Anda di halaman 1dari 4

Hakikat Iman dan Tanda-Tandanya

KHUTBAH JUMAT PERTAMA

Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya iman itu tidak diperoleh hanya dengan berangan-
angan, tidak pula dengan berhias secara fisik, akan tetapi iman adalah apa yang terukir dan
tertanam di dalam hati. Dan bukti kejujuran iman itu adalah dengan mengerjakan
berbagai ketaatan dan menjauhi berbagai maksiat. Setiap orang bisa mengaku seorang
Muslim, bahkan lebih dari itu yaitu mengaku Mukmin. Setiap orang bisa mengucapkan
asyhadu allâ ilâha illallâh wa asyhadu anna muhammadar rasûlullâh. Orang-orang munafik
juga menyebut Allah Subhanahu wa Ta’ala , padahal mereka berada di neraka yang paling
dasar. Mereka datang kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengucapkan, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.” Mereka bersumpah
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya bahwa mereka beriman
kepada beliau, padahal sebenarnya mereka tidaklah demikian. Akan tetapi syahadat dan iman
mereka tidaklah bermanfaat bagi mereka dan mereka berada di neraka yang paling bawah, di
bawah orang-orang Musyrik, Atheis, Yahudi dan Nasrani. Karena syahadat dan iman
mereka tidak bersumber dari keyakinan dan keimanan, tidak pula karena sikap menerima dan
tunduk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian”
padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (Qs al-Baqarah/2:8)

Iman adalah akidah yang kokoh sebelum segala sesuatu. Iman itu membuahkan perkataan
yang baik dan amal shaleh. Iman juga menghasilkan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan Rasul-Nya, serta ikhlas dalam mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
mengikuti Rasul-Nya. Iman adalah kesungguhan, amalan, ketekunan, kesabaran, menahan
dan mencegah diri dari sesuatu disukai maupun yang tidak disukai semata-mata karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya iman memiliki tanda-tanda yang banyak. Allah
Subhanahu wa Ta’ala banyak menyebutkannya dalam al-Qur`ân dan Rasulullâh shallallahu
‘alaihi wa sallam banyak menyebutkannya dalam haditsnya. Di antara contohnya adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut


nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah-lah mereka
bertawakal. (yaitu) Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan serta
rezki (nikmat) yang mulia.” (Qs al-Anfâl/8:2-4)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman yang artinya,

“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat
ini?” adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka
merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka
dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan
mereka mati dalam keadaan kafir. Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik)
memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak
(juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? (Qs at-Taubah/9:124-126)

Wahai kaum Muslimin, demi Allah Subhanahu wa Ta’ala, adakah di antara kita yang
menyandang kedudukan ini? Adakah dari kita, ketika nama Allah Subhanahu wa Ta’ala
disebut, hatinya menjadi takut kemudian mengagungkan-Nya. Adakah  dari kita, ketika ayat-
ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dibacakan, imannya menjadi bertambah dan mereka merasa
gembira karena telah merasakan manisnya bisa membenarkan dan mengamalkan hukum-
hukumnya? Adakah dari kita yang mewujudkan tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala? hanya bersandar kepada-Nya serta tidak menggantungkan diri kepada selain-Nya?
Adakah dari kita yang mengerjakan shalat sesuai yang tuntutan agama, dengan cara menjaga
shalat itu dan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya? Adakah dari kita yang
menginfakkan sebagian rezekinya yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
dengan cara membayar zakat dan menutup kekurangan kaum kerabat dan orang-orang fakir
miskin?

