Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

DIABETES MELITUS

KELOMPOK 3

1) EMMY TERTALIANA LUDJI


2) AFITA JIHAN SARI
3) BRITHNEY ANGEL CICI NGGAUK
4) VIRNA CLAUDIA PUTRI SADUK
5) ROWI RUBA LAKEPALI
6) MEKY ADEFANY PUTRA NENO
7) JOHAN OMA PUTRA
8) YUNITA NDUN
9) DHOROTEUS JAMU

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Diabetes
Melitus” dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen mata kuliah


Epidemiologi Penyakit tidak Menular karena suah memberikan tugas ini kepada
kelompok agar kelompok dapat memenuhi nilai tugas kelompok ini. Penulis juga
mengcapkan terima kasih kepada para anggota kelompok yang telah berpartisipasi
aktif dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 07 Maret 2020

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. 2

Daftar Isi ......................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 5


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan .............................................................................................. 6
1.4 Manfaat ............................................................................................ 6

BAB II Pembahasan

2.1 Definisi Diabetes Melitus ................................................................. 7

2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus ............................................................. 7

2.3 Etiologi Diabetes Melitus ................................................................. 9

2.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus .................................................. 9

2.5 Patofisiologi Diabetes Melitus.......................................................... 10

2.6 Faktor Risiko Diabetes Melitus ........................................................ 11

2.7 Data Kasus Diabetes Melitus ............................................................ 13

2.8 Epidemiologi Diabetes Melitus ........................................................ 16

2.9 Pencegahan dan Pengobatan Diabetes Melitus ................................ 17

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22

3.2 Saran ................................................................................................. 22

3|Page
Daftar Pustaka ................................................................................................ 23

4|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus merupakan penyakit yang masuk dalam kategori
penyakit yang tidak menular (PTM). Diabetes biasanya disebabkan oleh pola
konsumsi dan pola hidup yang tidak baik. Diabetes disebabkan oleh produksi
insulin yang tidak memadai oleh pankreas. Diabetes mellitus sendiri lebih
banyak diderita oleh kelompok umur 55-64 tahun dengan presentase sebesar
6,3 %. Berdasarkan jenis kelamin diabetes mellitus lebih banyak di derita oleh
wanita (Infodatin,2018)
Diabetes adalah salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang terus
mengalami kenaikan baik secara global, nasional maupun regional. Karena itu,
untuk penanganan diabetes sendiri menghabiskan biaya yang tidak sedikit,
terutama bagian pemeriksaan diabetes dan perawatannya karena diabetes
merupakan penyakit jangka panjang yang sangat sulit untuk sembuh.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa itu diabetes mellitus?
2) Bagaimana klasiikasi diabetes mellitus?
3) Bagaimana etiologi diabetes mellitus?
4) Apa sajakah tanda dan gejala diabetes mellitus?
5) Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus?
6) Faktor risiko apa sajakah diabetes mellitus?
7) Bagaiamana data kasus diabetes mellitus itu sendiri?
8) Bagaimana epidemiologi penyakit diabetes mellitus?
9) Bagaiamana upaya pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan
pada penyakit diabetes mellitus?

5|Page
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu diabetes mellitus
2) Untuk mengetahui klasifikasi diabetes melitus
3) Untuk mengetahui etiologi diabetes mellitus
4) Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit diabetes mellitus
5) Untuk memahami patofisiologi penyakit diabetes melitus
6) Untuk mengetahui faktor risiko penyakit diabetes mellitus
7) Untuk mengetahui gambarann umum mengenai diabetes mellitus
8) Untuk memahami epidemiologi diabetes mellitus
9) Untuk memahami upaya pencegahan dan pengobatan diabetes mellitus

1.4 Manfaat
1) Untuk memahami lebih dalam mengenai penyakit diabetes mellitus itu
sendiri dan penyebarannya
2) Untuk memenuhi nilai kelompok mata kuliah Epidemiologi Penyakit
tidak Menular

