Anda di halaman 1dari 405

TRYOUT PREDIKSI

UKMPPD BATCH
AGUSTUS 2020
1
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan mata merah dan terasa nyeri.
Pasien merasa pandangan kabur, silau dan seperti melihat gambaran pelangi di sekitar
lampu. Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum TD 120/70 N:86x/menit, S:36,
RR 18x. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan injeksi konjungtiva (+), pupil midriasis, COA
dangkal, TIO palpasi n +2.
Terapi yang dapat diberikan pada pasien ini, kecuali?

a. Pilokarpin
b. Acetazolamid
c. KCl tablet
d. Atropin sulfat
e. Timolol
1
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan mata merah dan terasa nyeri.
Pasien merasa pandangan kabur, silau dan seperti melihat gambaran pelangi di sekitar
lampu. Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum TD 120/70 N:86x/menit, S:36,
RR 18x. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan injeksi konjungtiva (+), pupil midriasis, COA
dangkal, TIO palpasi n +2.
Terapi yang dapat diberikan pada pasien ini, kecuali?

a. Pilokarpin
b. Acetazolamid • Mata merah, visus turun, nyeri, penglihatan silau
c. KCl tablet dan seperti melihat pelangi → glaukoma akut
d. Atropin sulfat • Pupil midriasis, COA dangkal, TIO meningkat →
e. Timolol sudut tertutup
• Diagnosis → glaukoma akut sudut tertutup
Glaukoma Primary
1. Primary close
angle glaucoma
Close angle = akut
2. Primary open
Open angle angle glaucoma
= kronik
3. Glaukoma
Secondary sekunder
4. Glaukoma
kongenital
Kongenital 5. Normotension
glaukoma
Khurana Ophthalmology Normotension
glaukoma
Glaukoma akut sudut tertutup
• Peningkatan TIO mendadak
• Nyeri mata, lakrimasi, fotofobia
mual muntah, nyeri kepala, “halo”
• Tanda: edema kornea, COA dangkal,
sudut tertutup, pupil semi dilatasi, non reaktif
• Penunjang : Tonometri → TIO meningkat >21 mmHg
INGAT! Midriatikum
Gonioskopi
tidak boleh diberikan
Perimetri karena
Funduskopi menyebabkan
• Tx: Asetazolamid 500 mg, lanjut 4 x 250mg, KCl 0.5 gr 3x1, timolol dilatasi pupil → iris
0.5% 2x1 tetes, kortikosteroid topikal + AB, simptomatik, rujuk terdorong ke depan
• Definitif : iridektomi perifer/ iridotomi → sudut BMD
semakin tertutup
PPK IDI 2017
Pilihan Lain
a. Pilokarpin → miotikum → Iris ditarik mundur kebelakang, sehingga
sudut BMD dapat terbuka
b. Acetazolamid → lini pertama pengobatan glaukoma akut, mekanisme
kerja mengurangi produksi humor akuous
c. KCl tablet → diberikan untuk mencegah gangguan elektrolit akibat
acetazolamid
d. Atropin sulfat
e. Timolol → beta blocker yang berfungsi menurunkan produksi humor
akuous
2
Seorang laki-laki berusia 15 tahun datang bersama orang tuanya dengan keluhan
penglihatan kabur di kedua mata jika me!ihat tulisan di papan tulis. Pada
pemeriksaan ditemukan visus ODS 20/50, setelah dikoreksi dengan lensa S+1.00
C-2.50 x 90 visus ODS menjadi 20/20.
Manakah penyebab kelainan pada pasien?
A. Satu bayangan jatuh di depan retina, satu di belakang
B. Keduanya berada di belakang retina
C. Keduanya di depan retina
D. Bayangan satu jatuh di depan retina, satunya tepat diretina
E. Bayangan satu jatuh di belakang retina, satunya tepat di retina
2
Seorang laki-laki berusia 15 tahun datang bersama orang tuanya dengan keluhan
penglihatan kabur di kedua mata jika me!ihat tulisan di papan tulis. Pada
pemeriksaan ditemukan visus ODS 20/50, setelah dikoreksi dengan lensa S+1.00
C-2.50 x 90 visus ODS menjadi 20/20.
Manakah penyebab kelainan pada pasien?
A. Satu bayangan jatuh di depan retina, satu di belakang
B. Keduanya berada di belakang retina
C. Keduanya di depan retina
D. Bayangan satu jatuh di depan retina, satunya tepat diretina
E. Bayangan satu jatuh di belakang retina, satunya tepat di retina
• Kasus mengarahkan ke gangguan refraksi
• Dari koreksi lensa S+1.00 C-2.50 x 90 →
diagnosis astigmat mixtus
Astigmatisme
Koreksi lensa pada soal
S+1.00 C-2.50 x 90

C >S sehingga diagnosis


yang tepat adalah astigmat
mixtus (campuran) →
bayangan jatuh di 2 titik,
satu di depan retina dan
satu di belakang retina
Pilihan Lain
A. Satu bayangan jatuh di depan retina, satu di belakang
B. Keduanya berada di belakang retina → compound hipermetrop
astigmat
C. Keduanya di depan retina → compound miop astigmat
D. Bayangan satu jatuh di depan retina, satunya tepat diretina → simple
miop astigmat
E. Bayangan satu jatuh di belakang retina, satunya tepat di retina →
simple hipermetrop astigmat
3
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang denganmengeluh mata kabur
mendadak sejak 1 hari yang lalu. Tidak nyeri, tidak merah. Pasien memiliki riwayat
hipertensi tak terkontrol dan hiperkolesterolemia. Funduskopi tampak gambaran
splashed tomato pada keempat kuadran,disertai hard exudate dan cotton wool
spot.
Diagnosis pada pasien ini adalah?

A. Central retinal vein occlusion


B. Central retinal artery occlusion
C. Retinopati hipertensi
D. Ablatio retina
E. Retinopati Diabetikum
3
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang dengan mengeluh mata kabur
mendadak sejak 1 hari yang lalu. Tidak nyeri, tidak merah. Pasien memiliki riwayat
hipertensi tak terkontrol dan hiperkolesterolemia. Funduskopi tampak gambaran
splashed tomato pada keempat kuadran, disertai hard exudate dan cotton wool
spot.
Diagnosis pada pasien ini adalah?

A. Central retinal vein occlusion


B. Central retinal artery occlusion • Visus turun mendadak
C. Retinopati hipertensi • Terdapat riwayat hipertensi tak terkontrol dan
hiperkolesterolemia → predisposisi
D. Ablatio retina
terjadinya hiperviskositas darah
E. Retinopati Diabetikum • Splashed tomato keempat kuadran →
gambaran oklusi vena retina sentral
Oklusi

Central Retinal Artery Occlusion (CRAO) Central Retinal Vein Occlusion (CRVO)
• Aterosclerotic-related thrombus, emboli • Hiperviskositas darah, TIO ↑
• Riw amaurosis fugax, mendadak, tidak • Visus turun mendadak, tidak nyeri
nyeri
• Perdarahan difus seluruh kuadran →
• Retina berwarna pucat dengan cherry
splashed tomato, blood and thunder
red spot di sentral makula
• Branch → sesuai cabang arteri yang • Branch → flame hemorrhage, tidak
defek + edema lokal melewati midline

Khurana
Ophthalmology
Pilihan Lain
A. Central retinal vein occlusion
B. Central retinal artery occlusion → retina pucat, cherry red spot
C. Retinopati hipertensi → visus turun perlahan, AV crossing, AV wiring
D. Ablatio retina → defek lapangan pandang seperti tirai, floaters, fotopsia,
pada funduskopi gambaran tobacco dust
E. Retinopati Diabetikum → visus turun perlahan, riw DM, neovaskularisasi
4
Seorang perempuan berusia 44 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
mata perih, terasa ada yang mengganjal dan berair. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan injeksi konjungtiva (+)
dan penebalan konjungtiva bulbi (+). Pasien bekerja sebagai petani.
Tes apakah yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan ini?

a. Tes fenilefrin
b. Tes sonde
c. Tes konfrontasi
d. Anel test
e. Tes hirschberg
4
Seorang perempuan berusia 44 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
mata perih, terasa ada yang mengganjal dan berair. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan injeksi konjungtiva (+)
dan penebalan konjungtiva bulbi (+). Pasien bekerja sebagai petani.
Tes apakah yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan ini?

a. Tes fenilefrin
b. Tes sonde • Mata perih, terasa ada yang mengganjal dan
c. Tes konfrontasi berair → tanda iritasi pada mata
d. Anel test • Injeksi konjungtiva dan penebalan konjungtiva
e. Tes hirschberg bulbi, faktor risiko sering terpapar UV →
curiga pterygium
• Tes untuk membedakan pterygium dan
pseudopterygium → Tes sonde
Pterigium
• Jaringan fibrovaskular segitiga yang biasanya tumbuh dari nasal / temporal
dengan puncak di kornea
• Etiologi : Iritasi kronis karena debu, paparan UV, udara panas, genetik
• Gejala : tahap awal asimtomatik, atau tanda dry eye → mengganjal pada mata,
merah, berair. Tahap lanjut bisa mengganggu ketajaman penglihatan
• Tes sonde (Probe test) (-) : ujung sonde tidak kelihatan → pterygium
(+) : pseudopterygium
• Grade I : terbatas pada limbus kornea
• Grade II : melewati limbus kornea <2mm
• Grade III : melewati limbus kornea > 2mm
• Grade IV : melewati pupil
• Tx : artificial tears, ekstirpasi
Khurana Ophtalmology
5
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan air
mata mengalir terus menerus. Keluhan ini dirasakan setelah mengalami benturan
logam di bagian mata saat bekerja. Saat diperiksa tampak laserasi pada
palpebrae regio medial superior. Tampak adanya epiphora.
Tatalaksana awal yang tepat adalah

a. Rujuk Sp.M
b. Debridement
c. Jahit situasional
d. Suntik TT dan antibiotik
e. Kanalisasi
5
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan air mata
mengalir terus menerus. Keluhan ini dirasakan setelah mengalami benturan
logam di bagian mata saat bekerja. Saat diperiksa tampak laserasi pada
palpebrae regio medial superior. Tampak adanya epiphora.
Tatalaksana awal yang tepat adalah

• Pada kasus diatas terjadi laserasi


a. Rujuk Sp.M palpebra akibat trauma tumpul
b. Debridement • Keluhan epifora mengarahkan
c. Jahit situasional kecurgaan terjadinya trauma duktus
d. Suntik TT dan antibiotik lakrimalis
e. Kanalisasi
Laserasi Palpebra
Terpotongnya jaringan pada
kelopak mata
Terapi :
• Bersihkan luka apabila
yakin bola mata intak →
evaluasi adanya
penurunan tajam
penglihatan
• Profilaksis TT
• Antibiotik sistemik
• Segera rujuk ke Sp.M

PPK IDI 2017


Pilihan Lain
a. Rujuk Sp.M → tetap lakukan tatalaksana awal sebelum dirujuk
b. Debridement → kurang tepat, bukan kompetensi dokter umum
c. Jahit situasional → tidak boleh dijahit, harus rujuk
d. Suntik TT dan antibiotik
e. Kanalisasi → tatalaksana untuk memperbaiki drainase sistem lakrimalis
6
Seorang wanita berusia 16 tahun datang dengan keluhan penglihatan kabur sejak
3 hari lalu. Dari pemeriksaan fisis ditemukan bahwa pasien memiliki tinggi badan
melebihi normal dan jari jari tangan panjang serta sangat fleksibel. Pada
pemeriksaan diperoleh visus pada mata kanan dan kiri 2/60. Pada pemeriksaan
iluminasi oblik di temukan lensa tidak pada tempatnya.
Apakah diagnosa pasien?

A. Katarak traumatik
B. Katarak kongenital
C. Glaukoma kongenital
D. Subluksasio lensa
E. Dislokasi lensa
6
Seorang wanita berusia 16 tahun datang dengan keluhan penglihatan kabur sejak
3 hari lalu. Dari pemeriksaan fisis ditemukan bahwa pasien memiliki tinggi badan
melebihi normal dan jari jari tangan panjang serta sangat fleksibel. Pada
pemeriksaan diperoleh visus pada mata kanan dan kiri 2/60. Pada pemeriksaan
iluminasi oblik di temukan lensa tidak pada tempatnya.
Apakah diagnosa pasien? • Penurunan visus mendadak, lensa tidak
pada tempatnya → displacement lensa
• Tinggi, jari-jari panjang dan elastis →
A. Katarak traumatik marfan syndrome → zonula zinii rapuh
B. Katarak kongenital • Displacement lensa ada yang total →
C. Glaukoma kongenital dislokasi, dan sebagian → subluksasi
• Pada subluksasi, lensa hanya bergeser
D. Subluksasio lensa
sebagian sehingga ada tremorous lens
E. Dislokasi lensa • Sehingga dipilih dislokasi lensa karena soal
tidak mengarahkan spesifik
Displacement Lensa / Ectopia Lentis
• Etiologi : ruptur zonula zinii
• Faktor risiko : riwayat trauma, sindrom marfan
• Subluksasi : sebagian lensa bergeser tetapi masih berada di ruang lensa
• Luksasi atau Dislokasi : sepenuhnya berada di luar fossa hyalois, bisa dislokasi ke anterior
atau posterior (cairan vitreus)
• Klinis: visus turun, diplopia, iridodonesis, tremorous lens
• Komplikasi : glaukoma, kebutaan, perubahan bias yang signifikan

American Academy of Ophthalmology. Cataract/Anterior Segment: Ectopia lentis Practicing Ophthalmologists Learning System, 2017 -
2019 San Francisco: American Academy of Ophthalmology, 2017.
Pilihan Lain
A. Katarak traumatik → ada gambaran stellata, riwayat trauma (+)
B. Katarak kongenital → < 1 tahun, terkait infeksi rubella
C. Glaukoma kongenital → buphthalmos, kornea > 13mm
D. Subluksasio lensa → sebagian lensa bergeser
E. Dislokasi lensa
7
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang dengan keluhan sulit membaca
tulisan di papan tulis. Dari pemeriksaan didapatkan visus OD 2/100 dikoreksi
dengan S+5.00 C -2.00 x 180 menjadi 2/60. Visus 2/200 dikoreksi dengan S
+5.50 C -2.00 x 180 menjadi 2/50. riwayat penggunaan kacamata sebelumnya
disangkal.
Apa diagnosis yang paling tepat?

a. Ambliopia deprivasi
b. Ambliopia anisometrop
c. Ambliopia isoametropia
d. Ambliopia strabismik
e. Compund hypermetrop astigmat
7
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang dengan keluhan sulit membaca
tulisan di papan tulis. Dari pemeriksaan didapatkan visus OD 2/100 dikoreksi
dengan S+5.00 C -2.00 x 180 menjadi 2/60. Visus 2/200 dikoreksi dengan S
+5.50 C -2.00 x 180 menjadi 2/50. riwayat penggunaan kacamata sebelumnya
disangkal.
Apa diagnosis yang paling tepat?

a. Ambliopia deprivasi • Setelah dikoreksi, visus tidak bisa


b. Ambliopia anisometrop maksimal → ambliopia
c. Ambliopia isoametropia • Koreksi visus di kedua mata sama-sama
d. Ambliopia strabismik tinggi namun seimbang (tidak selisih
e. Compund hypermetrop astigmat jauh) → ambliopia isoametropc
Ambliopia
Kelainan penurunan tajam penglihatan tanpa kelainan struktural bola mata
atau kelainan pada jalur penglihatan. Terjadi akibat pengalaman visual
yang abnormal pada awal kehidupan

● Strabismus ambliopia = impuls tidak berfusi dari kedua mata


● Stimulus deprivation ambliopia = satu mata tidak aktif sama sekali (katarak
kongenital)
● Anisometric ambliopia = perbedaan refraksi mata kiri dan kanan
● Isoametric ambliopia = kelainan refraksi berat kedua mata, bilateral
● Meridional ambliopia = astigmatisme tidak terkoreksi

Khurana Ophthalmology
Pilihan Lain
a. Ambliopia deprivasi → contohnya akibat katarak kongenital
b. Ambliopia anisometrop → selisih gangguan refraksi hipermetrop > 1.00
D, Miopia > 3.00 D, Astigmat > 1.50 D
c. Ambliopia isoametropia
d. Ambliopia strabismik → akibat strabismus
e. Compund hypermetrop astigmat → visus normal setelah koreksi
8
Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang untuk kontrol ke Poliklinik umum
karena riwayat stroke beberapa hari yang lalu. Saat ini pasien datang dengan
keluhan melihat dobel terutama saat melirik ke kiri bawah, merasa pusing
sesudah mengalami penglihatan ganda.
Berdasarkan keluhan tersebut, otot mata kanan mana yang mengalami paralisis
pada pasien ini?

a. M. Rectus medialis
b. M. Rectus lateralis
c. M. Obliquus superior
d. M. Obliquus inferior
e. M. Orbicularis oculi
8
Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang untuk kontrol ke Poliklinik umum
karena riwayat stroke beberapa hari yang lalu. Saat ini pasien datang dengan
keluhan melihat dobel terutama saat melirik ke kiri bawah, merasa pusing
sesudah mengalami penglihatan ganda.
Berdasarkan keluhan tersebut, otot mata kanan mana yang mengalami paralisis
pada pasien ini?

a. M. Rectus medialis • Diplopia saat melihat ke kiri bawah


b. M. Rectus lateralis • Melihat ke kiri bawah, berarti otot yang
c. M. Obliquus superior bekerja:
d. M. Obliquus inferior • Mata kanan : m obliquus superior
e. M. Orbicularis oculi • Mata kiri : m. rectus inferior
Otot bola mata

Goetz, Christopher G. Textbook of clinical neurology. 3rd ed. Philadelphia: Saunders; 2007.
Pilihan Lain
a. M. Rectus medialis → lihat gambar
b. M. Rectus lateralis → lihat gambar
c. M. Obliquus superior
d. M. Obliquus inferior → lihar gambar
e. M. Orbicularis oculi → lagophthalmus, tidak dapat menutup mata
dengan sempurna akibat paralisis N.7, juga sering terjadi pada pasien
dengan riwayat stroke
9
Seorang wanita 37 tahun mengeluh penglihatan terasa kabur, sejak 3 tahun yang
lalu. Keluhan terasa semakin kabur dan keluhan mata merah disangkal. Pasien
juga merasa semakin sering menabrak barang disekitarnya. Pemeriksaan visus
5/30, sulit dikoreksi, dan tidak membaik dengan pinhole. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal. TIO 20,6 mmHg. Refleks fundus (+), papil N. II batas tegas dengan
cup and disc ratio 0,6.
Apakah diagnosis pada kasus tersebut?
a. Hipertensi Okuli
b. Normotension glaucoma
c. Glaukoma fakomorfik
d. Glaukoma akut
e. Glaukoma sudut tertutup
9
Seorang wanita 37 tahun mengeluh penglihatan terasa kabur, sejak 3 tahun yang
lalu. Keluhan terasa semakin kabur dan keluhan mata merah disangkal. Pasien
juga merasa semakin sering menabrak barang disekitarnya. Pemeriksaan visus
5/30, sulit dikoreksi, dan tidak membaik dengan pinhole. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal. TIO 20,6 mmHg. Refleks fundus (+), papil N. II batas tegas dengan
cup and disc ratio 0,6.
Apakah diagnosis pada kasus tersebut?
a. Hipertensi Okuli • Mata kabur, sering menabrak barang →
b. Normotension glaucoma menandakan defek lapangan pandang
c. Glaukoma fakomorfik perifer “tunnel vision”
d. Glaukoma akut • CDR meningkat
e. Glaukoma sudut tertutup • TIO tidak meningkat (N: 11-21 mmHg) →
normotension glaucoma
Normotension glaukoma
• Lap pandang, optic disc terganggu • Penunjang :
• IOP normal Tonometri → mengukur TIO
• TX: turunkan IOP 30% Gonioskopi → sudut BMD
Perimetri → gang. Lapang pandang
Funduskopi → perubahan nervus optik
• DD/ Hipertensi Okuli
• IOP > 21 mmHg TANPA gangguan
lapangan pandang & optic disc

• DD/ POAG
• IOP > 21 mmHg + gangguan lapangan
pandang + optic disc
Khurana Ophtalmology
Pilihan Lain
a. Hipertensi Okuli → TIO meningkat tanpa disertai defek lap pandang &
tanpa kerusakan nervus optik
b. Normotension glaucoma
c. Glaukoma fakomorfik → glaukoma sekunder akibat katarak imatur
d. Glaukoma akut → di soal tidak ada tanda akut (nyeri, peningkatan TIO
mendadak, mual muntah, kornea edem)
e. Glaukoma sudut tertutup → sama dengan glaukoma akut
10
Seorang pria usia 40 tahun datang ke UGD akibat terkena air aki pada mata
kirinya 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat kejadian dilakukan pertolongan
pertama dengan menyemprotkan air keran selama setengah jam. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan visus menurun, kemosis, injeksi konjunvtiva serta
edema kornea.
Penatalaksanaan yang paling tepat adalah?

a. Tetes pantokain - Irigasi 2L - debridemen - siklopegik – antibiotik salep


b. Tetes pantokain - irigasi 2L - debridemen – manajemen TIO
c. Tetes pantokain - Irigasi 2L – debridemen - siklopegik
d. Irigasi 2L – debridemen - awasi TIO
e. Irigasi 2L – debridemen - salep mata
10
Seorang pria usia 40 tahun datang ke UGD akibat terkena air aki pada mata
kirinya 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat kejadian dilakukan pertolongan
pertama dengan menyemprotkan air keran selama setengah jam. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan visus menurun, kemosis, injeksi konjunvtiva serta
edema kornea.
Penatalaksanaan yang paling tepat adalah?

a. Tetes pantokain - Irigasi 2L - debridemen - siklopegik – antibiotik salep


b. Tetes pantokain - irigasi 2L - debridemen – manajemen TIO
c. Tetes pantokain - Irigasi 2L – debridemen - siklopegik
d. Irigasi 2L – debridemen - awasi TIO
e. Irigasi 2L – debridemen - salep mata
Trauma Kimia

Trauma Asam Trauma Basa


• Nekrosis koagulatif • Nekrosis liquifaktif → . Reaksi saponifikasi
• Penghancuran jaringan kolagen kornea
• Contoh air aki, asam sulfat, pemutih
• Contoh : amoniak, freon (bahan pendingin
AC), sabun, tiner
I : iskemia limbus (-)
II : Iskemia limbus < 1/3 1 : hiperemi konjungtiva + keratitis pungtata
III : iskemia limbus 1/3 – ½ 2 : hiperemi konjungtiva + hilangnya epitel
IV : Iskemia limbus > 1/2 kornea
3 : hiperemi konjungtiva + nekrosis konjungtiva
4 : konjungtiva perilimbal nekrosis >50%