Wahai  kaum Muslimin, marilah sejenak kita memikirkan keadaan saudara kita sesama
Muslim. Jika kita perhatikan keadaan mereka saat ini – tidak hanya di negeri ini saja- akan
tetapi di seluruh negara Islam, kita akan dapati mereka bukanlah Muslim dan Mukmin sejati,
kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mulai yang kaya
hingga yang miskin, mereka meremehkan (agama) dan tidak menunaikan hak-hak Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang menjadi kewajiban mereka sebagai hamba-Nya. Penyepelean
dalam perkara keimanan maupun keyakinan dan penyepelean dalam akhlak dan
pemeliharaanya. banyak umat Islam yang meremehkan masalah keimanan dan keyakinan
sebagaimana mereka juga  meremehkan masalah akhlak dan penjagaannya serta meremehkan
amalan. Mereka menyepelekan keimanan dan keyakinan karena sebagian umat Islam, terlebih
bagi orang yang pernah tinggal beberapa waktu di negeri kafir dan meneguk pemikiran
mereka yang telah terkontaminasi dan peradaban mereka yang palsu; kita dapati dalam hati
mereka ada keraguan terhadap berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya berupa
perkara-perkara ghaib. Mereka ragu-ragu dengan keberadaan malaikat, keberadaan jin, dan
kebenaran risalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan sebagian mereka ragu
dengan keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, keberadaan penciptanya sendiri.
Subhânallâh, mereka ragu dengan keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak merasa
ragu dengan keberadaan diri mereka. Padahal, orang yang ragu dengan keberadaan Allah
Subhanahu wa Ta’ala, seharusnya dia ragu dengan keberadaan dirinya dengan alasan karena
tidak satu pencipta pun selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagian kaum Muslimin
sekarang ini jika nama Allah Subhanahu wa Ta’ala disebut di sisinya, hatinya tidak bergetar
sedikit pun, seolah-olah sesuatu yang disebut di sisinya itu tidak lebih hanya sesuatu yang
membuat hati mereka takut. Apabila ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dibacakan kepada
mereka, iman mereka tidak bertambah, bahkan hatinya bertambah semakin kotor. Mereka
mengolok-olok ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersikap sombong  terhadap
hukum-hukumnya. Sebagian kaum Muslimin saat ini, tidak bertawakal kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, bahkan sebaliknya, mereka  bersandar pada sebab-sebab yang bersifat
serba materi secara utuh. Karena itulah, kita dapati mereka tidak mengikuti syariat Islam
dalam mencari rezeki. Mereka beranggapan bahwa cara-cara syar`i hanya akan
mempersempit pintu rezeki. Sehingga, mereka mencari rezeki dengan cara apapun, tidak
peduli itu halal atau haram. Sebagian umat Islam ada juga mencari keamanan dan
keselamatan dari musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala, hingga hal itu  mengakibatkan
mereka loyal kepada mereka pada sebagian perkara yang menyelisihi syariat. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,

‫ك‬َ ِ‫ َذل‬. ‫م‬ ْ ‫م َوأَ ْملَى لَ ُه‬ ْ ‫ل لَ ُه‬ َ ‫س َّو‬ َ ‫ان‬ُ َ‫الش ْيط‬ َّ ‫م ا ْل ُه َدى‬ ُ ‫ن لَ ُه‬
َ َّ‫هم ِ ّمن َب ْع ِد َم اتَبَي‬ ِ َ‫ين ا ْرتَدُّوا َعلَى أَ ْدب‬
ِ ‫ار‬ َ ‫إِنَّ الَّ ِذ‬
‫ف إِذَا‬ َ ‫ك ْي‬ َ ‫ َف‬. ‫م‬ ْ ‫ه‬ُ ‫س َرا َر‬ ْ ِ‫م إ‬ ُ َ‫هللا يَ ْعل‬ َ
ُ ‫ض ْاأل ْم ِر َو‬ ِ ‫ُم فِي بَ ْع‬ ْ ‫طي ُعك‬ ِ ‫س ُن‬ َ ‫هللا‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ه وا َم انَ َّز‬ ُ ‫ين َك ِر‬
َ ‫م َق الُوا لِلَّ ِذ‬ ْ ‫بِ أَنَّ ُه‬
َ‫حبَ ط‬ ْ َ‫ض َوانَ ُه َفأ‬ْ ‫هوا ِر‬ َ َ‫خط‬
ُ ‫هللا َو َك ِر‬ َ ‫س‬ ْ َ‫م اتَّبَ ُعوا َمآأ‬
ُ ‫ك بِأَنَّ ُه‬
َ ِ‫ َذل‬. ‫م‬ ْ ‫ه‬ ُ ‫م َوأَ ْدبَا َر‬
ْ ‫ه ُه‬ َ ‫جو‬ َ ِ‫مالَئ‬
ُ ‫ك ُة يَض ِْر ُبونَ ُو‬ َ ‫م ا ْل‬
ُ ‫تَ َو َّف ْت ُه‬
‫م‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬
ْ ُ َ ْ ‫ا‬‫م‬ ‫ع‬ َ ‫أ‬

“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk


itu jelas bagi mereka, setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan
memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka
(orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang
diturunkan Allah (orang-orang Yahudi), ‘Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa
urusan’, sedang Allah mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka)
apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan
punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa
yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu
Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. (Qs Muhammad/25-28)

Mereka adalah orang-orang yang berloyal kepada musuh-musuh Islam pada sebagian perkara
yang menyelisihi syariat. Mereka menempuh jalan yang menyimpang ini tiada lain karena
lemahnya tawakal mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kuatnya tawakal mereka
kepada selain-Nya. Mereka membela musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala habis-
habisan karena mereka kuat dalam hal materi. Mereka mengira segala sesuatu bisa mereka
raih. Mereka lupa bahwa yang menciptakan mereka lebih dahsyat kekuatannya dari pada
orang-orang yang mereka bela. Sesungguhnya kekuatan yang mereka kagumi dari musuh-
musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut bisa mereka dapatkan jika mereka mau
bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengerjakan sebab-sebab yang
menyebabkan datangnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara menegakkan
agama-Nya dan menerapkan syariat itu pada diri-diri mereka dan orang-orang yang loyal
kepada  mereka. Karena, jika mereka mengerjakan yang demikian, maka Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan bersama mereka. Dan siapa yang bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka
dia akan menang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ً ‫ما َواتِ َوالَفِي ْاأل َ ْرضِ إِنَّ ُه َكانَ َعلِي‬


