UKMPPD BATCH
AGUSTUS 2020
1
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan mata merah dan terasa nyeri.
Pasien merasa pandangan kabur, silau dan seperti melihat gambaran pelangi di sekitar
lampu. Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum TD 120/70 N:86x/menit, S:36,
RR 18x. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan injeksi konjungtiva (+), pupil midriasis, COA
dangkal, TIO palpasi n +2.
Terapi yang dapat diberikan pada pasien ini, kecuali?
a. Pilokarpin
b. Acetazolamid
c. KCl tablet
d. Atropin sulfat
e. Timolol
1
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan mata merah dan terasa nyeri.
Pasien merasa pandangan kabur, silau dan seperti melihat gambaran pelangi di sekitar
lampu. Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum TD 120/70 N:86x/menit, S:36,
RR 18x. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan injeksi konjungtiva (+), pupil midriasis, COA
dangkal, TIO palpasi n +2.
Terapi yang dapat diberikan pada pasien ini, kecuali?
a. Pilokarpin
b. Acetazolamid • Mata merah, visus turun, nyeri, penglihatan silau
c. KCl tablet dan seperti melihat pelangi → glaukoma akut
d. Atropin sulfat • Pupil midriasis, COA dangkal, TIO meningkat →
e. Timolol sudut tertutup
• Diagnosis → glaukoma akut sudut tertutup
Glaukoma Primary
1. Primary close
angle glaucoma
Close angle = akut
2. Primary open
Open angle angle glaucoma
= kronik
3. Glaukoma
Secondary sekunder
4. Glaukoma
kongenital
Kongenital 5. Normotension
glaukoma
Khurana Ophthalmology Normotension
glaukoma
Glaukoma akut sudut tertutup
• Peningkatan TIO mendadak
• Nyeri mata, lakrimasi, fotofobia
mual muntah, nyeri kepala, “halo”
• Tanda: edema kornea, COA dangkal,
sudut tertutup, pupil semi dilatasi, non reaktif
• Penunjang : Tonometri → TIO meningkat >21 mmHg
INGAT! Midriatikum
Gonioskopi
tidak boleh diberikan
Perimetri karena
Funduskopi menyebabkan
• Tx: Asetazolamid 500 mg, lanjut 4 x 250mg, KCl 0.5 gr 3x1, timolol dilatasi pupil → iris
0.5% 2x1 tetes, kortikosteroid topikal + AB, simptomatik, rujuk terdorong ke depan
• Definitif : iridektomi perifer/ iridotomi → sudut BMD
semakin tertutup
PPK IDI 2017
Pilihan Lain
a. Pilokarpin → miotikum → Iris ditarik mundur kebelakang, sehingga
sudut BMD dapat terbuka
b. Acetazolamid → lini pertama pengobatan glaukoma akut, mekanisme
kerja mengurangi produksi humor akuous
c. KCl tablet → diberikan untuk mencegah gangguan elektrolit akibat
acetazolamid
d. Atropin sulfat
e. Timolol → beta blocker yang berfungsi menurunkan produksi humor
akuous
2
Seorang laki-laki berusia 15 tahun datang bersama orang tuanya dengan keluhan
penglihatan kabur di kedua mata jika me!ihat tulisan di papan tulis. Pada
pemeriksaan ditemukan visus ODS 20/50, setelah dikoreksi dengan lensa S+1.00
C-2.50 x 90 visus ODS menjadi 20/20.
Manakah penyebab kelainan pada pasien?
A. Satu bayangan jatuh di depan retina, satu di belakang
B. Keduanya berada di belakang retina
C. Keduanya di depan retina
D. Bayangan satu jatuh di depan retina, satunya tepat diretina
E. Bayangan satu jatuh di belakang retina, satunya tepat di retina
2
Seorang laki-laki berusia 15 tahun datang bersama orang tuanya dengan keluhan
penglihatan kabur di kedua mata jika me!ihat tulisan di papan tulis. Pada
pemeriksaan ditemukan visus ODS 20/50, setelah dikoreksi dengan lensa S+1.00
C-2.50 x 90 visus ODS menjadi 20/20.
Manakah penyebab kelainan pada pasien?
A. Satu bayangan jatuh di depan retina, satu di belakang
B. Keduanya berada di belakang retina
C. Keduanya di depan retina
D. Bayangan satu jatuh di depan retina, satunya tepat diretina
E. Bayangan satu jatuh di belakang retina, satunya tepat di retina
• Kasus mengarahkan ke gangguan refraksi
• Dari koreksi lensa S+1.00 C-2.50 x 90 →
diagnosis astigmat mixtus
Astigmatisme
Koreksi lensa pada soal
S+1.00 C-2.50 x 90
Central Retinal Artery Occlusion (CRAO) Central Retinal Vein Occlusion (CRVO)
• Aterosclerotic-related thrombus, emboli • Hiperviskositas darah, TIO ↑
• Riw amaurosis fugax, mendadak, tidak • Visus turun mendadak, tidak nyeri
nyeri
• Perdarahan difus seluruh kuadran →
• Retina berwarna pucat dengan cherry
splashed tomato, blood and thunder
red spot di sentral makula
• Branch → sesuai cabang arteri yang • Branch → flame hemorrhage, tidak
defek + edema lokal melewati midline
Khurana
Ophthalmology
Pilihan Lain
A. Central retinal vein occlusion
B. Central retinal artery occlusion → retina pucat, cherry red spot
C. Retinopati hipertensi → visus turun perlahan, AV crossing, AV wiring
D. Ablatio retina → defek lapangan pandang seperti tirai, floaters, fotopsia,
pada funduskopi gambaran tobacco dust
E. Retinopati Diabetikum → visus turun perlahan, riw DM, neovaskularisasi
4
Seorang perempuan berusia 44 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
mata perih, terasa ada yang mengganjal dan berair. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan injeksi konjungtiva (+)
dan penebalan konjungtiva bulbi (+). Pasien bekerja sebagai petani.
Tes apakah yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan ini?
a. Tes fenilefrin
b. Tes sonde
c. Tes konfrontasi
d. Anel test
e. Tes hirschberg
4
Seorang perempuan berusia 44 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
mata perih, terasa ada yang mengganjal dan berair. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan injeksi konjungtiva (+)
dan penebalan konjungtiva bulbi (+). Pasien bekerja sebagai petani.
Tes apakah yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan ini?
a. Tes fenilefrin
b. Tes sonde • Mata perih, terasa ada yang mengganjal dan
c. Tes konfrontasi berair → tanda iritasi pada mata
d. Anel test • Injeksi konjungtiva dan penebalan konjungtiva
e. Tes hirschberg bulbi, faktor risiko sering terpapar UV →
curiga pterygium
• Tes untuk membedakan pterygium dan
pseudopterygium → Tes sonde
Pterigium
• Jaringan fibrovaskular segitiga yang biasanya tumbuh dari nasal / temporal
dengan puncak di kornea
• Etiologi : Iritasi kronis karena debu, paparan UV, udara panas, genetik
• Gejala : tahap awal asimtomatik, atau tanda dry eye → mengganjal pada mata,
merah, berair. Tahap lanjut bisa mengganggu ketajaman penglihatan
• Tes sonde (Probe test) (-) : ujung sonde tidak kelihatan → pterygium
(+) : pseudopterygium
• Grade I : terbatas pada limbus kornea
• Grade II : melewati limbus kornea <2mm
• Grade III : melewati limbus kornea > 2mm
• Grade IV : melewati pupil
• Tx : artificial tears, ekstirpasi
Khurana Ophtalmology
5
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan air
mata mengalir terus menerus. Keluhan ini dirasakan setelah mengalami benturan
logam di bagian mata saat bekerja. Saat diperiksa tampak laserasi pada
palpebrae regio medial superior. Tampak adanya epiphora.
Tatalaksana awal yang tepat adalah
a. Rujuk Sp.M
b. Debridement
c. Jahit situasional
d. Suntik TT dan antibiotik
e. Kanalisasi
5
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan air mata
mengalir terus menerus. Keluhan ini dirasakan setelah mengalami benturan
logam di bagian mata saat bekerja. Saat diperiksa tampak laserasi pada
palpebrae regio medial superior. Tampak adanya epiphora.
Tatalaksana awal yang tepat adalah
A. Katarak traumatik
B. Katarak kongenital
C. Glaukoma kongenital
D. Subluksasio lensa
E. Dislokasi lensa
6
Seorang wanita berusia 16 tahun datang dengan keluhan penglihatan kabur sejak
3 hari lalu. Dari pemeriksaan fisis ditemukan bahwa pasien memiliki tinggi badan
melebihi normal dan jari jari tangan panjang serta sangat fleksibel. Pada
pemeriksaan diperoleh visus pada mata kanan dan kiri 2/60. Pada pemeriksaan
iluminasi oblik di temukan lensa tidak pada tempatnya.
Apakah diagnosa pasien? • Penurunan visus mendadak, lensa tidak
pada tempatnya → displacement lensa
• Tinggi, jari-jari panjang dan elastis →
A. Katarak traumatik marfan syndrome → zonula zinii rapuh
B. Katarak kongenital • Displacement lensa ada yang total →
C. Glaukoma kongenital dislokasi, dan sebagian → subluksasi
• Pada subluksasi, lensa hanya bergeser
D. Subluksasio lensa
sebagian sehingga ada tremorous lens
E. Dislokasi lensa • Sehingga dipilih dislokasi lensa karena soal
tidak mengarahkan spesifik
Displacement Lensa / Ectopia Lentis
• Etiologi : ruptur zonula zinii
• Faktor risiko : riwayat trauma, sindrom marfan
• Subluksasi : sebagian lensa bergeser tetapi masih berada di ruang lensa
• Luksasi atau Dislokasi : sepenuhnya berada di luar fossa hyalois, bisa dislokasi ke anterior
atau posterior (cairan vitreus)
• Klinis: visus turun, diplopia, iridodonesis, tremorous lens
• Komplikasi : glaukoma, kebutaan, perubahan bias yang signifikan
American Academy of Ophthalmology. Cataract/Anterior Segment: Ectopia lentis Practicing Ophthalmologists Learning System, 2017 -
2019 San Francisco: American Academy of Ophthalmology, 2017.
Pilihan Lain
A. Katarak traumatik → ada gambaran stellata, riwayat trauma (+)
B. Katarak kongenital → < 1 tahun, terkait infeksi rubella
C. Glaukoma kongenital → buphthalmos, kornea > 13mm
D. Subluksasio lensa → sebagian lensa bergeser
E. Dislokasi lensa
7
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang dengan keluhan sulit membaca
tulisan di papan tulis. Dari pemeriksaan didapatkan visus OD 2/100 dikoreksi
dengan S+5.00 C -2.00 x 180 menjadi 2/60. Visus 2/200 dikoreksi dengan S
+5.50 C -2.00 x 180 menjadi 2/50. riwayat penggunaan kacamata sebelumnya
disangkal.
