Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas PKKD 1


Dosen pembimbing: Filia Icha Sukamto, S. Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh
INA PUTRI BASKORO ASRI
(19613314)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021
A. KONSEP DASAR OKSIGENASI
1. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini
terpenuhi dengan baik.Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem
(kimia/fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel.Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu
dan lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-
sel tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)
melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂
akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena
tidak berguna lagi oleh tubuh.

2. Etiologi
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan adalah
97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat
gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang
terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂
inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan
cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus yang
mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah
persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan, obesitas,
abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf,
gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung
saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih
sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen
dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan
buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada
kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi normal
pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran
bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang
akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf
pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain
itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O₂.
Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing,
batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi
menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

3. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat
terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang mengandung
interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk meengembang dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi
saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas,
sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka
co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula
oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg
dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama
dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan co2, di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli
dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai mana o2 dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2 dari rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara
berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh c02, jaringan
tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb membentuk
oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan
dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan
sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal
pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen
yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan
o2 oleh sel.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
 Anamnesa
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya
hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan
status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingkungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
 Pola kesehatan sehari-hari
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pasien yang memiliki masalah
disfungsi pernafasan pada umumnya menyadari keadaannya pada saat
penyakit yang dideritanya sudah cukup berat.
b. Pola nutrisi : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan pada
umumnya memiliki pola nutrisi yang kurang baik bila pasientersebut
memiliki pola hidup yang tidak baik misalnya merokok
c. Pola eliminasi : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan pada
umumnya memiliki pola eliminasi oksigen atau pertukaran gas yang
kurang baik
d. Aktivitas dan latihan : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan
pada umumnya memiliki pola aktivitas yang monoton dan kurang berolah
raga
e. Tidur dan istirahat : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan
pada umumnya memiliki pola tidur yang kurang baik (begadang)
f. Sensoris, presepsi dan kognitif : pasien yang memiliki masalah disfungsi
pernafasan pada umumnya merasa kurang nyaman dengan keadaan yang
dialaminya
g. Konsep diri : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan pada
umumnya memiliki masalah dengan keadaan sosial, keadaan fisik
(khususnya organ pernafasan), ancaman konsep diri, serta gangguan
psikologi.
h. Seksual dan reproduksi : pasien yang memiliki masalah disfungsi
pernafasan pada umumnya memiliki masalah pengetahuan dalam
seksualitas.
i. Pola peran hubungan : pasien yang memiliki masalah disfungsi pernafasan
pada umumnya tidak masalah tentang peran berkaitan dengan
keluarga,teman dan lingkungan kerja
j. Manajemen kopping stress : pasien yang memiliki masalah disfungsi
pernafasan pada umumnya memilih untuk merahasiakan penyakitnya dari
orang lain
k. Sistem nilai dan keyakinan : latar belakang budaya/etnik, status ekonomi,
perilaku kesehatan yang berhubungan dengan budaya/etnik
 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh,
kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta,
diameter anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada),
pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi dan
ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil
pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan
“tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada
individu yang sehat dan meningkat pada kondisi konsolidasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat,
sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara
lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis.
 Penatalaksanaan dan kolaborasi
a. Inhalasi oksigen
Terdapat dua sistem dalam inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah
dan sistem aliran tinggi
a) Sistem aliran rendah
1) Nasal kanula / binasal kanula
2) Sungkup muka sederhana
3) Sungkup muka dengan kantong “rebreathing”
4) Sungkup muka dengan kantong “non rebreathing”
b) Sistem aliran tinggi (High Flow Oxygen System)
b. Fisioterapi dada
Adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri dari :
a. Perkusi
b. Vibrasi
c. Clapping
c. Nafas dalam batuk efektif
-Nafas dalam
-Batuk efektif
4. Suction (penghisapan lendir)

2. Perumusan masalah

Pathway

Pernapasan

Oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Gangnguan Batuk Adanya sumbatan


pada jalan napas Difusi

ketidakefektifan Obstruksi jalan napas


jalan napas

Ketidakefektifan
pola napas
3. Perencanaan

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


keperawatan
1. Gangguan Kreteria hasil untuk Pemantauan respirasi
Pertukaran Gas Pada mengukur penyelesaian Observasi :
Pneumonia dari diagnosis setelah di 1. Monitor frekuensi,
berhubungan dengan lakukan asuhan bentuk efektif
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x4 2. Monitor pola
ventilasi-perfusi jam, diharapkan status napas
pernapasan : bersihan 3. Monitor sumbatan
jalan napas dapat di jalan napas
tingkatkan dengan 4. Auskultulasi bunyi
kreteria hasil : napas
1. Tingkat kesadaran 5. Monitor saturasi
meningkat (5) oksigen
2. Dispnea
meningkat (1) Terapiutik :
3. Bunyi napas 1. Atur interval
meningkat (1) pemantauan
4. Pusing meningkat respirasi sesuai
(1) kondisi padien
5. Penglihatan kabur 2. Dokumentasikan
meningkat (1) hasil pemantauan
6. Diaforeses
meningkat (1) Edukasi :
7. Gelisah sedang (3) 1. Jelaskan tujuan
8. Napas cuping dan prosedur
hidung sedang (3) pemantauan
9. PCO cukup 2. Informasikan
membaik (4) hasil
10. PO Cukup pemantauan,
membaik (4) jika perlu
11. Takikardia
membaik (5)
12. pH arteri m
embaik (5)
13. Sianosis membaik
(5)
14. Pola napas
membaik (5)
15. Warna kulit
membaik (5)
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta,
EGC.

Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.

Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EG

Anda mungkin juga menyukai