Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

JUDUL :
MASALAH LANJUT USIA

KELOMPOK 3 :

1 Wehelmina Nuamali
2 Clara keban
Inri L. Antonia Sae
3
Ramlia Fuah
4 Nathalia Bella
5 Fentri Baunsele
6 Mince Atahau
7 Yeyuce mokos
8 Juan Ndun

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Masa Esa, atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “masalah lanjut usia”.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari  berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu  penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah
wawasan dan  pengalaman bagi para pembaca dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Kupang, Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I.PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................4

BAB II.PEMBAHASAN......................................................................................................5

A. pengertian lanjut usia...............................................................................................5


B. masalah kesehatan pada lanjut usia.........................................................................6
C. masalah gizi serta kebutuhan gizi pada lanjut usia..................................................8
D. faktor resiko masalah kesehatan lanjut usia.............................................................10
E. data masalah lanjut usia...........................................................................................10
F. upaya atau cara untuk mengatasi masalah lanjut usia..............................................13

BAB III.PENUTUP..............................................................................................................15

A. Kesimpulan......................................................................................................15
B. Saran................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai menjadi tua.
Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada manusia seseorang mengalami
kemunduruan fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan
pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
bahwa umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam
sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua,
manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau
menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439)
Usia lanjut sering punya masalah dalam hal makanan, antara lain nafsu makan menurun. Padahal
meskipun aktivitasnya  menurun sejalan dengan bertambahnya usia, ia tetap membutuhkan asupan zat gizi
lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Iapun masih tetap membutuhkan energi untuk
menjalankan fungsi fisiologis tubuhnya. 
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lanjut usia ?
2. Apa yang menjadi masalah kesehatan pada lanjut usia ?
3.  Apa saja masalah gizi serta kebutuhan gizi pada lanjut usia ?
4. Apa saja yang menjadi faktor resiko kesehatan pada lanjut usia ?
5. Bagaimana data masalah lanjut usia ?
6. Bagaimana upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang di hadapai lansia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari lanjut usia
2. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada lanjut usia
3. Untuk mengetahui masalah gizi serta kebutuhan gizi pada lanjut usia
4. Untuk mengetahui faktor resiko kesehatan pada lanjut usia
5. Untuk mengetahui data masalah lanjut usia
6. Untuk mengetahui upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang di hadapai lansia

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Menurut James C. Chalhoun (1995) masa tua
adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut Prayitno
dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang
berusia 65 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan
pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun
merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan
daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.
Berdasarkan UU Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa manusia lanjut
usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, dan sosial.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah
kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan
lanjut usia menjadi 4 yaitu :
a.       Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 – 59 tahun.
b.      Lanjut usia (alderly) kelompok usia 60 – 74 tahun
c.       Lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 – 90 tahun
d.      Usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun  
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana seseorang
individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ
tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai sari usia 55 tahun sampai meninggal.
Menurut Hurlock 1980 terdapat beberapa ciri – ciri orang lanjut usia, yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagai dating dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat
berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika
memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2.      Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek
terhadap lansia. Pendapat - pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya
dari pada mendengarkan pandapat orang lain.
3.      Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal.
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan
dari lingkungan.
4.      Penyesuaian yang buruk pada lansia

5
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep
diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk, karena perlakuan yang buruk
itu mebuat penyesuaina diri lansia menjadi buruk.

B. Masalah Kesehatan Pada Lansia

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang sering disebut
dengan sindromageriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para
lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I), yaitu :

1. Immobility (kurang bergerak)

Immobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.Penyebab utama
imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan,masalah psikologis,
depresi atau demensia.Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus
menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-
paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.Penanganannyadapat dilakukan dengan latihan fisik,
perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan
yang berserat.

2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)

Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan kesadaran mendadak,


dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.Instabilitas dipengaruhi oleh faktor
intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan
faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin,
jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat terpeleset dll).Akibat yang
ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa
menimbulkan imobilisasi. Penanganan untuk pencegahan terjadinya instabilitas dan jatuh adalah dengan
memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu
atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup,
pegangan, lantai yang tidak licin.