Apa diagnosis yang paling tepat?
a. Ambliopia deprivasi
b. Ambliopia anisometrop
c. Ambliopia isoametropia
d. Ambliopia strabismik
e. Compund hypermetrop astigmat
7
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang dengan keluhan sulit membaca
tulisan di papan tulis. Dari pemeriksaan didapatkan visus OD 2/100 dikoreksi
dengan S+5.00 C -2.00 x 180 menjadi 2/60. Visus 2/200 dikoreksi dengan S
+5.50 C -2.00 x 180 menjadi 2/50. riwayat penggunaan kacamata sebelumnya
disangkal.
Apa diagnosis yang paling tepat?
Khurana Ophthalmology
Pilihan Lain
a. Ambliopia deprivasi → contohnya akibat katarak kongenital
b. Ambliopia anisometrop → selisih gangguan refraksi hipermetrop > 1.00
D, Miopia > 3.00 D, Astigmat > 1.50 D
c. Ambliopia isoametropia
d. Ambliopia strabismik → akibat strabismus
e. Compund hypermetrop astigmat → visus normal setelah koreksi
8
Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang untuk kontrol ke Poliklinik umum
karena riwayat stroke beberapa hari yang lalu. Saat ini pasien datang dengan
keluhan melihat dobel terutama saat melirik ke kiri bawah, merasa pusing
sesudah mengalami penglihatan ganda.
Berdasarkan keluhan tersebut, otot mata kanan mana yang mengalami paralisis
pada pasien ini?
a. M. Rectus medialis
b. M. Rectus lateralis
c. M. Obliquus superior
d. M. Obliquus inferior
e. M. Orbicularis oculi
8
Seorang laki-laki berusia 70 tahun datang untuk kontrol ke Poliklinik umum
karena riwayat stroke beberapa hari yang lalu. Saat ini pasien datang dengan
keluhan melihat dobel terutama saat melirik ke kiri bawah, merasa pusing
sesudah mengalami penglihatan ganda.
Berdasarkan keluhan tersebut, otot mata kanan mana yang mengalami paralisis
pada pasien ini?
Goetz, Christopher G. Textbook of clinical neurology. 3rd ed. Philadelphia: Saunders; 2007.
Pilihan Lain
a. M. Rectus medialis → lihat gambar
b. M. Rectus lateralis → lihat gambar
c. M. Obliquus superior
d. M. Obliquus inferior → lihar gambar
e. M. Orbicularis oculi → lagophthalmus, tidak dapat menutup mata
dengan sempurna akibat paralisis N.7, juga sering terjadi pada pasien
dengan riwayat stroke
9
Seorang wanita 37 tahun mengeluh penglihatan terasa kabur, sejak 3 tahun yang
lalu. Keluhan terasa semakin kabur dan keluhan mata merah disangkal. Pasien
juga merasa semakin sering menabrak barang disekitarnya. Pemeriksaan visus
5/30, sulit dikoreksi, dan tidak membaik dengan pinhole. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal. TIO 20,6 mmHg. Refleks fundus (+), papil N. II batas tegas dengan
cup and disc ratio 0,6.
Apakah diagnosis pada kasus tersebut?
a. Hipertensi Okuli
b. Normotension glaucoma
c. Glaukoma fakomorfik
d. Glaukoma akut
e. Glaukoma sudut tertutup
9
Seorang wanita 37 tahun mengeluh penglihatan terasa kabur, sejak 3 tahun yang
lalu. Keluhan terasa semakin kabur dan keluhan mata merah disangkal. Pasien
juga merasa semakin sering menabrak barang disekitarnya. Pemeriksaan visus
5/30, sulit dikoreksi, dan tidak membaik dengan pinhole. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal. TIO 20,6 mmHg. Refleks fundus (+), papil N. II batas tegas dengan
cup and disc ratio 0,6.
Apakah diagnosis pada kasus tersebut?
a. Hipertensi Okuli • Mata kabur, sering menabrak barang →
b. Normotension glaucoma menandakan defek lapangan pandang
c. Glaukoma fakomorfik perifer “tunnel vision”
d. Glaukoma akut • CDR meningkat
e. Glaukoma sudut tertutup • TIO tidak meningkat (N: 11-21 mmHg) →
normotension glaucoma
Normotension glaukoma
• Lap pandang, optic disc terganggu • Penunjang :
• IOP normal Tonometri → mengukur TIO
• TX: turunkan IOP 30% Gonioskopi → sudut BMD
Perimetri → gang. Lapang pandang
Funduskopi → perubahan nervus optik
• DD/ Hipertensi Okuli
• IOP > 21 mmHg TANPA gangguan
lapangan pandang & optic disc
• DD/ POAG
• IOP > 21 mmHg + gangguan lapangan
pandang + optic disc
Khurana Ophtalmology
Pilihan Lain
a. Hipertensi Okuli → TIO meningkat tanpa disertai defek lap pandang &
tanpa kerusakan nervus optik
b. Normotension glaucoma
c. Glaukoma fakomorfik → glaukoma sekunder akibat katarak imatur
d. Glaukoma akut → di soal tidak ada tanda akut (nyeri, peningkatan TIO
mendadak, mual muntah, kornea edem)
e. Glaukoma sudut tertutup → sama dengan glaukoma akut
10
Seorang pria usia 40 tahun datang ke UGD akibat terkena air aki pada mata
kirinya 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat kejadian dilakukan pertolongan
pertama dengan menyemprotkan air keran selama setengah jam. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan visus menurun, kemosis, injeksi konjunvtiva serta
edema kornea.
Penatalaksanaan yang paling tepat adalah?
Tx:
Anestesi topikal, irigasi minimal 30 menit dengan 2L saline, steroid,
AB profilaksis, double eversi bola mata
RUJUK
Khurana Ophthalmology , PPK IDI 2017,
Pilihan Lain
a. Tetes pantokain - Irigasi 2L - debridemen - siklopegik – antibiotik salep
b. Tetes pantokain - irigasi 2L - debridemen – manajemen TIO →
kurang tepat
c. Tetes pantokain - Irigasi 2L – debridemen – siklopegik → kurang tepat
d. Irigasi 2L – debridemen - awasi TIO → kurang tepat
e. Irigasi 2L – debridemen - salep mata → kurang tepat
11
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kelopak
mata akibat tersayat batang pohon 30 menit yang lalu. Keluhan disertai dengan
bengkak dan kemerahan pada kelopak mata, namun tidak terdapat gangguan
penglihatan. Pada pemeriksaan didapatkan laserasi pada kelopak mata bagian
lateral 1cm kedalaman sampai dermis namun tidak sampai mengenai bola mata,
tidak didapatkan gangguan penglihatan.
Komplikasi akut yang dapat terjadi pada pasien diatas adalah, kecuali…
a. Trichiasis
b. Entropion
c. Lagoftalmus
d. Keratopathy
e. Uveitis
11
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kelopak
mata akibat tersayat batang pohon 30 menit yang lalu. Keluhan disertai dengan
bengkak dan kemerahan pada kelopak mata, namun tidak terdapat gangguan
penglihatan. Pada pemeriksaan didapatkan laserasi pada kelopak mata bagian
lateral 1cm kedalaman sampai dermis namun tidak sampai mengenai bola mata,
tidak didapatkan gangguan penglihatan.
Komplikasi akut yang dapat terjadi pada pasien diatas adalah, kecuali…
a. Nevus pigmentosus
b. Lentigo solaris
c. Kondiloma akuminata
d. Keratosis seboroik
e. Melanoma maligna
12
Seorang wanita usia 72 tahun, datang ke Puskesmas karena khawatir adanya
bercak kecoklatan di punggungnya yang membesar sejak 2 tahun lalu. Bercak
tidak disertai gatal dan tidak mudah berdarah. Tidak ada riwayat tumor atau
keganasan di keluarganya. Pada status lokalis ditemukan nodul hiperpigmentasi
berbatas tegas, berukuran 2,5x2,5 cm, immobile, permukaan verukosa, ulkus (-).
Apakah diagnosis yang paling mungkin dari kasus diatas?
a. Nevus pigmentosus
• Bercak kecoklatan membesar 2 tahun, tidak
b. Lentigo solaris
mudah berdarah, ulkus (-) → progresifitas
c. Kondiloma akuminata lambat, singkirkan keganasan
d. Keratosis seboroik • Usia tua, nodul hiperpigmentasi, bercak batas
e. Melanoma maligna tegas, permukaan verukosa → keratosis
seboroik
Keratosis Seboroik
Epidemiologi : Usia dekade 5 ke atas
Gejala : Asimptomatik
Predileksi : Wajah, batang tubuh, ekstremitas atas
Effloresensi : plak verukosa, papul, nodul dengan hiperpigmentasi coklat
sampai dengan hitam, dengan skuama di atasnya
Ukuran : beberapa mm sampai cm
Penunjang : biopsi
Terapi : Tidak perlu diobati
Bedah listrik, cryosurgery, bedah laser → indikasi kosmetik
•
Penatalaksanaan :
Non medikamentosa : ganti popok lebih sering, gunakan pelembab sebelum memakai
popok
• Farmakoterapi : Ringan → krim protektif (zinc oxide/pantenol) atau kortikosteroid
lemah (hidrokortison 1-2.5%).
Terinfeksi kandida → nistatin atau derivat azol + zinc oxide
A. Methylprednisolon
B. Itrakonazol
C. Acyclovir
D. Kloksasilin
E. Valacyclovir
16
Laki-laki, 45 tahun, datang ke poliklinik dan didiagnosis dengan pemfigoid
bullosa. Dokter memberikan obat kortikosteroid oral. Beberapa hari kemudian
datang dengan demam dan keluhan adanya benjolan merah di bokong dan
keluar pus. Pemeriksaan fisik TD normal, RR normal, Nadi normal, suhu 38oC.
Pemeriksaan lokalis lesi dengan pus (+).
Pengobatan apakah yang sebaiknya diberikan kepada pasien?
