanya terjadi pada siang
Tanda dan gejala yang dirasakan Tn.S seperti batuk disertai darah segar,
sesak nafas. Manifestasi yang penulis temukan ini sesuai dengan teori Potter &
Hal ini sesuai dengan teori tentang tuberculosis, dimana tuberculosis bisa
droplet dan juga lesi kulit penderita tuberculosis. Dan dari hasil pengkajian yang
diperoleh dari pasien, pada pemeriksaan penunjang yang ada di teori ditemukan
B. Diagnosa Keperawatan
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin
didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan
medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama pengkajian (Potter danperry,
2005).
1. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubngan dengan sekresi mukus
trakheal/faringeal.
2. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan menurunya ekspansi paru
alveolar-kapiler.
5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak napas,
lemah).
belum jelas.
ekspirasi
bersihan jalan napas tidak efektif dan defisit nutrisi belum teratasi
C. Intervensi
dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan
Diagnosa pertama yang penulis angkat yaitu Bersihan jalan napas tidak
efektif b.d sekresi yang tertahan. Dalam pemecahan masalah ini penulis
retensi sputum, mengatur duduk posisi semi fowler, jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif, anjurkan pasien minum air hangat, anjurkan teknik nafas dalam
melalui hidung ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut selama 8
pasien batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ketiga,
kolaborasi dengan dalam pemberian terapi obat nebulizer dengan obat combiven
dan ventolin, dan memberikan O2 dengan menggunakan nasal kanul 3-4 liter.
makanan, monitor BB, sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai,
berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, anjurkan pasien duduk ketika
makan jika mampu, ajarkan diet yang diprogramkan, kolaborasi dengan ahli gizi
D. Implementasi
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
2. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan
lainnya.
teknik batuk efektif, pasien memahami apa itu batuk efektif. Dari data objektif
sehingga pasien taampak rileks bersihan jalan nafasnya dapat teratasi sebagian.
siagian (2019) dalam jurnal pengaruh latihan batuk efektif terhadap frekuensi
Palembang Tahun 2013 di harapkan pasien yang sudah melakukan teknik batuk
dilatih batuk efektif sebesar 19 responden (79,2%) dan hasil uji statistik chi
kuadrat 0,021 berarti < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh teknik batuk efektif
secara menarik dan suhu yang sesuai, memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
tentang Banyak nya informasi yang di dapat dan di pahami oleh pasien dan
keluarga, serta bagaimana klien dan keluarga menyikapi tentang penyakit dan
E. Evaluasi
menunjukkan adanya pengobatan terhadap gejala yang terjadi. Pada saat sesak nafas,
pasien bisa mengatur posisi untuk mengurangi sesak nafas. Pada saat pasien mulai
merasa letih, pasien bisa meningkatkan nutrisinya. Dan pada saat pasien ingin
beraktifitas seperti makan sudah mampu secara mandiri, berpindah pasien bisa
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekret yang tertahan, Defisit nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, anoreksia dan Defisit Pengetahuan b.d
bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum antara
lain dengan pengaturan posisi fowler meberikan oksigen nasal kanul 3-4
makanan, monitor BB, sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai, berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein, anjurkan pasien
duduk ketika makan jika mampu, ajarkan diet yang diprogramkan, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
78
dibutuhkan diagonsa ketiga Defisit pengetahuan mengidentifikasi tentang
Banyak nya informasi yang di dapat dan di pahami oleh pasien dan keluarga,
fowler pemberian oksigen dengan nasal kanul 3-4 liter, mengajarkan teknik
secara bertahap
B. Saran
kepada :
78
79
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1
cetakan II
Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1
cetakan II
Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1
cetakan II
http://nerssaputra.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-asuhan-keperawatan-
pada.html