DIABETES MELITUS
KELOMPOK 3
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Diabetes
Melitus” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2|Page
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3|Page
Daftar Pustaka ................................................................................................ 23
4|Page
BAB I
PENDAHULUAN
5|Page
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu diabetes mellitus
2) Untuk mengetahui klasifikasi diabetes melitus
3) Untuk mengetahui etiologi diabetes mellitus
4) Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit diabetes mellitus
5) Untuk memahami patofisiologi penyakit diabetes melitus
6) Untuk mengetahui faktor risiko penyakit diabetes mellitus
7) Untuk mengetahui gambarann umum mengenai diabetes mellitus
8) Untuk memahami epidemiologi diabetes mellitus
9) Untuk memahami upaya pencegahan dan pengobatan diabetes mellitus
1.4 Manfaat
1) Untuk memahami lebih dalam mengenai penyakit diabetes mellitus itu
sendiri dan penyebarannya
2) Untuk memenuhi nilai kelompok mata kuliah Epidemiologi Penyakit
tidak Menular
6|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Diabetes adalah peyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormone yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara selektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang
menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan
prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa decade terakhir (WHO
Global Report, 2016)
1) Diabetes tipe 1
7|Page
Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus atau IDDM)
merupakan diabetes yang disebabkan oleh proses autoimun sel-T
(autoimmune T-Cell attack) yang menghancurkan sel-sel beta pankreas
yang dalam keadaan normal menghasilkan hormone insulin, sehingga
insulin tidak terbentuk dan mengakibatkan penumpukan glukosa
dalam darah. Pasien dengan diabetes tipe 1 membutuhkan penyuntikan
insulin untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah. (Smeltzer &
Bare, 2001)
2) Diabetes tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes mellitus yang tidak
tergantung dengan insulin. Diabetes mellitus ini terjadi karena
pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh
tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi
kelebihn gula dalam darah. Diabetes mellitus tipe 2 dapat terjadi pada
usia pertengahan dan kebanyakan pencerita memiliki kelebihan berat
badan (Smeltzer & Bare, 2001).
3) Diabetes Gestastional (diabetes kehamilan)
Diabetes gestastional adalah diabetes yang terjadi pada masa
kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Diabetes
gestastional disebabkan karena peningkatan sekresi berbagai hormone
yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa. Diabetes
gastastional dapat hilang setelah proses persalinan selesai. (Price &
Wilson, 2005)
4) Diabetes mellitus tipe khusus
Diabetes mellitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi
karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin
dan mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat
menganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom
chusing, akromegali, dan sindrom genetik (Arismen, 2011).
8|Page
2.3 Etiologi Diabetes Melitus
9|Page
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala
diabetes mellitus dikarenakan kadar gula dalam tubuh relative tinggi
sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih
sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung
glukosa
2 Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
gukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan
3 Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien diabetes mellitus akan merasa cepat lapar, hal ini disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis, sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi.
4 Berkeringat banyak
Glukosa yang tidak dapat terurai akan dikeluarkan oleh tubuh melalui
keringat sehingga pada pasien diabetes mellitus akan mudah
berkeringat banyak
5 Lesu
Pasien diabetes mellitus akan mudah merasakan lesu. Hal ini
disebabkan karena pada gukosa dalam tubuh sudah banyak dibuang
oleh tubuh melalui keringat atau urin, sehingga tubuh merasa lesu dan
mudah lelah
6 Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien diabetes mellitus disebabkan
karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai
cadangan energi.
10 | P a g e
a) Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1
Terjadinya diabetes mellitus tipe 1 utamannya disebabkan oleh
defisiensi insulin. Defisiensi insulin dapat menyebabkan gangguan
metabolisme lipid, protein, dan glukosa. Gangguan metabolisme lipid
terjadi karena meningkatnya asam lemak bebas dan benda keton
sehingga penggunaan glukosa berkurang dan menyebabkan
hiperglikemia. Gangguan metabolisme protein terjadi karena
meningkatnya kecepatan proteolisis yang menyebabkan asam amino
dalam plasma tinggi dan peningkatan proses katabolisme protein.
Gangguan metabolisme glukosa terjadi karena peningkatan proses
glukonerogenesis sehingga glukosa hepatic meningkat.
b) Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2
Terjadinya dabetes mellitus tipe 2 utamanya disebabkan oleh
resistensi insulin. Selain itu, terjadinya diabetes mellitus tipe 2 karena
resistensi insulin dan defisiensi insulin. Terjadinya lipolisis dan
peningkatan lukosa hepatic merupakan karateristik dari rsistensi
insulin.
Umumnya patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh
beberapa keadaan yaitu :
a Resistensi insulin dikarenakan obesitas dan penuaan
b Disfugsi sel beta pankreas sehingga menyebakan defisiensi
insulin yang terjadi melalui 3 jalur, yaitu :
1 Pengaruh luar yang menyebabkan rusaknya sel beta
pankreas seperti virus dan zat kimia
2 Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
3 Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
c Terjadinya peningkatan glukosa hepatic yang tidak disertai
kerusakan el beta pankreas.