Inflamasi folikel
Inflamasi pada Kumpulan furunkel
rambut + sekitarnya Beberapa furunkel
folikel rambut → → papul, vesikel, yang membentuk
ada rambut di yang tersebar
pustul dengan nodus bersupurasi
tengahnya eritema sekitarnya
PPK IDI
Tatalaksana Reaksi Kusta
-
Predileksi : wajah>> , leher, batang tubuh dan ekstremitas
Klinis : makula hipopigmentasi dengan skuama putih halus diatasnya (powdery white
-
scale)
Perjalanan penyakit
-
-
Penunjang : kerokan kulit TIDAK ditemukan jamur
Penatalaksanaan :
PPK PERDOSKI
Pilihan Lain
a. Salep takrolimus 0,1%
b. Clobetasol → kortikosteroid super poten, bukan pilihan terapi
c. Krim betametasone → kortikosteroid potensi sedang, bukan pilihan terapi
d. Fototerapi UVB → pilihan terapi untuk vitiligo. Membedakan vitiligo dengan
pitiriasis alba : vitiligo → hipopigmentasi putih kapur (chalky white), simetris,
tidak ada skuama
e. Terapi tunggal krim emolien → bukan pilihan terapi utama, diberikan
bersamaan dengan regimen terapi lain
21
Wanita 22 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan timbul bercak kemerahan
bersisik di daerah siku tangan kanan sejak 2 hari. Keluhan serupa juga pernah
dirasakan di bagian siku, lutut, dan telapak tangan serta biasanya
hilang timbul sejak 3 tahun belakangan. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Status dermatologis didapatkan gambaran plak eritematosa berbatas tegas
dengan skuama di siku kanan ukuran 4x4 cm.
Tatalaksana yang tepat untuk kasus tersebut adalah…
a. Terapi emolien dengan kombinasi kortikosteroid potensi sedang
b. Ultraviolet B Broadband
c. Ultraviolet B Narrowband
d. Metotreksat dengan kombinasi kortikosteroid
e. Siklosporin
21
Wanita 22 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan timbul bercak kemerahan
bersisik di daerah siku tangan kanan sejak 2 hari. Keluhan serupa juga pernah
dirasakan di bagian siku, lutut, dan telapak tangan serta biasanya
hilang timbul sejak 3 tahun belakangan. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Status dermatologis didapatkan gambaran plak eritematosa berbatas tegas
dengan skuama di siku kanan ukuran 4x4 cm.
Tatalaksana yang tepat untuk kasus tersebut adalah…
a. Terapi emolien dengan kombinasi
kortikosteroid potensi sedang • Bercak kemerahan bersisik, predileksi di
b. Ultraviolet B Broadband siku, lutut, hilang timbul → Psoriasis
c. Ultraviolet B Narrowband Vulgaris
d. Metotreksat dengan kombinasi • Terapi yang tepat → emolien +
kortikosteroid potensi sedang
kortikosteroid
e. Siklosporin
Psoriasis Vulgaris
-
-
Etiologi : genetik, autoimun
-
Faktor resiko : stress prikis, trauma ( fenomena Koebner), gangguan metabolik
Klinis: bercak eritem tegas sirkumskrip dengan skuama tebal berlapis-lapis, gatal
-
ringan
Predileksi : scalp, perbatasan dengan wajah, extremitas ekstensor, siku, lutut
-
Umumnya SCC (squamous cell carcinoma)
Faktor risiko : tidak disirkumsisi, STD, fimosis, condyloma acuminata, infeksi HIV, rokok,
-
poor genital hygiene
Klinis : tidak nyeri, tipe infiltrating → ada indurasi, tipe papiliferous → foul smelling
-
lesion
Penunjang : Biopsi → untuk periksa histopatologi
Pilihan Lain
A. Giemsa → donovanosis : beefy red, terdapat donovan bodies
B. Histo PA
C. Mikroskopik lapangan gelap → sifilis : ulkus dasar bersih, soliter, tidak
mudah berdarah
D. Gram → ulkus mole (chancroid) : ulkus dasar kotor, bergaung, mudah
berdarah nyeri
E. USG → umumnya pada kelainan testis seperti torsio testis
23
Ny. Tuti berusia 60 th P4A0 datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan di jalan lahir yang
dirasakan sejak dua bulan terakhir. Benjolan tersebut dirasakan menganggu, terutama bila
buang air kecil dan berjalan. Pemeriksaan fisik massa licin, 5 cm dari introitus vagina. Porsio
sondase 5 cm, panjang vagina 8 cm.
Diagnosis berdasarkan POP-Q System?
A. Prolaps Uteri I
B. Prolaps Uteri II
C. Prolaps Uteri III
D. Prolaps Uteri IV
E. Prolaps Uteri V
23
Ny. Tuti berusia 60 th P4A0 datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan di jalan lahir yang
dirasakan sejak dua bulan terakhir. Benjolan tersebut dirasakan menganggu, terutama bila
buang air kecil dan berjalan. Pemeriksaan fisik massa licin, 5 cm dari introitus vagina. Porsio
sondase 5 cm, panjang vagina 8 cm.
Diagnosis berdasarkan POP-Q System?
Madhu C, et al. How to use the Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) system. Neurourology and Urodynamics Vol 37 : 56. 2018.
Pilihan Lain
A. Prolaps Uteri I → tidak tepat
B. Prolaps Uteri II → tidak tepat
C. Prolaps Uteri III
D. Prolaps Uteri IV → tidak tepat
E. Prolaps Uteri V → tidak ada grade V
24
Pasien perempuan G1P0A0 hamil 25 minggu datang dengan keluhan badan lemah. Pasien
merasa mudah lelah saat beraktivitas. Pasien mengeluhkan kepala pusing dan pandangan
berkunang-kunang. Pasien pernah dirawat sebelumnya karena muntah berlebihan pada
awal kehamilan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 8,6 Ferritin 5 TIBC 150.
Apa terapi yang tepat?
Kemenkes. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar rujukan
Anemia Defisiensi Besi
Etiologi Gejala
Patofisiologi Pemeriksaan
● Iron depleted state ● Zat besi serum rendah
● Iron deficient erythropoiesis ● Ferrritin rendah
● TIBC tinggi
● Iron deficiency anemia
● Transferin meningkat
Anemia Megaloblastik (def asam folat)
Etiologi Gejala
● Kurang intake : diet kurang, muntah Lesu, anoreksia, glossitis,
● Riwayat penyakit ginggivitis, emesis, diare
● Penggunaan asam folat meningkat
Pemeriksaan
● Ditemukan megaloblas dalam darah / sumsum tulang
● ADT : makrositer hiperkrom
● Hipersegmentasi granulosit & PMN
● Gold standard: kadar serum folat absorption test
Tatalaksana
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Komplikasi
Kehamilan Persalinan Janin
a) Abortus (keguguran) • Gangguan his a) KJDR
b) Partus prematurus • KPD b) Berat bayi lahir
c) IUGR rendah
• Kala II lama
d) Ancaman
• Retensio plasenta c) Kelahiran dengan
dekompensasi kordis (Hb<
6 gr%)
anemia
e) Molahidatidosa Nifas d) Cacat bawaan
f) Mudah terjadi infeksi • Subinvolusi e) Mudah terinfeksi
g) Hiperemesis • Infeksi sampai kematian
gravidarum • ASI << perinatal
h) Perdarahan • Dekompensasi f) Inteligensi rendah.
kordis
Pernoll M.L. Medical and surgical complications during pregnancy :Hematologic disorders. In : Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics
&gynecology. 10th edition. New York : McGraw-Hill Medical Publishing Division, 2001; 435-8
Pilihan Lain
A. Android
B. Ginekoid
C. Platypeloid
D. Antropoid
E. Promontorium
25
Seorang perempuan usia 28 tahun, G1P1A0 Usia kehamilan 36 minggu datang ke poli
kandungan untuk melakukan ANC. Pasien ingin berkonsultasi tentang cara persalinannya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, denyut nadi 88 x/menit,
frekuensi nafas 16 x/menit dan suhu 37,5°C. Panggul diameter transversal lebih panjang
sedikit dan diameter anteroposterior.
Disebut apakah bentuk panggul tersebut?
A. Android
B. Ginekoid
C. Platypeloid • Diameter transversal > diameter AP → platypeloid
D. Antropoid
E. Promontorium
Jenis Panggul
Ginekoid :
diameter AP = transversal
Android :
segitiga (AP=transversal)
Antropoid :
diameter AP > transversal
Platipelloid :
diameter transversal > AP
Pilihan Lain
a. Konjuntivitis bayi
b. KPD
c. Uretritis
d. Still birth
e. Abortus
27
Ny. Andien, perempuan, 25 tahun, G1P0A0, hamil 10 minggu, datang dengan keluhan
cairan di vagina yang telah terjadi sejak 1 minggu yang lalu. Karakteristik sekret berwarna
putih kekuningan dan berbusa. Dari pemeriksaan didapatkan mikroorganisme yang
bergerak cepat. Jika keluhan ini tidak diterapi, maka komplikasi yang dapat timbul
pada kehamilan pasien adalah
a. Konjuntivitis bayi
b. KPD • Pasien hamil disertai keluhan keputihan
c. Uretritis • Identifikasi penyebab keputihan → sekret
d. Still birth putih kekuningan berbusa, ada
e. Abortus mikroorganisme bergerak cepat →
Trichomonas vaginalis
• Komplikasi trikomoniasis → KPD
Trikomoniasis
Etiologi : Trichomonas vaginalis
Tanda dan gejala : Duh tubuh kuning kehijauan dan berbau, gatal, edema atau
eritema vagina, Strawberry cervix
Tatalaksana
Metronidazol 2 g PO SD atau 2 x 500 mg PO 7 hari
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Pilihan Lain
a. Konjuntivitis bayi → pada ibu yang menderita IMS gonorrhea / klamidia
b. KPD
c. Uretritis → bukan komplikasi trikomoniasis
d. Still birth → bukan komplikasi trikomoniasis
e. Abortus → bukan komplikasi trikomoniasis
28
Seorang perempuan berusia 30 tahun dengan G2P1A0 Usia kehamilan 28 minggu
mengeluh nyeri perut hilang timbul sejak 6 jam. Riwayat keluar darah bercampur
lendir (-), keluar air ketuban (-), nyeri dirasakan muncul sebanyak 2x/10 menit
selama 20-30 detik.