6|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan


peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama khas,
yakni urine yang berasa manis dalam jumah besar. Istilah “diabetes” berasal
dari bahasa Yunani yang berarti “siphon”, ketika tubuh menjadi suatu
saluran untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan, dan “mellitus” dari
bahasa Yunani dan Latin yang berarti madu. Kelainan yang menjadi penyebab
mendasar dari diabetes mellitus adalah defisiensi relative atau absolute dari
hormone insulin. Insulin merupakan satu satunya hormone yang dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Diabetes adalah peyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormone yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara selektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang
menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan
prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa decade terakhir (WHO
Global Report, 2016)

2.2 Klafisikasi Diabetes Melitus

American Diabetes Association (ADA) mengklasifikasikan diabetes


mellitus berdasarkan pathogenesis sindrom diabetes mellitus dan gangguan
toleransi glukosa. Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi 4 yaitu diabetes
mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, diabetes gestational dan diabetes
mellitus tipe khusus (Price & Wilson, 2005).

1) Diabetes tipe 1

7|Page
Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus atau IDDM)
merupakan diabetes yang disebabkan oleh proses autoimun sel-T
(autoimmune T-Cell attack) yang menghancurkan sel-sel beta pankreas
yang dalam keadaan normal menghasilkan hormone insulin, sehingga
insulin tidak terbentuk dan mengakibatkan penumpukan glukosa
dalam darah. Pasien dengan diabetes tipe 1 membutuhkan penyuntikan
insulin untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah. (Smeltzer &
Bare, 2001)
2) Diabetes tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes mellitus yang tidak
tergantung dengan insulin. Diabetes mellitus ini terjadi karena
pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh
tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi
kelebihn gula dalam darah. Diabetes mellitus tipe 2 dapat terjadi pada
usia pertengahan dan kebanyakan pencerita memiliki kelebihan berat
badan (Smeltzer & Bare, 2001).
3) Diabetes Gestastional (diabetes kehamilan)
Diabetes gestastional adalah diabetes yang terjadi pada masa
kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Diabetes
gestastional disebabkan karena peningkatan sekresi berbagai hormone
yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa. Diabetes
gastastional dapat hilang setelah proses persalinan selesai. (Price &
Wilson, 2005)
4) Diabetes mellitus tipe khusus
Diabetes mellitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi
karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin
dan mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat
menganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom
chusing, akromegali, dan sindrom genetik (Arismen, 2011).

8|Page
2.3 Etiologi Diabetes Melitus

1. Diabetes mellitus tipe 1


Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh kombinasi antara auto
imun, faktor genetic, faktor lingkungan & maternal, virus, apoptopsis
(kematian sel) dan toksin
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh gabungan antara olahraga,
diet resistensi inulin, genetic, hormone, disfungsi sel dan sindrom
metabolic
3. Diabetes mellitus tipe gestasional
Terutama disebabkan oleh perubahan hormone yang dihasilkan
selama kehamilan dan biasanya berkurang atau menghilang setelah
melahirkan. Studi dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukan
bahwa wanita yang pernah mengalami diabetes mellitus gestasional
memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk mngidap penyakit
diabetes mellitus tipe II, sehingga wanita tersebut hrus lebih
memerhatikan pola makan yang sehat demi mengurangi risiko
tersebut.
4. Diabetes mellitus tipe lainnya
Ada beberapa penyebab lain yang berbeda dari ketiga jenis diabetes
mellitus sebelumnya, termasuk sekresi insulin yang tidak memadai
yang disebabkan oleh penyakit genetic tersentu, disebabkan secara
tidak langsung oleh penyakit lainnya (misalnya pancreatitis, yaitu
peradangan pada pankreas), yang diakibatkan oleh obat atau bahan
kimia lainnya.

2.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Menurut Wicak (2009) gejala umum yang ditimbulkan oleh penyakit


diabetes mellitus diantaranya adalah :

1 Pengeluaran urin (Poliuria)

9|Page
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala
diabetes mellitus dikarenakan kadar gula dalam tubuh relative tinggi
sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih
sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung
glukosa
2 Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
gukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan
3 Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien diabetes mellitus akan merasa cepat lapar, hal ini disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis, sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi.
4 Berkeringat banyak
Glukosa yang tidak dapat terurai akan dikeluarkan oleh tubuh melalui
keringat sehingga pada pasien diabetes mellitus akan mudah
berkeringat banyak
5 Lesu
Pasien diabetes mellitus akan mudah merasakan lesu. Hal ini
disebabkan karena pada gukosa dalam tubuh sudah banyak dibuang
oleh tubuh melalui keringat atau urin, sehingga tubuh merasa lesu dan
mudah lelah
6 Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien diabetes mellitus disebabkan
karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai
cadangan energi.

