Anda di halaman 1dari 4

Sekilas Tentang Global Harmonize System (GHS)

 admin  September 17, 2011  Hazards Communication Product Safety Regulations  0

by HSP – Penulis:  Ismail. A


Global Harmonize System atau disingkat GHS cukup ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Soalnya
menteri perindustrian telah mengeluarkan keputusan no 87/M-IND/PER/9/2009 tentang sistem
harmonisasi global klasifikasi dan label pada bahan kimia. Menurut peraturan manteri ini semua
bahan kima yang dipasarkan di Indonesia wajib mengikuti klasifikasi dan label yang ditetapkan
oleh sistem GHS. Maksudnya adalah semua bahan kimia harus memiliki Material Safety Data
Sheet (MSDS) atau dalam peraturan ini disebut Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) yang
mengacu pada sistem pengklasifikasian yang ditetapkan oleh sistem GHS. Demikian pula halnya
dengan label bahan kimia harus mengacu pada sistem GHS yang sama.
Apa itu GHS?
GHS adalah sistem pengklasifikasian keselamatan bahan kimia yang dikeluarkan oleh United
Nation. Sampai saat ini UN telah melakukan 3 kali revisi terhadap sistem GHS yang dikeluarkan,
sistem GHS yang dikeluarkan dikenal dengan Purple Book.

Kenapa perlu GHS?


UN mecoba untuk menyamakan klasifikasi bahan kimia diseluruh dunia. Karena selama ini
masing-masing negara memiliki klasifikasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, suatu bahan
kimia dikategorikan bersifat high toxic disuatu negara akan tetapi dinegara lain bisa jadi bersifat
low toxic, atau suatu produk dikategorikan bersifat flammable disuatu negara dan tidak bersifat
flammable dinegara lain. Dampaknya adalah, negara-negara yang mengklasifikasikan produk
tersebut sebagai high toxic atau flammable akan membuat berbagai peraturan untuk mengontrol
produk tersebut, sementara negara yang mengkategorikan produk tersebut low toxic / tidak
flammable akan membiarkan penjualan secara bebas tanpa kontrol. Hal ini juga akan
menyulitkan negara pengimpor atau pengekspor bahan kimia karena berbedanya klasifikasi
bahan kimia antara negara pengekspor dan pengimpor. Perbedaan ini juga berdampak pada
MSDS dan sistem pelabelan bahan kimia tersebut yang nantinya akan menyulitkan negara
pengimpor karena mereka harus merevisi MSDS dan melakukan pelabelan ulang sesuai dengan
klasifikasi yang mereka miliki. Berdasarkan hal ini UN menguarkan sistem GHS untuk
memudahkan dunia industri dalam melakukan perdagangan bahan kimia dan juga untuk
melindungi lingkungan dan manusia dari dampak penggunaan bahan kimia. Didalam purple
book disebut bahwa tujuan dari GHS adalah sebagai berikut:

 Untuk lebih meningkatkan perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan


dengan menyediakan sistem yang lebih komprehensif secara internasional untuk
mengkomunikasikan bahaya bahan kimia.
 Menyediakan framwork untuk negara-negara yang belum memiliki sistem klasifikasi dan
label bahan kimia.
 Mengurangi kebutuhan akan pengujian dan evaluasi bahan kimia.
 Memfasilitasi perdagangan internasional bahan kimia dimana bahaya bahan kimia
tersebut sudah dikaji dan diidentifikasi dengan basis internasional.
Apa saja ruang lingkup GHS?
Didalam purple book dinyatakan bahwa ada dua elemen ruang lingkup GHS, yaitu:

 Kriteria yang harmonis untuk klasifikasi bahan kimia tunggal dan campuran sesuai
dengan bahaya kesehatan, lingkungan dan fisik bahan kimia tersebut.
 Elemen komunikasi bahaya yang harmonis, termasuk persyaratan untuk label dan safety
data sheet.
Ada beberapa jenis produk kimia yang tidak termasuk dalam ruang lingkup ini, yaitu farmasi,
additif untuk bahan makanan, kosmetik, dan residu pestisida didalam bahan makanan.

Bagaimana mengaplikasikan GHS?


Untuk mengaplikasikan GHS di Indonesia tentu saja mengacu pada peraturan menteri
perindustrian nomor 87/M-IND/PER/9/2009. Disana sudah ditetapkan format LDKB atau MSDS
dan persyaratan untuk label. Namun untuk klasifikasi bahan kimia mengacu pada purple book
revisi 2, hal ini disebutkan dalam keputusan dirjen industri Agro dan Kimia kementerian
perindustrian no 21/IAK/PER/4/2010 tentang petunjuk teknis penerapan sistem harmonisasi
global klasifikasi dan pelabelan bahan kimia. Namun dalam petunjuk ini tidak disebutkan
tentang teknis building blok yang harus diadopsi, ini berarti Indonesia mengadopsi 100%
building blok yang ditetapkan pada purple book revisi 2. Berdasarkan peraturan menteri
perindustrian tersebut diatas, sistem GHS untuk kimia tunggal sudah mulai berlaku sejak bulan
Maret 2010 sementara untuk bahan kimia campuran masih bersifat sukarela dalam
penerapannya, dan mulai berlaku efektif untuk bahan kimia campuran pada awal tahun 2014.

Untuk mengklasifikasikan bahan kimia sesuai dengan klasifikasi GHS diperlukan training dan
keahlian khusus. Meskipun didalam purple book sudah dijelaskan secara rinci bagaimana cara
melakukan klasifikasi setiap bahaya bahan kimia tersebut, namun diperlukan keahlian dan
pengetahuan yang baik tentang bahan kimia dan bahayanya dalam melakukan klasifikasi tersebut
agar tidak terjadi kekeliruan. Menurut peraturan menteri perindustrian tentang GHS, semua
bahan kimia harus diklasifikasikan berdasarkan kriteria bahaya GHS yang terdiri dari bahaya
fisik, bahaya terhadap kesehatan dan bahaya terhadap lingkungan akuatik. Bahaya fisik misalnya
eksplosive, gas mudah menyala, cairan pengoksidasi, korosif pada logam, dan lain-lain. Bahaya
terhadap kesehatan misalnya toksisitas akut, korosi/iritasi kulit, karsinogenisitas, dan lain-lain.

Dan setiap bahan kimia tersebut juga harus diberi label sesuai dengan GHS yang ditetapkan,
dimana label tersebut harus mengandung unsur penanda produk, piktogram bahaya, kata sinyal,
pernyataan bahaya, identifikasi produsen dan pernyataan kehati-hatian. Label tersebut juga harus
mudah terbaca, jelas terlihat, tidak mudah rusak, tidak mudah lepas dari kemasannya dan tidak
mudah luntur karena pengaruh sinar, udara atau lainnya. Piktogram yang digunakan juga harus
sesuai dengan peraturan GHS yang terdapat pada lampiran I dari peraturan menteri tentang GHS.

Bahan kimia juga harus dilengkapi dengan MSDS (LDKB), didalam peraturan menteri tentang
GHS bahwa MSDS dan Label wajib berbahasa Indonesia. Informasi yang terkandung didalam
GHS adalah informasi bahaya fisik, bahaya terhadap kesehatan dan bahaya terhadap lingkungan
akuatik yang sudah diklasifikasikan sesuai dengan kriteria bahaya GHS, dan informasi lainnya
sesuai dengan format yang sudah ditetapkan. Format MSDS/LDKB sesuai dengan peraturan
menteri tentang GHS (lampiran II) terdiri dari 16 section, yaitu:

1. Identifikasi senyawa (Tunggal atau Campuran)


2. Identifikasi bahaya
3. Komposisi/Informasi tentang bahanpenyusun senyawa tunggal
4. Tindakan pertolongan pertama
5. Tindakan pemadaman kebakaran
6. Tindakan penanggulangan jika terjadi kebocoran
7. Penanganan dan penyimpanan
8. Kontrol paparan/perlindungan diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabilitas dan Reaktifitas
11. Informasi Toksikologi
12. Informasi Ekologi
13. Pertimbangan pembuangan / pemusnahan
14. Informasi transportasi
15. Informasi yang berkaitan dengan regulasi
16. Informasi lain termasuk informasi yang diperlukan dalam pembuatan dan revisi SDS.
Sebaiknya mulai dari sekarang anda menyesuaikan MSDS/LDKB bahan kimia yang anda
produksi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan menteri perindustrian tersebut
diatas. Jika anda membeli bahan kimia dari pemasok bahan kimia, maka sebaiknya anda
meminta MSDS/LDKB yang sudah mengikuti GHS.

SEMOGA BERMANFAAT!

HSP Team.

Anda mungkin juga menyukai