Terapi yang diberikan adalah?
a. Prednison
b. Evakuasi intrauterine
c. Nifedipine
d. Azithromycin
e. MgSO4
28
Seorang perempuan berusia 30 tahun dengan G2P1A0 Usia kehamilan 28 minggu
mengeluh nyeri perut hilang timbul sejak 6 jam. Riwayat keluar darah bercampur
lendir (-), keluar air ketuban (-), nyeri dirasakan muncul sebanyak 2x/10 menit
selama 20-30 detik.
Terapi yang diberikan adalah?
a. Prednison
b. Evakuasi intrauterine • Usia kehamilan 28 minggu → preterm
c. Nifedipine • Ada kontraksi uterus yang teratur →
d. Azithromycin mengarah ke partus prematurus iminens
e. MgSO4 • Terapi yang diberikan → tokolitik
• Pilihan tokolitik → nifedipin
Partus Prematurus Iminens
Tatalaksana
Tokolitik : Indometasin, Nifedipin, Terbutalin, Ritodrine, MgSO4, atosiban
Pematangan paru :
PEMERIKSAAN ANTIBODI
- Periksa IgG dulu → (+) → uji IgM
– IgM (+)/IgG (-): tes ulang 2 minggu kemudian dengan spesimen II
• Bila spesimen I diambil pada awal infeksi, maka spesimen II seharusnya IgG (+)
tinggi
• Bila IgG (-) dan IgM (+) pada kedua spesimen: positif palsu, pasien tidak terinfeksi
– IgM (+)/IgG (+): ambil spesimen II , uji di lab lain yang menggunakan metode
tes berbeda untuk konfirmasi
– IgM (+)/IgG (+) dan hamil: IgG avidity Test
Toksoplasmosis
Congenital Toxoplasmosis
First Trimester – often results in death
• Second Trimester – classic triad (Hydrocephalus, Intracranial calcifications,
Chorioretinitis)
• Third Trimester – often asymptomatic at birth
Symptoms may also include fever, IUGR, microcephaly, seizure, hearing loss,
maculopapular rash, jaundice, hepatosplenomegaly, anemia, and lymphadenopathy
TERAPI
• Trimester I dan II (sebelum 18 minggu gestasi) → DOC: Spiramisin 3x1 gram
• Trimester II akhir dan III → DOC: Pirimetamin/sulfadiazin + leucovorin sampai aterm
Pilihan Lain
A. Pemberian asam folat dosis tinggi → tidak tepat
B. Spiramycin + asam folat → tidak tepat
C. Spiramycin + sulfadiazine → tidak tepat
D. Primetamine + sulfadiazine
E. Sulfadiazine + spiramycin → tidak tepat
32
Wanita, 23 tahun, G1P0A0 hamil 10 minggu datang dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Darah keluar berwarna merah terang dan
bergumpal gumpal. Sekarang pasien merasa nyeri, tetapi telah berkurang. Pada
pemeriksaan didapatkan abdomen lemas, datar, pada inspekulo tampak darah
bergumpal dan jaringan. Setelah dibersihkan, tampak ostium uteri terbuka satu
jari, dengan jaringan di tengahnya.
Apa diagnosis pasien di atas?
A. Abortus imminens
B. Abortus insipien
C. Abortus inkomplit
D. Abortus komplit
E. Abortus sepsis
32
Wanita, 23 tahun, G1P0A0 hamil 10 minggu datang dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Darah keluar berwarna merah terang dan
bergumpal gumpal. Sekarang pasien merasa nyeri, tetapi telah berkurang. Pada
pemeriksaan didapatkan abdomen lemas, datar, pada inspekulo tampak darah
bergumpal dan jaringan. Setelah dibersihkan, tampak ostium uteri terbuka satu
jari, dengan jaringan di tengahnya.
Apa diagnosis pasien di atas?
• Perdarahan hamil muda → DD abortus,
A. Abortus imminens KET, mola hidatidosa
B. Abortus insipien • Riwayat keluar darah bergumpal, inspekulo
C. Abortus inkomplit tampak jaringan, ostium terbuka → abortus
D. Abortus komplit inkomplit
E. Abortus sepsis
Abortus
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Pilihan Lain
A. Abortus imminens → serviks tertutup, tidak ada ekspulsi jaringan
B. Abortus insipien → serviks terbuka, tidak ada ekspulsi jaringan
C. Abortus inkomplit
D. Abortus komplit → serviks terbuka/tertutup, ada ekspulsi seluruh jaringan
E. Abortus sepsis → disertai tanda sepsis, umumnya akibat abortus provokatis
dengan alat yang tidak steril
33
Ny. Endah, perempuan, usia 23 tahun dan sedang hamil datang ke dokter untuk
berkonsultasi dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium. Pasien saat ini
tidak dalam keluhan apapun. Pemeriksaan tanda vital dan status generalis dalam
batas normal. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil T3 dan T4 pasien
meningkat. TSH normal.
Diagnosis pada pasien ini adalah...
a. Hipertiroid
b. Hipotiroid
c. Subklinis hipertiroid
d. Subklinis hipotiroid
e. Normal pada wanita hamil
33
Ny. Endah, perempuan, usia 23 tahun dan sedang hamil datang ke dokter untuk
berkonsultasi dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium. Pasien saat ini
tidak dalam keluhan apapun. Pemeriksaan tanda vital dan status generalis dalam
batas normal. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil T3 dan T4 pasien
meningkat. TSH normal.
Diagnosis pada pasien ini adalah...
a. Pil kombinasi
b. Kondom
c. AKDR
d. Implan
e. Suntikan
34
Wanita 37 tahun, P4A0, datang ingin memakai KB. Semua anak sehat dan lahir
normal. Pasien merupakan penyandang HIV (+) yang baru terdiagnosis 1 minggu
yang lalu. Pasien kemudian disarankan untuk berkonsultasi mengenai jenis
kontrasepsi yang tepat untuk kondisinya.
Pilihan kontrasepsi yang dianjurkan adalah?
a. Pil kombinasi
b. Kondom
c. AKDR • Satu-satunya KB untuk mencegah IMS →
d. Implan metode barrier → kondom
e. Suntikan
Kontrasepsi
Kontrasepsi
Pilihan Lain
a. Pil kombinasi → tidak bisa mencegah IMS
b. Kondom
c. AKDR → tidak bisa mencegah IMS
d. Implan → tidak bisa mencegah IMS
e. Suntikan → tidak bisa mencegah IMS
35
Seorang wanita, 35 tahun, G4P3A0 hamil 40 minggu datang dengan keluhan
kencengkenceng. Keluar cairan dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu, cairan jernih.
Dari pemeriksaan didapatkan TFU 32 cm, his tiap 2 menit dengan lama sekitar 50
detik per kali his, pembukaan 6 cm, DJJ 146x/menit, dengan presentasi wajah
mentoanterior.
Apa tindakan selanjutnya yang harus dilakukan?
a. Rujuk untuk SC
b. Rujuk untuk dilakukan VE
c. Pimpin mengejan
d. Observasi kemajuan persalinan
e. Menunggu pembukaan lengkap lalu pimpin mengejan
35
Seorang wanita, 35 tahun, G4P3A0 hamil 40 minggu datang dengan keluhan
kencengkenceng. Keluar cairan dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu, cairan jernih.
Dari pemeriksaan didapatkan TFU 32 cm, his tiap 2 menit dengan lama sekitar 50
detik per kali his, pembukaan 6 cm, DJJ 146x/menit, dengan presentasi wajah
mentoanterior.
Apa tindakan selanjutnya yang harus dilakukan?
a. Rujuk untuk SC
b. Rujuk untuk dilakukan VE
c. Pimpin mengejan • Kata kunci utama: presentasi wajah
d. Observasi kemajuan persalinan mentoanterior
e. Menunggu pembukaan lengkap lalu • Presentasi wajah : dagu posterior → SC
pimpin mengejan dagu anterior → normal
Malpresentasi Malposisi
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Pilihan Lain
a. Rujuk untuk SC → dagu posterior
b. Rujuk untuk dilakukan VE → tidak tepat
c. Pimpin mengejan → tidak tepat, belum pembukaan lengkap
d. Observasi kemajuan persalinan → kurang tepat
e. Menunggu pembukaan lengkap lalu pimpin mengejan
36
Seorang wanita G1P0A1 dengan usia kehamilan 39 minggu datang ke UGD RS
yang diantar oleh bidan karena persalinan tidak maju. Sebelumnya pasien sudah
dipimpin mengedan selama 1 jam, tapi bayi tidak lahir. Dari hasil pemeriksaan:
tinggi badan 140 cm, lingkaran bundl (+), DJJ 160. Pemeriksaan
dalam: pembukaan lengkap. Kepala station -2, Moulage +3.
Apa kemungkinan penyebab hal tersebut?
a. Bayi besar
b. Panggul sempit
c. Atonia uteri
d. Hipotoni uteri
e. Maternal exhaustion
36
Seorang wanita G1P0A1 dengan usia kehamilan 39 minggu datang ke UGD RS
yang diantar oleh bidan karena persalinan tidak maju. Sebelumnya pasien sudah
dipimpin mengedan selama 1 jam, tapi bayi tidak lahir. Dari hasil pemeriksaan:
tinggi badan 140 cm, lingkaran bundl (+), DJJ 160. Pemeriksaan
dalam: pembukaan lengkap. Kepala station -2, Moulage +3.
Apa kemungkinan penyebab hal tersebut?
a. Bayi besar • Persalinan tidak maju → penyebab 3 P
b. Panggul sempit (power, passage, passenger)
c. Atonia uteri • TB 140 cm , kepala station -2, moulage +3
d. Hipotoni uteri → tanda disproporsi cephalopelvic
e. Maternal exhaustion • Semakin besar molase semakin besar
kemungkinan CPD
Persalinan lama
3P
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
Cephalopelvic Disproportion (CPD)
Molase
0: tulang –tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi
1: tulang-tulang kepa janin sudah saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih bisa
dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
Pilihan Lain
a. Bayi besar → tidak ada keterangan TBJ, faktor risiko tinggi badan mengarah ke
panggul sempit
b. Panggul sempit
c. Atonia uteri → perdarahan post partum, uterus teraba lembek
d. Hipotoni uteri → His tidak adekuat
e. Maternal exhaustion → tidak ada keterangan ibu kelelahan
37
Ny. I P1A1 berusia 25 tahun datang dengan keluhan tidak bisa menahan BAB.