Tx:
Anestesi topikal, irigasi minimal 30 menit dengan 2L saline, steroid,
AB profilaksis, double eversi bola mata
RUJUK
Khurana Ophthalmology , PPK IDI 2017,
Pilihan Lain
a. Tetes pantokain - Irigasi 2L - debridemen - siklopegik – antibiotik salep
b. Tetes pantokain - irigasi 2L - debridemen – manajemen TIO →
kurang tepat
c. Tetes pantokain - Irigasi 2L – debridemen – siklopegik → kurang tepat
d. Irigasi 2L – debridemen - awasi TIO → kurang tepat
e. Irigasi 2L – debridemen - salep mata → kurang tepat
11
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kelopak
mata akibat tersayat batang pohon 30 menit yang lalu. Keluhan disertai dengan
bengkak dan kemerahan pada kelopak mata, namun tidak terdapat gangguan
penglihatan. Pada pemeriksaan didapatkan laserasi pada kelopak mata bagian
lateral 1cm kedalaman sampai dermis namun tidak sampai mengenai bola mata,
tidak didapatkan gangguan penglihatan.
Komplikasi akut yang dapat terjadi pada pasien diatas adalah, kecuali…

a. Trichiasis
b. Entropion
c. Lagoftalmus
d. Keratopathy
e. Uveitis
11
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kelopak
mata akibat tersayat batang pohon 30 menit yang lalu. Keluhan disertai dengan
bengkak dan kemerahan pada kelopak mata, namun tidak terdapat gangguan
penglihatan. Pada pemeriksaan didapatkan laserasi pada kelopak mata bagian
lateral 1cm kedalaman sampai dermis namun tidak sampai mengenai bola mata,
tidak didapatkan gangguan penglihatan.
Komplikasi akut yang dapat terjadi pada pasien diatas adalah, kecuali…

a. Trichiasis • Riwayat tersayat batang pohon, tidak


b. Entropion ada gangguan penglihatan, terdapat
c. Lagoftalmus laserasi kelopak mata → laserasi
d. Keratopathy palpebra
e. Uveitis • Yang tidak termasuk komplikasi laserasi
palpebra adalah uveitis
Laserasi Palpebra
Terpotongnya jaringan
Komplikasi • Prolaps jaringan
lemak orbita
pada kelopak mata
Apabila tidak • Keratitis
Terapi :
melibatkan sistem • Entropion
• Bersihkan luka apabila
kanalikular : • Trichiasis
yakin bola mata intak
• Infeksi, perdarahan
→ evaluasi adanya
penurunan tajam
• Eyelid notching, Melibatkan sistem
Kontur palpebra kanalikular:
penglihatan
ireguler •Epifora
• Profilaksis TT
• Lagophthalmos •Epistaksis
• Antibiotik sistemik
• Keratopati exposure •Migrasi stent
• Segera rujuk ke Sp.M
• Perforasi septal

PPK IDI 2017, Kanski Ophthamology, ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470367


Pilihan Lain
a. Trichiasis → termasuk komplikasi
b. Entropion → termasuk komplikasi
c. Lagoftalmus → termasuk komplikasi
d. Keratopathy → termasuk komplikasi
e. Uveitis
12
Seorang wanita usia 72 tahun, datang ke Puskesmas karena khawatir adanya
bercak kecoklatan di punggungnya yang membesar sejak 2 tahun lalu. Bercak
tidak disertai gatal dan tidak mudah berdarah. Tidak ada riwayat tumor atau
keganasan di keluarganya. Pada status lokalis ditemukan nodul hiperpigmentasi
berbatas tegas, berukuran 2,5x2,5 cm, immobile, permukaan verukosa, ulkus (-).
Apakah diagnosis yang paling mungkin dari kasus diatas?

a. Nevus pigmentosus
b. Lentigo solaris
c. Kondiloma akuminata
d. Keratosis seboroik
e. Melanoma maligna
12
Seorang wanita usia 72 tahun, datang ke Puskesmas karena khawatir adanya
bercak kecoklatan di punggungnya yang membesar sejak 2 tahun lalu. Bercak
tidak disertai gatal dan tidak mudah berdarah. Tidak ada riwayat tumor atau
keganasan di keluarganya. Pada status lokalis ditemukan nodul hiperpigmentasi
berbatas tegas, berukuran 2,5x2,5 cm, immobile, permukaan verukosa, ulkus (-).
Apakah diagnosis yang paling mungkin dari kasus diatas?

a. Nevus pigmentosus
• Bercak kecoklatan membesar 2 tahun, tidak
b. Lentigo solaris
mudah berdarah, ulkus (-) → progresifitas
c. Kondiloma akuminata lambat, singkirkan keganasan
d. Keratosis seboroik • Usia tua, nodul hiperpigmentasi, bercak batas
e. Melanoma maligna tegas, permukaan verukosa → keratosis
seboroik
Keratosis Seboroik
Epidemiologi : Usia dekade 5 ke atas
Gejala : Asimptomatik
Predileksi : Wajah, batang tubuh, ekstremitas atas
Effloresensi : plak verukosa, papul, nodul dengan hiperpigmentasi coklat
sampai dengan hitam, dengan skuama di atasnya
Ukuran : beberapa mm sampai cm
Penunjang : biopsi
Terapi : Tidak perlu diobati
Bedah listrik, cryosurgery, bedah laser → indikasi kosmetik

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI 2019


Pilihan Lain
a. Nevus pigmentosus → makula/papul kecoklatan, ukuran ≤ 6
mm simetris, tepi reguler, batas tegas, pigmentasi merata,
permukaan tidak verukous, umumnya bukan usia tua
b. Lentigo solaris → faktor risiko paparan matahari, tidak
simetris, muncul acak di semua area wajah, makula, bisa
terdapat peninggian, berbatas tegas
c. Kondiloma akuminata → permukaan verukosa, infeksi HPV 6
& 11, genital warts
d. Keratosis seboroik
e. Melanoma maligna → asimetris, border ireguler, pigmentasi
tidak merata, diameter ≥ 6 mm, membesar secara cepat
13
Seorang wanita usia 45 tahun, datang dengan keluhan muncul bercak merah di seluruh
badannya sejak 5 hari lalu. Awalnya bercak muncul di tangan lalu menyebar ke seluruh
badan. Satu minggu sebelumnya muncul pasien didiagnosis terkena penyakit herpes oleh
dokter, yang muncul di sekitar bibirnya. Pada pemeriksaan ditemukan lesi seperti ini:
Manakah pernyataan di bawah ini yang tidak sesuai?

a. Keluhan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe 4


pada kulit
b. Pemberian kortikosteroid merupakan tatalaksana utama
c. Prognosis penyakit tersebut baik karena bersifat self-
limited
d. Lesi bersifat menetap (lebih dari 24 jam)
e. Lesi terdiri dari dua zona, yaitu zona sentral (dark area) dan
peripheral red
13
Seorang wanita usia 45 tahun, datang dengan keluhan muncul bercak merah di seluruh
badannya sejak 5 hari lalu. Awalnya bercak muncul di tangan lalu menyebar ke seluruh
badan. Satu minggu sebelumnya muncul pasien didiagnosis terkena penyakit herpes oleh
dokter, yang muncul di sekitar bibirnya. Pada pemeriksaan ditemukan lesi seperti ini:
Manakah pernyataan di bawah ini yang tidak sesuai?
a. Keluhan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe 4
pada kulit
b. Pemberian kortikosteroid merupakan tatalaksana utama
c. Prognosis penyakit tersebut baik karena bersifat self-
limited
d. Lesi bersifat menetap (lebih dari 24 jam)
e. Lesi terdiri dari dua zona, yaitu zona sentral (dark area) dan
peripheral red
Gambaran lesi target, riwayat infeksi HSV
→ eritema multiforme
Eritema multiforme

Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin FKUI 2019,
Fitzpatrick
Pilihan Lain
a. Keluhan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe 4 pada kulit →
benar
b. Pemberian kortikosteroid merupakan tatalaksana utama → tatalaksana
utama suportif, kortikosteroid bisa diberikan namun bukan tatalaksana
utama
c. Prognosis penyakit tersebut baik karena bersifat self-limited → benar
d. Lesi bersifat menetap (lebih dari 24 jam) → benar
e. Lesi terdiri dari dua zona, yaitu zona sentral (dark area) dan peripheral
red → lesi target
14
Seorang wanita usia 30 tahun mengunjung Puskesmas untuk kontrol rutin
kehamilannya. Pasien mengeluhkan adanya benjolan di sekitar kemaluan.
Benjolan tidak gatal ataupun nyeri, hanya saja pasien terganggu akan hal
tersebut. Tidak ada riwayat keputihan. Pada pemeriksaan didapatkan massa
berjonjot seperti bunga kol di tepi labia mayora, berbatas tegas, sewarna kulit
dan permukaan verukosa.
Apakah terapi yang tepat diberikan pada pasien tersebut?
a. Podofilox gel 0,5%
b. Cryotherapy
c. Tingtur Podofilin 20%
d. Krim Imiquimod 5%
e. Salep Vaseline
14
Seorang wanita usia 30 tahun mengunjung Puskesmas untuk kontrol rutin
kehamilannya. Pasien mengeluhkan adanya benjolan di sekitar kemaluan.
Benjolan tidak gatal ataupun nyeri, hanya saja pasien terganggu akan hal
tersebut. Tidak ada riwayat keputihan. Pada pemeriksaan didapatkan massa
berjonjot seperti bunga kol di tepi labia mayora, berbatas tegas, sewarna kulit
dan permukaan verukosa.
Apakah terapi yang tepat diberikan pada pasien tersebut?
a. Podofilox gel 0,5%
b. Cryotherapy • Benjolan di kemaluan, berjonjot seperti
c. Tingtur Podofilin 20% BUNGA KOL, sewarna kulit, verukosa
d. Krim Imiquimod 5% → kondiloma akuminata
• Terapi yang aman untuk ibu hamil →
e. Salep Vaseline
Cryotherapy
Kondiloma akuminata
Kausa : HPV tipe 6 & 11
(bedakan dengan Ca servix HPY
16 & 18, veruka vulgaris HPV 2 &
4)
Klinis : benjolan pada genital
menyerupai bunga kol, jengger PADA IBU HAMIL
ayam
Pemeriksaan : Tes acetowhite

Pedoman IMS Kemenkes 2015, Buku Saku Ibu


Pilihan Lain
a. Podofilox gel 0,5% → podofilotoksin, tidak aman untuk kehamilan
b. Cryotherapy
c. Tingtur Podofilin 20% → kontraindikasi karena teratogenik
d. Krim Imiquimod 5% → tidak menimbulkan efek teratogenik pada hewan
coba, tapi dibutuhkan data lebih banyak tentang keamanannya pada
wanita hamil
e. Salep Vaseline → bukan terapi kondiloma akuminata
15
Bayi perempuan berusia 5 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan
kemerahan di bokong yang memberat sejak 1 minggu lalu. Bercak semakin
meluas ke lipat paha depan. ibu mengganti popok 2 kali sehari. Pada
pemeriksaan ditemukan lesi eritema, plakat di region gluteal dan lipat paha
dekstra dan sinistra, berbatas tegas menyerupai bentuk popok, kering bersisik
disertai dengan lesi papulovesikular dan multiple fisura diatasnya.
Pernyataan yang tepat dibawah ini ialah?
a. Infeksi candida tidak berhubungan dengan keluhan pasien
b. Zink oksida merupakan pilihan terapi pada kondisi ini
c. Keluhan berhubungan dengan alergi terhadap popok
d. Pemberian emolien tidak disarankan
e. Pemberian antihistamin oral diperlukan pada pasien
15
Bayi perempuan berusia 5 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan
kemerahan di bokong yang memberat sejak 1 minggu lalu. Bercak semakin
meluas ke lipat paha depan. ibu mengganti popok 2 kali sehari. Pada
pemeriksaan ditemukan lesi eritema, plakat di region gluteal dan lipat paha
dekstra dan sinistra, berbatas tegas menyerupai bentuk popok, kering bersisik
disertai dengan lesi papulovesikular dan multiple fisura diatasnya.
Pernyataan yang tepat dibawah ini ialah?
a. Infeksi candida tidak berhubungan dengan keluhan pasien
b. Zink oksida merupakan pilihan terapi pada kondisi ini
c. Keluhan berhubungan dengan alergi terhadap popok
d. Pemberian emolien tidak disarankan Lesi eritema, plakat
e. Pemberian antihistamin oral diperlukan pada pasien dengan bentuk
menyerupai popok →
napkin eczema
Napkin Eczema
Salah satu dermatitis kontak iritan akibat kontak lama dengan popok basah (urin/feses).
Faktor Risiko : popok jarang diganti, kulit basah, riwayat atopi
Klinis : gatal, makula eritem berbatas tegas mengikuti bentuk popok, papul, vesikel, erosi.
Lesi satelit (+) → jamur kandida
Penunjang : KOH bila diduga terinfeksi kandida


Penatalaksanaan :
Non medikamentosa : ganti popok lebih sering, gunakan pelembab sebelum memakai
popok
• Farmakoterapi : Ringan → krim protektif (zinc oxide/pantenol) atau kortikosteroid
lemah (hidrokortison 1-2.5%).
Terinfeksi kandida → nistatin atau derivat azol + zinc oxide

PPK IDI 2017


Pilihan Lain
a. Infeksi candida tidak berhubungan dengan keluhan pasien → napkin
eczema bisa disertai infeksi kandida
b. Zink oksida merupakan pilihan terapi pada kondisi ini
c. Keluhan berhubungan dengan alergi terhadap popok → keluhan akibat
dermatitis iritan, bukan alergi
d. Pemberian emolien tidak disarankan → pemberian pelembab / emolien
disarankan untuk mengurangi iritasi
e. Pemberian antihistamin oral diperlukan pada pasien → tidak perlu
16
Laki-laki, 45 tahun, datang ke poliklinik dan didiagnosis dengan pemfigoid
bullosa. Dokter memberikan obat kortikosteroid oral. Beberapa hari kemudian
datang dengan demam dan keluhan adanya benjolan merah di bokong dan
keluar pus. Pemeriksaan fisik TD normal, RR normal, Nadi normal, suhu 38oC.
Pemeriksaan lokalis lesi dengan pus (+).
Pengobatan apakah yang sebaiknya diberikan kepada pasien?

A. Methylprednisolon
B. Itrakonazol
C. Acyclovir
D. Kloksasilin
E. Valacyclovir
16
Laki-laki, 45 tahun, datang ke poliklinik dan didiagnosis dengan pemfigoid
bullosa. Dokter memberikan obat kortikosteroid oral. Beberapa hari kemudian
datang dengan demam dan keluhan adanya benjolan merah di bokong dan
keluar pus. Pemeriksaan fisik TD normal, RR normal, Nadi normal, suhu 38oC.
Pemeriksaan lokalis lesi dengan pus (+).
Pengobatan apakah yang sebaiknya diberikan kepada pasien?

A. Methylprednisolon • Ingat bahwa pasien memiliki


B. Itrakonazol riwayat pemfigoid bullosa, bukan
C. Acyclovir diagnosa sekarang
D. Kloksasilin • Keluhan sekarang benjolan eritem +
pus menandakan lesi yang terinfeksi
E. Valacyclovir
→ PIODERMA
• Terapi pioderma → kloksasilin
Pemfigoid bullosa & vulgaris
Penyakit autoimun pada kulit dan membran mukosa yang ditandai dengan bula yang
terjadi akibat proses akantolisis dan disertai adanya sirkulasi antibodi IgG terhadap
permukaan sel keratosit

Anti-desmosomal IgG Anti-


(anti desmoglien) hemidesmosomal IgG

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI 2019


Pioderma
Folikulitis Furunkel Furunkulosis Karbunkel

Inflamasi folikel
Inflamasi pada Kumpulan furunkel
rambut + sekitarnya Beberapa furunkel
folikel rambut → → papul, vesikel, yang membentuk
ada rambut di yang tersebar
pustul dengan nodus bersupurasi
tengahnya eritema sekitarnya

Terapi sistemik 7 hari :


1. Kloksasilin/dikloksasilin: dewasa 4x250-500 mg/hari per oral; anak-anak 25-50 mg/kgBB/hari
2. Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500 mg/hari; anak-anak 25 mg/kgBB/hari
3. Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI 2019
Pilihan Lain
A. Methylprednisolon → terapi pemfigus
B. Itrakonazol → anti jamur
C. Acyclovir → anti virus
D. Kloksasilin
E. Valacyclovir → anti virus
17
Seorang perempuan, usia 25 tahun datang ke Puskesmas Melati dengan keluhan
muncul bercak pada wajah. Pasien tidak mengeluh adanya nyeri lutut dan
demam. Pada pemeriksaan fisik, terdapat lesi di area wajah, lesi di area malar
yang irregular, meninggi, dengan tengahnya mengalami depigmentasi. Pada
pemeriksaan histopatologi didapatkan Follicular plugging . Pemeriksaan
laboratorium didapatkan ANA test dan ds DNA negatif.
Diagnosa pada pasien adalah…
A. SLE
B. Dermatitits seboroik
C. Lupus eritematosus discoid
D. Dermatitis atopi
E. Neurodermatitis
17
Seorang perempuan, usia 25 tahun datang ke Puskesmas Melati dengan keluhan
muncul bercak pada wajah. Pasien tidak mengeluh adanya nyeri lutut dan
demam. Pada pemeriksaan fisik, terdapat lesi di area wajah, lesi di area malar
yang irregular, meninggi, dengan tengahnya mengalami depigmentasi. Pada
pemeriksaan histopatologi didapatkan Follicular plugging . Pemeriksaan
laboratorium didapatkan ANA test dan ds DNA negatif.
Diagnosa pada pasien adalah…
A. SLE • Lesi kulit + clue ANA tes dan ds DNA →
B. Dermatitits seboroik pikirkan cutaneus lupus erythematosus
C. Lupus eritematosus discoid • Bedakan discoid vs sistemik lupus
D. Dermatitis atopi • Tidak ada gejala sistemik, ada folicular
E. Neurodermatitis plugging, ANA tes dan ds DNA (-) →
DISKOID
Cutaneus Lupus Erythematosus
Cutaneus Lupus Erythematosus

Discoid lupus erythematosus


Berbentuk diskoid (seperti
koin), tengahnya depigmentasi
Pilihan Lain
A. SLE → disertai gejala sistemik dan artritis, ANA tes dan ds DNA (+)
B. Dermatitits seboroik → skuama kuning berminyak
C. Lupus eritematosus discoid
D. Dermatitis atopi → tidak ada riwayat atopi
E. Neurodermatitis → predileksi tidak sesuai
18
Anak laki-laki, 4 tahun, dibawa oleh orang tua ke Puskesmas karena perih di kulit
kepala yang disadari ketika mencukur rambut. Tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik tampak pustul berkelompok di regio parietal kanan.
Daerah sekitarnya tampak lembab dan sangat lunak, serta terdapat hilangnya
rambut secara anular di sekitarnya. Kelenjar getah bening servikal tampak
membesar. Tidak ditemukan kelainan lainnya.
Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
a. Alopesia areata
b. Dermatitis atopi
c. Herpes simpleks
d. Kerion
e. Tinea favus
18
Anak laki-laki, 4 tahun, dibawa oleh orang tua ke Puskesmas karena perih di kulit
kepala yang disadari ketika mencukur rambut. Tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik tampak pustul berkelompok di regio parietal kanan.
Daerah sekitarnya tampak lembab dan sangat lunak, serta terdapat hilangnya
rambut secara anular di sekitarnya. Kelenjar getah bening servikal tampak
membesar. Tidak ditemukan kelainan lainnya.
Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
a. Alopesia areata
b. Dermatitis atopi
c. Herpes simpleks • Kelainan di kepala → pikirkan tinea
kapitis, dermatitis seboroik, alopecia
d. Kerion
• Ada tanda radang → Pustul
e. Tinea favus berkelompok, lembab dan lunak, rambut
rontok, pembesaran KGB → KERION
Tinea Kapitis
Grey patch Kerion Black dot Tinea Favus

Microsporum Microsporum / T. Tonsurans dan T. Schoenleini


Rambut abu abu tricophyton. Folikulitis violaceum Krusta tebal,
mudah patah pustular hingga Rambut mudah alopesia sikatrikal
Wood → Hijau furunkel. Alopesia patah, meninggalkan (skutula), mousy
kekuningan sikatriks. Limfadenopati titik hitam pada odor
Ektotriks servikalis posterior alopesia
Ektotriks Endotriks

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI 2019


Pilihan Lain
a. Alopesia areata → exclamation mark hair, tidak ada pustul dan tanda
radang
b. Dermatitis atopi → riwayat atopi
c. Herpes simpleks → vesikel berkelompok dasar eritem, predileksi HSV 1
mulut dan hidung, HSV 2 genitalia
d. Kerion
e. Tinea favus → ada mousy odor
19
Seorang laki-laki, usia 30 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan timbul
bercak kemerahan yang membengkak dan nyeri di siku kiri pada bercak
yang sebelumnya sudah membaik sejak 3 hari lalu. Pasien menjelaskan bahwa
saat ini ia sedang menjalani program kusta dengan menerima pengobatan di
Puskesmas berupa PB MDT bulan ke-4. Pasien juga mengeluhkan rasa tidak
nyaman di tubuhnya yang diserta demam ringan yang masih dapat ditahan oleh
dirinya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda neuritis.
Tatalaksana reaksi kusta tersebut adalah
a. Memberhentikan MDT sementara
b. Parasetamol
c. Aspirin
d. Klorokuin
e. MDT tetap dilanjutkan dengan tambahan prednisolon.
19
Seorang laki-laki, usia 30 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan timbul
bercak kemerahan yang membengkak dan nyeri di siku kiri pada bercak
yang sebelumnya sudah membaik sejak 3 hari lalu. Pasien menjelaskan bahwa
saat ini ia sedang menjalani program kusta dengan menerima pengobatan di
Puskesmas berupa PB MDT bulan ke-4. Pasien juga mengeluhkan rasa tidak
nyaman di tubuhnya yang diserta demam ringan yang masih dapat ditahan oleh
dirinya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda neuritis.
Tatalaksana reaksi kusta tersebut adalah
• Keluhan muncul saat sedang menjalani
a. Memberhentikan MDT sementara pengobatan MDT → pikirkan reaksi kusta
b. Parasetamol • Tentukan jenis reaksi kusta
• Bercak membengkak artinya semakin aktif,
c. Aspirin
tipe PB, neuritis → mengarah ke reaksi kusta
d. Klorokuin tipe 1 atau reversal
e. MDT tetap dilanjutkan dengan • Reaksi tipe 1 → MDT lanjut + prednisolon
tambahan prednisolon. karena sudah neuritis
Reaksi Kusta
• Tipe 1 →
hipersensitivitas
tipe IV
• Tipe 2 →
hipersensitivitas
tipe III

PPK IDI
Tatalaksana Reaksi Kusta

PPK IDI, Pedoman Nasional Program Pengendalian Kusta


Pilihan Lain
a. Memberhentikan MDT sementara → MDT tetap lanjut
b. Parasetamol → untuk reaksi tipe 1 ringan, belum ada neuritis
c. Aspirin → untuk reaksi tipe 1 ringan, belum ada neuritis
d. Klorokuin → bukan regimen terapi reaksi kusta
e. MDT tetap dilanjutkan dengan tambahan prednisolon
20
Anak perempuan, usia 12 tahun, dibawa oleh orang tua ke Puskesmas karena
muncul bercak putih di wajah sejak 1 bulan. Keluhan tidak terasa gatal ataupun
nyeri. Riwayat trauma pada daerah tersebut disangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan gambaran kelainan berupa macula hipopigmentasi dengan batas
tidak tegas disertai skuama putih halus pada permukaannya dengan ukuran
diameter 1,5 cm.
Tatalaksana yang tepat pada kasus di atas adalah
a. Salep takrolimus 0,1%
b. Clobetasol
c. Krim betametasone
d. Fototerapi UVB
e. Terapi tunggal krim emolien
20
Anak perempuan, usia 12 tahun, dibawa oleh orang tua ke Puskesmas karena
muncul bercak putih di wajah sejak 1 bulan. Keluhan tidak terasa gatal ataupun
nyeri. Riwayat trauma pada daerah tersebut disangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan gambaran kelainan berupa macula hipopigmentasi dengan batas
tidak tegas disertai skuama putih halus pada permukaannya dengan ukuran
diameter 1,5 cm.
Tatalaksana yang tepat pada kasus di atas adalah
a. Salep takrolimus 0,1% • Bercak putih di wajah → ada beberapa
b. Clobetasol DD : pitiriasis alba, vitiligo,
c. Krim betametasone hipopigmentasi post inflamasi, pityriasis
d. Fototerapi UVB versikolor
e. Terapi tunggal krim emolien • Tidak ada gejala subjektif, skuama halus,
anak-anak → pitiriasis alba
Pitiriasis Alba
-
-
Etiologi belum jelas, berkaitan dengan riwayat paparan matahari, riwayat atopi