11 | P a g e
Menurut Erik Tapan (2005), ada 7 faktor risiko diabetes mellitus,
diantaranya :
a) Faktor usia
Usia bisa menjadi faktor risiko karena seiring bertambahnya umur
terjadi penurunan fungsi-fungsi organ tubh, termasuk reseptor yang
membantu pengangkutan glukosa ke jaringan. Reseptor ini semakin
lama akan semakin tidak peka terhadap adanya glukosa dalam darah.
Sehingga, yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah.
b) Jenis kelamin
Pada usia kurang dari 40 tahun, pria dan wanita memiliki risiko yang
sama mengalami diabetes. Sedangkan pada usia lebih dari 40 tahun,
wanita lebih berisiko mengalami diabetes. Pada wanita yang telah
mengalami menopause, gula darah lebih tidak terkontrol karena terjadi
penurunan produksi hormone esterogen dn progesterone. Hormone
esterogen dan progesterone ini mempengaruhi bagaimana sel-sel tubuh
merespon insulin.
c) Pola makan
Kebiasaan makan yang banyak meningkatkan risiko diabetes. Makan
yang sekaligus banyak memicu insulin dan reseptor untuk bekerja
lebih keras, sehingga reseptor glukosa lebih cepat mengalami
kerusakan.
d) Keturunan
Lepekaan reseptor terhadap glukosa dapat diturunkan ke generasi
berikunya. Sehingga, bila orang tua mengalami diabetes, kemungkinan
anaknya juga dapat mengalammi diabetes.
e) Aktifitas fisik
Masyarakat yang suka hidup dengan santai tanpa melakukan apapun
ternyata memiliki risiko lebih besar mengalami diabetes. Orang-orang
yang sering bersantai adalah orang yang membiasakan otot-otot
luriknya tidak bekerja, sehingga otot lurik tidak aktif. Bila otot lurik
12 | P a g e
tidak aktif, maka reseptor yang menerima glukosa tidak aktif.
Akibatnya, glukosa akan tinggi kadarnya dalam darah.
f) Kehamilan besar atau kembar
Kehamilan yang besar atau kembar ternyata dapat meningkatkan
produksi hormone pertumbuhan lebih banyak. Hormone pertumbuhan
ini melawan kerja insulin. Akibat dari kerja insulin yang dihambat
yaitu kadar glukosa dalam darah tinggi.
g) Obesitas atau kegemukan
Orang yang mengalami obesitas memiliki simpanan lemak yang lebih
banyak dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.
Banyaknya lemak dalam tubuh, meningkatkan jaringan adipose.
Padahal reseptor glukosa dapat ditemukan pada jaringan non-adiposa.
Jaringan adipose yang banyak mendesak jaringan non-adiposa.
Akibatnya, jumlah reseptor glukosa juga semakin sedikit. Sehingga
yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah.
13 | P a g e
Gambar di atas memperlihatkan prevalensi DM pada tahun 2018
berdasarkan diagnosis dokter, jenis kelamin, dan daerah domisili. Berdasarkan
kategori usia, penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun
dan 65-74 tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis
kelamin perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah
domisili lebih banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan
(1,9%) dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%).
14 | P a g e
Berdasarkan diagnosis dokter dan status pendidikan, prevalensi penderita
DM tertinggi merupakan tamatan pendidikan setingkat D1/D2/D3/PT, yang
merupakan kategori jenjang pendidikan tertinggi pada hasil Riskesdas 2018.
Untuk status pekerjaan yang paling banyak mengidap DM berstatus
PNS/TNI/Polri/ BUMN/BUMD.
Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah
yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta
kematian, dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya.
Empat puluh tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia
70 tahun. Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi
sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi. (WHO
Global Report, 2016).
15 | P a g e
2.8 Epidemiologi Diabetes Melitus
16 | P a g e
2.9 Pencegahan dan Pengobatan Diabetes Melitus
17 | P a g e
d. Olehraga teraturseusai dengan kemampuan fisik dan
umur.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kecacatan
lebih lanjut dari komplikasi penyakit yang sudah terjadi.