Keluhan tidak disertai dengan demam, mual, dan muntah. Riwayat melahirkan 2
minggu lalu di dukun beranak. Pasien didiagnosis inkontinesia alvi karena fistula
rectovaginal. Apa kemungkinan penyebab kasus diatas?
a. Ruptur uterus
b. Ruptur serviks
c. Atonia Uteri
d. Robekan Perineum
e. Plasenta previa
37
Ny. I P1A1 berusia 25 tahun datang dengan keluhan tidak bisa menahan BAB.
Keluhan tidak disertai dengan demam, mual, dan muntah. Riwayat melahirkan 2
minggu lalu di dukun beranak. Pasien didiagnosis inkontinesia alvi karena fistula
rectovaginal. Apa kemungkinan penyebab kasus diatas?
a. Ruptur uterus
• Pasien dengan keluhan inkontinensia alvi
b. Ruptur serviks
karena fistula rectovaginal
c. Atonia Uteri
• Robekan perineum → merusak sfingter
d. Robekan Perineum
ani & mengakibatkan fistula →
e. Plasenta previa
inkontinensia
Robekan Perineum
Pilihan Lain
a. Ruptur uterus → perdarahan hebat, bagian janin teraba, lingkaran bundl
b. Ruptur serviks → menyebabkan perdarahan post partum
c. Atonia Uteri → perdarahan post partum, uterus teraba lembek
d. Robekan Perineum
e. Plasenta previa → perdarahan antepartum, tidak nyeri, darah merah segar
38
Perempuan, berusia 30 tahun dengan usia kehamilan 10 minggu datang ke
Puskesmas dengan keluhan mual dan muntah-muntah hebat sejak 2 hari yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 90/70 mmHg, denyut nadi
100 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit. Tampak mukosa bibir kering. Apakah
terapi medikamentosa yang termasuk ke dalam lini pertama untuk kasus pasien
ini?
a. Metoklopramide
b. Ondansetron
c. Doksilamin + piridoksin
d. Domperidon
e. Metilprednisolon
38
Perempuan, berusia 30 tahun dengan usia kehamilan 10 minggu datang ke
Puskesmas dengan keluhan mual dan muntah-muntah hebat sejak 2 hari yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 90/70 mmHg, denyut nadi
100 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit. Tampak mukosa bibir kering. Apakah
terapi medikamentosa yang termasuk ke dalam lini pertama untuk kasus pasien
ini?
• Mual muntah hebat < 16 minggu +
a. Metoklopramide
dehidrasi → hiperemesis gravidarum
b. Ondansetron
• Tentukan grading dengan melihat
c. Doksilamin + piridoksin
ketonuria, tanda syok, gangguan
d. Domperidon
kesadaran
e. Metilprednisolon
• Terapi lini pertama → doksilamin +
piridoksin
Hiperemesis Gravidarum
Pilihan Lain
a. Metoklopramide → bukan terapi lini pertama
b. Ondansetron→ bukan terapi lini pertama
c. Doksilamin + piridoksin
d. Domperidon → bukan terapi lini pertama
e. Metilprednisolon → bukan terapi lini pertama
39
Wanita 67 tahun bicara ngacau dan marah-marah sejak 1 jam lalu. Pemeriksaan di
IGD ditemukan perubahan derajat kesadaran fluktuatif, gelisah, mengigau, dan
sering lupa dengan orang sekitar. TD 200/120, GDS 300 mg/dl. Riwayat
hipertensi dan DM tak terkontrol. Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut
adalah
Skizofrenia katatonik
Skizofrenia hebefrenik
• Disorganisasi, perilaku tak bertanggung jawab, afek dangkal disertai cekikikan atau menyeringai (grimace), serta ungkapan yang
diulang-ulang
• Onset usia muda (15-25 tahun)
• Memenuhi kriteria skizofrenia namun tidak memenuhi kriteria ketiga tipe skizofrenia di atas
• Depresi setelah 1 tahun menderita skizofrenia, beberapa gejala skizofrenia masih ada namun tidak lagi menonjol
Skizofrenia residual
• Gejala negatif setelah 1 tahun menderita skizofrenia, dimana intensitas gejala nyata waham dan halusinasi sudah sangat berkur ang
Skizofrenia simpleks
• Gejala negatif seperti pada residual namun tidak didahului diagnosis skizofrenia sebelumnya (tanpa riwayat waham dan halusina si yang
jelas)
a. HbA1c
b. TTGO
c. GDP dan GD2PP
d. GDP dan HbA1c
e. Tidak perlu lab lanjutan
43
Seorang wanita 48 thn, datang ke dokter spesialis IPD untuk konsultasi hasil med
check up. Pasien bekerja di kantor sebagai sekretaris di perusahaan dan aktivitas
lebih banyak duduk di kantor. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh badan
terasa cepat lelah dan sering pusing. Keluhan lain tidak ada. Dari PF didapatkan TB
159 cm, BB 68 kg, TD 120/80, HR 88, RR 16, dan suhu afebris. Dari hasil lab
didapatkan GDS 161 mg/dL, kolesterol total 176 mg/dL, LDL 108 mg/dL, HDL 54
mg/dL, TG 201 mg/dL, dan asam urat 4,8 mg/dL. Apakah pemeriksaan lab yang
sebaiknya dilakukan pada pasien tersebut?
a. HbA1c
b. TTGO
c. GDP dan GD2PP
d. GDP dan HbA1c
e. Tidak perlu lab lanjutan
Seorang wanita 48 thn, datang ke dokter spesialis IPD untuk
konsultasi hasil med check up. Pasien bekerja di kantor
sebagai sekretaris di perusahaan dan aktivitas lebih banyak
duduk di kantor. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh
badan terasa cepat lelah dan sering pusing. Keluhan lain
tidak ada. Dari PF didapatkan TB 159 cm, BB 68 kg, TD
120/80, HR 88, RR 16, dan suhu afebris. Dari hasil lab
didapatkan GDS 161 mg/dL, kolesterol total 176 mg/dL, LDL
108 mg/dL, HDL 54 mg/dL, TG 201 mg/dL, dan asam urat 4,8
mg/dL. Apakah pemeriksaan lab yang sebaiknya dilakukan
pada pasien tersebut?
Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Seorang wanita 48 thn, datang ke dokter spesialis IPD untuk konsultasi hasil med check up.
Pasien bekerja di kantor sebagai sekretaris di perusahaan dan aktivitas lebih banyak duduk di
kantor. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh badan terasa cepat lelah dan sering pusing.
Keluhan lain tidak ada. Dari PF didapatkan TB 159 cm, BB 68 kg, TD 120/80, HR 88, RR 16, dan
suhu afebris. Dari hasil lab didapatkan GDS 161 mg/dL, kolesterol total 176 mg/dL, LDL 108
mg/dL, HDL 54 mg/dL, TG 201 mg/dL, dan asam urat 4,8 mg/dL. Apakah pemeriksaan lab
yang sebaiknya dilakukan pada pasien tersebut?
Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019
Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
44
Seorang laki-laki 38 tahun datang meminta untuk dilakukan medical check up. Selama
ini pasien tidak ada keluhan tetapi menjalani pola hidup yang cenderung tidak sehat.
Tidak pernah menjaga pola makan dan tidak berolahraga. Lebih banyak duduk di
kantor. Pasien takut terkena DM tipe 2, karena ibu dan kakak pasien DM (+). PF
normal, kecuali BB agak berlebih, 81 kg, TB 170 cm. GDP 119 mg/dL. Dianjurkan TTGO
dan hasil TTGO 137 mg/dL. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?
a. GDP terganggu
b. Toleransi glukosa terganggu
c. Hiperglikemia reaktif
d. DMT2
e. Normal glucose tolerance
44
Seorang laki-laki 38 tahun datang meminta untuk dilakukan medical check up. Selama
ini pasien tidak ada keluhan tetapi menjalani pola hidup yang cenderung tidak sehat.
Tidak pernah menjaga pola makan dan tidak berolahraga. Lebih banyak duduk di
kantor. Pasien takut terkena DM tipe 2, karena ibu dan kakak pasien DM (+). PF
normal, kecuali BB agak berlebih, 81 kg, TB 170 cm. GDP 119 mg/dL. Dianjurkan TTGO
dan hasil TTGO 137 mg/dL. Apakah diagnosis pada pasien tersebut?
a. GDP terganggu
b. Toleransi glukosa terganggu
c. Hiperglikemia reaktif
d. DMT2
e. Normal glucose tolerance
Seorang laki-laki 38 tahun datang meminta untuk dilakukan medical
check up. Selama ini pasien tidak ada keluhan tetapi menjalani pola
hidup yang cenderung tidak sehat. Tidak pernah menjaga pola makan
dan tidak berolahraga. Lebih banyak duduk di kantor. Pasien takut
terkena DM tipe 2, karena ibu dan kakak pasien DM (+). PF normal,
kecuali BB agak berlebih, 81 kg, TB 170 cm. GDP 119 mg/dL. Dianjurkan
TTGO dan hasil TTGO 137 mg/dL. Apakah diagnosis pada pasien
tersebut?
1. Adaptasi dari Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di
Indonesia. 2019
2. Adaptasi dari ADA (American Diabetes Association). 2020
Seorang laki-laki 38 tahun datang meminta untuk dilakukan
medical check up. Selama ini pasien tidak ada keluhan tetapi
menjalani pola hidup yang cenderung tidak sehat. Tidak pernah
menjaga pola makan dan tidak berolahraga. Lebih banyak duduk
di kantor. Pasien takut terkena DM tipe 2, karena ibu dan kakak
pasien DM (+). PF normal, kecuali BB agak berlebih, 81 kg, TB 170
cm. GDP 119 mg/dL. Dianjurkan TTGO dan hasil TTGO 137 mg/dL.