-
Predileksi : wajah>> , leher, batang tubuh dan ekstremitas
Klinis : makula hipopigmentasi dengan skuama putih halus diatasnya (powdery white

-
scale)
Perjalanan penyakit

-
-
Penunjang : kerokan kulit TIDAK ditemukan jamur
Penatalaksanaan :

PPK PERDOSKI
Pilihan Lain
a. Salep takrolimus 0,1%
b. Clobetasol → kortikosteroid super poten, bukan pilihan terapi
c. Krim betametasone → kortikosteroid potensi sedang, bukan pilihan terapi
d. Fototerapi UVB → pilihan terapi untuk vitiligo. Membedakan vitiligo dengan
pitiriasis alba : vitiligo → hipopigmentasi putih kapur (chalky white), simetris,
tidak ada skuama
e. Terapi tunggal krim emolien → bukan pilihan terapi utama, diberikan
bersamaan dengan regimen terapi lain
21
Wanita 22 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan timbul bercak kemerahan
bersisik di daerah siku tangan kanan sejak 2 hari. Keluhan serupa juga pernah
dirasakan di bagian siku, lutut, dan telapak tangan serta biasanya
hilang timbul sejak 3 tahun belakangan. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Status dermatologis didapatkan gambaran plak eritematosa berbatas tegas
dengan skuama di siku kanan ukuran 4x4 cm.
Tatalaksana yang tepat untuk kasus tersebut adalah…
a. Terapi emolien dengan kombinasi kortikosteroid potensi sedang
b. Ultraviolet B Broadband
c. Ultraviolet B Narrowband
d. Metotreksat dengan kombinasi kortikosteroid
e. Siklosporin
21
Wanita 22 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan timbul bercak kemerahan
bersisik di daerah siku tangan kanan sejak 2 hari. Keluhan serupa juga pernah
dirasakan di bagian siku, lutut, dan telapak tangan serta biasanya
hilang timbul sejak 3 tahun belakangan. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Status dermatologis didapatkan gambaran plak eritematosa berbatas tegas
dengan skuama di siku kanan ukuran 4x4 cm.
Tatalaksana yang tepat untuk kasus tersebut adalah…
a. Terapi emolien dengan kombinasi
kortikosteroid potensi sedang • Bercak kemerahan bersisik, predileksi di
b. Ultraviolet B Broadband siku, lutut, hilang timbul → Psoriasis
c. Ultraviolet B Narrowband Vulgaris
d. Metotreksat dengan kombinasi • Terapi yang tepat → emolien +
kortikosteroid potensi sedang
kortikosteroid
e. Siklosporin
Psoriasis Vulgaris
-
-
Etiologi : genetik, autoimun

-
Faktor resiko : stress prikis, trauma ( fenomena Koebner), gangguan metabolik
Klinis: bercak eritem tegas sirkumskrip dengan skuama tebal berlapis-lapis, gatal

-
ringan
Predileksi : scalp, perbatasan dengan wajah, extremitas ekstensor, siku, lutut

Plak psoriasis Psoriasis gutata

Psoriasis inversa Psoriasis pustular


PPK PERDOSKI
Pilihan Lain
a. Terapi emolien dengan kombinasi kortikosteroid potensi sedang
b. Ultraviolet B Broadband → untuk psoriasis sedang (3-10% luas permukaan tubuh)
c. Ultraviolet B Narrowband → untuk psoriasis sedang (3-10% luas permukaan tubuh)
d. Metotreksat dengan kombinasi kortikosteroid → pada psoriasis berat (> 10% luas
permukaan tubuh)
e. Siklosporin → pada psoriasis berat (> 10% luas permukaan tubuh)
22
Laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan benjolan pada kemaluan sejak
10 tahun yang lalu. Benjolan makin besar dan mudah berdarah. Pasien tidak
pernah berhubungan seksual dan tidak di sunat. Pada PF didapatkan permukaan
tidak rata, ulserasi, warna kuning kemerahan, mudah berdarah dan permukaan
keras.
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis pasien adalah
A. Giemsa
B. Histo PA
C. Mikroskopik lapangan gelap
D. Gram
E. USG
22
Laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan benjolan pada kemaluan sejak
10 tahun yang lalu. Benjolan makin besar dan mudah berdarah. Pasien tidak di
sunat. Pada PF didapatkan permukaan tidak rata, ulserasi, warna kuning
kemerahan, mudah berdarah dan permukaan keras.
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis pasien adalah
A. Giemsa
B. Histo PA
C. Mikroskopik lapangan gelap • Benjolan pada kemaluan, mudah
D. Gram berdarah → mengarah ke keganasan
• Tidak di sunat → faktor risiko Ca Penis
E. USG
• Pemeriksan yang tepat untuk memeriksa
suatu keganasan → histo PA
Ca Penis
-
-
Salah satu cancer yang jarang terjadi

-
Umumnya SCC (squamous cell carcinoma)
Faktor risiko : tidak disirkumsisi, STD, fimosis, condyloma acuminata, infeksi HIV, rokok,

-
poor genital hygiene
Klinis : tidak nyeri, tipe infiltrating → ada indurasi, tipe papiliferous → foul smelling

-
lesion
Penunjang : Biopsi → untuk periksa histopatologi
Pilihan Lain
A. Giemsa → donovanosis : beefy red, terdapat donovan bodies
B. Histo PA
C. Mikroskopik lapangan gelap → sifilis : ulkus dasar bersih, soliter, tidak
mudah berdarah
D. Gram → ulkus mole (chancroid) : ulkus dasar kotor, bergaung, mudah
berdarah nyeri
E. USG → umumnya pada kelainan testis seperti torsio testis
23
Ny. Tuti berusia 60 th P4A0 datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan di jalan lahir yang
dirasakan sejak dua bulan terakhir. Benjolan tersebut dirasakan menganggu, terutama bila
buang air kecil dan berjalan. Pemeriksaan fisik massa licin, 5 cm dari introitus vagina. Porsio
sondase 5 cm, panjang vagina 8 cm.
Diagnosis berdasarkan POP-Q System?

A. Prolaps Uteri I
B. Prolaps Uteri II
C. Prolaps Uteri III
D. Prolaps Uteri IV
E. Prolaps Uteri V
23
Ny. Tuti berusia 60 th P4A0 datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan di jalan lahir yang
dirasakan sejak dua bulan terakhir. Benjolan tersebut dirasakan menganggu, terutama bila
buang air kecil dan berjalan. Pemeriksaan fisik massa licin, 5 cm dari introitus vagina. Porsio
sondase 5 cm, panjang vagina 8 cm.
Diagnosis berdasarkan POP-Q System?

A. Prolaps Uteri I • Usia, multiparitas → faktor risiko prolaps organ


B. Prolaps Uteri II panggul → prolaps uteri
C. Prolaps Uteri III • Panjang prolaps (dinilai dari porsio sondase = 5 cm)
D. Prolaps Uteri IV tidak lebih dari 2 cm kurang dari panjang total
E. Prolaps Uteri V vagina (8-2 = 6 cm)
• Yang paling sesuai → Prolaps uteri grade III
Prolaps Uteri
– Stage 0 : no prolapse
– Stage 1 : more than 1 cm above the
hymen
– Stage 2 : within 1 cm proximal or distal to
the plane of the hymen
– Stage 3 : more than 1 cm below the plane
of the hymen but protrudes no further
than 2 cm less than the total length of
vagina
– Stage 4: complete eversion or eversion to
within 2 cm of the total vaginal length

Madhu C, et al. How to use the Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) system. Neurourology and Urodynamics Vol 37 : 56. 2018.
Pilihan Lain
A. Prolaps Uteri I → tidak tepat
B. Prolaps Uteri II → tidak tepat
C. Prolaps Uteri III
D. Prolaps Uteri IV → tidak tepat
E. Prolaps Uteri V → tidak ada grade V
24
Pasien perempuan G1P0A0 hamil 25 minggu datang dengan keluhan badan lemah. Pasien
merasa mudah lelah saat beraktivitas. Pasien mengeluhkan kepala pusing dan pandangan
berkunang-kunang. Pasien pernah dirawat sebelumnya karena muntah berlebihan pada
awal kehamilan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 8,6 Ferritin 5 TIBC 150.
Apa terapi yang tepat?

A. Tablet tambah darah besi elemental 200 mg


B. Ferrous fumarat 125 mg
C. Asam folat 2 mg
D. Vit B12 250 mg
E. Ferrous sulfat 60 mg
24
Pasien perempuan G1P0A0 hamil 25 minggu datang dengan keluhan badan lemah. Pasien
merasa mudah lelah saat beraktivitas. Pasien mengeluhkan kepala pusing dan pandangan
berkunang-kunang. Pasien pernah dirawat sebelumnya karena muntah berlebihan pada
awal kehamilan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 8,6 Ferritin 5 TIBC 150.
Apa terapi yang tepat?

A. Tablet tambah darah besi elemental 200 mg


B. Ferrous fumarat 125 mg
C. Asam folat 2 mg • Gejala subjektif → anemia pada kehamilan
D. Vit B12 250 mg • Tentukan jenis anemia → lihat hasil lab Hb, ferritin
E. Ferrous sulfat 60 mg dan TIBC → Anemia defisiensi besi
• Terapi yang tepat → besi elemental 180 mg/hari
sehingga jawaban A paling tepat
Anemia dalam Kehamilan
Hb < 11 g/dl pada trimester I dan II
Hb < 10.5 g/dl pada trimester II
Kehamilan → ↑volume
darah → Hemodilusi →
tidak seimbang dengan
ETIOLOGI produksi eritropoetin →
- Intake besi, B12, dan asam folat
yang rendah (kurang konsumsi
ANEMIA
makanan tinggi besi)
- Gangguan gastrointestinal
- Penggunaan antasida
- Penyakit kronik
- Riwayat keluarga

Kemenkes. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar rujukan
Anemia Defisiensi Besi
Etiologi Gejala

● Kurang intake Pucat, lemah, lesu, anoreksia, sesak,


● Gangguan absorpsi nyeri kepala, berdebar-debar, rambut
● Kebutuhan meningkat halus dan rapuh, koilonikia, atropi
● Perdarahan papila lidah dan stomatitis

Patofisiologi Pemeriksaan
● Iron depleted state ● Zat besi serum rendah
● Iron deficient erythropoiesis ● Ferrritin rendah
● TIBC tinggi
● Iron deficiency anemia
● Transferin meningkat
Anemia Megaloblastik (def asam folat)

Etiologi Gejala
● Kurang intake : diet kurang, muntah Lesu, anoreksia, glossitis,
● Riwayat penyakit ginggivitis, emesis, diare
● Penggunaan asam folat meningkat

Pemeriksaan
● Ditemukan megaloblas dalam darah / sumsum tulang
● ADT : makrositer hiperkrom
● Hipersegmentasi granulosit & PMN
● Gold standard: kadar serum folat absorption test
Tatalaksana

Tatalaksana Umum Tatalaksana Khusus


Dx anemia → ADT → jika tidak ● Def. besi : periksa ferritin. < 15 ng/ml terapi besi
180 mg/hari
ada, suplementasi besi dan asam
● Thalassemia : konsul Sp. PD
folat
● Perdarahan : temukan etiologi
● Def asam folat & B12 : asam folat 1 x 2 mg dan
vitamin B12 1 x 250 – 1000 μg
● Transfusi :
○ Hb <7 g/dl atau hematokrit <20 %
○ Hb >7 g/dl dengan gejala klinis: pusing,
pandangan berkunang kunang, atau
takikardia

Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Komplikasi
Kehamilan Persalinan Janin
a) Abortus (keguguran) • Gangguan his a) KJDR
b) Partus prematurus • KPD b) Berat bayi lahir
c) IUGR rendah
• Kala II lama
d) Ancaman
• Retensio plasenta c) Kelahiran dengan
dekompensasi kordis (Hb<
6 gr%)
anemia
e) Molahidatidosa Nifas d) Cacat bawaan
f) Mudah terjadi infeksi • Subinvolusi e) Mudah terinfeksi
g) Hiperemesis • Infeksi sampai kematian
gravidarum • ASI << perinatal
h) Perdarahan • Dekompensasi f) Inteligensi rendah.
kordis
Pernoll M.L. Medical and surgical complications during pregnancy :Hematologic disorders. In : Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics
&gynecology. 10th edition. New York : McGraw-Hill Medical Publishing Division, 2001; 435-8
Pilihan Lain

A. Tablet tambah darah besi elemental 200 mg


B. Ferrous fumarat 125 mg → kandungan besi elemental tidak mencukupi
C. Asam folat 2 mg → bukan terapi anemia defisiensi besi
D. Vit B12 250 mg → bukan terapi anemia defisiensi besi
E. Ferrous sulfat 60 mg → sediaan ferrous sulfat 325 mg
25
Seorang perempuan usia 28 tahun, G1P1A0 Usia kehamilan 36 minggu datang ke poli
kandungan untuk melakukan ANC. Pasien ingin berkonsultasi tentang cara persalinannya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, denyut nadi 88 x/menit,
frekuensi nafas 16 x/menit dan suhu 37,5°C. Panggul diameter transversal lebih panjang
sedikit dan diameter anteroposterior.
Disebut apakah bentuk panggul tersebut?

A. Android
B. Ginekoid
C. Platypeloid
D. Antropoid
E. Promontorium
25
Seorang perempuan usia 28 tahun, G1P1A0 Usia kehamilan 36 minggu datang ke poli
kandungan untuk melakukan ANC. Pasien ingin berkonsultasi tentang cara persalinannya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, denyut nadi 88 x/menit,
frekuensi nafas 16 x/menit dan suhu 37,5°C. Panggul diameter transversal lebih panjang
sedikit dan diameter anteroposterior.
Disebut apakah bentuk panggul tersebut?

A. Android
B. Ginekoid
C. Platypeloid • Diameter transversal > diameter AP → platypeloid
D. Antropoid
E. Promontorium
Jenis Panggul
Ginekoid :
diameter AP = transversal
Android :
segitiga (AP=transversal)
Antropoid :
diameter AP > transversal
Platipelloid :
diameter transversal > AP
Pilihan Lain

A. Android → AP = transversal, segitiga


B. Ginekoid → AP = transversal
C. Platypeloid
D. Antropoid → AP > transversal
E. Promontorium → bukan jenis panggul
26
Seorang perempuan usia 31 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 43 minggu, datang ke rumah
sakit dengan keluhan perut tidak terasa mulas. Keluhan keluar air dari jalan lahir disangkal.
Pasien mengaku janin masih menendang dan sangat aktif. Pada pemeriksaan didapatkan
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik ditemukan janin presentasi kepala dan
belum masuk PAP. Dari hasil USG didapatkan AFI 3 cm.
Manakah yang bukan merupakan komplikasi pada kasus ini?
A. Oligohidramnion
B. Makrosomia
C. Aspirasi mekonium
D. Transient tachypnea of the newborn
E. IUFD
26
Seorang perempuan usia 31 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 43 minggu, datang ke rumah
sakit dengan keluhan perut tidak terasa mulas. Keluhan keluar air dari jalan lahir disangkal.
Pasien mengaku janin masih menendang dan sangat aktif. Pada pemeriksaan didapatkan
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik ditemukan janin presentasi kepala dan
belum masuk PAP. Dari hasil USG didapatkan AFI 3 cm.
Manakah yang bukan merupakan komplikasi pada kasus ini?
A. Oligohidramnion
B. Makrosomia • Usia kehamilan 43 minggu → post term
C. Aspirasi mekonium karena ≥42 minggu
D. Transient tachypnea of the newborn • Janin aktif → menyingkirkan kemungkinan
E. IUFD KJDR
• AFI 3 cm → oligohidramnion
• Diagnosis : kehamilan post term
• Yang bukan komplikasi → TTN
Kehamilan Post Term
Pre-term (<37 minggu) Tatalaksana
• Early preterm: <34 minggu
Rujuk ke RS
• Late preterm: 34 minggu – 36 minggu 6/7 hari KTG dan USG
Aterm (37 minggu – 41 minggu 6/7 hari) Pematangan serviks
Post-term (≥42 minggu) Induksi persalinan jika serviks matang

Komplikasi Janin Komplikasi Ibu


• IUFD • Distosia
• Meconium aspiration syndrome • Laserasi perineum
• Makrosomia • Korioamnionitis
• Dismaturitas → kulit kering bersisik, • Perdarahan post-partum
kuku panjang, oligohidramnion, • Endomyometritis
keluarnya mekonium in utero
• Asidemia neonatorum
• Ensefalopati neonatorum
Pilihan Lain
A. Oligohidramnion → komplikasi post term
B. Makrosomia → komplikasi post term
C. Aspirasi mekonium → komplikasi post term
D. Transient tachypnea of the newborn
E. IUFD → komplikasi post term
27
Ny. Andien, perempuan, 25 tahun, G1P0A0, hamil 10 minggu, datang dengan keluhan
cairan di vagina yang telah terjadi sejak 1 minggu yang lalu. Karakteristik sekret berwarna
putih kekuningan dan berbusa. Dari pemeriksaan didapatkan mikroorganisme yang
bergerak cepat. Jika keluhan ini tidak diterapi, maka komplikasi yang dapat timbul
pada kehamilan pasien adalah

a. Konjuntivitis bayi
b. KPD
c. Uretritis
d. Still birth
e. Abortus
27
Ny. Andien, perempuan, 25 tahun, G1P0A0, hamil 10 minggu, datang dengan keluhan
cairan di vagina yang telah terjadi sejak 1 minggu yang lalu. Karakteristik sekret berwarna
putih kekuningan dan berbusa. Dari pemeriksaan didapatkan mikroorganisme yang
bergerak cepat. Jika keluhan ini tidak diterapi, maka komplikasi yang dapat timbul
pada kehamilan pasien adalah

a. Konjuntivitis bayi
b. KPD • Pasien hamil disertai keluhan keputihan
c. Uretritis • Identifikasi penyebab keputihan → sekret
d. Still birth putih kekuningan berbusa, ada
e. Abortus mikroorganisme bergerak cepat →
Trichomonas vaginalis
• Komplikasi trikomoniasis → KPD
Trikomoniasis
Etiologi : Trichomonas vaginalis
Tanda dan gejala : Duh tubuh kuning kehijauan dan berbau, gatal, edema atau
eritema vagina, Strawberry cervix

Tatalaksana
Metronidazol 2 g PO SD atau 2 x 500 mg PO 7 hari

Ketuban Pecah Dini

Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Pilihan Lain
a. Konjuntivitis bayi → pada ibu yang menderita IMS gonorrhea / klamidia
b. KPD
c. Uretritis → bukan komplikasi trikomoniasis
d. Still birth → bukan komplikasi trikomoniasis
e. Abortus → bukan komplikasi trikomoniasis
28
Seorang perempuan berusia 30 tahun dengan G2P1A0 Usia kehamilan 28 minggu
mengeluh nyeri perut hilang timbul sejak 6 jam. Riwayat keluar darah bercampur
lendir (-), keluar air ketuban (-), nyeri dirasakan muncul sebanyak 2x/10 menit
selama 20-30 detik.
Terapi yang diberikan adalah?
a. Prednison
b. Evakuasi intrauterine
c. Nifedipine
d. Azithromycin
e. MgSO4
28
Seorang perempuan berusia 30 tahun dengan G2P1A0 Usia kehamilan 28 minggu
mengeluh nyeri perut hilang timbul sejak 6 jam. Riwayat keluar darah bercampur
lendir (-), keluar air ketuban (-), nyeri dirasakan muncul sebanyak 2x/10 menit
selama 20-30 detik.
Terapi yang diberikan adalah?
a. Prednison
b. Evakuasi intrauterine • Usia kehamilan 28 minggu → preterm
c. Nifedipine • Ada kontraksi uterus yang teratur →
d. Azithromycin mengarah ke partus prematurus iminens
e. MgSO4 • Terapi yang diberikan → tokolitik
• Pilihan tokolitik → nifedipin
Partus Prematurus Iminens

Tatalaksana
Tokolitik : Indometasin, Nifedipin, Terbutalin, Ritodrine, MgSO4, atosiban
Pematangan paru :

Pencegahan Infeksi : Eritromisin 3x500mg selama 3 hari atau Ampisilin 3 x 500 mg


selama 3 hari
Pilihan Lain
a. Prednison → obat pilihan untuk pematangan paru adalah dexamethasone
dan betamethasone
b. Evakuasi intrauterine → tidak tepat
c. Nifedipine
d. Azithromycin → tidak tepat
e. MgSO4 → merupakan tokolitik namun efektifitasnya kurang dibandingkan
nifedipin
29
Seorang perempuan berusia 23 tahun dengan G1P0A0, usia kehamilan 37 minggu datang
ke IGD dengan keluhan keluar darah bercampur lendir sejak 30 menit yang lalu. Kondisi
pasien tampak baik. Dokter menyarankan untuk masuk ke ruang bersalin. 5 jam setelah
diruangan, diagnosis dokter menjadi P1A0 kala III.
Apakah arti dari diagnosis pasien tersebut?

a. Pengeluaran aktif janin


b. 2 jam post partum
c. Kepala janin di vulva
d. Pengeluaran aktif plasenta
e. Kepala janin di PAP
29
Seorang perempuan berusia 23 tahun dengan G1P0A0, usia kehamilan 37 minggu datang
ke IGD dengan keluhan keluar darah bercampur lendir sejak 30 menit yang lalu. Kondisi
pasien tampak baik. Dokter menyarankan untuk masuk ke ruang bersalin. 5 jam setelah
diruangan, diagnosis dokter menjadi P1A0 kala III.
Apakah arti dari diagnosis pasien tersebut?

a. Pengeluaran aktif janin


b. 2 jam post partum • 37 minggu → aterm
c. Kepala janin di vulva • Ada tanda inpartu : bloody show
d. Pengeluaran aktif plasenta • Soal mengarah ke fisiologi persalinan
e. Kepala janin di PAP normal
• Kala III → pengeluaran aktif plasenta
Persalinan
Normal
Kala I Kala II
Persalinan Normal
Kala III Kala IV
Pilihan Lain
a. Pengeluaran aktif janin → kala II
b. 2 jam post partum → kala IV
c. Kepala janin di vulva → pembukaan lengkap, crowning
d. Pengeluaran aktif plasenta
e. Kepala janin di PAP → akhir trimester ketiga
30
Seorang perempuan berusia 20 tahun G1P0A0 dengan usia kehamilan 10 minggu datang ke
puskesmas dengan keluhan lemas dan lesu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva
telah anemis secara bilateral. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 8 dan hasil
apusan darah tepi ditemukan hasil hipokromik mikrositer.
Hal apakah yang akan ditimbulkan oleh ibu tersebut saat persalinan dan kehamilan?
a. Anensefali
b. Abortus pada trisemester 3
c. Makrosomia
d. Perdarahan post partum
e. Tidak ada komplikasi
30
Seorang perempuan berusia 20 tahun G1P0A0 dengan usia kehamilan 10 minggu datang ke
puskesmas dengan keluhan lemas dan lesu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva
telah anemis secara bilateral. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 8 dan hasil
apusan darah tepi ditemukan hasil hipokromik mikrositer.
Hal apakah yang akan ditimbulkan oleh ibu tersebut saat persalinan dan kehamilan?
a. Anensefali
• Gejala subjektif → anemia pada kehamilan
b. Abortus pada trisemester 3 • Tentukan jenis anemia → lihat hasil apusan
mikrositik hipokrom → Anemia defisiensi
c. Makrosomia
besi
d. Perdarahan post partum • Komplikasi persalinan dan kehamilan →
perdarahan post partum
e. Tidak ada komplikasi
Komplikasi Anemia