‫ما َق ِدي ًرا‬ َ ‫الس‬
َّ ‫ى ٍء فِي‬
ْ ‫ش‬ ُ َ‫َو َما َكان‬
َ ‫هللا لِ ُي ْعجِ َز ُه ِمن‬

Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (Qs Fâthir/35:44)

Saat ini ada sebagian kaum Muslimin yang tidak menegakkan shalat dan tidak pula
menjaganya. Mereka tidak menunaikannya secara berjamaah, tidak menyempurnakan syarat-
syarat dan rukun-rukunnya serta kewajiban-kewajibannya. Mereka tidak memperhatikan
masalah thaharah, sudahkah mereka telah menyempurnakan thaharah itu ataukah belum.
Mereka tidak mengerjakan shalat tepat waktu, tidak pula menunaikannya dengan tuma`ninah,
baik ketika duduk, ruku`, maupun sujudnya. Bahkan sebagian mereka yang mengaku
Muslim, ada yang tidak melaksanakan shalat sama sekali, bahkan lebih dari itu, mereka
mengolok-olok orang-orang yang mengerjakan shalat. Ada juga sebagian kaum Muslimin
mereka yang pekerjaannya hanya mengumpulkan harta benda saja dan menahan diri mereka
untuk berinfak. Mereka tidak menunaikan zakat, sedekah maupun infak sama sekali kepada
orang-orang yang berhak. Mereka membelanjakan sebagian besar hartanya untuk hal-hal
yang tidak bermanfaat. Bahkan terkadang untuk sesuatu yang diharamkan Allah Subhanahu
wa Ta’ala.

‫ل‬ ُ ‫ أَ ُق ْو‬, ‫م‬ َ ‫ذك ِْر ا ْل‬


ِ ‫حكِ ْي‬ ِّ ‫ن ْاألَيَ اتِ َوال‬َ ‫ه ِم‬ِ ‫ما فِ ْي‬
َ ِ‫ُم ب‬
ْ ‫ي َوإِيَّاك‬ْ ِ‫ َونَ َف َعن‬, ‫م‬ ِ ‫ظ ْي‬ ِ ‫ن ا ْل َع‬ ِ ‫ي ا ْل ُق ْرا‬ْ ِ‫ُم ف‬ْ ‫ي َولَك‬ ْ ِ‫هللا ل‬
ُ ‫ك‬ َ ‫بَ ا َر‬
‫ه َو ا ْل َغ ُف ْو ُر‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ر‬
ُ ُ َّ ِ ُ ْ ُ َ ْ‫ف‬ِ ‫غ‬
ْ ‫ت‬ ‫اس‬ َ
‫ف‬ , ‫ب‬ ‫ن‬
ٍ ْ ِّ‫ذ‬
َ ‫ل‬ ‫ك‬
ُ ‫ن‬ ‫م‬ِ
ْ َ ْ ‫ن‬ ‫ي‬‫م‬ِ ‫ل‬
ِ ‫س‬ ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ة‬
ِ َ
‫ف‬ ‫ا‬‫ك‬َ ِ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ُم‬ ‫ك‬
َ ْ َ ْ َ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ي‬ ِ ‫ل‬َ ‫هللا‬ ‫ر‬ ‫ف‬
ِ ‫غ‬
ْ ‫ت‬ ‫س‬ َ ‫أ‬ ‫و‬ ‫َا‬
‫ذ‬ ‫ه‬َ ْ ِ‫َق ْول‬
‫ي‬
ْ ُ ُ َ ْ َ
‫م‬ ُ ‫ح ْي‬
ِ ‫ال َّر‬

KHUTBAH JUM’AT KEDUA

Kaum Muslimin rahimakumullâh,

Sesungguhnya kaum Muslimin saat ini berada dalam keadaan yang memprihatinkan. Dan
hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala -lah kita mengadu. Mereka menyia-nyiakan
kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan melampaui batas
terhadap hukum-hukum-Nya. Mereka juga menyepelekan syariat Allah Subhanahu wa
Ta’ala, melupakan dzikir kepada-Nya serta merasa aman dari siksa-Nya. Mereka
menyibukkan diri dengan urusan duniawi dan melalaikan tujuan hidupnya. Karena itulah
musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala dikuasakan atas mereka. Musuh-musuh Allah
Subhanahu wa Ta’ala menganggap mereka rendah dan hina serta mempermainkan mereka,
baik secara politik maupun ekonomi, hingga keadaan mereka menjadi seperti penggembala
yang meneriaki binatang yang tidak bisa mendengar kecuali panggilan dan teriakan saja.
Mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka tidak mengerti. Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râjiûn.

Anda mungkin juga menyukai