Apakah diagnosis pada pasien tersebut?
a. Ibuprofen
b. Methimazole
c. Propylthiouracil
d. Promanolol
e. Tidak perlu terapi
48
Wanita 42 tahun mengeluh jantung berdebar-debar, banyak keringat, tidak tahan panas, sering
BAB, dan BB turun sejak 2 minggu lalu. Pada awal sakit, pasien juga mengeluh nyeri di
tenggorokan dan leher disertai dengan dema, tetapi tidak terlalu tinggi. Dari PF didapatkan TD
120/80, HR 96 reguler, RR 18, suhu 36,8 celsius. Tidak ada eksoftalmos pada mata. Didapatkan
pembesaran difus pada kelenjar tiroid dan agak nyeri jika ditekan, bruit negatif. Kulit teraba
lembab. Lain-lain dbn. Lab: FT4 meningkat yaitu 4,56 (normal 0,7-1,9) ng/dL dan TSHs
menurun yaitu 0,01 (normal 0,5-4,5) mIU/L. Apa terapi medikamentosa yang tepat pada
pasien di atas?
a. Ibuprofen
b. Methimazole
c. Propylthiouracil
d. Promanolol
e. Tidak perlu terapi
Wanita 42 tahun mengeluh jantung berdebar-debar, banyak
keringat, tidak tahan panas, sering BAB, dan BB turun sejak 2
minggu lalu. Pada awal sakit, pasien juga mengeluh nyeri di
tenggorokan dan leher disertai dengan demam, tetapi tidak
terlalu tinggi. Dari PF didapatkan TD 120/80, HR 96 reguler, RR
18, suhu 36,8 celsius. Tidak ada eksoftalmos pada mata.
Didapatkan pembesaran difus pada kelenjar tiroid dan agak nyeri
jika ditekan, bruit negatif. Kulit teraba lembab. Lain-lain dbn. Lab:
FT4 meningkat yaitu 4,56 (normal 0,7-1,9) ng/dL dan TSHs
menurun yaitu 0,01 (normal 0,5-4,5) mIU/L. Apa terapi
medikamentosa yang tepat pada pasien di atas?
Kahaly GJ, Bartalena L, Hegedüs L, Leenhardt L, Poppe K, Pearce SH. 2018 European Thyroid Association
Guideline for the Management of Graves' Hyperthyroidism. Eur Thyroid J. 2018;7(4):167-186.
doi:10.1159/000490384
Akmal A, Kung J. Propylthiouracil, and methimazole,
and carbimazole-related hepatotoxicity. Expert Opin
Drug Saf. 2014;13(10):1397-1406.
doi:10.1517/14740338.2014.953796
49
Seorang laki-laki 51 tahun dengan keluhan benjolan di leher yang makin membesar sejak 1 tahun
lalu. Keluhan sulit menelan, sesak napas, dan suara serak tidak ada. Penurunan BB disangkal.
Keluhan jantung berdebar, banyak keringat, gemetaran, dan sering BAB juga disangkal. Dari PF
didapatkan kelenjar tiroid membesar, berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, batas tegas, ukuran
kanan 4x5 cm, kiri 3x3 cm, tidak nyeri tekan. Terdapat pembesaran KGB pada regio
submandibula kanan. Apa pemeriksaan lab inisial yang paling tepat dilakukan pada pasien
tersebut?
a. FT4
b.TSH
c. Tiroglobulin
d. FT4 dan TSH
e. FT4, TSH, dan tiroglobulin
49
Seorang laki-laki 51 tahun dengan keluhan benjolan di leher yang makin membesar sejak 1 tahun
lalu. Keluhan sulit menelan, sesak napas, dan suara serak tidak ada. Penurunan BB disangkal.
Keluhan jantung berdebar, banyak keringat, gemetaran, dan sering BAB juga disangkal. Dari PF
didapatkan kelenjar tiroid membesar, berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, batas tegas, ukuran
kanan 4x5 cm, kiri 3x3 cm, tidak nyeri tekan. Terdapat pembesaran KGB pada regio
submandibula kanan. Apa pemeriksaan lab inisial yang paling tepat dilakukan pada pasien
tersebut?
a. FT4
b.TSH
c. Tiroglobulin
d. FT4 dan TSH
e. FT4, TSH, dan tiroglobulin
Seorang laki-laki 51 tahun dengan keluhan benjolan di leher
yang makin membesar sejak 1 tahun lalu. Keluhan sulit
menelan, sesak napas, dan suara serak tidak ada. Penurunan BB
disangkal. Keluhan jantung berdebar, banyak keringat,
gemetaran, dan sering BAB juga disangkal. Dari PF didapatkan
kelenjar tiroid membesar, berbenjol-benjol, konsistensi kenyal,
batas tegas, ukuran kanan 4x5 cm, kiri 3x3 cm, tidak nyeri
tekan. Terdapat pembesaran KGB pada regio submandibula
kanan. Apa pemeriksaan lab inisial yang paling tepat dilakukan
pada pasien tersebut?
50
Pasien wanita 36 tahun datang ke RS dengan dehidrasi
karena penyakit gastrointestinal. Pasien mengalami muntah-
muntah hebat dan diare selama 4 hari terakhir. Saat datang
ke IGD, pasien mengalami henti jantung tanpa nadi. EKG
pasien terlampir sebagai berikut.
a. Magnesium sulfat
b. Amiodarone
c. Natrium bikarbonat
d. Kalsium klorida
e. Lidocaine
50
Pasien wanita 36 tahun datang ke RS dengan dehidrasi
karena penyakit gastrointestinal. Pasien mengalami muntah-
muntah hebat dan diare selama 4 hari terakhir. Saat datang
ke IGD, pasien mengalami henti jantung tanpa nadi. EKG
pasien terlampir sebagai berikut.
a. Magnesium sulfat
b. Amiodarone
c. Natrium bikarbonat
d. Kalsium klorida
e. Lidocaine
Adapted from ESC Guidelines for the management of patients with ventricular
arrhythmias and the prevention of sudden cardiac death. 2015
ADULT BRADYCARDIA
a. Amiodarone
b. Lidocaine
c. Verapamil
d. Vasopressin
e. Diltiazem
51
Laki-laki 56 tahun dibawa ke IGD dengan tidak sadarkan diri di rumah. Pasien dilakukan RJP dan di
intubasi, IV line pun terpasang. Saat tiba di IGD, tidak didapatkan denyut nadi dan pernapasan. Dari
monitor EKG didapatkan: Dokter jaga di IGD tersebut meminta untuk dilakukan defibrilasi 200 joule,
kemudian 300 joule, dilanjutkan 360 joule. Untuk memperbaiki curah jantung, Adrenalin IV iberikan dan
RJP tetap dilakukan. Menurut Saudara, obat apa yang tepat diberikan pada kondisi saat ini?
a. Amiodarone
b. Lidocaine
c. Verapamil
d. Vasopressin
e. Diltiazem
Laki-laki 56 tahun dibawa ke IGD dengan tidak sadarkan diri di
rumah. Pasien dilakukan RJP dan di intubasi, IV line pun
terpasang. Saat tiba di IGD, tidak didapatkan denyut nadi dan
pernapasan. Dari monitor EKG didapatkan: Dokter jaga di IGD
tersebut meminta untuk dilakukan defibrilasi 200 joule,
kemudian 300 joule, dilanjutkan 360 joule. Untuk
memperbaiki curah jantung, Adrenalin IV iberikan dan RJP
tetap dilakukan. Menurut Saudara, obat apa yang tepat
diberikan pada kondisi saat ini?
1
ADULT BRADYCARDIA
Emergency and Critical Care. Pocket Guide. ACLS Version (Eight edition). 2014
Adapted from link: https://ecgwaves.com/topic/conduction-defects-myocardial-ischemia-infarction/
54
Ny. Kacho Hui, 25 tahun, datang dengan keluhan kuning pada seluruh tubuh sejak 3
bulan yang lalu. Pasien mengeluh mual, muntah dan perut nyeri di kanan atas.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, RR
22x/menit, suhu 370C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, venektasi
dada (+), ascites (+), edema tungkai (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
SGOT dan SGPT meningkat moderat, bilirubin total 5,5 mg/dL (0.1 to 1.2 mg/dL),
bilirubin direk 2,5 mg/dL (< 0,3 mg/dL) dan Urobilinogen di urin (+). Dimanakah
kemungkinan letak kelainan pada pasien ini?
a. Prehepatik
b. Intrahepatik
c. Post hepatik
d. Prebilier
e. Postbilier
54
Ny. Kacho Hui, 25 tahun, datang dengan keluhan kuning pada seluruh tubuh sejak 3
bulan yang lalu. Pasien mengeluh mual, muntah dan perut nyeri di kanan atas.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, RR
22x/menit, suhu 370C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, venektasi
dada (+), ascites (+), edema tungkai (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
SGOT dan SGPT meningkat moderat, bilirubin total 5,5 mg/dL (0.1 to 1.2 mg/dL),
bilirubin direk 2,5 mg/dL (< 0,3 mg/dL) dan Urobilinogen di urin (+). Dimanakah
kemungkinan letak kelainan pada pasien ini?
a. Prehepatik
b. Intrahepatik
c. Post hepatik
d. Prebilier
e. Postbilier
Ny. Kacho Hui, 25 tahun, datang dengan keluhan kuning pada seluruh tubuh sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh
mual, muntah dan perut nyeri di kanan atas. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 88x/menit,
RR 22x/menit, suhu 370C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik, venektasi dada (+), ascites (+), edema
tungkai (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan SGOT dan SGPT meningkat moderat, bilirubin total 5,5 mg/dL
(0.1 to 1.2 mg/dL), bilirubin direk 2,5 mg/dL (< 0,3 mg/dL) dan Urobilinogen di urin (+).
a. Syok anafilaktik
b. Syok kardiogenik
c. Syok neurogenic
d. Syok hipovelemik
e. Syok septic
56
Ny. Sylva Zoldyk berusia 28 tahun datang ke rumah sakit mengeluh sesak nafas setalah
mendapatkan obat dari puskesmas. Sebelumnya pasien datang ke PKM karena demam batuk
dan pilek sejak 2 hari dan diberikan obat oleh dokter puskesmas. Beberapa saat setelah
meminum obat tersebut pasien mengatakan keluhan sesaknya muncul. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan TD 90/60 mmhg, nadi 110x/menit , RR 28x/m, suhu 37,5. Apakah
kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut adalah?
a. Syok anafilaktik
b. Syok kardiogenik
c. Syok neurogenic
d. Syok hipovelemik
e. Syok septic
Ny. Sylva Zoldyk berusia 28 tahun datang ke
rumah sakit mengeluh sesak nafas setalah
mendapatkan obat dari puskesmas.
Sebelumnya pasien datang ke PKM karena
demam batuk dan pilek sejak 2 hari dan
diberikan obat oleh dokter puskesmas.