Dutta’s Textbook of Obstetrics


Pilihan Lain
a. Anensefali → defisiensi asam folat
b. Abortus pada trisemester 3  opsi mengecoh, abortus hanya pada usia <
20 minggu
c. Makrosomia → komplikasi diabetes gestasional
d. Perdarahan post partum
e. Tidak ada komplikasi→ tidak tepat
31
Seorang wanita berusia 27 tahun G2P1A0 usia kehamilan 20 minggu, datang
untuk memeriksakan kehamilannya. Pasien tidak ada keluhan dan tanda vital
masih dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan IgM
toxoplasma (+) dan IgG toxoplasma (+). Pasien mengatakan bahwa hamil yang
pertama semua dalam batas normal. Melihat hal tersebut, tatalaksana yang
paling tepat diberikan adalah?
A. Pemberian asam folat dosis tinggi
B. Spiramycin + asam folat
C. Spiramycin + sulfadiazine
D. Primetamine + sulfadiazine
E. Sulfadiazine + spiramycin
31
Seorang wanita berusia 27 tahun G2P1A0 usia kehamilan 20 minggu, datang
untuk memeriksakan kehamilannya. Pasien tidak ada keluhan dan tanda vital
masih dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan IgM
toxoplasma (+) dan IgG toxoplasma (+). Pasien mengatakan bahwa hamil yang
pertama semua dalam batas normal. Melihat hal tersebut, tatalaksana yang
paling tepat diberikan adalah?
A. Pemberian asam folat dosis tinggi • Usia kehamilan trimester kedua
B. Spiramycin + asam folat • Hasil laboratorium → infeksi
C. Spiramycin + sulfadiazine toksoplasma
D. Primetamine + sulfadiazine • Terapi untuk trimester II →
E. Sulfadiazine + spiramycin pirimetamin + sulfadiazine
Toksoplasmosis
Etiologi : Toxoplasma gondi
Tanda dan gejala : tanpa gejala spesifik, flu-like syndrome pada 10-20% kasus,
wanita hamil terinfeksi → dapat menyebabkan abortus, lahir mati atau bayi
menderita toxoplasmosis

PEMERIKSAAN ANTIBODI
- Periksa IgG dulu → (+) → uji IgM
– IgM (+)/IgG (-): tes ulang 2 minggu kemudian dengan spesimen II
• Bila spesimen I diambil pada awal infeksi, maka spesimen II seharusnya IgG (+)
tinggi
• Bila IgG (-) dan IgM (+) pada kedua spesimen: positif palsu, pasien tidak terinfeksi
– IgM (+)/IgG (+): ambil spesimen II , uji di lab lain yang menggunakan metode
tes berbeda untuk konfirmasi
– IgM (+)/IgG (+) dan hamil: IgG avidity Test
Toksoplasmosis
Congenital Toxoplasmosis
First Trimester – often results in death
• Second Trimester – classic triad (Hydrocephalus, Intracranial calcifications,
Chorioretinitis)
• Third Trimester – often asymptomatic at birth
Symptoms may also include fever, IUGR, microcephaly, seizure, hearing loss,
maculopapular rash, jaundice, hepatosplenomegaly, anemia, and lymphadenopathy

TERAPI
• Trimester I dan II (sebelum 18 minggu gestasi) → DOC: Spiramisin 3x1 gram
• Trimester II akhir dan III → DOC: Pirimetamin/sulfadiazin + leucovorin sampai aterm
Pilihan Lain
A. Pemberian asam folat dosis tinggi → tidak tepat
B. Spiramycin + asam folat → tidak tepat
C. Spiramycin + sulfadiazine → tidak tepat
D. Primetamine + sulfadiazine
E. Sulfadiazine + spiramycin → tidak tepat
32
Wanita, 23 tahun, G1P0A0 hamil 10 minggu datang dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Darah keluar berwarna merah terang dan
bergumpal gumpal. Sekarang pasien merasa nyeri, tetapi telah berkurang. Pada
pemeriksaan didapatkan abdomen lemas, datar, pada inspekulo tampak darah
bergumpal dan jaringan. Setelah dibersihkan, tampak ostium uteri terbuka satu
jari, dengan jaringan di tengahnya.
Apa diagnosis pasien di atas?

A. Abortus imminens
B. Abortus insipien
C. Abortus inkomplit
D. Abortus komplit
E. Abortus sepsis
32
Wanita, 23 tahun, G1P0A0 hamil 10 minggu datang dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Darah keluar berwarna merah terang dan
bergumpal gumpal. Sekarang pasien merasa nyeri, tetapi telah berkurang. Pada
pemeriksaan didapatkan abdomen lemas, datar, pada inspekulo tampak darah
bergumpal dan jaringan. Setelah dibersihkan, tampak ostium uteri terbuka satu
jari, dengan jaringan di tengahnya.
Apa diagnosis pasien di atas?
• Perdarahan hamil muda → DD abortus,
A. Abortus imminens KET, mola hidatidosa
B. Abortus insipien • Riwayat keluar darah bergumpal, inspekulo
C. Abortus inkomplit tampak jaringan, ostium terbuka → abortus
D. Abortus komplit inkomplit
E. Abortus sepsis
Abortus

Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Pilihan Lain
A. Abortus imminens → serviks tertutup, tidak ada ekspulsi jaringan
B. Abortus insipien → serviks terbuka, tidak ada ekspulsi jaringan
C. Abortus inkomplit
D. Abortus komplit → serviks terbuka/tertutup, ada ekspulsi seluruh jaringan
E. Abortus sepsis → disertai tanda sepsis, umumnya akibat abortus provokatis
dengan alat yang tidak steril
33
Ny. Endah, perempuan, usia 23 tahun dan sedang hamil datang ke dokter untuk
berkonsultasi dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium. Pasien saat ini
tidak dalam keluhan apapun. Pemeriksaan tanda vital dan status generalis dalam
batas normal. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil T3 dan T4 pasien
meningkat. TSH normal.
Diagnosis pada pasien ini adalah...

a. Hipertiroid
b. Hipotiroid
c. Subklinis hipertiroid
d. Subklinis hipotiroid
e. Normal pada wanita hamil
33
Ny. Endah, perempuan, usia 23 tahun dan sedang hamil datang ke dokter untuk
berkonsultasi dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium. Pasien saat ini
tidak dalam keluhan apapun. Pemeriksaan tanda vital dan status generalis dalam
batas normal. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil T3 dan T4 pasien
meningkat. TSH normal.
Diagnosis pada pasien ini adalah...

a. Hipertiroid • Tidak ada keluhan


b. Hipotiroid • TSH normal, T3 dan T4 meningkat
c. Subklinis hipertiroid • Normal pada kehamilan karena tingginya
d. Subklinis hipotiroid kadar estrogen → thyroid binding globulin
e. Normal pada wanita hamil level >>
Transient Hyperthyroidism pada Kehamilan

PERUBAHAN FISIOLOGIS TIROID PADA KEHAMILAN


- Estrogen-simulated synthesis → thyroid binding globulin level >>
– Stimulation of the thyrotropin (thyroid-stimulating hormone [TSH])
receptor by human chorionic gonadotropin (hCG)
– there is considerable homology between the beta subunits of hCG
and TSH. As a result, hCG has weak thyroidstimulating activity
– Total T3 dan T4 >> tapi fT3 dan fT4 yang aktif secara biochemical
tetap dalam jumlah normal (meningkat sedikit, tetapi masih dalam
range normal)
Pilihan Lain
a. Hipertiroid → TSH menurun
b. Hipotiroid → TSH meningkat
c. Subklinis hipertiroid → TSH menurun, T4 normal
d. Subklinis hipotiroid → TSH meningkat, T4 normal
e. Normal pada wanita hamil
34
Wanita 37 tahun, P4A0, datang ingin memakai KB. Semua anak sehat dan lahir
normal. Pasien merupakan penyandang HIV (+) yang baru terdiagnosis 1 minggu
yang lalu. Pasien kemudian disarankan untuk berkonsultasi mengenai jenis
kontrasepsi yang tepat untuk kondisinya.
Pilihan kontrasepsi yang dianjurkan adalah?

a. Pil kombinasi
b. Kondom
c. AKDR
d. Implan
e. Suntikan
34
Wanita 37 tahun, P4A0, datang ingin memakai KB. Semua anak sehat dan lahir
normal. Pasien merupakan penyandang HIV (+) yang baru terdiagnosis 1 minggu
yang lalu. Pasien kemudian disarankan untuk berkonsultasi mengenai jenis
kontrasepsi yang tepat untuk kondisinya.
Pilihan kontrasepsi yang dianjurkan adalah?

a. Pil kombinasi
b. Kondom
c. AKDR • Satu-satunya KB untuk mencegah IMS →
d. Implan metode barrier → kondom
e. Suntikan
Kontrasepsi
Kontrasepsi
Pilihan Lain
a. Pil kombinasi → tidak bisa mencegah IMS
b. Kondom
c. AKDR → tidak bisa mencegah IMS
d. Implan → tidak bisa mencegah IMS
e. Suntikan → tidak bisa mencegah IMS
35
Seorang wanita, 35 tahun, G4P3A0 hamil 40 minggu datang dengan keluhan
kencengkenceng. Keluar cairan dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu, cairan jernih.
Dari pemeriksaan didapatkan TFU 32 cm, his tiap 2 menit dengan lama sekitar 50
detik per kali his, pembukaan 6 cm, DJJ 146x/menit, dengan presentasi wajah
mentoanterior.
Apa tindakan selanjutnya yang harus dilakukan?
a. Rujuk untuk SC
b. Rujuk untuk dilakukan VE
c. Pimpin mengejan
d. Observasi kemajuan persalinan
e. Menunggu pembukaan lengkap lalu pimpin mengejan
35
Seorang wanita, 35 tahun, G4P3A0 hamil 40 minggu datang dengan keluhan
kencengkenceng. Keluar cairan dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu, cairan jernih.
Dari pemeriksaan didapatkan TFU 32 cm, his tiap 2 menit dengan lama sekitar 50
detik per kali his, pembukaan 6 cm, DJJ 146x/menit, dengan presentasi wajah
mentoanterior.
Apa tindakan selanjutnya yang harus dilakukan?
a. Rujuk untuk SC
b. Rujuk untuk dilakukan VE
c. Pimpin mengejan • Kata kunci utama: presentasi wajah
d. Observasi kemajuan persalinan mentoanterior
e. Menunggu pembukaan lengkap lalu • Presentasi wajah : dagu posterior → SC
pimpin mengejan dagu anterior → normal
Malpresentasi Malposisi

Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Pilihan Lain
a. Rujuk untuk SC → dagu posterior
b. Rujuk untuk dilakukan VE → tidak tepat
c. Pimpin mengejan → tidak tepat, belum pembukaan lengkap
d. Observasi kemajuan persalinan → kurang tepat
e. Menunggu pembukaan lengkap lalu pimpin mengejan
36
Seorang wanita G1P0A1 dengan usia kehamilan 39 minggu datang ke UGD RS
yang diantar oleh bidan karena persalinan tidak maju. Sebelumnya pasien sudah
dipimpin mengedan selama 1 jam, tapi bayi tidak lahir. Dari hasil pemeriksaan:
tinggi badan 140 cm, lingkaran bundl (+), DJJ 160. Pemeriksaan
dalam: pembukaan lengkap. Kepala station -2, Moulage +3.
Apa kemungkinan penyebab hal tersebut?
a. Bayi besar
b. Panggul sempit
c. Atonia uteri
d. Hipotoni uteri
e. Maternal exhaustion
36
Seorang wanita G1P0A1 dengan usia kehamilan 39 minggu datang ke UGD RS
yang diantar oleh bidan karena persalinan tidak maju. Sebelumnya pasien sudah
dipimpin mengedan selama 1 jam, tapi bayi tidak lahir. Dari hasil pemeriksaan:
tinggi badan 140 cm, lingkaran bundl (+), DJJ 160. Pemeriksaan
dalam: pembukaan lengkap. Kepala station -2, Moulage +3.
Apa kemungkinan penyebab hal tersebut?
a. Bayi besar • Persalinan tidak maju → penyebab 3 P
b. Panggul sempit (power, passage, passenger)
c. Atonia uteri • TB 140 cm , kepala station -2, moulage +3
d. Hipotoni uteri → tanda disproporsi cephalopelvic
e. Maternal exhaustion • Semakin besar molase semakin besar
kemungkinan CPD
Persalinan lama

3P

Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Cephalopelvic Disproportion (CPD)

Molase
0: tulang –tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi
1: tulang-tulang kepa janin sudah saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih bisa
dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
Pilihan Lain
a. Bayi besar → tidak ada keterangan TBJ, faktor risiko tinggi badan mengarah ke
panggul sempit
b. Panggul sempit
c. Atonia uteri → perdarahan post partum, uterus teraba lembek
d. Hipotoni uteri → His tidak adekuat
e. Maternal exhaustion → tidak ada keterangan ibu kelelahan
37
Ny. I P1A1 berusia 25 tahun datang dengan keluhan tidak bisa menahan BAB.
Keluhan tidak disertai dengan demam, mual, dan muntah. Riwayat melahirkan 2
minggu lalu di dukun beranak. Pasien didiagnosis inkontinesia alvi karena fistula
rectovaginal. Apa kemungkinan penyebab kasus diatas?

a. Ruptur uterus
b. Ruptur serviks
c. Atonia Uteri
d. Robekan Perineum
e. Plasenta previa
37
Ny. I P1A1 berusia 25 tahun datang dengan keluhan tidak bisa menahan BAB.
Keluhan tidak disertai dengan demam, mual, dan muntah. Riwayat melahirkan 2
minggu lalu di dukun beranak. Pasien didiagnosis inkontinesia alvi karena fistula
rectovaginal. Apa kemungkinan penyebab kasus diatas?

a. Ruptur uterus
• Pasien dengan keluhan inkontinensia alvi
b. Ruptur serviks
karena fistula rectovaginal
c. Atonia Uteri
• Robekan perineum → merusak sfingter
d. Robekan Perineum
ani & mengakibatkan fistula →
e. Plasenta previa
inkontinensia
Robekan Perineum
Pilihan Lain
a. Ruptur uterus → perdarahan hebat, bagian janin teraba, lingkaran bundl
b. Ruptur serviks → menyebabkan perdarahan post partum
c. Atonia Uteri → perdarahan post partum, uterus teraba lembek
d. Robekan Perineum
e. Plasenta previa → perdarahan antepartum, tidak nyeri, darah merah segar
38
Perempuan, berusia 30 tahun dengan usia kehamilan 10 minggu datang ke
Puskesmas dengan keluhan mual dan muntah-muntah hebat sejak 2 hari yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 90/70 mmHg, denyut nadi
100 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit. Tampak mukosa bibir kering. Apakah
terapi medikamentosa yang termasuk ke dalam lini pertama untuk kasus pasien
ini?

a. Metoklopramide
b. Ondansetron
c. Doksilamin + piridoksin
d. Domperidon
e. Metilprednisolon
38
Perempuan, berusia 30 tahun dengan usia kehamilan 10 minggu datang ke
Puskesmas dengan keluhan mual dan muntah-muntah hebat sejak 2 hari yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 90/70 mmHg, denyut nadi
100 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit. Tampak mukosa bibir kering. Apakah
terapi medikamentosa yang termasuk ke dalam lini pertama untuk kasus pasien
ini?
• Mual muntah hebat < 16 minggu +
a. Metoklopramide
dehidrasi → hiperemesis gravidarum
b. Ondansetron
• Tentukan grading dengan melihat
c. Doksilamin + piridoksin
ketonuria, tanda syok, gangguan
d. Domperidon
kesadaran
e. Metilprednisolon
• Terapi lini pertama → doksilamin +
piridoksin
Hiperemesis Gravidarum
Pilihan Lain
a. Metoklopramide → bukan terapi lini pertama
b. Ondansetron→ bukan terapi lini pertama
c. Doksilamin + piridoksin
d. Domperidon → bukan terapi lini pertama
e. Metilprednisolon → bukan terapi lini pertama
39
Wanita 67 tahun bicara ngacau dan marah-marah sejak 1 jam lalu. Pemeriksaan di
IGD ditemukan perubahan derajat kesadaran fluktuatif, gelisah, mengigau, dan
sering lupa dengan orang sekitar. TD 200/120, GDS 300 mg/dl. Riwayat
hipertensi dan DM tak terkontrol. Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut
adalah

a. Delirium karena kondisi medik umum


b. Intoksikasi obat-obatan dan agitasi
c. Demensia dengan agitasi karena kondisi medik umum
d. Hipertensi berat dan koma diabetikum dengan agitasi
e. Depresi berat dengan agitasi karena kondisi medik umum
39
Wanita 67 tahun bicara ngacau dan marah-marah sejak 1 jam lalu. Pemeriksaan di
IGD ditemukan perubahan derajat kesadaran fluktuatif, gelisah, mengigau, dan
sering lupa dengan orang sekitar. TD 200/120, GDS 300 mg/dl. Riwayat
hipertensi dan DM tak terkontrol. Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut
adalah

a. Delirium karena kondisi medik umum


b. Intoksikasi obat-obatan dan agitasi
c. Demensia dengan agitasi karena kondisi medik umum
d. Hipertensi berat dan koma diabetikum dengan agitasi
e. Depresi berat dengan agitasi karena kondisi medik umum
40
Firman, usia 60 tahun tampak sedih, senang menyendiri, dan tidak mau makan. Pada
2 tahun lalu pasien telah didiagnosis skizofrenia, rutin minum obat tiap hari. Pada 1
tahun ini, pasien sudah jarang mendengar suara-suara dan sudah beraktivitas
sendiri. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?

a. Skizofrenia tak terinci


b. Skizofrenia simpleks
c. Skizofrenia residual
d. Skizofrenia paranoid
e. Depresi pasca skizofrenia
40
Firman, usia 60 tahun tampak sedih, senang menyendiri, dan tidak mau makan. Pada
2 tahun lalu pasien telah didiagnosis skizofrenia, rutin minum obat tiap hari. Pada 1
tahun ini, pasien sudah jarang mendengar suara-suara dan sudah beraktivitas
sendiri. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?

a. Skizofrenia tak terinci


b. Skizofrenia simpleks
c. Skizofrenia residual
d. Skizofrenia paranoid
e. Depresi pasca skizofrenia
Skizofrenia paranoid

• Halusinasi, waham yang mengancam penderita (dikejar, dibicarakan, dikendalikan, dll)

Skizofrenia katatonik

• Memiliki gejala khas katatonik, negativism, flesibilitas cerea, rigiditas, mutism

Skizofrenia hebefrenik

• Disorganisasi, perilaku tak bertanggung jawab, afek dangkal disertai cekikikan atau menyeringai (grimace), serta ungkapan yang
diulang-ulang
• Onset usia muda (15-25 tahun)

Skizofrenia tak terinci

• Memenuhi kriteria skizofrenia namun tidak memenuhi kriteria ketiga tipe skizofrenia di atas

Depresi pasca skizofrenia

• Depresi setelah 1 tahun menderita skizofrenia, beberapa gejala skizofrenia masih ada namun tidak lagi menonjol

Skizofrenia residual

• Gejala negatif setelah 1 tahun menderita skizofrenia, dimana intensitas gejala nyata waham dan halusinasi sudah sangat berkur ang

Skizofrenia simpleks

• Gejala negatif seperti pada residual namun tidak didahului diagnosis skizofrenia sebelumnya (tanpa riwayat waham dan halusina si yang
jelas)

Owen MJ, Sawa A, Mortensen PB. Schizophrenia. Lancet. 2016;388(10039):86-97. doi:10.1016/S0140-6736(15)01121-6


41
Pasien, laki-laki, 38 tahun mengeluh sulit tidur. Pasien mengaku sulit untuk memulai
tidur hingga merasakan sesak napas dan jantung berdegup cepat dan pasien juga
merasa sakit kepala. Keluhan dirasakan oleh pasien sejak dokter telah mendiagnosis
anaknya menderita autis dan merasa takut terhadap masa depan anaknya. Pasien
sudah berulang kali ke dokter namun tetap mengalami keluhan yang serupa.
Pengobatan yang tepat pada pasien adalah
a. Alprazolam
b. Amitriptilin
c. Fluoxetin
d. Clorpromazin
e. Clozapine
41
Pasien, laki-laki, 38 tahun mengeluh sulit tidur. Pasien mengaku sulit untuk memulai
tidur hingga merasakan sesak napas dan jantung berdegup cepat dan pasien juga
merasa sakit kepala. Keluhan dirasakan oleh pasien sejak dokter telah mendiagnosis
anaknya menderita autis dan merasa takut terhadap masa depan anaknya. Pasien
sudah berulang kali ke dokter namun tetap mengalami keluhan yang serupa.
Pengobatan yang tepat pada pasien adalah
a. Alprazolam
b. Amitriptilin
c. Fluoxetin
d. Clorpromazin
e. Clozapine
Adapted from link https://emedicine.medscape.com/article/287104-clinical
Matheson E, Hainer BL. Insomnia: Pharmacologic Therapy. Am Fam
Physician. 2017;96(1):29-35.
Matheson E, Hainer BL. Insomnia: Pharmacologic Therapy. Am Fam Physician.
2017;96(1):29-35.
Buku ajar Pskiatri FKUI. Edisi kedua. 2013
Guina J, Merrill B. Benzodiazepines I: Upping the Care on Downers: The Evidence of Risks, Benefits and Alternatives. J Clin Med. 2018;7(2):17. Published 2018 Jan 30.
doi:10.3390/jcm7020017
42
Nn. Mirsa, 28 tahun, datang ke poliklinik swasta karena dirinya merasa mengidap
penyakit kanker payudara. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang oleh dokter setempat, tidak ditemukan adanya kelainan. Apa diagnosis
yang tepat pada kasus tersebut?
a. Malingering
b. Somatisasi
c. Hipokondriasis
d. Gangguan konversi
e. Psikosomatik
42
Nn. Mirsa, 28 tahun, datang ke poliklinik swasta karena dirinya merasa mengidap
penyakit kanker payudara. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang oleh dokter setempat, tidak ditemukan adanya kelainan. Apa diagnosis
yang tepat pada kasus tersebut?
a. Malingering
b. Somatisasi
c. Hipokondriasis
d. Gangguan konversi
e. Psikosomatik
Somatoform Disorder

• Somatisasi → Banyak keluhan (Subjektif), hasil pemeriksaan


fisik dan penunjang normal
• Hipokondriasis → Pasien yakin pada 1 penyakit tertentu
namun hasil pemeriksaannya normal
• Konversi → Terdapat gangguan dalam bentuk neurologi
• Psikosomatik → Penyakit fisiknya ada, kemudian
mempengaruhi psikis.
• Malingering → Pura-pura sakit dengan tujuan eksternal.
Contoh : Si X akan dilakukan pemeriksaan narkoba namun
beliau tiba-tiba mengeluhkan nyeri perut kanan bawah.
• Factitious disorder → Pura-pura sakit karena ingin
mendapatkan perhatian atau perawatan bukan karena
tujuan eksternal. Contoh : Menantu yang mengkondisikan
mertuanya keracunan. Mengapa seperti itu? Nyari perhatian
dengan memainkan peran sebagai penolong.
Buku ajar Pskiatri FKUI. Edisi kedua. 2013
43
Seorang wanita 48 thn, datang ke dokter spesialis IPD untuk konsultasi hasil med
check up. Pasien bekerja di kantor sebagai sekretaris di perusahaan dan aktivitas
lebih banyak duduk di kantor. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh badan
terasa cepat lelah dan sering pusing. Keluhan lain tidak ada. Dari PF didapatkan TB
159 cm, BB 68 kg, TD 120/80, HR 88, RR 16, dan suhu afebris. Dari hasil lab
didapatkan GDS 161 mg/dL, kolesterol total 176 mg/dL, LDL 108 mg/dL, HDL 54
mg/dL, TG 201 mg/dL, dan asam urat 4,8 mg/dL. Apakah pemeriksaan lab yang
sebaiknya dilakukan pada pasien tersebut?

a. HbA1c
b. TTGO
c. GDP dan GD2PP
d. GDP dan HbA1c
e. Tidak perlu lab lanjutan
43
Seorang wanita 48 thn, datang ke dokter spesialis IPD untuk konsultasi hasil med
check up. Pasien bekerja di kantor sebagai sekretaris di perusahaan dan aktivitas
lebih banyak duduk di kantor. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh badan
terasa cepat lelah dan sering pusing. Keluhan lain tidak ada. Dari PF didapatkan TB
159 cm, BB 68 kg, TD 120/80, HR 88, RR 16, dan suhu afebris. Dari hasil lab
didapatkan GDS 161 mg/dL, kolesterol total 176 mg/dL, LDL 108 mg/dL, HDL 54
mg/dL, TG 201 mg/dL, dan asam urat 4,8 mg/dL. Apakah pemeriksaan lab yang
sebaiknya dilakukan pada pasien tersebut?

a. HbA1c
b. TTGO
c. GDP dan GD2PP
d. GDP dan HbA1c
e. Tidak perlu lab lanjutan
Seorang wanita 48 thn, datang ke dokter spesialis IPD untuk
konsultasi hasil med check up. Pasien bekerja di kantor
sebagai sekretaris di perusahaan dan aktivitas lebih banyak
duduk di kantor. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh
badan terasa cepat lelah dan sering pusing. Keluhan lain
tidak ada. Dari PF didapatkan TB 159 cm, BB 68 kg, TD
120/80, HR 88, RR 16, dan suhu afebris. Dari hasil lab
didapatkan GDS 161 mg/dL, kolesterol total 176 mg/dL, LDL
108 mg/dL, HDL 54 mg/dL, TG 201 mg/dL, dan asam urat 4,8
mg/dL. Apakah pemeriksaan lab yang sebaiknya dilakukan
pada pasien tersebut?

