Berdirinya Muhammadiyah
A. SEJARAH BERDIRINYA
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai
pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan
penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak
mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh
karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya
sebagai Khatib dan para pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat
sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung
ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman
bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut
maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh
pelosok tanah air.
Disamping memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan anak-anak,
beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai tahun 1918 beliau telah
mendirikan Sekolah Dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School
Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namanya menjadi Kweek School
Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan
akhirnya pada tahun 1930 namanya dirubah menjadi Mu`allimin dan Mu`allimat.
Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan Nama 'Aisyiyah
yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, Nyi Walidah Ahmad Dahlan Nyi Walidah Ahmad Dahlan
berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu
masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11,
Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang
Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi
Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga
tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab "Muhammad", yaitu nama nabi dan rasul Allah
yang terkhir. Kemudian mendapatkan "ya" nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi,
Muhamadiyah berarti "umat Muhammad saw." atau "pengikut Muhammad saw.", yaitu
semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. adalah hamba
dan pesuruh Allah yang terakhir.
Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi
munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan sunah, didirikan oleh K.H.
Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijah 1330 H, bertepatan 18 November 1912 Miladiyah di
kota Yogyakarta.
Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk
berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah
saw. dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, semata-mata demi
terwujudnya 'Izzul Islam wal muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan
hidup umat Islam sebagai realita.
Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah
mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah.
Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semula.
Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan untuk
menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw. kepada penduduk bumi-putra, dan
memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Hingga tahun 2000, terjadi tujuh kali perubahan redaksional maksud dan tujuan
Muhamadiyah. Dalam muktamarnya yang ke-44 yang diselenggarakan di Jakarta bulan Juli
2000 telah ditetapkan maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur
yang diridhai Allah SWT.
Usaha yang dilakukan Muhammadiyah pertama melalui pendidikan, yaitu dengan
mendirikan sekolah Muhammadiyah. Selain itu juga menekankan pentingnya pemurnian
tauhid dan ibadah, seperti: meniadakan kebiasaan menujuhbulani (Jawa: tingkeban), yaitu
selamatan bagi orang yang hamil pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Kebiasaan ini
merupakan peninggalan dari adat-istiadat Jawa kuno, biasanya diadakan dengan membuat
rujak dari kelapa muda yang belum berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur
dengan berbagai bahan lain, seperti buah delima, buah jeruk, dan lain-lain. Masing-masing
daerah berbeda-beda cara dan macam upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa
sama, yaitu dengan maksud mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada
dalam kandungan itu.
Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam sendiri, seperti
selamatan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman, dll yang dikenal
dengan manakiban. Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca Barzanji, yaitu suatu karya
puisi serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada Nabi Muhammad saw. yang
disalahartikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiyah menilai, ada kecenderungan
yang kuat untuk mengultusindividukan seornag wali atau nabi, sehingga hal itu
dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang disebut
"khaul", atau yang lebih populer disebut khal, yaitu memperingati hari dan tanggal kematian
seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan secara besar-
besaran terhadap arwah orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara
seperti ini oleh Muhammadiyah juga dipandang dapat mengerohkan tauhid.
Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam zikir yang hanya khusus dibaca pada malam Jumat
dan hari-hari tertentu adalah suatu bid'ah. Begitu juga ziarah hanya pada waktu-waktu
tertentu dan pada kuburan tertentu, ibadah yang tidak ada dasarnya dalam agama, juga harus
ditinggalkan. Yang boleh adalah ziarah kubur dengan tujuan untuk mengingat adanya
kematian pada setiap makhluk Allah.
Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam Islam sangat
dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran juga sangat dianjurkan dalam
Islam. Akan tetapi, jika di dalam berzikir dan membaca Alquran itu diniatkan untuk
mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasar pada ajaran agama,
oleh karena itu harus ditinggalkan. Demikian juga tahlilan dan selawatan pada hari kematian
ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid'ah yang mesti
ditinggalkan dari perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin
diusahakan oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid.
E. Perkembangan Muhammadiyah
Dalam usia hampir satu abad, alhamdulillah Muhammadiyah masih tegak berdiri dan terus
berkembang ke seluruh penjuru tanah air, bahkan di beberapan negara telah berdiri cabang
khusus seperti di Singapura, Jerman, Belanda, Australia, Mesir, dll. Dari segi kemajuan amal
usaha Muhamadiyah telah banyak berkembang, yang meliputi berbagai bidang kehidupan.
Dalam bidang keagamaan terlihat dalam upaya-upayanya, seperti terbentuknya Majlis Tarjih
(1927), yaitu lembaga yang menghimpun ulama-ulama dalam Muhammadiyah yang secara
tetap mengadakan permusyawaratan dan memberi fatwa-fatwa dalam bidang keagamaan,
serta memberi tuntunan mengenai hukum. Majlis ini banyak telah bayak memberi manfaat
bagi jamaah dengan usaha-usahanya yang telah dilakukan:
Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan contoh yang
telah diberikan Rasulullah saw.