Beberapa saat setelah meminum obat
tersebut pasien mengatakan keluhan sesaknya
muncul. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan TD 90/60 mmhg, nadi 110x/menit
, RR 28x/m, suhu 37,5.
a. Osteoarthritis
b. Fibromyalgia
c. Poliarthritis migrans
d. Rheumatoid Arthritis
e. Seronegative Spondiloarthropathy
57
Ny. Kaluto Zoldyck, 42 tahun, datang ke RS dengan keluhan utama berupa nyeri pada
pangkal jari-jari tangan. Keluhan dirasakan sejak 5 bulan terakhir dan berulang selama
2 tahun. Pasien juga mengatakan keluhan disertai kaku pada sendi. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 37C. Pada PF
didapatkan bengkak kemerahan pada sendi metacarpophalangeal. Dari pemeriksaan
Xray didapatkan osteopenia dan erosi dekat celah sendi.
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
a. Osteoarthritis
b. Fibromyalgia
c. Poliarthritis migrans
d. Rheumatoid Arthritis
e. Seronegative Spondiloarthropathy
• Pilihan A, pada OA akan ditemukan nyeri dan kaku pada
Ny. Kaluto Zoldyck, 42 tahun, datang ke RS dengan
weight bearing joint seperti panggul atau lutut.
keluhan utama berupa nyeri pada pangkal jari-jari
• Pilihan B, pada fibromyalgia akan ditemukan nyeri kronik pada tangan. Keluhan dirasakan sejak 5 bulan terakhir dan
beberapa bagian tubuh yang disertai rasa kaku. Pada berulang selama 2 tahun. Pasien juga mengatakan
fibromyalgia terdapat nyeri tekan pada sedikitnya 11 dari 18 keluhan disertai kaku pada sendi. Dari pemeriksaan
titik nyeri (tender points) pada tubuh. Selain itu fibromyalgia fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR
merupakan diagnosis eksklusi yang artinya hanya dapat 22x/mnt dan suhu 37C. Pada PF didapatkan bengkak
kemerahan pada sendi metacarpophalangeal. Dari
ditegakkan jika tidak ada penyebab yang lain yang mendasari.
pemeriksaan Xray didapatkan osteopenia dan erosi
• Pilihan C, polyarthritis migrans merupakan suatu gejala nyeri dekat celah sendi.
sendi yang berpindah-pindah yang biasanya dapat disebabkan Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
oleh demam rematik.
• Pilihan E, Seronegative spondiloatrhropathy merupakan
kelompok penyakit radang sendi yang mengenai sendi aksial
dan ekstremitas terutama bagian bawah, biasanya asimetris
dan tidak terkait dengan faktor rheumatoid. Yang termasuk ke
dalam kelompok penyakit ini antara lain ankylosing
spondylitis, psoriatic artritis, reactive artritis dan artritis pada
IBD
Adapted from link: https://www.hopkinsarthritis.org/arthritis-info/rheumatoid-arthritis/ra-
symptoms/#:~:text=The%20joints%20involved%20most%20frequently,also%20affected%20in%20many%20patients.
• Skor 6/lebih: definite RA.
• Faktor reumatoid: autoantibodi terhadap IgG Aydın SZ, Castillo-Gallego C, Nam J, et al. The new ACR/EULAR criteria for rheumatoid arthritis can
identify patients with same disease activity but less damage by ultrasound. Eur J Rheumatol.
2017;4(2):118-121. doi:10.5152/eurjrheum.2017.160091
Adapted link form
https://www.guidelinesinpractice.co.uk/musculos
keletal-and-joints-/people-with-suspected-
rheumatoid-arthritis-must-be-referred-
urgently/454323.article
Adapted link form
https://www.guidelinesinpractice.c
o.uk/musculoskeletal-and-joints-
/people-with-suspected-
rheumatoid-arthritis-must-be-
referred-urgently/454323.article
DMARD therapy : Methotrexate, Sulfasalazine,
Hidrokloroquin, Azathioprine
Singh JA, Saag KG, Bridges SL Jr, et al. 2015 American College of Rheumatology Guideline for the Treatment of Rheumatoid Arthritis. Arthritis Rheumatol. 2016;68(1):1-26.
doi:10.1002/art.39480
Adapted from link : https://arthritisaustralia.com.au/managing-arthritis/living-with-arthritis/pregnancy/
Kompetensi Dokter Umum
O’Dell J. et al. Rheumatoid Arthtritis in Imboden JB. et al. Current Diagnosis and Treatment Rheumatology. 3rd edition. 2013
58
Seorang laki-laki, usia 35 tahun datang membawa hasil lab dengan peningkatan
enzim hati ALT 180, AST 665, dan HbsAg (+). Pada pemeriksaan serologi lebih lanjut
didapatkan IgM anti HAV (+), IgM anti Hbc (-), IgG anti Hbc (+), HbeAg (+). Apakah
diagnosis pada pasien ini?
a. Ulkus gaster
b. Malory weis tear
c. Barrets esophagus
d. Refluks gastroesofageal
e. Kanker esofagus
59
Seorang wanita, 26 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan nyeri ulu hati
yang menjalar sampai ke tenggorokan, sering bersendawa, keluhan ini dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan konsumsi kopi 3 kali sehari. Hasil
pemeriksaan endoskopi adalah adanya gambaran ulkus pada bagian distal
esophagus. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. Ulkus gaster
b. Malory weis tear
c. Barrets esophagus
d. Refluks gastroesofageal
e. Kanker esofagus
Seorang wanita, 26 tahun datang ke
praktek dokter dengan keluhan nyeri
ulu hati yang menjalar sampai ke
tenggorokan, sering bersendawa,
keluhan ini dirasakan sejak 2 bulan
yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan
konsumsi kopi 3 kali sehari. Hasil
pemeriksaan endoskopi adalah adanya
gambaran ulkus pada bagian distal
esophagus. Apakah diagnosis yang
tepat pada pasien tersebut?
Moayyedi P, Lacy BE, Andrews CN, Enns RA, Howden CW, Vakil N. ACG and CAG Clinical Guideline: Management of Dyspepsia [published correction appears in Am J Gastroenterol. 2017
Sep;112(9):1484]. Am J Gastroenterol. 2017;112(7):988-1013. doi:10.1038/ajg.2017.154
60
Seorang perempuan berumur 50 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan utama
diare lebih dari 4 minggu, frekuensi lebih dari 3 kali disertai darah. Pasien juga
mengeluh nyeri perut, sariawan, nyeri sendi dan penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, ulserasi pada mulut,
konjunctiva palpebral pucat, teraba massa di abdomen di regio inguinal dextra,
peristaltic normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 gr/dL, leukosit
7000/mm3, LED 20 mm/jam, trombosit 200.000/mm3. Pemeriksaan penunjang
lainnya yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah ?
a. Colon in loop
b. Kolonoskopi
c. BNO3 posisi
d. Barium enema
e. USG abdomen
60
Seorang perempuan berumur 50 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan utama
diare lebih dari 4 minggu, frekuensi lebih dari 3 kali disertai darah. Pasien juga
mengeluh nyeri perut, sariawan, nyeri sendi dan penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, ulserasi pada mulut,
konjunctiva palpebral pucat, teraba massa di abdomen di regio inguinal dextra,
peristaltic normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 gr/dL, leukosit
7000/mm3, LED 20 mm/jam, trombosit 200.000/mm3. Pemeriksaan penunjang
lainnya yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah ?
a. Colon in loop
b. Kolonoskopi
c. BNO3 posisi
d. Barium enema
e. USG abdomen
Inflammatory Bowel Disease Guidelines. 2015
Inflammatory Bowel Disease Guidelines. 2015
SKIP LESSION
a. Rawat inap
b. Menurunkan TD hingga dibawah 180 mmHg
c. Menurunkan TD 25% dari MAP
d. Menunda menurunkan TD hingga melewati fase akut dari stroke
e. Segera menurunkan TD secepat mungkin
61
Tn. Ronaldo, 60 tahun, datang dengan keluhan sakit kepada dan mual muntah. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan TD 220/160 mmHg, Nadi : 100 x/menit, Laju napas :
22x/menit. Hasil pemeriksaan generalis, motorik dan sensorik dalam batas normal.
Pada pemeriksaan lab didapatkan kreatinin 1.2 mg/dL. Apakah tindakah yang paling
tepat dilakukan pada pasien tersebut?
a. Rawat inap
b. Menurunkan TD hingga dibawah 180 mmHg
c. Menurunkan TD 25% dari MAP
d. Menunda menurunkan TD hingga melewati fase akut dari stroke
e. Segera menurunkan TD secepat mungkin
62
Pasien, laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan rasa tak nyaman pada ulu hati
sejak 3 bulan lalu. Keluhan semakin lama semakin memberat dan akhir-akhir ini
pasien merasa cepat kenyang dan mual. Pasien adalah perokok berat dan
menderita hipertensi serta kolesterol tinggi namun tak berobat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan TD 160/100 mmHg. Tanda vital lain dalam batas normal. Hasil
pemeriksaan fisis abdomen teraba massa yang berdenyut di daerah epigastrium.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. Berry aneurism
b. Infark miokard
c. Aneurisma aorta abdominal
d. Ca gaster
e. Diseksi aorta abdominal
62
Pasien, laki-laki, 35 tahun datang dengan keluhan rasa tak nyaman pada ulu hati
sejak 3 bulan lalu. Keluhan semakin lama semakin memberat dan akhir-akhir ini
pasien merasa cepat kenyang dan mual. Pasien adalah perokok berat dan
menderita hipertensi serta kolesterol tinggi namun tak berobat. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan TD 160/100 mmHg. Tanda vital lain dalam batas normal. Hasil
pemeriksaan fisis abdomen teraba massa yang berdenyut di daerah epigastrium.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. Berry aneurism
b. Infark miokard
c. Aneurisma aorta abdominal
d. Ca gaster
e. Diseksi aorta abdominal
Abdominal aortic aneurysms. Nat Rev Dis Primers 4, 35 (2018).
https://doi.org/10.1038/s41572-018-0036-1
Computed Tomography Angiography (CTA)
Magnetic Resonance Angiography (MRA).