Adaptasi dari : https://www.asean-


endocrinejournal.org/index.php/JAFES/article/view/80/381

IMT : 26,9 kg/m2


1. Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di
Indonesia. 2019
2. Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
Seorang wanita 48 thn, datang ke dokter spesialis IPD untuk
konsultasi hasil med check up. Pasien bekerja di kantor
sebagai sekretaris di perusahaan dan aktivitas lebih banyak
duduk di kantor. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh
badan terasa cepat lelah dan sering pusing. Keluhan lain
tidak ada. Dari PF didapatkan TB 159 cm, BB 68 kg, TD
120/80, HR 88, RR 16, dan suhu afebris. Dari hasil lab
didapatkan GDS 161 mg/dL, kolesterol total 176 mg/dL, LDL
108 mg/dL, HDL 54 mg/dL, TG 201 mg/dL, dan asam urat
4,8 mg/dL. Apakah pemeriksaan lab yang sebaiknya
dilakukan pada pasien tersebut?
IMT : 26,9 kg/m2
Adaptasi dari website PB Perkeni : https://pbperkeni.or.id/the-indonesian-society-of-
endocrinologys-summary-article-of-diabetes-mellitus-national-clinical-practice-
guidelines/
Seorang wanita 48 thn, datang ke dokter spesialis IPD untuk konsultasi hasil med check up.
Pasien bekerja di kantor sebagai sekretaris di perusahaan dan aktivitas lebih banyak duduk di
kantor. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh badan terasa cepat lelah dan sering pusing.
Keluhan lain tidak ada. Dari PF didapatkan TB 159 cm, BB 68 kg, TD 120/80, HR 88, RR 16, dan
suhu afebris. Dari hasil lab didapatkan GDS 161 mg/dL, kolesterol total 176 mg/dL, LDL 108
mg/dL, HDL 54 mg/dL, TG 201 mg/dL, dan asam urat 4,8 mg/dL. Apakah pemeriksaan lab yang
sebaiknya dilakukan pada pasien tersebut?

Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Seorang wanita 48 thn, datang ke dokter spesialis IPD untuk konsultasi hasil med check up.
Pasien bekerja di kantor sebagai sekretaris di perusahaan dan aktivitas lebih banyak duduk di
kantor. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh badan terasa cepat lelah dan sering pusing.
Keluhan lain tidak ada. Dari PF didapatkan TB 159 cm, BB 68 kg, TD 120/80, HR 88, RR 16, dan
suhu afebris. Dari hasil lab didapatkan GDS 161 mg/dL, kolesterol total 176 mg/dL, LDL 108
mg/dL, HDL 54 mg/dL, TG 201 mg/dL, dan asam urat 4,8 mg/dL. Apakah pemeriksaan lab
yang sebaiknya dilakukan pada pasien tersebut?

Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
44
Seorang laki-laki 38 tahun datang meminta untuk dilakukan medical check up. Selama
ini pasien tidak ada keluhan tetapi menjalani pola hidup yang cenderung tidak sehat.
Tidak pernah menjaga pola makan dan tidak berolahraga. Lebih banyak duduk di
kantor. Pasien takut terkena DM tipe 2, karena ibu dan kakak pasien DM (+). PF
normal, kecuali BB agak berlebih, 81 kg, TB 170 cm. GDP 119 mg/dL. Dianjurkan TTGO
dan hasil TTGO 137 mg/dL. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?

a. GDP terganggu
b. Toleransi glukosa terganggu
c. Hiperglikemia reaktif
d. DMT2
e. Normal glucose tolerance
44
Seorang laki-laki 38 tahun datang meminta untuk dilakukan medical check up. Selama
ini pasien tidak ada keluhan tetapi menjalani pola hidup yang cenderung tidak sehat.
Tidak pernah menjaga pola makan dan tidak berolahraga. Lebih banyak duduk di
kantor. Pasien takut terkena DM tipe 2, karena ibu dan kakak pasien DM (+). PF
normal, kecuali BB agak berlebih, 81 kg, TB 170 cm. GDP 119 mg/dL. Dianjurkan TTGO
dan hasil TTGO 137 mg/dL. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?

a. GDP terganggu
b. Toleransi glukosa terganggu
c. Hiperglikemia reaktif
d. DMT2
e. Normal glucose tolerance
Seorang laki-laki 38 tahun datang meminta untuk dilakukan medical
check up. Selama ini pasien tidak ada keluhan tetapi menjalani pola
hidup yang cenderung tidak sehat. Tidak pernah menjaga pola makan
dan tidak berolahraga. Lebih banyak duduk di kantor. Pasien takut
terkena DM tipe 2, karena ibu dan kakak pasien DM (+). PF normal,
kecuali BB agak berlebih, 81 kg, TB 170 cm. GDP 119 mg/dL. Dianjurkan
TTGO dan hasil TTGO 137 mg/dL. Apakah diagnosis pada pasien
tersebut?

Adaptasi dari : https://www.asean-


endocrinejournal.org/index.php/JAFES/article/view/80/381

IMT : 28,03 kg/m2

1. Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di
Indonesia. 2019
2. Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
Seorang laki-laki 38 tahun datang meminta untuk dilakukan
medical check up. Selama ini pasien tidak ada keluhan tetapi
menjalani pola hidup yang cenderung tidak sehat. Tidak pernah
menjaga pola makan dan tidak berolahraga. Lebih banyak duduk
di kantor. Pasien takut terkena DM tipe 2, karena ibu dan kakak
pasien DM (+). PF normal, kecuali BB agak berlebih, 81 kg, TB 170
cm. GDP 119 mg/dL. Dianjurkan TTGO dan hasil TTGO 137 mg/dL.
Apakah diagnosis pada pasien tersebut?

IMT : 28,03 kg/m2


Adaptasi dari website PB Perkeni : https://pbperkeni.or.id/the-indonesian-society-of-
endocrinologys-summary-article-of-diabetes-mellitus-national-clinical-practice-guidelines/
Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
45
Laki-laki 52 thn, datang dengan keluhan badan terasa lemas dan cepat lelah sejak 2 bulan lalu.
Merasa cepat haus, banyak minum, sering BAK pada malah hari hingga tidur terganggu, dan
banyak makan, namun BB turun. Kedua ortu pasien menderita DMT2. Dari hasil lab: GDS 352
mg/dL. Pasien didiagnosis DMT2, dianjurkan ke ahli gizi untuk pengaturan pola makan dan
disarankan untuk rutin aktivitas fisik. Manakah pernyataan di bawah ini yang TIDAK sesuai
dengan pengaturan aktivitas fisik pada pasien DMT2?
a. Semua pasien DMT2 dianjurkan latihan fisik yang bersifat aerobic
b. Latihan fisik beban masih diperbolehkan pada sebagian pasien DMT2
c. Aktivitas fisik dianjurkan untuk dilakukan 30 menit setiap hari atau paling tidak 150 menit
dalam 1 minggu
d. Pasien DMT2 yang lansia dapat melakukan latihan fisik sesuai status kebugaran fisik
e. Aktivitas fisik yang dilakukan dapat berupa jalan kaki, jogging, lari, bersepeda, atau
berenang.
45
Laki-laki 52 thn, datang dengan keluhan badan terasa lemas dan cepat lelah sejak 2 bulan lalu.
Merasa cepat haus, banyak minum, sering BAK pada malam hari hingga tidur terganggu, dan
banyak makan, namun BB turun. Kedua ortu pasien menderita DMT2. Dari hasil lab: GDS 352
mg/dL. Pasien didiagnosis DMT2, dianjurkan ke ahli gizi untuk pengaturan pola makan dan
disarankan untuk rutin aktivitas fisik. Manakah pernyataan di bawah ini yang TIDAK sesuai
dengan pengaturan aktivitas fisik pada pasien DMT2?
a. Semua pasien DMT2 dianjurkan latihan fisik yang bersifat aerobic
b. Latihan fisik beban masih diperbolehkan pada sebagian pasien DMT2
c. Aktivitas fisik dianjurkan untuk dilakukan 30 menit setiap hari atau paling tidak 150 menit
dalam 1 minggu
d. Pasien DMT2 yang lansia dapat melakukan latihan fisik sesuai status kebugaran fisik
e. Aktivitas fisik yang dilakukan dapat berupa jalan kaki, jogging, lari, bersepeda, atau
berenang.
Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia.
2019
• Latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran fisik.
• Intensitas latihan fisik pada penyandang DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan
• Penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan disesusaikan
dengan masing-masing individu.
Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia.
2019
3. Laki-laki 52 thn, datang dengan keluhan badan terasa
lemas dan cepat lelah sejak 2 bulan lalu. Merasa cepat
haus, banyak minum, sering BAK pada malah hari
hingga tidur terganggu, dan banyak makan, namun BB
turun. Kedua ortu pasien menderita DMT2. Dari hasil
lab: GDS 352 mg/dL. Pasien didiagnosis DMT2,
dianjurkan ke ahli gizi untuk pengaturan pola makan dan
disarankan untuk rutin aktivitas fisik. Manakah
pernyataan di bawah ini yang TIDAK sesuai dengan
pengaturan aktivitas fisik pada pasien DMT2?

Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020


46
Seorang laki-laki 56 tahun berobat ke dokter SpPD karena sering merasa kesemutan dan baal di
kedua tangan dan kaki yang semakin memberat sejak 1 tahun terkahir. Terkadang disertai rasa
panas dan nyeri. Pasien diketahui DMT2 sejak 8 tahun yll tetapi kontrol dan minum obat tidak
teratur serta tidak menjaga pola makan. Selama 2 bulan terakhir, pasien hanya rutin meminum
obat Glibenklamid 1 x 5 mg yang pernah didapat dari dokter di klinik sebelumnya. Dari PF, TB
170, BB 81 kg, PF umum lain dbn. Hasil GDP 95 mg/dL, GD2PP 264 mg/dL, HbA1c 8,4%. Dari
pemeriksaan penunjang di bawah ini mana yang BUKAN merupakan pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis neuropati diabetikum?
a.Pinprick test
b. Refleks tendon achilles
c. Tes monofilamen Semmes Weinstein
d. Tes sensibilitas getar dengan garpu tala 128
e. Tes sensibilitas getas dengan garpu tala 256
46
Seorang laki-laki 56 tahun berobat ke dokter SpPD karena sering merasa kesemutan dan baal di
kedua tangan dan kaki yang semakin memberat sejak 1 tahun terkahir. Terkadang disertai rasa
panas dan nyeri. Pasien diketahui DMT2 sejak 8 tahun yll tetapi kontrol dan minum obat tidak
teratur serta tidak menjaga pola makan. Selama 2 bulan terakhir, pasien hanya rutin meminum
obat Glibenklamid 1 x 5 mg yang pernah didapat dari dokter di klinik sebelumnya. Dari PF, TB
170, BB 81 kg, PF umum lain dbn. Hasil GDP 95 mg/dL, GD2PP 264 mg/dL, HbA1c 8,4%. Dari
pemeriksaan penunjang di bawah ini mana yang BUKAN merupakan pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis neuropati diabetikum?
a.Pinprick test
b. Refleks tendon achilles
c. Tes monofilamen Semmes Weinstein
d. Tes sensibilitas getar dengan garpu tala 128
e. Tes sensibilitas getas dengan garpu tala 256
Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
Rosenberger DC, Blechschmidt V, Timmerman H, Wolff A, Treede RD. Challenges of neuropathic pain: focus on diabetic neuropathy. J Neural
Transm (Vienna). 2020;127(4):589-624. doi:10.1007/s00702-020-02145-7
Seorang laki-laki 56 tahun berobat ke dokter SpPD karena sering
merasa kesemutan dan baal di kedua tangan dan kaki yang semakin
memberat sejak 1 tahun terakhir. Terkadang disertai rasa panas dan
nyeri. Pasien diketahui DMT2 sejak 8 tahun yang lalu tetapi kontrol
dan minum obat tidak teratur serta tidak menjaga pola makan.
Selama 2 bulan terakhir, pasien hanya rutin meminum obat
Glibenklamid 1 x 5 mg yang pernah didapat dari dokter di klinik
sebelumnya. Dari PF, TB 170, BB 81 kg, PF umum lain dbn. Hasil GDP
95 mg/dL, GD2PP 264 mg/dL, HbA1c 8,4%. Dari pemeriksaan
penunjang di bawah ini mana yang BUKAN merupakan pemeriksaan
untuk menegakkan diagnosis neuropati diabetikum?

Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020


Pinprick test Tes sensibilitas getar dengan garpu tala 128

Tes monofilamen Semmes Weinstein


10 g

Refleks tendon achilles

Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020


47
Seorang wanita 35 tahun datang berobat ke SpPD dengan keluhan leher terasa membesar
sejak 6 bulan terakhir dan membawa hasil lab FT4 4.56 (normal 0.7-1.9 ng/dL) dan TSH 0.01
(Normal 0.5-4.5 mIU/L). 6 bulan lalu pasien baru saja melahirkan anak ke-3. Riwayat keluhan
seperti ini sebelumnya disangkal. Apa saja gejala-gejala yang paling mungkin dirasakan pasien
tersebut?

a. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, peningkatan BB


b. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, sulit BAB (konstipasi)
c. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, tidak tahan suhu dingin
d. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, mudah tersinggung
e. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, cenderung malas beraktivitas
47
Seorang wanita 35 tahun datang berobat ke SpPD dengan keluhan leher terasa membesar
sejak 6 bulan terakhir dan membawa hasil lab FT4 4.56 (normal 0.7-1.9 ng/dL) dan TSH 0.01
(Normal 0.5-4.5 mIU/L). 6 bulan lalu pasien baru saja melahirkan anak ke-3. Riwayat keluhan
seperti ini sebelumnya disangkal. Apa saja gejala-gejala yang paling mungkin dirasakan pasien
tersebut?

a. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, peningkatan BB


b. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, sulit BAB (konstipasi)
c. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, tidak tahan suhu dingin
d. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, mudah tersinggung
e. Jantung berdebar-debar, banyak keringat, gemetaran, cenderung malas beraktivitas
Iwen KA, Oelkrug R, Brabant G. Effects of thyroid hormones on thermogenesis and energy partitioning. J
Mol Endocrinol. 2018;60(3):R157-R170. doi:10.1530/JME-17-0319
Seorang wanita 35 tahun datang berobat ke SpPD dengan keluhan leher terasa
membesar sejak 6 bulan terakhir dan membawa hasil lab FT4 4.56 (normal 0.7-1.9
ng/dL) dan TSH 0.01 (Normal 0.5-4.5 mIU/L). 6 bulan lalu pasien baru saja
melahirkan anak ke-3. Riwayat keluhan seperti ini sebelumnya disangkal. Apa saja
gejala-gejala yang paling mungkin dirasakan pasien tersebut?

Iwen KA, Oelkrug R, Brabant G. Effects of thyroid


hormones on thermogenesis and energy
partitioning. J Mol Endocrinol. 2018;60(3):R157-R170.
doi:10.1530/JME-17-0319
48
Wanita 42 tahun mengeluh jantung berdebar-debar, banyak keringat, tidak tahan panas, sering
BAB, dan BB turun sejak 2 minggu lalu. Pada awal sakit, pasien juga mengeluh nyeri di
tenggorokan dan leher disertai dengan dema, tetapi tidak terlalu tinggi. Dari PF didapatkan TD
120/80, HR 96 reguler, RR 18, suhu 36,8 celsius. Tidak ada eksoftalmos pada mata. Didapatkan
pembesaran difus pada kelenjar tiroid dan agak nyeri jika ditekan, bruit negatif. Kulit teraba
lembab. Lain-lain dbn. Lab: FT4 meningkat yaitu 4,56 (normal 0,7-1,9) ng/dL dan TSHs
menurun yaitu 0,01 (normal 0,5-4,5) mIU/L. Apa terapi medikamentosa yang tepat pada
pasien di atas?

a. Ibuprofen
b. Methimazole
c. Propylthiouracil
d. Promanolol
e. Tidak perlu terapi
48
Wanita 42 tahun mengeluh jantung berdebar-debar, banyak keringat, tidak tahan panas, sering
BAB, dan BB turun sejak 2 minggu lalu. Pada awal sakit, pasien juga mengeluh nyeri di
tenggorokan dan leher disertai dengan dema, tetapi tidak terlalu tinggi. Dari PF didapatkan TD
120/80, HR 96 reguler, RR 18, suhu 36,8 celsius. Tidak ada eksoftalmos pada mata. Didapatkan
pembesaran difus pada kelenjar tiroid dan agak nyeri jika ditekan, bruit negatif. Kulit teraba
lembab. Lain-lain dbn. Lab: FT4 meningkat yaitu 4,56 (normal 0,7-1,9) ng/dL dan TSHs
menurun yaitu 0,01 (normal 0,5-4,5) mIU/L. Apa terapi medikamentosa yang tepat pada
pasien di atas?

a. Ibuprofen
b. Methimazole
c. Propylthiouracil
d. Promanolol
e. Tidak perlu terapi
Wanita 42 tahun mengeluh jantung berdebar-debar, banyak
keringat, tidak tahan panas, sering BAB, dan BB turun sejak 2
minggu lalu. Pada awal sakit, pasien juga mengeluh nyeri di
tenggorokan dan leher disertai dengan demam, tetapi tidak
terlalu tinggi. Dari PF didapatkan TD 120/80, HR 96 reguler, RR
18, suhu 36,8 celsius. Tidak ada eksoftalmos pada mata.
Didapatkan pembesaran difus pada kelenjar tiroid dan agak nyeri
jika ditekan, bruit negatif. Kulit teraba lembab. Lain-lain dbn. Lab:
FT4 meningkat yaitu 4,56 (normal 0,7-1,9) ng/dL dan TSHs
menurun yaitu 0,01 (normal 0,5-4,5) mIU/L. Apa terapi
medikamentosa yang tepat pada pasien di atas?