2.5 Patofisiologi Diabetes Melitus

Patofisiologi diabetes mellitus diantaranya :

10 | P a g e
a) Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1
Terjadinya diabetes mellitus tipe 1 utamannya disebabkan oleh
defisiensi insulin. Defisiensi insulin dapat menyebabkan gangguan
metabolisme lipid, protein, dan glukosa. Gangguan metabolisme lipid
terjadi karena meningkatnya asam lemak bebas dan benda keton
sehingga penggunaan glukosa berkurang dan menyebabkan
hiperglikemia. Gangguan metabolisme protein terjadi karena
meningkatnya kecepatan proteolisis yang menyebabkan asam amino
dalam plasma tinggi dan peningkatan proses katabolisme protein.
Gangguan metabolisme glukosa terjadi karena peningkatan proses
glukonerogenesis sehingga glukosa hepatic meningkat.
b) Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2
Terjadinya dabetes mellitus tipe 2 utamanya disebabkan oleh
resistensi insulin. Selain itu, terjadinya diabetes mellitus tipe 2 karena
resistensi insulin dan defisiensi insulin. Terjadinya lipolisis dan
peningkatan lukosa hepatic merupakan karateristik dari rsistensi
insulin.
Umumnya patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh
beberapa keadaan yaitu :
a Resistensi insulin dikarenakan obesitas dan penuaan
b Disfugsi sel beta pankreas sehingga menyebakan defisiensi
insulin yang terjadi melalui 3 jalur, yaitu :
1 Pengaruh luar yang menyebabkan rusaknya sel beta
pankreas seperti virus dan zat kimia
2 Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
3 Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
c Terjadinya peningkatan glukosa hepatic yang tidak disertai
kerusakan el beta pankreas.

2.6 Faktor Risiko Diabetes Melitus

11 | P a g e
Menurut Erik Tapan (2005), ada 7 faktor risiko diabetes mellitus,
diantaranya :

a) Faktor usia
Usia bisa menjadi faktor risiko karena seiring bertambahnya umur
terjadi penurunan fungsi-fungsi organ tubh, termasuk reseptor yang
membantu pengangkutan glukosa ke jaringan. Reseptor ini semakin
lama akan semakin tidak peka terhadap adanya glukosa dalam darah.
Sehingga, yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah.
b) Jenis kelamin
Pada usia kurang dari 40 tahun, pria dan wanita memiliki risiko yang
sama mengalami diabetes. Sedangkan pada usia lebih dari 40 tahun,
wanita lebih berisiko mengalami diabetes. Pada wanita yang telah
mengalami menopause, gula darah lebih tidak terkontrol karena terjadi
penurunan produksi hormone esterogen dn progesterone. Hormone
esterogen dan progesterone ini mempengaruhi bagaimana sel-sel tubuh
merespon insulin.
c) Pola makan
Kebiasaan makan yang banyak meningkatkan risiko diabetes. Makan
yang sekaligus banyak memicu insulin dan reseptor untuk bekerja
lebih keras, sehingga reseptor glukosa lebih cepat mengalami
kerusakan.
d) Keturunan
Lepekaan reseptor terhadap glukosa dapat diturunkan ke generasi
berikunya. Sehingga, bila orang tua mengalami diabetes, kemungkinan
anaknya juga dapat mengalammi diabetes.
e) Aktifitas fisik
Masyarakat yang suka hidup dengan santai tanpa melakukan apapun
ternyata memiliki risiko lebih besar mengalami diabetes. Orang-orang
yang sering bersantai adalah orang yang membiasakan otot-otot
luriknya tidak bekerja, sehingga otot lurik tidak aktif. Bila otot lurik

