Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

SMF NEUROLOGI
RS BMC Bangli
2018-2019
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Kerja MIGRAIN
3. Pengertian Migren adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala
primer. Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama
4-72 jam. Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut,
intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik
yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan
fonofobia.
Migren bila tidak diterapi akan berlangsung antara 4-72 jam dan
yang klasik terdiri atas 4 fase yaitu fase prodromal (kurang lebih
25 % kasus), fase aura (kurang lebih 15% kasus), fase nyeri kepala
dan fase postdromal.
4. Anamnesis Suatu serangan migren dapat menyebabkan sebagian atau seluruh
tanda dan gejala, sebagai berikut:
a. Nyeri sedang sampai berat, kebanyakan penderita migren
merasakan nyeri hanya pada satu sisi kepala, hanya sedikit
yang merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.
b. Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
c. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
d. Saat serangan nyeri kepala penderita tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari.
e. Disertai mual dengan atau tanpa muntah.
f. Fotofobia dan atau fonofobia.
g. Apabila terdapat aura, paling sedikit terdapat dua dari
karakteristik di bawah ini:
 Sekurangnya satu gejala aura menyebar secara bertahap ≥5
menit, dan/atau dua atau lebih gejala terjadi secara berurutan.
 Masing-masing gejala aura berlangsung antara 5-60 menit
 Setidaknya satu gejala aura unilateral
 Aura disertai dengan, atau diikuti oleh gejala nyeri kepala
dalam waktu 60 menit.
Faktor Pencetus
a. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau
sebelumnya/ perubahan hormonal.
b. Puasa dan terlambat makan
c. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-
buahan,
d. mengandung MSG
e. Cahaya kilat atau berkelip.
f. Banyak tidur atau kurang tidur
g. Faktor herediter
h. Faktor psikologis: cemas, marah, sedih
5. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, tanda vital dalam batas
normal, pemeriksaan neurologis normal. Temuan-temuan yang
abnormal menunjukkan sebab-sebab sekunder, yang memerlukan
pendekatan diagnostik dan terapi yang berbeda
6. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan
pemeriksaan fisik umum dan neurologis.
Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi
kriteria B-D
b. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak
diobati atau tidak berhasil diobati).
c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik
berikut :
 Lokasi unilateral
 Kualitas berdenyut
 Intensitas nyeri sedang atau berat
 Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik
tangga).
d. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
 Nausea dan atau muntah
 Fotofobia dan fonofobia
e. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-
3 dan
b. transient ischemic attack harus dieksklusi
7. Diagnosis Banding  Tension Type Headache
 Nyeri kepala klaster
 Nyeri kepala servikogenik
8. Pemeriksaan penunjang a. Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi,
untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
b. CT scan kepala / MRI kepala (untuk menyingkirkan penyebab
sekunder)
Neuroimaging diindikasikan pada :
 Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup
penderita.
 Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis
pada migren.
 Pemeriksaan neurologis yang abnormal.
 Sakit kepala yang progresif atau persisten.
 Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria
migren tanpa aura atau hal-hal lain yang memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
 Defisit neurologis yang persisten.
 Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan
dengan gejala-gejala neurologis yang kontralateral.
 Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin.
 Gejala klinis yang tidak biasa.
9. Penatalaksanaan A. Terapi abortif migrain:
a. Abortif non spesifik : analgetik, obat anti-inflamasi non
steroid (OAINS)
b. Abortif spesifik : triptan, dihidroergotamin, ergotamin,
diberikan jika analgetik atau OAINS tidak ada respon.
Risiko medication overuse headache (MOH) harus dijelaskan
ke pasien, ketika memulai terapi migrain akut
 Analgetik dan OAINS
a. Aspirin 500-1000mg per 4-6 jam (Level of evidence:A).
b. Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam (A).
c. Parasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi migrain
akut ringan sampai sedang (B).
d. Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per hari dosis
tunggal.
 Antimuntah
a. Antimuntah oral atau per rektal dapat digunakan untuk
mengurangi gejala mual dan muntah dan meningkatkan
pengosongan lambung (B)
b. Metokloperamid 10mg atau donperidone 10mg oral dan
30mg rektal.
 Triptan
a. Triptan oral dapat digunakan pada semua migran berat jika
serangan sebelumnya belum dapat dikendalikan dengan
analgesik sederhana (A).
b. Sumatriptan 30mg, Eletriptan 40-80 mg atau Rizatriptan 10
mg (A).
 Ergotamin
Ergotamin tidak direkomendasikan untuk migrain akut (A).

B. Terapi profilaksi migrain:


 Prinsip umum :
 Obat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau
maksimum untuk meminimalkan efek samping.
 Obat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis
titrasi.
 Pilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi
komorbid pasien.
 Setelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan
secarabertahap.
 Beta bloker
 Propanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini
pertama (A).
 Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol 45- 200
mg/hari, dapat sebagai obat profilaksi alternatif (A)
 Antiepilepsi
 Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain
episodik dan kronik (A).
 Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi
migraine episodik (A).
 Antidepresi
Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain (B).
 Obat antiinflamasi non steroid
Ibuprofen 200 mg 2 kali sehari (B)
10. Edukasi 1. Terapi komprehensif migrain mencakup terapi akut dan
profilaksi, menejemen faktor pencetus dan gaya hidup melalui
strategi selfmanagement.
2. Self-management, pasien berperan aktif dalam menejemen
migrainnya.
o Self-monitoring untuk mengidentifikasi faktor2 yang
mempengaruhi migrainnya.
o Mengelola faktor pencetus secara efektif.
o Pacing activity untuk menghindari pencetus migrain.
o Menghindari gaya hidup yang memperburuk migrain.
o Teknik relaksasi.
o Mempertahankan sleep hygiene yang baik.
o Mampu mengelola stres.
o Cognitive restructuring untuk menghindari berfikir negatif.
o Communication skills untuk berbicara efektif tentang nyeri pada
keluarga.
3. Menggunakan obat akut atau profilaksi secara wajar.
11. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : bonam
12. Ingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis
15. Indikator Perbaikan klinis
16. Kepustakaan

Anda mungkin juga menyukai