3. IncontinenceUrin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)


Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki dalam jumlah dan
frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan.Inkontinensia urin akut
terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit yang mendasarinya adalah infeksisaluran kemih,
gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.Inkontinesiaurin yang menetap di
bedakan atas:

1) tipe urgensi yaitu keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya  overaktifitas/kerja
otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan antimuskarinik
prognosis baik,
2) tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk menutup ketika ada
peningkatan tekanan intra abdomen mendadak seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan
latihan otot dasar panggul prognosis baik,
3) tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume normal, postvoid
residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin..

6
Inkontinensia alvi/fekaladalah ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui
anus, yang disebabkan oleh cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.Pada
inkontinensia urin, untuk menghindari sering mengompol pasien sering mengurangi minum yang
menyebabkan terjadi dehidrasi.

4. IntelectualImpairement (GangguanIntelektual Seperti Demensia dan Delirium)


1) Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh
penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga
mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.Demensia tidak hanya masalah pada
memori. Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan
atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa,
dan terganggunya aktivitas.
Faktor risiko dari Demensia antara lain : hipertensi, DM, gangguan jantung dan obesitas.
2) Sindromaderilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan gangguan
kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang timbul dalam jangka
pendek dan berfluktuasi.Gejalanya antara lain : gangguan kognitif global berupa gangguan
memori jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi
waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan melompat-
lompat, gangguan siklus tidur.
5. Infection (infeksi)
Pada lanjut usia terdapat  beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya tahan/imunitas terhadap
infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya
mengenal tanda infeksi secara dini.

Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya temperatur badan, dan
hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering
dijumpai.Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai
koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah
laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.

6. Impairementofhearing, visionandsmell (gangguan pendengaran, penglihatandan penciuman)


Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan menyebabkan pasien sulit untuk
diajak komunikasi. Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran adalah dengan cara memasangkan
alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi koklea.

Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau komplikasi dari penyakit lain
misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan untuk gangguan penglihatan adalah dengan memakai alat bantu
kacamata atau dengan operasi pada katarak.

7. Isolation (Depression)
Penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup,
anak, bahkan binatang peliharaan.Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa
direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.

8. Inanition (malnutrisi)
Asupan makanan berkurang  sekitar 25% pada usia 40-70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor
fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi

7
dan demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan
makanan.

9. Impecunity (Tidak punya penghasilan)


Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara berlahan-
lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan
sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya
mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya.Selain masalah finansial, pensiun juga berarti
kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang sehingga memudahkan seorang lansia
mengalami depresi.

10. Iatrogenic(penyakit karena pemakaian obat-obatan)

Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak,
apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan
efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.

11. Insomnia(Sulit tidur)

Insomnia dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang lansia menjadi
depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus,
gangguan kelenjar thyroid, dan gangguan di otak. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi
penyebabnya.Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk
masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur
kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.

12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)


Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh,  
juga disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan serta keadaan gizi yang menurun.

13. Impotence(Gangguan seksual), 


Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh
gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi.

14. Impaction (sulit buang air besar)

Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang mengandung serat, kurang
minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus
menjadi tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat
terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.

C. Masalah Gizi serta Kebutuhan Gizi pada Lanjut Usia


1) Masalah gizi pada lansia terdiri dari:
a. Massa otot akan berkurang dan massa lemak bertambah, mengakibatkan jumlah cairan berkurang,
sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis halus. Lansia
seringkali terlihat kurus.

8
b. Penurunan idra penglihatan yang seringkali dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C, dan
Asam Folat.
c. Gangguan pada indra pengecap yang berhubungan dengan kekurangan kadar Zinc yang menyebabkan
menurunnya nafsu makan.
d. Dengan banyaknya gigi yang suda tunggal mengakibatkan gangguan pada fungsi mengunyah yang dapat
berdampak pada asupan gizi pada lansia.
e. Menurunnya mobilitas usus, menyebabkan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri, serta
susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.
f. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif, dan kesulitan
mengunyah makanan, juda dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
g. Terjadi penurunan fungsi otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat.
h. Kapasitas ginjal untuk melakukan fungsinya juga menurun, sehingga dapat menyebabkan pencernaan
natrium yang menimbulkan rasa lelah.
i. Incontinentia urine (IU) adalah penurunan urin diluar kesadran merupakan salah satu masalah kesehatan
yang sering terjadi pada lansia. Lansia biasanya mengurangi minum karena hal ini sering kali
menyebabkan dehidrasi.
2) Kebutuhan Gizi Lansia
Kebutuhan gizi pada lansia terdiri dari:

a. Kalori
Kecepatan metabolisme basal pada lansia akan menurun sekitar 15-20% disebabkan karena berkurangnya
massa otot dan aktivitas. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 30% lemak
dan sisanya karbohidrat.
b. Protein
Pada lansia terjadi massa penurunan otot, namun kebutuhan tubuh akan protein akan berkurang, bahkan
harus ditingkatkan karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah
berkurang, disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien. Kebutuhan protein pada lansia
ditingkatkan 12-24% dari orang dewasa. Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% dari total kalori
yang dibutukan. Konsumsi lemak yang lebih tinggi (lebih dari 40%) dapat menyebabkan penyumbatan
padapembuluh darah.
c. Karbohidrat dan Serat
Lansia dianjurkan mengonsumsi serat. Sumber serat yang baik adalah sayuran, buah-buahan, dan biji-
bijian utuh. Konsumsi suplamen setar tidak dianjurkan lansia karena dikwatirkan konsumsi serat yang
terlalu banyak dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lainnya terserap oleh serat.
Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
d. Vitamin dan Mineral
Umumnya lansia kurang mengkonsumsi Vitamin A, B1, B2, B6, Niasin, asam folat, Vitamin C, D, dan E.
Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat.
e. Asupan lemak Omega 3
Minyak ikan mengandung asam lemak omega 3. Kebutuhan omega 3 adalah sebesar 1,6 gram. Jika minyak
ikan dikonsumsi secara berlebihan maka dapat menurunkan kadar vitamin E.
f. Perbanyak asupan Garam setiap hari
Kebanyakan lansia menderita hipertensi sehingga penting untuk memperhatikan asupan garam harian dan
membatasi garam yang asin.
g. Perbanyak asupan vitamin D dan Klsium
Vitamin D penting untuk penyerapan kalsium dan pemeliharaan tulang. Suplamen vitamin D dapat
mengurangi kejadian pata tulang novertebral pada lansia. Kombinasi kalsium dan vitamin D dapat
meningkatkan kepadatan mineral tulang serta mengurangi risiko pinggul dan patah tulang belakang.
Kalsium dan vitamin D menjadi kebutuhan harian tertinggi pada lansia, yaitu 1500 mg kalsium dan 400-
800 IU vitamin D. Vitamin D dapat diperoleh dari paparan sinar matahari. Sinar utraviolet dari matahari

9
meningkatkan sintesis vitamin D 3 (cholecalciferol) dalam kulit. Hal ini bisa dilakukan 15 menit setelah
terpapar dari sinar matahari. Vitamin D dapat ditemukan dalam susu, kuning telur, ikan laut, dan hati.
h. Asupan Vitamin B
Lansia akan terjadi perubahan dalam produksi asam lambung sehingga berdampak pada proses penyerapan
vitamin B12.

D. Faktor Resiko Pada Kesehatan Lanjut Usia

Faktor risiko dari lansia itu sendiri yaitu diantaranya gangguan kognitif, gangguan perilaku, penyakit psikiatri
atau masalh psikologis, ketergantungan fungsional, kesehatan fisik yang buruk, pendapatan rendah, trauma atau
riwayat penganiayaan dan suku atau etnis. Gangguan kognitif sebagai salah satu faktor risiko dibuktikan dari
beberapa studi yang dilakukan pada populasi umum, studi lansia yang membutuhkan bantuan dalam aktifitas
sehari-hari. Penyakit psikiatri atau masalah psikologis, ketergantungan, pendapatan rendah dan trauma.