12 | P a g e
tidak aktif, maka reseptor yang menerima glukosa tidak aktif.
Akibatnya, glukosa akan tinggi kadarnya dalam darah.
f) Kehamilan besar atau kembar
Kehamilan yang besar atau kembar ternyata dapat meningkatkan
produksi hormone pertumbuhan lebih banyak. Hormone pertumbuhan
ini melawan kerja insulin. Akibat dari kerja insulin yang dihambat
yaitu kadar glukosa dalam darah tinggi.
g) Obesitas atau kegemukan
Orang yang mengalami obesitas memiliki simpanan lemak yang lebih
banyak dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.
Banyaknya lemak dalam tubuh, meningkatkan jaringan adipose.
Padahal reseptor glukosa dapat ditemukan pada jaringan non-adiposa.
Jaringan adipose yang banyak mendesak jaringan non-adiposa.
Akibatnya, jumlah reseptor glukosa juga semakin sedikit. Sehingga
yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah.

2.7 Gambaran Permasalahan (Data Kasus) Diabetes Melitus

Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah


meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7%
menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan
peningkatan faktor risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau obesitas.
Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di
negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara
berpenghasilan tinggi.

13 | P a g e
Gambar di atas memperlihatkan prevalensi DM pada tahun 2018
berdasarkan diagnosis dokter, jenis kelamin, dan daerah domisili. Berdasarkan
kategori usia, penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun
dan 65-74 tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis
kelamin perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah
domisili lebih banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan
(1,9%) dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%).

14 | P a g e
Berdasarkan diagnosis dokter dan status pendidikan, prevalensi penderita
DM tertinggi merupakan tamatan pendidikan setingkat D1/D2/D3/PT, yang
merupakan kategori jenjang pendidikan tertinggi pada hasil Riskesdas 2018.
Untuk status pekerjaan yang paling banyak mengidap DM berstatus
PNS/TNI/Polri/ BUMN/BUMD.

Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah
yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta
kematian, dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya.
Empat puluh tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia
70 tahun. Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi
sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi. (WHO
Global Report, 2016).

Gambar di atas membandingkan prevalensi diabetes melitus pada semua


umur dengan rutin periksa kadar gula d arah di Indonesia selama tahun 2018,
dimana dapat diketahui bahwa kesadaran untuk memeriksa kadar gula darah
secara rutin pada penderita diabetes sudah cukup baik.

15 | P a g e
2.8 Epidemiologi Diabetes Melitus

A. Distribusi Menurut Orang


Berdasarkan proses timbulnya diabetes mellitus dapat disimpulkan
bahwa orang yang berisiko tinggi mengalami diabetes mellitus adalah
mereka yang memiliki riwayat diabetes dari keluarga.
Pasien diabetes mellitus tipe 2 umumnya dewasa berusia 40-an dan
mengalami kegemukan (obesitas) dan tidak aktif dan jarang
berolahraga. Sedangkan pada diabetes mellitus tipe 1 biasanya terdapat
pada anak-anak dan remaja, salah satu penyebabnya adalah sering
emngonsumsi fast food .
Ibu yang melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg juga berisiko
mengalami diabetes mellitus. Apabila dipresentasekan jumlah
penderita dengan jumlah penduduk, maka pada usia sebelum 20
tahun angka kejadian diabetes mellitus 0,19 %.
B. Distribusi Menurut Tempat
8,4 juta orang pada tahun 200 dan diperkirakan terus meningkat
dari tahun ke tahun yaitu sebanyak 21,3 juta orang penderita diabetes
mellitus.
Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi diabetes mellitus
tertinggi berada pada darah DI Yogyakarta (2,6 %), DKI Jakarta (2,5
%), Sulawesi Utara (2,4 %), dan Kalimantan Timur (2,3 %).
Sedangkan menurut tempat tinggal, prevalensi diabetes mellitus lebih
banyak di daerah perkotaan daripada pedesaan.
C. Distribusi Menurut Waktu
Diabetes mellitus adalah penyakit tidak menular yang selalu
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun karena keterpaparan manusia
terhadap faktor risiko diabetes mellitus semakin meningkat dari tahun
ke tahun.
Kasus diabetes mellitus dapat terjadi kapan saja dalam waktu atau
musim apa saja.