De Leo S, Lee SY, Braverman LE. Hyperthyroidism. Lancet. 2016;388(10047):906-918. doi:10.1016/S0140-6736(16)00278-6


Diana T, Olivo PD, Kahaly GJ. Thyrotropin Receptor Blocking Antibodies. Horm
Metab Res. 2018;50(12):853-862. doi:10.1055/a-0723-9023
Wanita 42 tahun mengeluh jantung berdebar-debar,
banyak keringat, tidak tahan panas, sering BAB, dan
BB turun sejak 2 minggu lalu. Pada awal sakit, pasien
juga mengeluh nyeri di tenggorokan dan leher
disertai dengan demam, tetapi tidak terlalu tinggi.
Dari PF didapatkan TD 120/80, HR 96 reguler, RR 18,
suhu 36,8 celsius. Tidak ada eksoftalmos pada mata.
Didapatkan pembesaran difus pada kelenjar tiroid
dan agak nyeri jika ditekan, bruit negatif. Kulit teraba
lembab. Lain-lain dbn. Lab: FT4 meningkat yaitu
4,56 (normal 0,7-1,9) ng/dL dan TSHs menurun yaitu
0,01 (normal 0,5-4,5) mIU/L. Apa terapi
medikamentosa yang tepat pada pasien di atas?
Kahaly GJ, Bartalena L, Hegedüs L, Leenhardt L, Poppe K, Pearce SH. 2018 European Thyroid Association
Guideline for the Management of Graves' Hyperthyroidism. Eur Thyroid J. 2018;7(4):167-186.
doi:10.1159/000490384
De Leo S, Lee SY, Braverman LE. Hyperthyroidism. Lancet.
2016;388(10047):906-918. doi:10.1016/S0140-6736(16)00278-
6
Adaptasi dari link :
https://calgaryguide.ucalgary.ca/gr
aves-disease-pathogenesis-and-
clinical-findings/
• MMI in the first trimester of pregnancy may develop birth
defects, some of them being severe.
• PTU use in early pregnancy can also result in
birth defects at a much lower rate. Because of
the increased risk of birth defects with MMI as compared
to PTU.
• The American Thyroid Association and the Endocrine
Society guidelines recommend to use PTU to treat
hyperthyroidism in the first trimester of pregnancy and
then switch to MMI for the rest of the pregnancy

Kahaly GJ, Bartalena L, Hegedüs L, Leenhardt L, Poppe K, Pearce SH. 2018 European Thyroid Association
Guideline for the Management of Graves' Hyperthyroidism. Eur Thyroid J. 2018;7(4):167-186.
doi:10.1159/000490384
Akmal A, Kung J. Propylthiouracil, and methimazole,
and carbimazole-related hepatotoxicity. Expert Opin
Drug Saf. 2014;13(10):1397-1406.
doi:10.1517/14740338.2014.953796
49
Seorang laki-laki 51 tahun dengan keluhan benjolan di leher yang makin membesar sejak 1 tahun
lalu. Keluhan sulit menelan, sesak napas, dan suara serak tidak ada. Penurunan BB disangkal.
Keluhan jantung berdebar, banyak keringat, gemetaran, dan sering BAB juga disangkal. Dari PF
didapatkan kelenjar tiroid membesar, berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, batas tegas, ukuran
kanan 4x5 cm, kiri 3x3 cm, tidak nyeri tekan. Terdapat pembesaran KGB pada regio
submandibula kanan. Apa pemeriksaan lab inisial yang paling tepat dilakukan pada pasien
tersebut?
a. FT4
b.TSH
c. Tiroglobulin
d. FT4 dan TSH
e. FT4, TSH, dan tiroglobulin
49
Seorang laki-laki 51 tahun dengan keluhan benjolan di leher yang makin membesar sejak 1 tahun
lalu. Keluhan sulit menelan, sesak napas, dan suara serak tidak ada. Penurunan BB disangkal.
Keluhan jantung berdebar, banyak keringat, gemetaran, dan sering BAB juga disangkal. Dari PF
didapatkan kelenjar tiroid membesar, berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, batas tegas, ukuran
kanan 4x5 cm, kiri 3x3 cm, tidak nyeri tekan. Terdapat pembesaran KGB pada regio
submandibula kanan. Apa pemeriksaan lab inisial yang paling tepat dilakukan pada pasien
tersebut?
a. FT4
b.TSH
c. Tiroglobulin
d. FT4 dan TSH
e. FT4, TSH, dan tiroglobulin
Seorang laki-laki 51 tahun dengan keluhan benjolan di leher
yang makin membesar sejak 1 tahun lalu. Keluhan sulit
menelan, sesak napas, dan suara serak tidak ada. Penurunan BB
disangkal. Keluhan jantung berdebar, banyak keringat,
gemetaran, dan sering BAB juga disangkal. Dari PF didapatkan
kelenjar tiroid membesar, berbenjol-benjol, konsistensi kenyal,
batas tegas, ukuran kanan 4x5 cm, kiri 3x3 cm, tidak nyeri
tekan. Terdapat pembesaran KGB pada regio submandibula
kanan. Apa pemeriksaan lab inisial yang paling tepat dilakukan
pada pasien tersebut?
50
Pasien wanita 36 tahun datang ke RS dengan dehidrasi
karena penyakit gastrointestinal. Pasien mengalami muntah-
muntah hebat dan diare selama 4 hari terakhir. Saat datang
ke IGD, pasien mengalami henti jantung tanpa nadi. EKG
pasien terlampir sebagai berikut.

a. Magnesium sulfat
b. Amiodarone
c. Natrium bikarbonat
d. Kalsium klorida
e. Lidocaine
50
Pasien wanita 36 tahun datang ke RS dengan dehidrasi
karena penyakit gastrointestinal. Pasien mengalami muntah-
muntah hebat dan diare selama 4 hari terakhir. Saat datang
ke IGD, pasien mengalami henti jantung tanpa nadi. EKG
pasien terlampir sebagai berikut.

a. Magnesium sulfat
b. Amiodarone
c. Natrium bikarbonat
d. Kalsium klorida
e. Lidocaine
Adapted from ESC Guidelines for the management of patients with ventricular
arrhythmias and the prevention of sudden cardiac death. 2015
ADULT BRADYCARDIA

Adapted from AHA 2015


Adapted from AHA 2015 ADULT TACHYCARDIA
Adapted from AHA 2015
51
Laki-laki 56 tahun dibawa ke IGD dengan tidak sadarkan diri di rumah. Pasien dilakukan RJP dan di
intubasi, IV line pun terpasang. Saat tiba di IGD, tidak didapatkan denyut nadi dan pernapasan. Dari
monitor EKG didapatkan: Dokter jaga di IGD tersebut meminta untuk dilakukan defibrilasi 200 joule,
kemudian 300 joule, dilanjutkan 360 joule. Untuk memperbaiki curah jantung, Adrenalin IV iberikan dan
RJP tetap dilakukan. Menurut Saudara, obat apa yang tepat diberikan pada kondisi saat ini?

a. Amiodarone
b. Lidocaine
c. Verapamil
d. Vasopressin
e. Diltiazem
51
Laki-laki 56 tahun dibawa ke IGD dengan tidak sadarkan diri di rumah. Pasien dilakukan RJP dan di
intubasi, IV line pun terpasang. Saat tiba di IGD, tidak didapatkan denyut nadi dan pernapasan. Dari
monitor EKG didapatkan: Dokter jaga di IGD tersebut meminta untuk dilakukan defibrilasi 200 joule,
kemudian 300 joule, dilanjutkan 360 joule. Untuk memperbaiki curah jantung, Adrenalin IV iberikan dan
RJP tetap dilakukan. Menurut Saudara, obat apa yang tepat diberikan pada kondisi saat ini?

a. Amiodarone
b. Lidocaine
c. Verapamil
d. Vasopressin
e. Diltiazem
Laki-laki 56 tahun dibawa ke IGD dengan tidak sadarkan diri di
rumah. Pasien dilakukan RJP dan di intubasi, IV line pun
terpasang. Saat tiba di IGD, tidak didapatkan denyut nadi dan
pernapasan. Dari monitor EKG didapatkan: Dokter jaga di IGD
tersebut meminta untuk dilakukan defibrilasi 200 joule,
kemudian 300 joule, dilanjutkan 360 joule. Untuk
memperbaiki curah jantung, Adrenalin IV iberikan dan RJP
tetap dilakukan. Menurut Saudara, obat apa yang tepat
diberikan pada kondisi saat ini?

Adapted from AHA 2015


52
Laki-laki 48 tahun datang ke IGD dengan STEMI inferior. Dua jam setelah tiba di
IGD, TD pasien 80/52 mmHg, HR 40 bpm. Manakah salah satu jawaban di bawah
ini yang paling tepat sebagai tata laksana awal?
a. Pemasangan segera pacu jantung sementara
b. Pemberian Atropine sulfat 0.5 mg IV
c. Pemberian cairan NS IV 300 ml selama 15 menit (loading cairan)
d. Pemberian Dobutamine IV 3mcg/KgBB/menit
e. Pemberian Dopamine IV 5mcg/KgBB/menit
52
Laki-laki 48 tahun datang ke IGD dengan STEMI inferior. Dua jam setelah tiba di
IGD, TD pasien 80/52 mmHg, HR 40 bpm. Manakah salah satu jawaban di bawah
ini yang paling tepat sebagai tata laksana awal?
a. Pemasangan segera pacu jantung sementara
b. Pemberian Atropine sulfat 0.5 mg IV
c. Pemberian cairan NS IV 300 ml selama 15 menit (loading cairan)
d. Pemberian Dobutamine IV 3mcg/KgBB/menit
e. Pemberian Dopamine IV 5mcg/KgBB/menit
Laki-laki 48 tahun datang ke IGD dengan STEMI
inferior. Dua jam setelah tiba di IGD, TD pasien
80/52 mmHg, HR 40 bpm. Manakah salah satu
jawaban di bawah ini yang paling tepat sebagai
tata laksana awal?

1
ADULT BRADYCARDIA

Adapted from AHA 2015


Adapted from https://ecgwaves.com/topic/stemi-st-elevation-myocardial-infarction-criteria-ecg/
Emergency and Critical Care. Pocket Guide. ACLS Version (Eight edition). 2014
53
Wanita 55 tahun datang dengan nyeri dada yang memberat di daerah substernal
sejak 1 jam SMRS. Nyeri timbul saat istirahat dan terdapat keluhan sesak dan
mual. Dari EKG didapatkan AV blok derajat 2 mobitz tipe 2. Foto toraks normal.
Apa gambaran ekg yang paling mendukung?
a. ST elevasi V1-V3
b. Wallen’s T-wave
c. ST elevasi II, III, aVF
d. ST depresi di I dan aVL
e. Tidak ada kelainan EKG yang bermakna
53
Wanita 55 tahun datang dengan nyeri dada yang memberat di daerah substernal
sejak 1 jam SMRS. Nyeri timbul saat istirahat dan terdapat keluhan sesak dan
mual. Dari EKG didapatkan AV blok derajat 2 mobitz tipe 2. Foto toraks normal.
Apa gambaran ekg yang paling mendukung?
a. ST elevasi V1-V3
b. Wallen’s T-wave
c. ST elevasi II, III, aVF
d. ST depresi di I dan aVL
e. Tidak ada kelainan EKG yang bermakna
Wanita 55 tahun datang dengan nyeri dada
yang memberat di daerah substernal sejak 1
jam SMRS. Nyeri timbul saat istirahat dan
terdapat keluhan sesak dan mual. Dari EKG
didapatkan AV blok derajat 2 mobitz tipe 2.
Foto toraks normal. Apa gambaran ekg yang
paling mendukung?

Emergency and Critical Care. Pocket Guide. ACLS Version (Eight edition). 2014
Adapted from link: https://ecgwaves.com/topic/conduction-defects-myocardial-ischemia-infarction/
54
Ny. Kacho Hui, 25 tahun, datang dengan keluhan kuning pada seluruh tubuh sejak 3
bulan yang lalu. Pasien mengeluh mual, muntah dan perut nyeri di kanan atas.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, RR
22x/menit, suhu 370C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, venektasi
dada (+), ascites (+), edema tungkai (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
SGOT dan SGPT meningkat moderat, bilirubin total 5,5 mg/dL (0.1 to 1.2 mg/dL),
bilirubin direk 2,5 mg/dL (< 0,3 mg/dL) dan Urobilinogen di urin (+). Dimanakah
kemungkinan letak kelainan pada pasien ini?
a. Prehepatik
b. Intrahepatik
c. Post hepatik
d. Prebilier
e. Postbilier
54
Ny. Kacho Hui, 25 tahun, datang dengan keluhan kuning pada seluruh tubuh sejak 3
bulan yang lalu. Pasien mengeluh mual, muntah dan perut nyeri di kanan atas.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, RR
22x/menit, suhu 370C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, venektasi
dada (+), ascites (+), edema tungkai (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
SGOT dan SGPT meningkat moderat, bilirubin total 5,5 mg/dL (0.1 to 1.2 mg/dL),
bilirubin direk 2,5 mg/dL (< 0,3 mg/dL) dan Urobilinogen di urin (+). Dimanakah
kemungkinan letak kelainan pada pasien ini?
a. Prehepatik
b. Intrahepatik
c. Post hepatik
d. Prebilier
e. Postbilier
Ny. Kacho Hui, 25 tahun, datang dengan keluhan kuning pada seluruh tubuh sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh
mual, muntah dan perut nyeri di kanan atas. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 88x/menit,
RR 22x/menit, suhu 370C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, venektasi dada (+), ascites (+), edema
tungkai (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan SGOT dan SGPT meningkat moderat, bilirubin total 5,5 mg/dL
(0.1 to 1.2 mg/dL), bilirubin direk 2,5 mg/dL (< 0,3 mg/dL) dan Urobilinogen di urin (+).

Dimanakah kemungkinan letak kelainan pada pasien ini?


Pasien didapatkan kuning disertai mual, muntah dan
nyeri perut kanan atas. Adanya sclera ikterik,
venektasi, asites dan edema mengarahkan
kemungkinan diagnosis sirosis hepatis. Pada pasien ini
didapatkan kenaikan kadar bilirubin baik direk
maupun bilirubin inderek dimana kenaikannya hampir
seimbang sehingga diperkirakan kelainan berasal dari
intrahepatik yang disebabkan karena sirosis hepatis.
● Pilihan A, akan ditemukan pada kasus anemia
hemolitik. Pada kasus ini akan ditemukan
peningkatan yang tinggi pada bilirubin indirek.
● Pilihan C, akan ditemukan pada penyakit yang
menyebabkan gangguan aliran empedu. Pada
kasus ini akan ditemukan peningkatan yang
tinggi pada bilirubin direk.
● Pilihan D dan E, tidak ada istilah tersebut.

Sticova E, Jirsa M. New insights in bilirubin metabolism and


their clinical implications. World J Gastroenterol.
2013;19(38):6398-6407. doi:10.3748/wjg.v19.i38.6398
Sticova E, Jirsa M. New insights in bilirubin
metabolism and their clinical implications. World J
Gastroenterol. 2013;19(38):6398-6407.
doi:10.3748/wjg.v19.i38.6398
55
Ny. Alluka Zoldyk, 25 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri sendi sejak 3 bulan
lalu. Pasien mengatakan nyeri sendi berpindah-pindah namun paling sering di
pergelangan tangan dan lutut. Pasien juga mengeluh lesu, lemah, berat badan turun
sebanyak 3 kg dalam 4 bulan terakhir dan lebih sensitif terhadap cahaya, terutama
cahaya matahari. Pada pemeriksaan fisik didapai ruam malar dan ruam diskoid pada
wajah. Pemeriksaan lab didapati ANA dan anti dsDNA lebih tinggi dari normal.
Reumatoid Faktor (-).
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Rheumatoid Arthritis
b. SLE
c. Gout Arthritis
d. Spondiloarthritis
e. Osteoarthritis
55
Ny. Alluka Zoldyk, 25 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri sendi sejak 3 bulan
lalu. Pasien mengatakan nyeri sendi berpindah-pindah namun paling sering di
pergelangan tangan dan lutut. Pasien juga mengeluh lesu, lemah, berat badan turun
sebanyak 3 kg dalam 4 bulan terakhir dan lebih sensitif terhadap cahaya, terutama
cahaya matahari. Pada pemeriksaan fisik didapai ruam malar dan ruam diskoid pada
wajah. Pemeriksaan lab didapati ANA dan anti dsDNA lebih tinggi dari normal.
Reumatoid Faktor (-).
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Rheumatoid Arthritis
b. SLE
c. Gout Arthritis
d. Spondiloarthritis
e. Osteoarthritis
Ny. Alluka Zoldyk, 25 tahun, datang ke RS
dengan keluhan nyeri sendi sejak 3 bulan Pada pasien ini terdapat keluhan nyeri sendi terutama sendi-
lalu. Pasien mengatakan nyeri sendi sendi kecil. Adanya lesu, penurunan BB, fotofobia disertai ruam
berpindah-pindah namun paling sering di pada wajah dan ANA dan dsDNA yang lebih tinggi dari normal
pergelangan tangan dan lutut. Pasien juga menunjukkan kemungkinan diagnosis adalah SLE.
mengeluh lesu, lemah, berat badan turun
sebanyak 3 kg dalam 4 bulan terakhir dan • Pilihan A, pada RA akan ditemukan nyeri pada sendi sendi
lebih sensitif terhadap cahaya, terutama kecil dan rheumatoid faktor (+).
cahaya matahari. Pada pemeriksaan fisik • Pilihan C, akan ditemukan adanya peningkatan kadar
didapai ruam malar dan ruam diskoid asam urat dan tofus.
pada wajah. Pemeriksaan lab didapati • Pilihan D, akan ditemukan nyeri pada vertebra.
ANA dan anti dsDNA lebih tinggi dari • Piilihan E, akan ditemukan nyeri pada weight bearing
normal. Reumatoid Faktor (-). joint seperti panggul atau lutut
Apakah kemungkinan diagnosis pasien
tersebut?
SLE
● Merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis → peradangan pada
kulit, sendi, ginjal, paru-paru, sistem saraf dan organ tubuh lainnya
● Kebanyakan mengenai
– wanita : pria 9-14:1
– usia reproduksi, 20 sampai 30 tahun
– kelompok kulit hitam dan Asia.
● Predisposisi yang ada → pemicu kacaunya sistem toleransi
imunologis sehingga respon imun melawan antigen diri sendiri.
– Faktor genetik
– imunologik
– hormonal serta
– Lingkungan

Konsensus Diagnosis dan pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.


2019
Choi J, Kim ST, Craft J. The pathogenesis of systemic lupus erythematosus-an update. Curr Opin Immunol. 2012;24(6):651-657.
doi:10.1016/j.coi.2012.10.004
Konsensus Diagnosis dan pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.
Konsensus Diagnosis dan pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.
Fanouriakis A, Kostopoulou M, Alunno A, et al. 2019 update of the EULAR recommendations for the management of systemic lupus erythematosus. Ann Rheum Dis. 2019;78(6):736-
745. doi:10.1136/annrheumdis-2019-215089
56
Ny. Sylva Zoldyk berusia 28 tahun datang ke rumah sakit mengeluh sesak nafas setalah
mendapatkan obat dari puskesmas. Sebelumnya pasien datang ke PKM karena demam batuk
dan pilek sejak 2 hari dan diberikan obat oleh dokter puskesmas. Beberapa saat setelah
meminum obat tersebut pasien mengatakan keluhan sesaknya muncul. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan TD 90/60 mmhg, nadi 110x/menit , RR 28x/m, suhu 37,5. Apakah
kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut adalah?

a. Syok anafilaktik
b. Syok kardiogenik
c. Syok neurogenic
d. Syok hipovelemik
e. Syok septic
56
Ny. Sylva Zoldyk berusia 28 tahun datang ke rumah sakit mengeluh sesak nafas setalah
mendapatkan obat dari puskesmas. Sebelumnya pasien datang ke PKM karena demam batuk
dan pilek sejak 2 hari dan diberikan obat oleh dokter puskesmas. Beberapa saat setelah
meminum obat tersebut pasien mengatakan keluhan sesaknya muncul. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan TD 90/60 mmhg, nadi 110x/menit , RR 28x/m, suhu 37,5. Apakah
kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut adalah?

a. Syok anafilaktik
b. Syok kardiogenik
c. Syok neurogenic
d. Syok hipovelemik
e. Syok septic
Ny. Sylva Zoldyk berusia 28 tahun datang ke
rumah sakit mengeluh sesak nafas setalah
mendapatkan obat dari puskesmas.
Sebelumnya pasien datang ke PKM karena
demam batuk dan pilek sejak 2 hari dan
diberikan obat oleh dokter puskesmas.
Beberapa saat setelah meminum obat
tersebut pasien mengatakan keluhan sesaknya
muncul. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan TD 90/60 mmhg, nadi 110x/menit
, RR 28x/m, suhu 37,5.

Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien


tersebut adalah?

Adapted from link : http://emed.ie/Allergy/Anaphylaxis.php


57
Ny. Kaluto Zoldyck, 42 tahun, datang ke RS dengan keluhan utama berupa nyeri pada
pangkal jari-jari tangan. Keluhan dirasakan sejak 5 bulan terakhir dan berulang selama
2 tahun. Pasien juga mengatakan keluhan disertai kaku pada sendi. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 37C. Pada PF
didapatkan bengkak kemerahan pada sendi metacarpophalangeal. Dari pemeriksaan
Xray didapatkan osteopenia dan erosi dekat celah sendi.
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?

a. Osteoarthritis
b. Fibromyalgia
c. Poliarthritis migrans
d. Rheumatoid Arthritis
e. Seronegative Spondiloarthropathy
57
Ny. Kaluto Zoldyck, 42 tahun, datang ke RS dengan keluhan utama berupa nyeri pada
pangkal jari-jari tangan. Keluhan dirasakan sejak 5 bulan terakhir dan berulang selama
2 tahun. Pasien juga mengatakan keluhan disertai kaku pada sendi. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 37C. Pada PF
didapatkan bengkak kemerahan pada sendi metacarpophalangeal. Dari pemeriksaan
Xray didapatkan osteopenia dan erosi dekat celah sendi.
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?

a. Osteoarthritis
b. Fibromyalgia
c. Poliarthritis migrans
d. Rheumatoid Arthritis
e. Seronegative Spondiloarthropathy
• Pilihan A, pada OA akan ditemukan nyeri dan kaku pada
Ny. Kaluto Zoldyck, 42 tahun, datang ke RS dengan
weight bearing joint seperti panggul atau lutut.
keluhan utama berupa nyeri pada pangkal jari-jari
• Pilihan B, pada fibromyalgia akan ditemukan nyeri kronik pada tangan. Keluhan dirasakan sejak 5 bulan terakhir dan
beberapa bagian tubuh yang disertai rasa kaku. Pada berulang selama 2 tahun. Pasien juga mengatakan
fibromyalgia terdapat nyeri tekan pada sedikitnya 11 dari 18 keluhan disertai kaku pada sendi. Dari pemeriksaan
titik nyeri (tender points) pada tubuh. Selain itu fibromyalgia fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR
merupakan diagnosis eksklusi yang artinya hanya dapat 22x/mnt dan suhu 37C. Pada PF didapatkan bengkak
kemerahan pada sendi metacarpophalangeal. Dari
ditegakkan jika tidak ada penyebab yang lain yang mendasari.
pemeriksaan Xray didapatkan osteopenia dan erosi
• Pilihan C, polyarthritis migrans merupakan suatu gejala nyeri dekat celah sendi.
sendi yang berpindah-pindah yang biasanya dapat disebabkan Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
oleh demam rematik.
• Pilihan E, Seronegative spondiloatrhropathy merupakan
kelompok penyakit radang sendi yang mengenai sendi aksial
dan ekstremitas terutama bagian bawah, biasanya asimetris
dan tidak terkait dengan faktor rheumatoid. Yang termasuk ke
dalam kelompok penyakit ini antara lain ankylosing
spondylitis, psoriatic artritis, reactive artritis dan artritis pada
IBD
Adapted from link: https://www.hopkinsarthritis.org/arthritis-info/rheumatoid-arthritis/ra-
symptoms/#:~:text=The%20joints%20involved%20most%20frequently,also%20affected%20in%20many%20patients.
• Skor 6/lebih: definite RA.
• Faktor reumatoid: autoantibodi terhadap IgG Aydın SZ, Castillo-Gallego C, Nam J, et al. The new ACR/EULAR criteria for rheumatoid arthritis can
identify patients with same disease activity but less damage by ultrasound. Eur J Rheumatol.
2017;4(2):118-121. doi:10.5152/eurjrheum.2017.160091
Adapted link form
https://www.guidelinesinpractice.co.uk/musculos
keletal-and-joints-/people-with-suspected-
rheumatoid-arthritis-must-be-referred-
urgently/454323.article
Adapted link form
https://www.guidelinesinpractice.c
o.uk/musculoskeletal-and-joints-
/people-with-suspected-
rheumatoid-arthritis-must-be-
referred-urgently/454323.article
DMARD therapy : Methotrexate, Sulfasalazine,
Hidrokloroquin, Azathioprine

Singh JA, Saag KG, Bridges SL Jr, et al. 2015 American College of Rheumatology Guideline for the Treatment of Rheumatoid Arthritis. Arthritis Rheumatol. 2016;68(1):1-26.
doi:10.1002/art.39480
Adapted from link : https://arthritisaustralia.com.au/managing-arthritis/living-with-arthritis/pregnancy/
Kompetensi Dokter Umum

O’Dell J. et al. Rheumatoid Arthtritis in Imboden JB. et al. Current Diagnosis and Treatment Rheumatology. 3rd edition. 2013
58
Seorang laki-laki, usia 35 tahun datang membawa hasil lab dengan peningkatan
enzim hati ALT 180, AST 665, dan HbsAg (+). Pada pemeriksaan serologi lebih lanjut
didapatkan IgM anti HAV (+), IgM anti Hbc (-), IgG anti Hbc (+), HbeAg (+). Apakah
diagnosis pada pasien ini?

a. Pernah terinfeksi hepatitis A dan Hepatitis B akut


b. Hepatitis A akut dan hepatitis B kronis replikasi aktif
c. Hepatitis A akut dan Hepatitis B akut
d. Hepatitis A akut dan Hepatitis B window period
e. Hepatitis A akut dan Hepatitis B inactive carrier.
58
Seorang laki-laki, usia 35 tahun datang membawa hasil lab dengan peningkatan
enzim hati ALT 180, AST 665, dan HbsAg (+). Pada pemeriksaan serologi lebih lanjut
didapatkan IgM anti HAV (+), IgM anti Hbc (-), IgG anti Hbc (+), HbeAg (+). Apakah
diagnosis pada pasien ini?

a. Pernah terinfeksi hepatitis A dan Hepatitis B akut


b. Hepatitis A akut dan hepatitis B kronis replikasi aktif
c. Hepatitis A akut dan Hepatitis B akut
d. Hepatitis A akut dan Hepatitis B window period
e. Hepatitis A akut dan Hepatitis B inactive carrier.
Adapted from link https://www.hepb.org/prevention-and-diagnosis/diagnosis/understanding-your-test-results/
Yim HJ, Lok AS. Natural history of chronic hepatitis B virus infection: what
we knew in 1981 and what we know in 2005. Hepatology. 2006;43(2
Suppl 1):S173-S181. doi:10.1002/hep.20956
Adapted from link https://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/lecture/hepatit2.htm
59
Seorang wanita, 26 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan nyeri ulu hati
yang menjalar sampai ke tenggorokan, sering bersendawa, keluhan ini dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan konsumsi kopi 3 kali sehari. Hasil
pemeriksaan endoskopi adalah adanya gambaran ulkus pada bagian distal
esophagus. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?

a. Ulkus gaster
b. Malory weis tear
c. Barrets esophagus
d. Refluks gastroesofageal
e. Kanker esofagus
59
Seorang wanita, 26 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan nyeri ulu hati
yang menjalar sampai ke tenggorokan, sering bersendawa, keluhan ini dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan konsumsi kopi 3 kali sehari. Hasil
pemeriksaan endoskopi adalah adanya gambaran ulkus pada bagian distal
esophagus. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?

a. Ulkus gaster
b. Malory weis tear
c. Barrets esophagus
d. Refluks gastroesofageal
e. Kanker esofagus
Seorang wanita, 26 tahun datang ke
praktek dokter dengan keluhan nyeri
ulu hati yang menjalar sampai ke
tenggorokan, sering bersendawa,
keluhan ini dirasakan sejak 2 bulan
yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan
konsumsi kopi 3 kali sehari. Hasil
pemeriksaan endoskopi adalah adanya
gambaran ulkus pada bagian distal
esophagus. Apakah diagnosis yang
tepat pada pasien tersebut?

Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD) di Indonesia. 2013


Seorang wanita, 26 tahun datang ke praktek dokter
dengan keluhan nyeri ulu hati yang menjalar sampai
ke tenggorokan, sering bersendawa, keluhan ini
dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Pasien memiliki
kebiasaan konsumsi kopi 3 kali sehari. Hasil
pemeriksaan endoskopi adalah adanya gambaran
ulkus pada bagian distal esophagus. Apakah
diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?

Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD) di Indonesia. 2013


Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD) di Indonesia. 2013
Gerson LB. Treatment of gastroesophageal reflux disease during pregnancy. Gastroenterol Hepatol (N Y). 2012;8(11):763-764.
Gerson LB. Treatment of gastroesophageal reflux disease during pregnancy. Gastroenterol Hepatol (N Y). 2012;8(11):763-764.
Katz PO, Gerson LB, Vela MF. Guidelines for the diagnosis and
management of gastroesophageal reflux disease [published
correction appears in Am J Gastroenterol. 2013
Oct;108(10):1672]. Am J Gastroenterol. 2013;108(3):308-329.
doi:10.1038/ajg.2012.444
BARU
LAMA

Moayyedi P, Lacy BE, Andrews CN, Enns RA, Howden CW, Vakil N. ACG and CAG Clinical Guideline: Management of Dyspepsia [published correction appears in Am J Gastroenterol. 2017
Sep;112(9):1484]. Am J Gastroenterol. 2017;112(7):988-1013. doi:10.1038/ajg.2017.154
60
Seorang perempuan berumur 50 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan utama
diare lebih dari 4 minggu, frekuensi lebih dari 3 kali disertai darah. Pasien juga
mengeluh nyeri perut, sariawan, nyeri sendi dan penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, ulserasi pada mulut,
konjunctiva palpebral pucat, teraba massa di abdomen di regio inguinal dextra,
peristaltic normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 gr/dL, leukosit
7000/mm3, LED 20 mm/jam, trombosit 200.000/mm3. Pemeriksaan penunjang
lainnya yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah ?

a. Colon in loop
b. Kolonoskopi
c. BNO3 posisi
d. Barium enema
e. USG abdomen
60
Seorang perempuan berumur 50 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan utama
diare lebih dari 4 minggu, frekuensi lebih dari 3 kali disertai darah. Pasien juga
mengeluh nyeri perut, sariawan, nyeri sendi dan penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, ulserasi pada mulut,
konjunctiva palpebral pucat, teraba massa di abdomen di regio inguinal dextra,
peristaltic normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 gr/dL, leukosit
7000/mm3, LED 20 mm/jam, trombosit 200.000/mm3. Pemeriksaan penunjang
lainnya yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah ?

a. Colon in loop
b. Kolonoskopi
c. BNO3 posisi
d. Barium enema
e. USG abdomen
Inflammatory Bowel Disease Guidelines. 2015
Inflammatory Bowel Disease Guidelines. 2015
SKIP LESSION

Inflammatory Bowel Disease Guidelines. 201


61
Tn. Ronaldo, 60 tahun, datang dengan keluhan sakit kepada dan mual muntah. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan TD 220/160 mmHg, Nadi : 100 x/menit, Laju napas :
22x/menit. Hasil pemeriksaan generalis, motorik dan sensorik dalam batas normal.
Pada pemeriksaan lab didapatkan kreatinin 1.2 mg/dL. Apakah tindakah yang paling
tepat dilakukan pada pasien tersebut?

a. Rawat inap
b. Menurunkan TD hingga dibawah 180 mmHg
c. Menurunkan TD 25% dari MAP
d. Menunda menurunkan TD hingga melewati fase akut dari stroke
e. Segera menurunkan TD secepat mungkin
61
Tn. Ronaldo, 60 tahun, datang dengan keluhan sakit kepada dan mual muntah. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan TD 220/160 mmHg, Nadi : 100 x/menit, Laju napas :
22x/menit. Hasil pemeriksaan generalis, motorik dan sensorik dalam batas normal.
Pada pemeriksaan lab didapatkan kreatinin 1.2 mg/dL. Apakah tindakah yang paling
tepat dilakukan pada pasien tersebut?

a. Rawat inap
b. Menurunkan TD hingga dibawah 180 mmHg
c. Menurunkan TD 25% dari MAP
d. Menunda menurunkan TD hingga melewati fase akut dari stroke
e. Segera menurunkan TD secepat mungkin
62
Pasien, laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan rasa tak nyaman pada ulu hati
sejak 3 bulan lalu. Keluhan semakin lama semakin memberat dan akhir-akhir ini
pasien merasa cepat kenyang dan mual. Pasien adalah perokok berat dan
menderita hipertensi serta kolesterol tinggi namun tak berobat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan TD 160/100 mmHg. Tanda vital lain dalam batas normal. Hasil
pemeriksaan fisis abdomen teraba massa yang berdenyut di daerah epigastrium.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?

a. Berry aneurism
b. Infark miokard
c. Aneurisma aorta abdominal
d. Ca gaster
e. Diseksi aorta abdominal
62
Pasien, laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan rasa tak nyaman pada ulu hati
sejak 3 bulan lalu. Keluhan semakin lama semakin memberat dan akhir-akhir ini
pasien merasa cepat kenyang dan mual. Pasien adalah perokok berat dan
menderita hipertensi serta kolesterol tinggi namun tak berobat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan TD 160/100 mmHg. Tanda vital lain dalam batas normal. Hasil
pemeriksaan fisis abdomen teraba massa yang berdenyut di daerah epigastrium.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?

a. Berry aneurism
b. Infark miokard
c. Aneurisma aorta abdominal
d. Ca gaster
e. Diseksi aorta abdominal
Abdominal aortic aneurysms. Nat Rev Dis Primers 4, 35 (2018).
https://doi.org/10.1038/s41572-018-0036-1
Computed Tomography Angiography (CTA)
Magnetic Resonance Angiography (MRA).
Intraarterial Digital Subtraction Angiography (IADSA)
Transcranial Doppler (TCD)

Keedy A. An overview of intracranial aneurysms. Mcgill J Med. 2006;9(2):141-146.


Adapted from link : https://www.cebm.net/2014/03/sppin-and-snnout/
63
Tn. Miskin, 58 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sakit kepala dan mual-mual.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 220/140 mmHg, nadi
104x/menit, laju napas 20 x/menit. Pada pemeriksaan neurologis dalam batas
normal. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan ureum 30 mg/dL, dan kreatinin
1.0 mg/dL. Apakah terapi yang tepat pada pasien tersebut ?

a. Labetalol 20 mg IV bolus
b. Diltiazem drip IV 5 mcg/kgbb/menit
c. Captopril 25 mg PO
d. Nicardipin drip 0.5 mcg/kgBB/menit
e. Amlodipin 10 mg PO
63
Tn. Miskin, 58 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sakit kepala dan mual-mual.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 220/140 mmHg, nadi
104x/menit, laju napas 20 x/menit. Pada pemeriksaan neurologis dalam batas
normal. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan ureum 30 mg/dL, dan kreatinin
1.0 mg/dL. Apakah terapi yang tepat pada pasien tersebut ?

a. Labetalol 20 mg IV bolus
b. Diltiazem drip IV 5 mcg/kgbb/menit
c. Captopril 25 mg PO
d. Nicardipin drip 0.5 mcg/kgBB/menit
e. Amlodipin 10 mg PO
64
Pasien laki-laki, 58 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 5 hari
yang lalu. Keluhan disertai mual, muntah, kaki bengkak, dan BAK sedikit. Pasien
mengaku dinyatakan sakit darah tinggi sejak 6 tahun yang lalu dan tidak rutin
minum obat. Pada pemeriksaan fisik nampak edema pada kedua tungkai.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 9 g/dL, ureum 200 mg/dL, dan kreatinin
: 11 mg/dL. Apakah komplikasi yang memungkinkan pada kondisi pasien tersebut?

a. Asidosis metabolik, hipokalemia


b. Alkalosis metabolik, hiperkalemia
c. Asidosis metabolik, hiperkalemia
d. Alkalosis respiratorik, hipokalemia
e. Asidosis respiratorik, hipernatremia
64
Pasien laki-laki, 58 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 5 hari
yang lalu. Keluhan disertai mual, muntah, kaki bengkak, dan BAK sedikit. Pasien
mengaku dinyatakan sakit darah tinggi sejak 6 tahun yang lalu dan tidak rutin
minum obat. Pada pemeriksaan fisik nampak edema pada kedua tungkai.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 9 g/dL, ureum 200 mg/dL, dan kreatinin
: 11 mg/dL. Apakah komplikasi yang memungkinkan pada kondisi pasien tersebut?

a. Asidosis metabolik, hipokalemia


b. Alkalosis metabolik, hiperkalemia
c. Asidosis metabolik, hiperkalemia
d. Alkalosis respiratorik, hipokalemia
e. Asidosis respiratorik, hipernatremia
1. Fraser SD, Blakeman T. Chronic kidney disease: identification and management in primary care. Pragmat Obs Res. 2016;7:21-32. Published 2016 Aug 17. doi:10.2147/POR.S97310
2. Kidney International Supplements. Clinical Practice Guidelines for the Prevention, Diagnosis, Evaluation, and Treatment of Hepatitis C in Chronic Kidney Disease. KDIGO 2018
1. Fraser SD, Blakeman T. Chronic kidney disease: identification and management in primary care. Pragmat Obs Res. 2016;7:21-32. Published 2016 Aug 17. doi:10.2147/POR.S97310
2. Kidney International Supplements. Clinical Practice Guidelines for the Prevention, Diagnosis, Evaluation, and Treatment of Hepatitis C in Chronic Kidney Disease. KDIGO 2018
Pasien laki-laki, 58 tahun datang ke
IGD dengan keluhan sesak napas
sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai
mual, muntah, kaki bengkak, dan BAK
sedikit. Pasien mengaku dinyatakan
sakit darah tinggi sejak 6 tahun yang
lalu dan tidak rutin minum obat. Pada
pemeriksaan fisik nampak edema
pada kedua tungkai. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb : 9 g/dL,
ureum 200 mg/dL, dan kreatinin : 11
mg/dL. Apakah komplikasi yang
memungkinkan pada kondisi pasien
tersebut?
Fraser SD, Blakeman T. Chronic kidney
disease: identification and management in
primary care. Pragmat Obs Res. 2016;7:21-32
Published 2016 Aug 17.
doi:10.2147/POR.S97310
65
Tn. Messi, 78 tahun datang ke poliklinik RS Unhas dengan keluhan sesak yang bertambah
berat dan kaki bengkak sejak 2 minggu yang lalu. Pasien tidak bisa beraktivitas karena sesak
bahkan saat istirahat, bila tidur pasien harus menggunakan 3 bantal. Keluhan nyeri dada,
berdebar atau batuk disangkal. Pasien mempunyai riwayat DM dan hipertensi sejak 10 tahun
yang lalu namun tidak terkontrol. Pada pemeriksan didapatkan tekanan darah 140/60 mmHg,
Laju nadi 94 x/menit, teratur, dan Laju napas 30 x/menit. Batas jantung kiri 2 cm lateral linea
midklavikularis sinistra. Ditemukan murmur diastolik di ICS II linea parasternal dextra dan
murmur holosistolik di apeks. Apakah diagnosis yang memungkinkan pada pasien tersebut?
a. Kardiomegali, Decompensasi kordis FC NYHA II, Stenosis Mitral dan Aorta
b. Kardiomegali, Decompensasi Kordis FC NYHA III, Regurgitasi Mitral dan Stenosis Aorta
c. Kardiomegali, Dekompensasi Kordis FC NYHA III, Regurgitasi Mitral dan Aorta
d. Kardiomegali, Dekompensasi Kordis FC NYHA IV, Regurgitasi Mitral dan Aorta
e. Kardiomegali, Dekompensasi Kordis FC NYHA IV, Stenosis Mitral dan Regurgitasi Aorta
65
Tn. Messi, 78 tahun datang ke poliklinik RS Unhas dengan keluhan sesak yang bertambah
berat dan kaki bengkak sejak 2 minggu yang lalu. Pasien tidak bisa beraktivitas karena sesak
bahkan saat istirahat, bila tidur pasien harus menggunakan 3 bantal. Keluhan nyeri dada,
berdebar atau batuk disangkal. Pasien mempunyai riwayat DM dan hipertensi sejak 10 tahun
yang lalu namun tidak terkontrol. Pada pemeriksan didapatkan tekanan darah 140/60 mmHg,
Laju nadi 94 x/menit, teratur, dan Laju napas 30 x/menit. Batas jantung kiri 2 cm lateral linea
midklavikularis sinistra. Ditemukan murmur diastolik di ICS II linea parasternal dextra dan
murmur holosistolik di apeks. Apakah diagnosis yang memungkinkan pada pasien tersebut?
a. Kardiomegali, Decompensasi kordis FC NYHA II, Stenosis Mitral dan Aorta
b. Kardiomegali, Decompensasi Kordis FC NYHA III, Regurgitasi Mitral dan Stenosis Aorta
c. Kardiomegali, Dekompensasi Kordis FC NYHA III, Regurgitasi Mitral dan Aorta
d. Kardiomegali, Dekompensasi Kordis FC NYHA IV, Regurgitasi Mitral dan Aorta
e. Kardiomegali, Dekompensasi Kordis FC NYHA IV, Stenosis Mitral dan Regurgitasi Aorta
Tn. Messi, 78 tahun datang ke poliklinik RS
Unhas dengan keluhan sesak yang
bertambah berat dan kaki bengkak sejak 2
minggu yang lalu. Pasien tidak bisa
beraktivitas karena sesak bahkan saat
istirahat, bila tidur pasien harus
menggunakan 3 bantal. Keluhan nyeri dada,
berdebar atau batuk disangkal. Pasien
mempunyai riwayat DM dan hipertensi
sejak 10 tahun yang lalu namun tidak
terkontrol. Pada pemeriksan didapatkan
tekanan darah 140/60 mmHg, Laju nadi 94
x/menit, teratur, dan Laju napas 30
x/menit. Batas jantung kiri 2 cm lateral linea
midklavikularis sinistra. Ditemukan murmur
diastolik di ICS II linea parasternal dextra
dan murmur holosistolik di apeks. Apakah
diagnosis yang memungkinkan pada pasien
tersebut?

Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. PERKI. 2015


Pendekatan Diagnosis Kelainan Katup
● Lihat lokasinya
● Tentukan katup apa yang bermasalah
● Tentukan apa fase murmurnya
(Sistolik/Diastolik/Continuous)
● Ingat :

○ Pada sistolik → aorta dan pulmonal terbuka, mitral


dan tricuspid menutup

○ Diastolik → aorta dan pulmonal menutup, mitral


dan tricuspid membuka
● Ingat :
Tn. Messi, 78 tahun datang ke poliklinik RS Unhas dengan keluhan sesak
yang bertambah berat dan kaki bengkak sejak 2 minggu yang lalu.
○ Gangguan saat katup harusnya membuka → Pasien tidak bisa beraktivitas karena sesak bahkan saat istirahat, bila
tidur pasien harus menggunakan 3 bantal. Keluhan nyeri dada,
stenosis berdebar atau batuk disangkal. Pasien mempunyai riwayat DM dan
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu namun tidak terkontrol. Pada
○ Gangguan saat katup harusnya menutup → pemeriksan didapatkan tekanan darah 140/60 mmHg, Laju nadi 94
x/menit, teratur, dan Laju napas 30 x/menit. Batas jantung kiri 2 cm
regurgitasi lateral linea midklavikularis sinistra. Ditemukan murmur diastolik di ICS
II linea parasternal dextra dan murmur holosistolik di apeks. Apakah
Regurgitasi Mitral Regurgitasi Aorta diagnosis yang memungkinkan pada pasien tersebut?
66
dr. Kain ingin melakukan penelitian terkait lama penggunaan gadget dengan
ketajaman visus mahasiswa kedokteran. Sebagai subjek penelitian, dr Ignatz
mengumpulkan mahasiswa FK dan mengelompokkannya berdasarkan
tingkatan angkatan kuliah lalu memilih secara acak mahasiswa dari tiap
angkatannya. Metode sampling apa yang dapat digunakan?
a. Simple random sampling
b. Cluster random samling
c. Systematic random sampling
d. Stratified random sampling
e. Snowball sampling
66
dr. Kain ingin melakukan penelitian terkait lama penggunaan gadget dengan
ketajaman visus mahasiswa kedokteran. Sebagai subjek penelitian, dr Ignatz
mengumpulkan mahasiswa FK dan mengelompokkannya berdasarkan
tingkatan angkatan kuliah lalu memilih secara acak mahasiswa dari tiap
angkatannya. Metode sampling apa yang dapat digunakan?
a. Simple random sampling
b. Cluster random samling
c. Systematic random sampling
d. Stratified random sampling
e. Snowball sampling
Random Sampling
● Teknik sampling dimana semua sample memiliki kesempatan
- probabilitas yang sama untuk terpilih.
● Jika elemen populasinya ada 50 dan yang akan dijadikan
sampel adalah 25, maka
setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/50 untuk
bisa dipilih menjadi sampel.
● Mengambil sampel secara acak dari “sampling frame” (daftar
yang
berisikan setiap elemen populasi yang bias diambil sebagai
sampel)
● Make sure : sample chosen randomly → tidak bias dan dapat
merepresentasikan populasi secara general

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Metode Sampling
Probability – Berdasarkan peluang

•Simple Random •Cluster Random


•Systematic Random •Multistage Random
•Stratified Random

Non probable – Tidak berdasarkan peluang

•Convenient/Accidental •Snowball
•Consecutive
•Purvosive
1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014
Probability Sampling
● Simple Random Sampling: pengambilan sampel secara acak
sederhana → populasi homogen yang kerangka
sampelnya jelas.
● Stratified Random Sampling: dikelompokkan, lalu diambil
beberapa bagian dari kelompok itu (sesuai persentase) →
Cocok untuk populasi heterogen → dibagi jadi sub-
populasi/strata.
● Cluster Random Sampling: populasi terbagi menjadi cluster
dan dipilih cluster secara acak. Terpilih beberapa cluster
dari seluruh cluster yang ada. Cluster dianalisis secara utuh.
● Multi Stage/Phase Random Sampling: sampling bertahap
(bentuk kompleks dari cluster) → using smaller and
smaller sampling units at each stage
● Systematic Random Sampling: pengambilan acak dengan
metode tertentu (cth : nomor urut kelipatan 4)

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


Non Probability Sampling

● Convenient/Accidental : Memilih siapa


yang “Kebetulan” ada
● Consecetive : Setiap yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi langsung
dijadikan sampel
● Purposive : Berdasarkan keputusan peneliti
semata (umumnya untuk uji kualitatif)
● Snowball : Satu subjek merekrut subjek
yang lain → Kasus langka

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


Snowball Sampling

● Subjek yang sudah ditemukan merekrut subjek lainnya.


● Digunakan pada populasi tersembunyi yang sulit untuk diakses/kasus
langka
● Subjek tidak dipilih secara acak, rentan bias

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Pilihan Jawaban Lain
● Simple random Sampling → populasi homogen (Misal, dengan dadu/koin)
● Cluster random Sampling → dibagi menjadi beberapa cluster, cluster diteliti
secara utuh (karena Jawa Barat luas, dibagi jadi gugus/cluster kabupaten untuk
nantinya dipilih acak beberapa kabupaten jadi perwakilan provinsi)
● Systematic random Sampling → dengan metode tertentu (Misal, urutan genap,
kelipatan 5)
● Snowball Sampling → cocok untuk kasus langka (bagian dari non-probability
sampling)

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Kesimpulan
● Dokter → penelitian lama penggunaan gadget dengan
ketajaman visus mahasiswa kedokteran.
● Subjek penelitian : mahasiswa FK → dikelompokkan berdasarkan tingkatan
angkatan kuliah → pilih secara acak dari tiap angkatannya.
● Maka, metode sampling yang digunakan adalah

D. Stratified random sampling

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
67
dr. Rosa ingin melakukan penilaian ulang kegunaan uji widal sebagai alat diagnostik
pada pasien dengan demam tifoid. dr. Rosa mengumpulkan data 100 pasien
dengan widal yang dianggap positif, dan 100 subjek sebagai kelompok kontrol.
Lalu dr. Rosa melakukan kultur terhadap specimen yang tepat sesuai perjalanan
penyakit pasien. Dalam penelitian tersebut, didapatkan dari 100 yang memiliki
hasil widal (+), 60 diantaranya memiliki hasil kultur (+), dan dari 100 orang yang
memiliki hasil widal (-), 5 diantaranya memiliki hasil kultur (+). Berapakah nilai
spesifisitas dalam penelitian tersebut?
a. 95/135
b. 60/65
c. 60/100
d. 95/100
e. 60/135
67
dr. Rosa ingin melakukan penilaian ulang kegunaan uji widal sebagai alat diagnostik
pada pasien dengan demam tifoid. dr. Rosa mengumpulkan data 100 pasien
dengan widal yang dianggap positif, dan 100 subjek sebagai kelompok kontrol.
Lalu dr. Rosa melakukan kultur terhadap specimen yang tepat sesuai perjalanan
penyakit pasien. Dalam penelitian tersebut, didapatkan dari 100 yang memiliki
hasil widal (+), 60 diantaranya memiliki hasil kultur (+), dan dari 100 orang yang
memiliki hasil widal (-), 5 diantaranya memiliki hasil kultur (+). Berapakah nilai
spesifisitas dalam penelitian tersebut?
a. 95/135
b. 60/65
c. 60/100
d. 95/100
e. 60/135
Hasil penelitian uji widal dalam diagnose demam tifoid

Berapakah nilai spesifisitas dalam penelitian tersebut?