Intraarterial Digital Subtraction Angiography (IADSA)
Transcranial Doppler (TCD)
a. Labetalol 20 mg IV bolus
b. Diltiazem drip IV 5 mcg/kgbb/menit
c. Captopril 25 mg PO
d. Nicardipin drip 0.5 mcg/kgBB/menit
e. Amlodipin 10 mg PO
63
Tn. Miskin, 58 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sakit kepala dan mual-mual.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 220/140 mmHg, nadi
104x/menit, laju napas 20 x/menit. Pada pemeriksaan neurologis dalam batas
normal. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan ureum 30 mg/dL, dan kreatinin
1.0 mg/dL. Apakah terapi yang tepat pada pasien tersebut ?
a. Labetalol 20 mg IV bolus
b. Diltiazem drip IV 5 mcg/kgbb/menit
c. Captopril 25 mg PO
d. Nicardipin drip 0.5 mcg/kgBB/menit
e. Amlodipin 10 mg PO
64
Pasien laki-laki, 58 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 5 hari
yang lalu. Keluhan disertai mual, muntah, kaki bengkak, dan BAK sedikit. Pasien
mengaku dinyatakan sakit darah tinggi sejak 6 tahun yang lalu dan tidak rutin
minum obat. Pada pemeriksaan fisik nampak edema pada kedua tungkai.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 9 g/dL, ureum 200 mg/dL, dan kreatinin
: 11 mg/dL. Apakah komplikasi yang memungkinkan pada kondisi pasien tersebut?
•Convenient/Accidental •Snowball
•Consecutive
•Purvosive
1. Sudigdo Sastroasmoro. Menelusur Asas dan Kaidah. Evidence-Based Medicine. 2014
Probability Sampling
● Simple Random Sampling: pengambilan sampel secara acak
sederhana → populasi homogen yang kerangka
sampelnya jelas.
● Stratified Random Sampling: dikelompokkan, lalu diambil
beberapa bagian dari kelompok itu (sesuai persentase) →
Cocok untuk populasi heterogen → dibagi jadi sub-
populasi/strata.
● Cluster Random Sampling: populasi terbagi menjadi cluster
dan dipilih cluster secara acak. Terpilih beberapa cluster
dari seluruh cluster yang ada. Cluster dianalisis secara utuh.
● Multi Stage/Phase Random Sampling: sampling bertahap
(bentuk kompleks dari cluster) → using smaller and
smaller sampling units at each stage
● Systematic Random Sampling: pengambilan acak dengan
metode tertentu (cth : nomor urut kelipatan 4)
● Sensitivitas :
❑ Jika seseorang mengidap suatu penyakit, seberapa sering pemeriksaan tersebut menunjukkan
hasil positif? (true positive rate)
❑ Tes dengan sensitivitas tinggi → bila hasilnya (-) , hampir dapat dipastikan orang tersebut
benarbenar tidak mempunyai penyakit tsb (cocok untuk screening)
● Spesifisitas
❑ Jika seseorang tidak mengidap suatu penyakit, seberapa sering pemeriksaan tersebut
menunjukkan hasil negatif? (true negative rate)
❑ Tes dengan spesifisitas tinggi → bila hasilnya (+), hampir dapat dipastikan orang tersebut
benar-benar memiliki penyakit tsb (cocok untuk penegakan Diagnosis)
A. 95 / 135
68
Tn. Yang, 35 tahun, dibawa ke IGD karena mengalami KLL dan kehilangan
banyak darah sehingga harus segera dilakukan transfuse darah. Tetapi
keluarga pasien menolak karena alasan bertentangan dengan kepercayaan
aliran agama mereka. Dokter tetap melakukan tindakan transfusi agar pasien
selamat. Apakah prinsip bioetika yang menjadi dilema pada kasus di atas?
a. Benefincence – Autonomy
b. Autonomy – Justice
c. Non-Maleficence – Autonomy
d. Non-Maleficence – Beneficence
e. Justice – Non-Maleficence
68
Tn. Yang, 35 tahun, dibawa ke IGD karena mengalami KLL dan kehilangan
banyak darah sehingga harus segera dilakukan transfuse darah. Tetapi
keluarga pasien menolak karena alasan bertentangan dengan kepercayaan
aliran agama mereka. Dokter tetap melakukan tindakan transfusi agar pasien
selamat. Apakah prinsip bioetika yang menjadi dilema pada kasus di atas?
a. Benefincence – Autonomy
b. Autonomy – Justice
c. Non-Maleficence – Autonomy
d. Non-Maleficence – Beneficence
e. Justice – Non-Maleficence
Kaidah Dasar Bioetik (Beuchamp dan Childress 2001)
Beneficence
Non-Maleficence
•First do no harm
•Melakukan tindakan penyelamatan nyawa (Life-Saving),
seperti operasi cito
•Dokter tidak melakukan tindakan yang membuat pasien
semakin buruk atau tidak menguntungkan
•Contoh : Menolak aborsi tanpa indikasi medis
Buku ajar Bioetik dan Hukum Kedokteran FKUI. 2005
Kaidah Dasar Bioetik (Beuchamp dan Childress 2001)
Autonomi
Justice
Panduan Layanan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat JKN-KIS. 2018
Panduan Layanan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat JKN-KIS. 2018
Sistem INA-CBG
Dikelompokkan menjadi 1.077 kode grup INA-CBG (789 kode rawat inap dan
288 rawat jalan )
● Pengelompokan (algoritme) dijalankan dengan
menggunakan Grouper
Dikelompokkan menjadi 1.077 kode grup INA-CBG (789 kode rawat inap dan
288 rawat jalan )
Panduan Costing Rumah Sakit dalam Penyusunan tariff INA-CBG. Kemenkes. 2017
70
dr. Yudistira ingin melakukan penelitian terkait Cerebral Salt Wasting Syndrome
(CSWS) pada sebuah daerah di kepulauan sebelah timur Indonesia. Dalam
penelitian, dokter kesulitan untuk mencari sampel, sehingga ia meminta bantuan
dari salah satu subjek untuk menghubungi temannya yang juga menderita penyakit
serupa. Teknik sampling apakah yang sesuai pada ilustrasi tersebut?
a. Simple Random Sampling
b. Cluster Random Sampling
c. Systematic Random Sampling
d. Stratified Random Sampling
e. Snowball Sampling
70
dr. Yudistira ingin melakukan penelitian terkait Cerebral Salt Wasting Syndrome
(CSWS) pada sebuah daerah di kepulauan sebelah timur Indonesia. Dalam
penelitian, dokter kesulitan untuk mencari sampel, sehingga ia meminta bantuan
dari salah satu subjek untuk menghubungi temannya yang juga menderita penyakit
serupa. Teknik sampling apakah yang sesuai pada ilustrasi tersebut?
a. Simple Random Sampling
b. Cluster Random Sampling
c. Systematic Random Sampling
d. Stratified Random Sampling
e. Snowball Sampling
Metode Sampling
Probability – Berdasarkan peluang
•Convenient/Accidental •Snowball
•Consecutive
•Purvosive
● Simple random Sampling : pengambilan sampel secara acak sederhana → populasi homogen
yang kerangka sampelnya jelas
● Cluster random Sampling : populasi terbagi menjadi cluster dan dipilih cluster secara acak. Terpilih
beberapa cluster dari seluruh cluster yang ada.
● Systematic random Sampling : pengambilan acak dengan metode tertentu (misal urutan genap)
● Stratified random Sampling : dikelompokkan, lalu diambil beberapa bagian dari kelompok itu
(sesuai persentase) → Cocok untuk populasi heterogen
Sasaran Primer
Sasaran Sekunder
•Diberikan misalnya kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat
Sasaran Tersier
•Sasaran kepada pembuat keputusan/penentu kebijakan (tingkat
pusat/daerah). Misalnya, dinas kesehatan daerah
● Sensitivitas :
❑ Jika seseorang mengidap suatu penyakit, seberapa sering pemeriksaan tersebut menunjukkan
hasil positif? (true positive rate)
❑ Tes dengan sensitivitas tinggi → bila hasilnya (-) , hampir dapat dipastikan orang tersebut
benarbenar tidak mempunyai penyakit tsb (cocok untuk screening)
● Spesifisitas
❑ Jika seseorang tidak mengidap suatu penyakit, seberapa sering pemeriksaan tersebut
menunjukkan hasil negatif? (true negative rate)
❑ Tes dengan spesifisitas tinggi → bila hasilnya (+), hampir dapat dipastikan orang tersebut
benar-benar memiliki penyakit tsb (cocok untuk penegakan Diagnosis)
● PPV :
✔ If the test result is positive what is the probability that the patient actually has the disease?
✔ PPV yang tinggi menunjukkan tingginya probabilitas individu dengan uji yang (+) untuk
dinyatakan menderita penyakit
● NPV
✔ If the test result is positive what is the probability that the patient actually has the disease?
✔ PPV yang tinggi menunjukkan tingginya probabilitas individu dengan uji yang (+) untuk
dinyatakan menderita penyakit.
⮚ Case Series
⮚ Case Report
⮚ Survey
Kasus Kontrol
● Kohort Prospektif → Dimulai dari faktor resiko, lalu diikuti perjalanannya untuk
mengetahui outcomenya (Penyakitnya) → Sebab-akibat
● Case Control → dimulai dari kasus, lalu menelusur faktor resikonya ke belakang
● Eksperimental → ada intervensi dari peneliti
● Kohort Retrospektif → Dimulai dari penyakit pasien lalu mundur ke belakang
untuk mencari faktor risiko → Sebab-akibat
75
dr. Rizal merupakan seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan di RS.
Melawai, prakteknya sangat ramai karena ia adalah satu-satunya dokter penyakit
dalam di daerah tersebut dan pasien sangat cocok dengan obat yang diberikan.
Tetapi beberapa pasien mengeluh karena dokter tidak memberikan edukasi yang
baik dan sering berkata: “kalau mau cepat sembuh ya minum obatnya, ga perlu
banyak tanya!” kemudian pasien langsung minum obat tanpa bertanya kembali.
Hubungan dokter-pasien yang terjadi pada kasus ini adalah…
A. Paternalistik
B. Konsumeristik
C. Default
D. Mutuality
E. Surrender
Analisa Kasus
75
dr. Rizal merupakan seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan di RS. Melawai,
prakteknya sangat ramai karena ia adalah satu-satunya dokter penyakit dalam di
daerah tersebut dan pasien sangat cocok dengan obat yang diberikan. Tetapi beberapa
pasien mengeluh karena dokter tidak memberikan edukasi yang baik dan sering
berkata: “kalau mau cepat sembuh ya minum obatnya, ga perlu banyak tanya!”
kemudian pasien langsung minum obat tanpa bertanya kembali.
Hubungan dokter-pasien yang terjadi pada kasus ini adalah…
A. Paternalistik
B. Konsumeristik
C. Default
D. Mutuality
E. Surrender