16 | P a g e
2.9 Pencegahan dan Pengobatan Diabetes Melitus

A. Pencegahan Diabetes Melitus


Ada 3 jenis pencegahan diabetes mellitus:
1. Pencegahan primer
Tujuannya untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus.
Untuk itu, faktor-faktor yang dapat menyebabkan diabetes
mellitus perlu diperhatikan, baik secara genetic maupun
lingkungan. Berikut hal- hal yang harus dilakukan dalam
pencegahan primer :
a. Pola makan sehari-hari harus seimbang dan tidak
berlebihan
b. Usahakan berat badan dalam batas normal
c. Olahraga sevara teratur dan tidak banyak berdiam diri
d. Hindari obat-obatan yang dapat mnimbulkan diabetes
mellitus (diabetogenik)
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder tujuannya adalah mencegah agar
penyakit diabetes mellitus yang sudah timbul tidak
menimbulkan kompliksi penyakit lain, menghilangkan gejala,
dan keluhan penyakit diabetes mellitus. Pencegahan sekunder
meliputi deteksi dini penderita diabetes mellitus, terutama bagi
kelompok yang berisiko tinggi terkena diabetes mellitus. Bagi
yang dicurigai terkena diabetes mellitus, perlu diteliti lebih
lanjut untuk memperkuat dugaan adanya diabetes mellitus.
Berikut hal- hal yang harus dilakukan dalam pencegahan
sekunder, diantaranya :
a. Diet sehari-hari harus seimbang dan sehat
b. Menjaga berat badan dalam batas normal
c. Usaha pengendalian gula darah agar tidak terjadi
komplikasi diabetes mellitus

17 | P a g e
d. Olehraga teraturseusai dengan kemampuan fisik dan
umur.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kecacatan
lebih lanjut dari komplikasi penyakit yang sudah terjadi.
Berikut pencegahan yang dimaksud :
a. Mencegah terjadinya kebutaan jika menyerang
pembuluh darah mata
b. Mencegah gagal ginjal kronik jika menyerang pembulu
darah ginjal
c. Mencegah stroke jika menyerang pembuluh darah otak
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan secara rutin dan
berkala terhadap bagian organ tubuh yang rentan terhadp
komplikasi dan kecacatan
B. Pengobatan Diabetes Melitus
1 Perubahan pola makan
Semua pasien harus mengikuti petunjuk perubahan pola
makan yang ditetapkan. Setiap orang memiliki kebutuhan
kalori yang bebeda-beda, pasien harus berkonsultasi kepada
ahli gizi terdaftar untuk meranang menu yang sesuai dengan
pengelolaan penyakit dan proses penstabilan glukosa. Prinsip
umumnya adalah sebagai berikut :
a. Pola makan yang seimbang, tratur, dan dengan jumlah
yang sesuai dengan prinsip “kurangi jumlah makanan
dan perbanyak waktu makan’ untuk menstabilkan
glukosa.
b. Makanan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah
yang tepat (termasuk biji-bijan, sayuran rimpang, buah-
buahan, dan produk susu)

18 | P a g e
c. Hindari makanan dan minuman yang kaya kandungan
gula atau gula tambahan demi mencegah lonjakan
glukosa
d. Hindari konsumsi lemak yang terlalu banyak (terutama
lemak jenus seperti kulit dan lemak hewan) untuk
melindungi system kardiovaskular.
e. Hindari minum terlalu banyak minuman beralkohol.
Alcohol mempengaruhi kemanjuran obat dan bisa
menyebabkan rendahnya kadar glukosa darah. Selain
itu, hindari juga mengonsumsi minuman beralkohol saat
perut masih kosong. Jika tidak bisa dihindari, konsumsi
harus dibatasi hingga kurang dari 2 porsi alcohol untuk
pria dan kurang dari 1 porsialkohol untuk wanita setiap
hari (1 porsi sama dengan 300 ml nir/ 150 ml anggur
merah/ 45 ml minuman spirit)
2 Injeksi insulin
Injeksi insulin merupakan cara yang mirip dengan sekresi
insulin untuk mengelola glukosa. Tindakan pengobatan ini
diterapkan kepada pasien diabetes mellitus tipe 1 dan kepada
beberapa pasien diabetes mellitus tipe 2 yang kadar glukosanya
tidak bisa dikelola setelah pemberian obat hipoglikemik oral.
Suntikan insulin bisa diklasifikasikan menjadi 4 durasi kerja
insulin, yaitu durasi singkat, menengah, lama, dan insulin pra-
campuran. Para dokter umumnya akan menentukan jenis,
dosis, dan frekuensi injeksi insulin yang diperlukan. Injeksi
bisa dilakukan oleh diri pasien sendiri setelah menerima
pelatihan erkait.
Mirip dengan peptide-1 yang mirip dengan glucagon (GLP-
1) dari usus yang digunakan untuk meningkatkan sekresi
insulin dan mengendalikan glukosa.
3 Hipoglikemi oral