Karakteristik Uji Diagnostik

● Sensitivitas :

❑ Jika seseorang mengidap suatu penyakit, seberapa sering pemeriksaan tersebut menunjukkan
hasil positif? (true positive rate)

❑ Tes dengan sensitivitas tinggi → bila hasilnya (-) , hampir dapat dipastikan orang tersebut
benarbenar tidak mempunyai penyakit tsb (cocok untuk screening)

● Spesifisitas

❑ Jika seseorang tidak mengidap suatu penyakit, seberapa sering pemeriksaan tersebut
menunjukkan hasil negatif? (true negative rate)

❑ Tes dengan spesifisitas tinggi → bila hasilnya (+), hampir dapat dipastikan orang tersebut
benar-benar memiliki penyakit tsb (cocok untuk penegakan Diagnosis)

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Sensitivitas dan Spesifisitas

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Analisis Soal

A. 95 / 135
68
Tn. Yang, 35 tahun, dibawa ke IGD karena mengalami KLL dan kehilangan
banyak darah sehingga harus segera dilakukan transfuse darah. Tetapi
keluarga pasien menolak karena alasan bertentangan dengan kepercayaan
aliran agama mereka. Dokter tetap melakukan tindakan transfusi agar pasien
selamat. Apakah prinsip bioetika yang menjadi dilema pada kasus di atas?
a. Benefincence – Autonomy
b. Autonomy – Justice
c. Non-Maleficence – Autonomy
d. Non-Maleficence – Beneficence
e. Justice – Non-Maleficence
68
Tn. Yang, 35 tahun, dibawa ke IGD karena mengalami KLL dan kehilangan
banyak darah sehingga harus segera dilakukan transfuse darah. Tetapi
keluarga pasien menolak karena alasan bertentangan dengan kepercayaan
aliran agama mereka. Dokter tetap melakukan tindakan transfusi agar pasien
selamat. Apakah prinsip bioetika yang menjadi dilema pada kasus di atas?
a. Benefincence – Autonomy
b. Autonomy – Justice
c. Non-Maleficence – Autonomy
d. Non-Maleficence – Beneficence
e. Justice – Non-Maleficence
Kaidah Dasar Bioetik (Beuchamp dan Childress 2001)

Beneficence

•Dokter mengupayakan yang “ Terbaik” untuk pasien


•Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik
•Contoh : Memberikan obat generik, menyempatkan edukasi ke
pasien, membuat rujukan yang dianggap perlu

Non-Maleficence

•First do no harm
•Melakukan tindakan penyelamatan nyawa (Life-Saving),
seperti operasi cito
•Dokter tidak melakukan tindakan yang membuat pasien
semakin buruk atau tidak menguntungkan
•Contoh : Menolak aborsi tanpa indikasi medis
Buku ajar Bioetik dan Hukum Kedokteran FKUI. 2005
Kaidah Dasar Bioetik (Beuchamp dan Childress 2001)
Autonomi

•Dokter menghormati harkat dan martabat manusia, terutama dalam


hak menentukan nasibnya sendiri.
•Pasien (yang kompeten) diberik hak untuk mempertimbangkan dan
berpikir secara logis, dan dokter menghargai keputusan yang dibuat
oleh pasien terhadaa dirinya sendiri.
•Contoh : Menjaga rahasia medis pasien, melakukan informed
consent

Justice

•Tindakan yang memegang prinsip sama rata, tidak membeda-


bedakan pasien dalam status apapun. Pasien dalam keadaan yang
sama, seharusnya mendapat perlakuan yang sama.
•Dokter yang menjunjung tinggi hukum dan menghormati hak
masyarakat walaupun harus mengorbankan hak personal pasien
tersebut.
Buku ajar Bioetik dan Hukum Kedokteran FKUI. 2005
69
Ny. Tifa, 32 tahun, dating berobat ke Puskesmas dengan keluhan bengkak pada
mata kanan. Dokter mengatakan bengkak disebabkan karena infeksi. Dokter
kemudian meresepkan obat dan pasien diperbolehkan pulang. Pasien bukan
merupakan anggota BPJS maupun asuransi kesehatan. Bagaimana cara pembayaran
pada kasus ini?
a. Non-kapitasi
b. INA-CBG
c. Out of Pocket
d. Reimbursement
e. Kapitas
69
Ny. Tifa, 32 tahun, datang berobat ke Puskesmas dengan keluhan bengkak pada
mata kanan. Dokter mengatakan bengkak disebabkan karena infeksi. Dokter
kemudian meresepkan obat dan pasien diperbolehkan pulang. Pasien bukan
merupakan anggota BPJS maupun asuransi kesehatan. Bagaimana cara pembayaran
pada kasus ini?
a. Non-kapitasi
b. INA-CBG
c. Out of Pocket
d. Reimbursement
e. Kapitas
Sistem Pembiayaan Jasa Kesehatan

● Fee for service/out of pocket : pembayaran jasa kesehatan berasal


dari uang pasien sendiri sesuai dengan besarnya pelayanan yang
diberikan oleh dokter.
● Kapitasi : sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang dilakukan di
muka berdasarkan jumlah tanggungan kepala per suatu daerah
tertentu dalam kurun waktu tertentu tanpa melihat frekuensi
kunjungan tiap kepala tersebut.
● Gaji : sang dokter akan menerima penghasilan tetap di tiap bulannya
sebagai balas jasa atas layanan kesehatan yang telah diberikan tanpa
melihat jenis layanan kesehatan yang diberikan.
● Sistem reimbursement: sistem penggantian biaya kesehatan oleh
pihak perusahaan

Berdasarkan layanan kesehatan yang dikeluarkan terhadap seorang pasien,


tetapi dana dikeluarkan oleh perusahaan yang menanggung biaya
kesehatan pasien (misalnya adalah asuransi).

Panduan Layanan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat JKN-KIS. 2018
Panduan Layanan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat JKN-KIS. 2018
Sistem INA-CBG

● Sistem Casemix yang di implementasikan di Indonesia saat


ini (Casemix/DRG : Diagnosis Related Group)
● Dasar pengelompakkan menggunakan :

○ ICD-10 Untuk diagnosis (14.500 kode)

○ ICD-9 Untuk Prosedur/Tindakan (7.500 kode)

Dikelompokkan menjadi 1.077 kode grup INA-CBG (789 kode rawat inap dan
288 rawat jalan )
● Pengelompokan (algoritme) dijalankan dengan
menggunakan Grouper

○ ICD-10 Untuk diagnosis (14.500 kode)

○ ICD-9 Untuk Prosedur/Tindakan (7.500 kode)

Dikelompokkan menjadi 1.077 kode grup INA-CBG (789 kode rawat inap dan
288 rawat jalan )

Panduan Costing Rumah Sakit dalam Penyusunan tariff INA-CBG. Kemenkes. 2017
70
dr. Yudistira ingin melakukan penelitian terkait Cerebral Salt Wasting Syndrome
(CSWS) pada sebuah daerah di kepulauan sebelah timur Indonesia. Dalam
penelitian, dokter kesulitan untuk mencari sampel, sehingga ia meminta bantuan
dari salah satu subjek untuk menghubungi temannya yang juga menderita penyakit
serupa. Teknik sampling apakah yang sesuai pada ilustrasi tersebut?
a. Simple Random Sampling
b. Cluster Random Sampling
c. Systematic Random Sampling
d. Stratified Random Sampling
e. Snowball Sampling
70
dr. Yudistira ingin melakukan penelitian terkait Cerebral Salt Wasting Syndrome
(CSWS) pada sebuah daerah di kepulauan sebelah timur Indonesia. Dalam
penelitian, dokter kesulitan untuk mencari sampel, sehingga ia meminta bantuan
dari salah satu subjek untuk menghubungi temannya yang juga menderita penyakit
serupa. Teknik sampling apakah yang sesuai pada ilustrasi tersebut?
a. Simple Random Sampling
b. Cluster Random Sampling
c. Systematic Random Sampling
d. Stratified Random Sampling
e. Snowball Sampling
Metode Sampling
Probability – Berdasarkan peluang

•Simple Random •Cluster Random


•Systematic Random •Multistage Random
•Stratified Random

Non probable – Tidak berdasarkan peluang

•Convenient/Accidental •Snowball
•Consecutive
•Purvosive

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Probability Sampling

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Probability Sampling
● Simple Random Sampling: pengambilan sampel secara acak sederhana → populasi
homogen yang kerangka sampelnya jelas.
● Stratified Random Sampling: dikelompokkan, lalu diambil beberapa bagian dari
kelompok itu (sesuai persentase) → Cocok untuk populasi heterogen →
dibagi jadi sub-populasi/strata.
● Cluster Random Sampling: populasi terbagi menjadi cluster dan dipilih cluster
secara acak. Terpilih beberapa cluster dari seluruh cluster yang ada. Cluster
dianalisis secara utuh.
● Multi Stage/Phase Random Sampling: sampling bertahap (bentuk kompleks dari
cluster) → using smaller and smaller sampling units at each stage
● Systematic Random Sampling: pengambilan acak dengan
metode tertentu (cth : nomor urut kelipatan 4)

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Non Probability Sampling

● Convenient/Accidental : Memilih siapa


yang “Kebetulan” ada
● Consecetive : Setiap yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi langsung
dijadikan sampel
● Purposive : Berdasarkan keputusan peneliti
semata (umumnya untuk uji kualitatif)
● Snowball : Satu subjek merekrut subjek
yang lain → Kasus langka

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Snowball Sampling

● Subjek yang sudah ditemukan merekrut subjek lainnya.


● Digunakan pada populasi tersembunyi yang sulit untuk diakses/kasus
langka
● Subjek tidak dipilih secara acak, rentan bias

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Analisis Soal

● Cerebral Salt Wasting Syndrome (CSWS) → (Penyakit yang cukup langka)


● Dokter meminta bantuan subjek/penderita (Responden pertama) untuk
merefer kepada temannya yang memiliki penyakit serupa

Cerebral salt wasting


(CSW) is a potential cause
of hyponatremia in the
setting of disease of the
central nervous system
(CNS). Cerebral salt
wasting is characterized by
hyponatremia with
elevated urine sodium and
hypovolemia.
1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014
2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Pilihan jawaban lain

● Simple random Sampling : pengambilan sampel secara acak sederhana → populasi homogen
yang kerangka sampelnya jelas
● Cluster random Sampling : populasi terbagi menjadi cluster dan dipilih cluster secara acak. Terpilih
beberapa cluster dari seluruh cluster yang ada.
● Systematic random Sampling : pengambilan acak dengan metode tertentu (misal urutan genap)
● Stratified random Sampling : dikelompokkan, lalu diambil beberapa bagian dari kelompok itu
(sesuai persentase) → Cocok untuk populasi heterogen

Keempat pilihan lain ini termasuk dalam Probability Sampling


71
dr. Susi sebagai dokter puskesmas desa di daerah Indonesia Timur memberikan
informasi mengenai cara menyusui yang baik dan benar kepada 20 ribu yang buta
huruf di salah satu desa. Dokter berharap setelah informasi tersampaikan, angka gizi
buruk pada balita di desa tersebut dapat ditekan. Bagaimana metode promosi
kesehatan yang tepat?
a. Leaflet
b. Film
c. Flyer
d. Booklet
e. Poster
71
dr. Susi sebagai dokter puskesmas desa di daerah Indonesia Timur memberikan
informasi mengenai cara menyusui yang baik dan benar kepada 20 ribu yang buta
huruf di salah satu desa. Dokter berharap setelah informasi tersampaikan, angka gizi
buruk pada balita di desa tersebut dapat ditekan. Bagaimana metode promosi
kesehatan yang tepat?
a. Leaflet
b. Film
c. Flyer
d. Booklet
e. Poster
Metode dan Media Promosi Kesehatan

Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. 2014


Metode dan Media Promosi Kesehatan

Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. 2014


Sasaran Promosi Kesehatan

Sasaran Primer

•Sasaran disesuaikan dengan permasalahan kesehatan suatu kelompok


•Contoh : Kesehatan ibu dan anak untuk ibu hamil, Kesehatan
reproduksi untuk usia subur

Sasaran Sekunder
•Diberikan misalnya kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat

Sasaran Tersier
•Sasaran kepada pembuat keputusan/penentu kebijakan (tingkat
pusat/daerah). Misalnya, dinas kesehatan daerah

Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. 2014


Metode Penyuluhan

Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. 2014


72
dr. Dalot, kepala Puskesmas Kecamatan, melakukan rekapitulasi jumlah pasien
bulanan. Jumlah peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar sebanyak 20.000 jiwa.
Tercatat rata-rata 3.000 orang berobat ke Puskesmas tersebut setiap bulannya. Bila
perhitungan kapitasi per orang adalah Rp 5.000,00.
Berapa jumlah anggaran kapitasi yang akan diterima Puskesmas setiap
bulannya?
A. Rp 50.000.000,00
B. Rp 100.000.000,00
C. Rp 115.000.000,00
D. Rp 85.000.000,00
E. Rp 15.000.000,00
72
dr. Dalot, kepala Puskesmas Kecamatan, melakukan rekapitulasi jumlah pasien
bulanan. Jumlah peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar sebanyak 20.000 jiwa.
Tercatat rata-rata 3.000 orang berobat ke Puskesmas tersebut setiap bulannya. Bila
perhitungan kapitasi per orang adalah Rp 5.000,00.
Berapa jumlah anggaran kapitasi yang akan diterima Puskesmas setiap
bulannya?
A. Rp 50.000.000,00
B. Rp 100.000.000,00
C. Rp 115.000.000,00
D. Rp 85.000.000,00
E. Rp 15.000.000,00
Tarif Kapitasi
● Tarif kapitasi merupakan besaran pembayaran perbulan yang dibayar di muka (di
awal bulan) oleh BPJS Kesehatan terhadap FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama) berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan
jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
● Yang termasuk dalam tariff kapitasi :
❑ Administrasi pelayanan

❑ Promotif dan preventif

❑ Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

❑ Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

❑ Obat dan bahan medis habis pakai

❑ Pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium


Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan. 2018
Tarif Kapitasi

Panduan LayananBagi Peserta BPJS Kesehatan. 2018


Analisis Kasus

● Peserta terdaftar 20.000 jiwa


● Kunjungan 3.000 jiwa → ini tidak ada kaitannya
● Kapitasi bulanan = 20.000 jiwa x Rp 5.000,00/jiwa =
Rp 100.000.000,00

Maka anggaran kapitasi yang didapatkan setiap bulannya


adalah Rp 100.000.000,00
73
dr. Rikki melakukan penelitian terhadap 600 pasien suspek glomerulonefritis akut post
streptokokal (GNAPS). 200 diantaranya mempunyai hasil titer ASTO (+) yang dianggap
baku emas. Dengan alat uji diagnostik baru didapatkan temuan 160 hasil positif pada
kelompok ASTO (+). Sementara pada subjek dengan ASTO (-), alat baru tersebut
memberikan hasil negatif sebesar 360 subjek.
Berapa PPV alat baru tersebut?
A. 95%
B. 90%
C. 80%
D. 66%
E. 54%
73
dr. Rikki melakukan penelitian terhadap 600 pasien suspek glomerulonefritis akut post
streptokokal (GNAPS). 200 diantaranya mempunyai hasil titer ASTO (+) yang dianggap
baku emas. Dengan alat uji diagnostik baru didapatkan temuan 160 hasil positif pada
kelompok ASTO (+). Sementara pada subjek dengan ASTO (-), alat baru tersebut
memberikan hasil negatif sebesar 360 subjek.
Berapa PPV alat baru tersebut?
A. 95%
B. 90%
C. 80%
D. 66%
E. 54%
Karakteristik Uji Diagnostik

● Sensitivitas :

❑ Jika seseorang mengidap suatu penyakit, seberapa sering pemeriksaan tersebut menunjukkan
hasil positif? (true positive rate)

❑ Tes dengan sensitivitas tinggi → bila hasilnya (-) , hampir dapat dipastikan orang tersebut
benarbenar tidak mempunyai penyakit tsb (cocok untuk screening)

● Spesifisitas

❑ Jika seseorang tidak mengidap suatu penyakit, seberapa sering pemeriksaan tersebut
menunjukkan hasil negatif? (true negative rate)

❑ Tes dengan spesifisitas tinggi → bila hasilnya (+), hampir dapat dipastikan orang tersebut
benar-benar memiliki penyakit tsb (cocok untuk penegakan Diagnosis)

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Sensitivitas dan Spesifisitas

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Karakteristik Uji Diagnostik

● PPV :

✔ If the test result is positive what is the probability that the patient actually has the disease?

✔ PPV yang tinggi menunjukkan tingginya probabilitas individu dengan uji yang (+) untuk
dinyatakan menderita penyakit

● NPV

✔ If the test result is positive what is the probability that the patient actually has the disease?

✔ PPV yang tinggi menunjukkan tingginya probabilitas individu dengan uji yang (+) untuk
dinyatakan menderita penyakit.

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Hubungan dengan Prevalensi
Hasil penelitian uji widal dalam diagnose demam tifoid
73. dr. Rikki melakukan penelitian terhadap 600 pasien suspek glomerulonefritis akut
post streptokokal (GNAPS). 200 diantaranya mempunyai hasil titer ASTO (+) yang
dianggap baku emas. Dengan alat uji diagnostik baru didapatkan temuan 160 hasil
positif pada kelompok ASTO (+). Sementara pada subjek dengan ASTO (-), alat baru
tersebut memberikan hasil negatif sebesar 360 subjek.
Berapa PPV alat baru tersebut?
A. 95%
B. 90%
C. 80%
D. 66%
E. 54%

Berapakah nilai spesifisitas dalam penelitian tersebut?


74
dr. Glenn melakukan penelitian untuk melihat penyebab gangguan penglihatan
di Kecamatan Sumedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katarak matur
menempati posisi pertama penyebab terganggunya fungsi penglihatan dengan
65%, diikuti gangguan refraksi (miopia) sebesar
30% ditempat kedua dan degenerasi macula serta glaukoma masing masing 2,5%.
Termasuk jenis penelitian apakah ilustrasi diatas?
A. Kohort Prospektif
B. Case Control
C. Eksperimental
D. Deskriptif
E. Kohort Retrospektif
74
dr. Glenn melakukan penelitian untuk melihat penyebab gangguan penglihatan di
Kecamatan Sumedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katarak matur
menempati posisi pertama penyebab terganggunya fungsi penglihatan dengan
65%, diikuti gangguan refraksi (miopia) sebesar
30% ditempat kedua dan degenerasi macula serta glaukoma masing masing 2,5%.
Termasuk jenis penelitian apakah ilustrasi diatas?
A. Kohort Prospektif
B. Case Control
C. Eksperimental
D. Deskriptif
E. Kohort Retrospektif
Desain Studi

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Studi Deskriptif
● Untuk mendeskripsikan karakteristik dari suatu populasi/fenomena tertentu
● Hanya mengamati saja, tidak ada “Perlakuan “terhadap subyek” → Bagian
dari observasional
● Contoh studi deskriptif :

⮚ Case Series

⮚ Case Report

⮚ Survey

1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014


2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Studi Observasional - Analitik
1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014
2. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-5. 2016
Kohort

•Terbagi menjadi 2 : Prospektif dan •Sangat baik menilai KAUSALITAS


Retrospektif •Relatif LAMA dan MAHAL
•Subjek diikuti untuk periode tertentu •Menghitung RELATIF RISK (RR)

Kasus Kontrol

•Retrospektif •Umum digunakan pada KASUS LANGKA


•Dapat melihat kausalitas •Menghitung ODDS RATIO (OR)

Potong Lintang (Cross-Sectional)

•Deskriptif, sewaktu •CEPAT dan MURAH


•HUBUNGAN (ASOSIASI) → Tidak ada •Menghitung Relatif Risk (RR)
KAUSALITAS
Pilihan jawaban lain

● Kohort Prospektif → Dimulai dari faktor resiko, lalu diikuti perjalanannya untuk
mengetahui outcomenya (Penyakitnya) → Sebab-akibat
● Case Control → dimulai dari kasus, lalu menelusur faktor resikonya ke belakang
● Eksperimental → ada intervensi dari peneliti
● Kohort Retrospektif → Dimulai dari penyakit pasien lalu mundur ke belakang
untuk mencari faktor risiko → Sebab-akibat
75
dr. Rizal merupakan seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan di RS.
Melawai, prakteknya sangat ramai karena ia adalah satu-satunya dokter penyakit
dalam di daerah tersebut dan pasien sangat cocok dengan obat yang diberikan.
Tetapi beberapa pasien mengeluh karena dokter tidak memberikan edukasi yang
baik dan sering berkata: “kalau mau cepat sembuh ya minum obatnya, ga perlu
banyak tanya!” kemudian pasien langsung minum obat tanpa bertanya kembali.
Hubungan dokter-pasien yang terjadi pada kasus ini adalah…
A. Paternalistik
B. Konsumeristik
C. Default
D. Mutuality
E. Surrender
Analisa Kasus
75
dr. Rizal merupakan seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan di RS. Melawai,
prakteknya sangat ramai karena ia adalah satu-satunya dokter penyakit dalam di
daerah tersebut dan pasien sangat cocok dengan obat yang diberikan. Tetapi beberapa
pasien mengeluh karena dokter tidak memberikan edukasi yang baik dan sering
berkata: “kalau mau cepat sembuh ya minum obatnya, ga perlu banyak tanya!”
kemudian pasien langsung minum obat tanpa bertanya kembali.
Hubungan dokter-pasien yang terjadi pada kasus ini adalah…
A. Paternalistik
B. Konsumeristik
C. Default
D. Mutuality
E. Surrender

Dokter lebih dominan dan pasien hanya menurut


Hubungan Dokter Pasien

● Paternalistik/ Priestly Model : doctor-centered, disease-centered, semua


ditentukan dokter (dokter dominan)
● Consumeristic : pasien memaksa dokter untuk patient-centered,
mengikuti keinginan pasien (pasien dominan)
● Default: dokter berusaha patient-centered, tapi pasien tidak mau. Seolah
pasien bilang "terserah dokter saja“
● Mutuality / Partnership (Collegial Model) = dokter dan pasien adalah mitra
→ share-decision making (kerjasama antara dokter dan pasien)

Buku ajar Bioetik dan Hukum Kedokteran FKUI. 2005


Pilihan Jawaban Lain

● Konsumeristik → pasien lebih dominan


● Default (Ada yang salah) → dokter berusaha
patient-centered, tapi pasien tidak mau
● Mutuality → kerja sama (shared-decision making)
● Surrender → tidak ada istilah ini

Anda mungkin juga menyukai