1. Perilaku
Faktor risiko salah perlakuan pada lansia yang berasal dari pelaku diantaranya yaitu beban atau stres
pramurawat dan penyakit psikiatri atau masalah psikologis. Beban dan penyakit psikiatri sebagai faktor
resiko salah perlakuan pada lansia ditemukan pada studi yang dilakukan pada kelompok lansia yang
membutuhkan bantuan dari aktivitas sehari-hari dan kelompok lansia dengan demensia. Selain itu,
faktor lainnya ialah kurang pengalaman pramurawat, adanya konsumsi pada obat terlarang dan alkohol,
berjudi, kesulitan finansial, ciri kepribadian antisosial atau menyalahkan (blaming), suku, trauma atau
riwayat penganiayaan dan riwayat gangguan perilaku. Faktor-faktor tersebut tidak dipengaruhi oleh
jenis kelamin
2. Hubungan
Disharmonis keluarga, hubungan yang buruk atau berkonflik merupakan faktor risiko terjadinya salah
perlakuan pada lansia. Hal tersebut berdasarkan studi pada populasi umum, pada lansia yang
membutuhkan bantuan dari aktifitas sehari-hari dan lansia dengan demensia. Berdasarkan studi tersebut
diketahui bahwa faktor-faktor hubungan tersebut meningkatkan terjadinya salah perlakuan pada lansia.
3. Lingkungan
Faktor risiko salah perlakuan pada lansia dari lingkungan diantaranya yaitu dukungan sosial yang
rendah dan tinggal bersama orang lain. Hal tersebut berdasarkan hasil studi pada populasi umum dan
lansia yang membutuhkan bantuan dari aktivitas sehari-hari. Namu, faktor tinggal bersama orang lain
belum terbukti berhubungan pada spektrum penganiayaan finansial.

E. Data Masalah Lanjut Usia

10
Berdasarkan data proyeksi penduduk,diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di
Indonesia (9,03%).Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta),tahun
2030 (40,95 juta) dan tahun 2035(48,19 juta).

.Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh persen (Soeweno). Gambar
di atas memperlihatkan persentase lansia di Indonesia tahun 2017 telah mencapai 9,03% dari keseluruhan
penduduk. Selain itu, terlihat pula bahwa persentase penduduk 0-4 tahun lebih rendah dibanding persentase
penduduk 5-9 tahun. Sementara persentase penduduk produktif 10-44 tahun terbesar jika dibandingkan
kelompok umur lainnya.

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa belum seluruh provinsi Indonesia berstruktur tua. Ada
19 provinsi (55,88%) provinsi Indonesia yang memiliki struktur penduduk tua. Dari gambar di
atas dapat dilihat tiga provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta
(13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu, tiga provinsi dengan

11
persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat (4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%).

Angka harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini terlihat dengan keberadaan penduduk
lansia perempuan yang lebih banyak dari pada lansia laki-laki seperti tampak pada gambar di atas ini.

Angka beban ketergantungan mencerminkan beban ekonomi yang harus ditanggung oleh
penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk lansia dengan asumsi bahwa penduduk lansia
tersebut secara ekonomi bukanlah lansia yang produktif. Rasio ketergantungan penduduk lansia
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 13,28 artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif harus menanggung sekitar 14 orang penduduk lansia. Perkembangan rasio
ketergantungan penduduk lansia dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 tidak ada
perubahan yang signikan seperti tampak pada gambar di atas ini.

12
Pola komposisi perkawinan yang berkebalikan antara penduduk lansia laki-laki dan penduduk lansia
perempuan, yaitu pada status kawin dan bercerai. Persentase lansia lakilaki kawin lebih tinggi daripada
persentase perempuan kawin, yaitu 82,78% disbanding 39,25%. Untuk kelompok cerai mati, persentasi laki-laki
yang berstatus cerai mati lebih rendah dari pada persentase perempuan yang cerai mati, yaitu berturut turut
15,10% disbanding 56,39%, hal ini mengindikasikan bahwa penduduk lansia perempuan cenderung dapat hidup
mandiri dibanding penduduk lansia laki-laki.

F. Upaya Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Pada Lansia

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bagi Pra Lansia/Lansia, meliputi :

1. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa


2. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur, sekurang-kuragnya 1 tahun sekali, untuk deteksi dini
terhadap penyakit kronis, dan gunakan obat sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.
3. Pengaturan gizi/diet seimbang :
 Makanlah beraneka ragam makanan
 Diet sesuai kebutuhan gizi yang dianjurkan sesuai kondisi kesehatan meliputi sumber karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral.
 Banyak mengonsumsi sayur dan buah guna kebutuhan vitamin, mineral dan serat.
 Banyak mengonsusmsi sumber makanan kalsium : ikan segar, ikan teri segar, sayuran hijau (bayam,
brokoli, sawi hijau, daun singkong, dll), buah (jeruk, pisang, jambu biji, pepaya, mangga, alpukat,
apel merah, strawberry, buah naga dll), kacang kedelai dan susu tinggi kalsium.
 Minum air putih yang cukup minimal 2 liter (8 gelas) per hari.
4. Memelihara kebersihan tubuh secara teratur (mandi 2x sehari dengan sabun mandi), dan gunakan pakaian
serta alas kaki yang aman dan nyaman.
5. Memelihara kebersihan gigi dan mulut (menggosok gigi sehari 2x), apabila menggunakan gigi palsu dilepas
dan dibersihkan setiap hari.
6. Biasakan melakukan :
 Aktivitas fisik (berjalan, mencuci, menyapu,dsb)
 Latihan fisk (senam, berjalan, berenagn, dsb.) sekurangnya 30 menit sehari 3 kali seminggu.
7. Jauhi asap rokok dan zat adiktif lainnya (tidak merokok, minuman keras, ganja).

13
8. Kembangkan hobi sesuai dengan kemampuan seperti :
 Merangkai bunga/berkebun
 Melukis
 Berdansa
 Memasak
 Merajut
 Melakukan rekreasi aman dan nyaman (wisata, nonton film, dll)
9. Istirahat yang cukup dan kelola stres dengan baik
10. Terus melakukan kegiatan mengasah otak seperti : bermain catur, mengisi teka-teki silang, membaca buku,
menari, bermain musik, bercerita, bersosialisasi, dll.
Kelurahan-keluhan Pada Lansia

1. Berkurangnya kemampuan gerak: keterbatasan gerak, nyeri pinggang dan nyeri sendi
2. Mudah jatuh dan patah tulang
3. Gangguan buang air kecil dan buang air besar: mengompol, buang air kecil tidak lancar, sembelit, buang air
besar tidak terkontrol, dll.
4. Kekebalan menurun, contoh : Mudah terinfeksi
5. Gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran
6. Gangguan gigi dan mulut
7. Gangguan gizi : tidak nafsu makan, berat adan kurang atau lebih
8. Gangguan tidur
9. Sering lupa (pikun), kebingungan
10. Kesepian dan menyendiri
11. Gangguan fungsi seksual
12. Tanda anemia : Wapada 5L (Lemah, Letih, Lesu, Lelah dan Lunglai)
13. Sesak nafas dan nyeri dada.
14. Kaki bengkak, kesemeutan dan sering haus
15. Sakit kepala berat

14
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
1. Pada  usia 65 tahun  seseorang  dianggap telah memasuki masa lansia atau lanjut usia.
2. Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri-ciri khas, diantaranya usia lanjut merupakan
periode kemunduran, orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, menua membutuhkan
perubahan peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia.
3. Pada lansia biasanya mengalami kemundaran fisik, mental dan sosia sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukakan tugasnya sehari hari lagi.
4. Masalah-masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi pada lansia dapat diatasi
sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita semua juga akan mengalami masa-masa ini.
5.  Pada lansia terjadi perubahan fisik fisiologis, yang dapat menyebabkan kemunduran fungsi tubuh akibat
proses menua,Pada lansia terjadi kemunduran fisik, seperti rambut memutih, rontok, kulit menjadi
keriput dan tipis, dan lain-lain.
6. Kebutuhan gizi bagi setiap manusia berbeda-beda tergantung dari jenis kelamin, umur, aktivitas, ukuran
dan susunan tubuh, iklim atau suhu udara, kondisi fisik tertentu (sakit) serta unsur lingkungan.

b. saran

            Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang perkembangan yang terjadi pada
lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak
optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita.
Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.

15
Daftar Pustaka

 Darmojo.2000.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Kementrian Kesehatan RI.2016.Buku Kesehatan Lanjut Usia.Jakarta : Direktorat Jenderal Kesehatan


masyarakat.

dr. Nedy Safitri, sp. PD. 2018. Masalah Kesehatan Pada Lansia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Madinah, U. Ulfah & Noto Dwimartutie. 2016. Salah Perilaku Terhadap Orang Tua: Faktor Risiko dan
Tatalaksana. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia.3(1) 52-58.

16

Anda mungkin juga menyukai