19 | P a g e
Resep akan diberikan oleh dokter sesuai dengan kondisi
tubuh, reaksi obat, dan kondisi pengendalian kadar glukosa
darah pada pasien.
Jenis Fungsi Contoh
Penghambat Memperlambar Akarbose
penyerapan
Alfa-glukosidase Dekstrosa di usus halus
sehinga mencgah
penyerapan glukosa
yang berlebihan setelah
makan
Sulfonulurea Merangsang sekresi Gilbenklamid
insulin dari pankreas Klopropamid
Tolbutamid
Gliklazid
Biduanid Mengurangi produksi Metformin
glukosa di hati,
meningkatkan
penggunaan glukosa
oleh jaringan tubuh
(otot), dan mengurangi
penyerapan glukosa di
salurn pencernaan
Penghambar Merangsang sekresi Sitagliptin
enzim dipeptidil insulin dari pankreas
peptidase-4
Glitazon Meningkatkan Rosglitazon
sensitivitas tubuh Ploglitazon
terhadap insulin
sehingga glukosa bisa

20 | P a g e
masuk kedalam sel dan
menurunkan kadar
glukosa

21 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan
peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama khas,
yakni urine yang berasa manis dalam jumah besar. Diabetes mellitus itu
sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 4 yakni ; diabetes mellitus tipe 1,
diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus gestastional, dan diabetes mellitus
tipe khusus. Ada 7 faktor risiko diabetes mellitus, yakni faktor usia, jenis
kelamin, pola makan, keturunan, aktifitas fisik, kehamilan besar atau kembar
dan obesitas atau kegemukan. Tanda dan gejala yang biasanya timbul pada
penyakit diabetes mellitus adalah pengeluaran urin (Poliuria), timbul rasa haus
(Polidipsia), timbul rasa lapar (Polifagia), berkeringat banyak dan lesu.

Prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2018 , berdasarkan kategori usia,


penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun.
Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin
perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah domisili
lebih banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan (1,9%)
dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit diabetes mellitus


adalah pencegahan primer (sebelum terserang penyakit), pencegahan sekunder
(bertujuan untuk terhindar dari komplikasi penyakit lain), dan pencegahan
tersier (bertujuan untuk terhindar dari kecacatan).

3.2 Saran
a. Sebaiknya memulai pola hidup sehat dengan makan-makanan yang
sehat dan rajin berolahraga
b. Menghindari rokok
c. Periksakan diri lebih dini ke dokter agar supaya mendapat
penanggulangan

22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Arisman.2011. Diabetes Melitus. Sumatera : Universitas Sumatera Utara

Amrican Diabetes Mellitus Association. 2004. Clinical practice recommendation


2004. USA : Johnson and Johnson Company.

Ghoniyyah, dkk. 2014. Obesitas dan Pencegahannya. Makalah. Universitas


Diponegoro : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Dikutip dari :
https://www.academia.edu/9505770/Diabetes_Melitus

Infodatin. 2018. Hari Diabeters Sedunia Tahun 2018. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. ISSN 2442-7659.

Price, A.S., &Wilson, L. M.2005. Patofisiologi :konsep klinis proses- proses


penyakit (Vol. 2). Jakarta : EGC

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Vol. 2). Jakarta : EGC

Tapan, Erik. 2005. Kesehatan Keluarga : Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT Elex


Media Komputindo.

World Health Organization. 2016. Global Report On Diabetes. Dikutip dari :


https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665//204871/97892415652
57.eng.pdf;isessionid=38050FA78D45628984717E0655B190D0?sequ
ence=1

Wicak. 2009. Have Fun With Diabetes Mellitus. Bandung : Triexs Media Book.

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai