Anda di halaman 1dari 2

Bila dilihat dari wujud kata berulang dan kesesuaianya dengan bentuk dasarnya, dapat

dibedakan menjadi empat morfem ulang. Keempat morfem ulang ters ebut adalah reduplikasi
penuh (R), reduplikasi bervariasi bunyi (Rv), reduplikasi parsial (Rp), reduplikasi parsial
bervariasi bunyi (Rpv) (Sudaryanto, 1991: 30)

Dwipurwa adalah proses perulangan yang dibentuk dengan mengulangi suku pertama
dari kata dasar, misalkan laku’jalan’- lelaku ‘sekarat’, kudhung ‘kerudung’-kekudhung
‘berkerudung’, putu ‘cucu’-peputu ‘bercucu’, saji ‘saji’- sesaji ‘sesaji’, dawa ‘panjang’-dedawa
‘perpanjang’.

Dwilingga merupakan proses perulangan yang dibentuk dengan mengulang seluruh kata
dasar. Contoh kata ulang dwilingga antara lain, ijo ‘hijau’-ijo-ijo ‘sayuran’; putih ‘putih’- putih-
putih ‘hantu’; resik ‘bersih’-resik-resik ‘bersih-bersih’; pacul ‘cangkul’-pacul-pacul ‘cangkul-
cangkul’; gunting ‘gunting’- gunting-gunting ‘menggunting berulang-ulang’.

Dwilingga salin swara adalah proses perulangan yang dibentuk dengan mengulang
seluruh kata dasar dengan perubahan pada salah satu atau seluruh vocal dari kata dasar tersebut.
Contoh dwilingga salin swara antara lain, madhang ‘makan’ -modhang-medheng ‘berkali-kali
makan’; manak ‘beranak ‘-monak-menek ‘berkali kali punya anak’ ; bengok ‘teriak’- bengak-
bengok ‘berkali-kali teriak’; nembang ‘nyanyi’-nembang-nembeng ‘bernyanyi berulang-ulang’;
mlayu ‘berlari’-mloya-mlayu ‘berlari-lari’.

Perulangan berimbuhan bentuknya bisa berupa dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin swara, dan
dwiwasana yang disertai dengan awalan, sisipan, akhiran, atau bahkan awalan dan akhiran.
Contoh kata ulang berimbuhan antara lain, tuku ‘beli’-tetukon ‘hasil belanja’; topi ‘topi’- tetopen
‘memakai topi’; bathi ‘untung’- bebathen ‘hasil untung’; saji ‘saji’-sesajen ‘makanan untuk
sesaji’. Wong ‘orang’- wong-wongan ‘memedi sawah’; omah ‘rumah’ – omah-omahan ‘mainan
rumah-rumahan’; kanthi ‘gandeng’-kanthen-kanthenan ‘saling bergandengan’; kathok ‘celana’-
kathok-kathokan ‘saling memakaikan celana’; dulang ‘suap’- dulang-dulangan ‘suap-suapan’;
cenges ‘membuat malu’- cengengesan ‘ suka tertawa’; penthung ‘pemukul’- pethunthung’ tiba-
tiba membesar’ ndhepis ‘pinggir’- ndhepipis ‘ bersembunyi di tempat yang pinggir’.
Perulangan yang dibentuk dengan mengulang suku akhir pada kata dasar disebut
dwiwasana. Contoh dwiwasana antara lain jekut ‘dingin’-njekukut ‘ dingin sekali’; celek ‘dibuat
malu’- celelek ‘ berkesan nakal’; bedhug ‘ kendang besar’- bedhudhug ‘ menggelembung
membesar’.

Anda mungkin juga menyukai