Berikut pencegahan yang dimaksud :
a. Mencegah terjadinya kebutaan jika menyerang
pembuluh darah mata
b. Mencegah gagal ginjal kronik jika menyerang pembulu
darah ginjal
c. Mencegah stroke jika menyerang pembuluh darah otak
Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan secara rutin dan
berkala terhadap bagian organ tubuh yang rentan terhadp
komplikasi dan kecacatan
B. Pengobatan Diabetes Melitus
1 Perubahan pola makan
Semua pasien harus mengikuti petunjuk perubahan pola
makan yang ditetapkan. Setiap orang memiliki kebutuhan
kalori yang bebeda-beda, pasien harus berkonsultasi kepada
ahli gizi terdaftar untuk meranang menu yang sesuai dengan
pengelolaan penyakit dan proses penstabilan glukosa. Prinsip
umumnya adalah sebagai berikut :
a. Pola makan yang seimbang, tratur, dan dengan jumlah
yang sesuai dengan prinsip “kurangi jumlah makanan
dan perbanyak waktu makan’ untuk menstabilkan
glukosa.
b. Makanan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah
yang tepat (termasuk biji-bijan, sayuran rimpang, buah-
buahan, dan produk susu)
18 | P a g e
c. Hindari makanan dan minuman yang kaya kandungan
gula atau gula tambahan demi mencegah lonjakan
glukosa
d. Hindari konsumsi lemak yang terlalu banyak (terutama
lemak jenus seperti kulit dan lemak hewan) untuk
melindungi system kardiovaskular.
e. Hindari minum terlalu banyak minuman beralkohol.
Alcohol mempengaruhi kemanjuran obat dan bisa
menyebabkan rendahnya kadar glukosa darah. Selain
itu, hindari juga mengonsumsi minuman beralkohol saat
perut masih kosong. Jika tidak bisa dihindari, konsumsi
harus dibatasi hingga kurang dari 2 porsi alcohol untuk
pria dan kurang dari 1 porsialkohol untuk wanita setiap
hari (1 porsi sama dengan 300 ml nir/ 150 ml anggur
merah/ 45 ml minuman spirit)
2 Injeksi insulin
Injeksi insulin merupakan cara yang mirip dengan sekresi
insulin untuk mengelola glukosa. Tindakan pengobatan ini
diterapkan kepada pasien diabetes mellitus tipe 1 dan kepada
beberapa pasien diabetes mellitus tipe 2 yang kadar glukosanya
tidak bisa dikelola setelah pemberian obat hipoglikemik oral.
Suntikan insulin bisa diklasifikasikan menjadi 4 durasi kerja
insulin, yaitu durasi singkat, menengah, lama, dan insulin pra-
campuran. Para dokter umumnya akan menentukan jenis,
dosis, dan frekuensi injeksi insulin yang diperlukan. Injeksi
bisa dilakukan oleh diri pasien sendiri setelah menerima
pelatihan erkait.
Mirip dengan peptide-1 yang mirip dengan glucagon (GLP-
1) dari usus yang digunakan untuk meningkatkan sekresi
insulin dan mengendalikan glukosa.
3 Hipoglikemi oral
19 | P a g e
Resep akan diberikan oleh dokter sesuai dengan kondisi
tubuh, reaksi obat, dan kondisi pengendalian kadar glukosa
darah pada pasien.
Jenis Fungsi Contoh
Penghambat Memperlambar Akarbose
penyerapan
Alfa-glukosidase Dekstrosa di usus halus
sehinga mencgah
penyerapan glukosa
yang berlebihan setelah
makan
Sulfonulurea Merangsang sekresi Gilbenklamid
insulin dari pankreas Klopropamid
Tolbutamid
Gliklazid
Biduanid Mengurangi produksi Metformin
glukosa di hati,
meningkatkan
penggunaan glukosa
oleh jaringan tubuh
(otot), dan mengurangi
penyerapan glukosa di
salurn pencernaan
Penghambar Merangsang sekresi Sitagliptin
enzim dipeptidil insulin dari pankreas
peptidase-4
Glitazon Meningkatkan Rosglitazon
sensitivitas tubuh Ploglitazon
terhadap insulin
sehingga glukosa bisa
20 | P a g e
masuk kedalam sel dan
menurunkan kadar
glukosa
21 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan
peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama khas,
yakni urine yang berasa manis dalam jumah besar. Diabetes mellitus itu
sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 4 yakni ; diabetes mellitus tipe 1,
diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus gestastional, dan diabetes mellitus
tipe khusus. Ada 7 faktor risiko diabetes mellitus, yakni faktor usia, jenis
kelamin, pola makan, keturunan, aktifitas fisik, kehamilan besar atau kembar
dan obesitas atau kegemukan. Tanda dan gejala yang biasanya timbul pada
penyakit diabetes mellitus adalah pengeluaran urin (Poliuria), timbul rasa haus
(Polidipsia), timbul rasa lapar (Polifagia), berkeringat banyak dan lesu.
3.2 Saran
a. Sebaiknya memulai pola hidup sehat dengan makan-makanan yang
sehat dan rajin berolahraga
b. Menghindari rokok
c. Periksakan diri lebih dini ke dokter agar supaya mendapat
penanggulangan
22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Infodatin. 2018. Hari Diabeters Sedunia Tahun 2018. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. ISSN 2442-7659.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Vol. 2). Jakarta : EGC
Wicak. 2009. Have Fun With Diabetes Mellitus. Bandung : Triexs Media Book.
23 | P a g e