Memberi pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari raya dengan jalan
perhitungan "hisab" atau "astronomi" sesuai dengan jalan perkembangan ilmu
pengetahuan modern.
Mendirikan mushalla khusus wanita, dan juga meluruskan arah kiblat yang ada pada
amasjid-masjid dan mushalla-mushalla sesuai dengan arah yang benar menurut
perhitungan garis lintang.
Melaksanakan dan menyeponsori pengeluaran zakat pertanian, perikanan, peternakan,
dan hasil perkebunan, serta amengatur pengumpulan dan pembagian zakat fitrah.
Memberi fatwa dan tuntunan dalam bidang keluarga sejahtera dan keluarga
berencana.
Terbentuknya Departemen Agama Republik Indonesia juga termasuk peran dari
kepeloporan pemimpin Muhammadiyah.
Tersusunnya rumusan "Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah",
yaitu suatu rumusan pokok-pokok agama Islam secara sederhana, tetapi menyeluruh.
Dengan usaha perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana ilmu agama dan ilmu
umum. Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama. Kini jumlah sekolah yang
didirikan telah mencapai ribuan serta ratusan perguruan tinggi
Pengusahaan dana bantuan hari tua, yaitu dana yang diberikan pada saat seseorang
tidak lagi bisa abekerja karena usia telah tua atau cacat jasmani.
Memberikan bimbingan dan penyuluhan keluarga mengenai hidup sepanjang tuntunan
Ilahi.
Menentang pemerintah Hindia Belanda yang mewajibkan pajak atas ibadah kurban.
Hal ini berhasil dibebaskan.
Pengadilan agama di zaman kolonial berada dalam kekuasaan penjajah yang tentu
saja beragama Kristen. Agar urusan agama di Indonesia, yang sebagian besar
penduduknya beragama Islam, juga dipegang oleh orang Islam, Muhammadiyah
berjuang ke arah cita-cita itu.
Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia. Pada tahun 1945 termasuk
menjadi pendukung utama berdirinya partai Islam Masyumi dengan gedung Madrasah
Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tempat kelahirannya.
Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia di kalangan umat
Islam Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam tablig-tablighnya,
dalam khotbah ataupun tulisan-tulisannya.
Pada waktu Jepang berkuasa di Indonesia, pernah seluruh bangsa Indonesia
diperintahkan untuk menyembah dewa matahari, tuhan bangsa Jepang.
Muhammadiyah pun diperintah untuk melakukan Sei-kerei, membungkuk sebagai
tanda hormat kepada Tenno Heika, tiap-tiap pagi sesaat matahari sedang terbit.
Muhammadiyah menolak perintah itu.
Ikut aktif dalam keanggotaan MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) dan menyokong
sepenuhnya tuntutan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia mempunyai
parlemen di zaman penjajahan. Begitu juga pada kegiatan-kegiatan Islam
Internasional, seperti Konferensi Islam Asia Afrika, Muktamar Masjid se-Dunia, dan
sebagainya, Muhammadiyah ikut aktif di dalamnya.
Pada saat partai politik yang bisa amenyalurkan cita-cita perjuangan Muhammadiyah
tidak ada, Muhammadiyah tampil sebagai gerakan dakwah Islam yang sekaligus
mempunyai fungsi politik riil. Pada saat itu, tahun 1966/1967, Muhammadiyah
dikenal sebagai ormaspol, yaitu organisasi kemasyarakatan yang juga berfungsi
sebagai partai politik.
1. Aisyiyah
12. Prof. Dr. H.M. Amien Rais/Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif (1995--2000)
Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam, bercita-cita dan bekerja untuk
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
1. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan
kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi
Muhammad saw., sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa
dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi.
3. Muhammadiyah bekerja untuk teraksananya ajaran-ajaran Islam yang meliuti bidang-
bidang: Akidah , Akhlak , Ibadah , Muamalah Duniawiyah
4. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah Islam yang murni, bersih dari gejala-
gejala kemusyrikan, bid'ah, dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran
Islam.
5. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman
kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan
manusia.
6. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah Saw.
tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
7. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya muamalat duniawiyat (pengolahan dunia dan
pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan
dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia
Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan
negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama
menjadikan suatu negara yang adil, makmur dan diridhai Allah SWT. Baldatun thayyibatun
wa rabbun ghafur.
ين
ِ َ أَ َرأَي
ْت الَّ ِذي ُي َك ِّذبُ ِبال ِّد
1. Ara-aital-ladzii yukadz-dzibu biddiin(i)
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama."
َ َف َو ْي ٌل لِ ْل ُم
َ ِّصل
ين
4. Fawailul(n)-lilmushalliin(a)
"Maka kecelakaanlah, bagi orang-orang yang shalat,"
ُون
َ صال ِت ِه ْم َساه َ الَّ ِذ
َ ْين ُه ْم َعن
5. Al-ladziina hum 'an shalaatihim saahuun(a)
"(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya."
ُون َ الَّ ِذ
َ ين ُه ْم ي َُراء
6. Al-ladziina hum yuraa-uun(a)
"orang-orang yang berbuat riya."