Anda di halaman 1dari 6

PANDANGAN GEREJA KATOLIK

TERHADAP PENISTAAN AGAMA DI INDONESIA


Yullia Mintan 162869
Mahasiswa STKIP Widya Yuwana Madiun
I. Sejarah Agama di Indonesia
Berdasarkan sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama
keanekaragamaan agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India,
tiongkok, Portugal, Arab dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak
beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia. Hindu dan
Buddha telah dibawa ke Indonesia sekitar abad kedua dan abad keempat Masehi
ketika pedagang dari India datang ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi, membawa agama
mereka. Hindu mulai berkembang di pulau jawa pada abad ke lima Masehi dengan
kasta Brahmana yang memuja Siva. Pedagang juga mengembangkan ajarah Buddha
pada abad berikut lebih lanjut dan sejumlah ajaran Buddha dan Hindu telah
mempengaruhi kerajaan-kerajaan kaya, seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan
Sailendra. Sebuah candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur, telah dibangun oleh
Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama, begitu pula dengan candi Hindu,
Prambanan juga dibangun. Puncak kejayaan Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit, terjadi
pada abad ke-14 M, yang juga menjadi zaman keemasan dalam sejarah Indonesia.
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 M. Berasal dari Gujarat, India,
Islam menyebar sampai baratSumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau
Jawa. Pada priode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak,
pajang, Mataram dan Banten. Pada akhir abad ke-15 M, 20 Kerajaan islam telah
dibentuk mencerminkan dominasi Islam di Indonesia. Kristen Katolik dibawa masuk
ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor. Kristen
Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan
pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut anaisme di wilayah
Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang
Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimatan. Kemudian, Kristen
menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionaris pun tiba di Toraja,
Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionarisketika itu, khusunya
orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan.
Perubahan penting terhadap agama-agama juga terjadi sepanjang Orde Baru.
Anatar tahun 1964 dan 1965, ketegangan antara PKI dan pemerintah Indonesia,
bersama dengan beberapa organisasi, mengakibatkan terjadinya konflik dan
pembunuhan terburuk di abad ke-20. Atas dasar peristiwa itu, pemerintah Orde Baru
mencoba untuk menindak para pendukung PKI, dengan menerapkan suatu kebijakan
yang mengharuskan semua untuk memilih suatu agama, karena kebanyakan
pendukung PKI adalah ateis. Sebagai hasilnya, tiap-tiap warga negara Indonesia
diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang mendandakan agama mereka.
Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama secara massal, dengan
sebagian besar berpindah agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Karena
Konghucu bukankah salah satu dari status pengenal agama, banyak orang Tionghoa
juga berpindah ke Kristen atau Buddha.
II. Latar Belakang
Indonesia dihebohkan dengan berita yang menyinggung salah satu salah satu
kelompok agama yaitu agama Islam. Hal ini ketika Basuki Tjahaja Purnama atau
Ahok yang pada saat itu menjabat sebagai Gubenur DKI Jakarta sedang berpidato di
Kepulauan Seribu. Pidato Ahok pada saat itu tidak menimbulkan dampak apapun.
Namunn pidato tersebut menjadi viral di media massa ketika seorang dosen bernama
Buni Yani mengunggah video pidato Ahok ke akun Facebook-nya. Masyarakat Islam
yang diwakili organisasi-organisasi Islam tersulut emosi. Satu persatu pemuka Islam
dan organisasi-organisasi Islam melapor Ahok ke polisi terkait isi pidatonya yang
dianggap menistakan Al Qur’an surat A1 Maidah ayat 51. Hingga pada akhirnya
masyarakat Islam sepakat untuk melaksanakan demo pada 4 November 2016. Hal ini
menjadikan kasus Ahok menjadi pusat perhatian public dan banyak dijadikan topic
uatama dalam media masa termasuk surat kabar.
Kasus Ahok termasuk peristiwa yang menyinggung SARA (Suku, Ras, dan
Agma). Persoalan yang menyinggung soal agama sangat sensitif di mata publik.
Sehingga banyak perhatian dan aturan yang harus diterapkan dalam menulis berita
yang berkaitan dengan unsur agama, seperti hal dua penulisan berita mengenai kasus
Ahok dalam kasus penistaan agama Islam. Wartawan dalam mempersoalkan masalah
agama harus berhati-hati. Dalam menulis berita mengenai agama, wartawan harus
menghindari hal-hal yang dapat menyudutkan golongan agama, tertentu karena
perbuatan oknum-oknum tertentu dari satu golongan. Berita harus ditampilkan secara
adil dari segi positif dan negatif secara jelas. Seorang penulis berita agama harus
mempehatikan maslah yang menyangkut khilafiyah, yaitu masalah-masalah yang
dapat menimbulkan perbedaan dibidang agama, yang dapat mengganggu kerukunan
antar umat beragama. Mengingat berita mengenai agama merupakan perkara
sensitive, maka wartawan diharuskan tidak membuat fikiran atau mengarahkan
pembaca terhadap hal-hal emosional yang dapat menyinggung golongan lain
(Kasman, 2004:64).
Kesantunan dalam berbahasa merupakan kesantunan dalam menggunakan
bahasa saat berkomunikasi lisan maupun tulis. Bahasa yang biasa digunakan untuk
bertutur penuh dengannilai-nilai kesopanan, kebanyakan manusia dapat meniru
bahasa yang diucapkan, yang didengar dan yang dilihatnya, oleh karena itu salah
satunya yang dapat mempengaruhi kesantunan berbahasa seseorang yaitu media sosial
instagram. Media sosial ini sangat mempegaruhi kesantuna berbahsa seseorang,
seperti yang dilkukan oleh heaters dengan memberi komentar yang kasar terhadap
video maupun kesantunan tarkait kasus penistaan agama yang dilakukan oleh gubenur
DKI Jakarta yaitu Tjahaja Purnama. Ungkapan-ungkapan ketidaksukaan atau
kebencian yang dilontarkan heaters atau sekelompok orang yang kontra dengan Ahok
menunjukan unsure pelanggaran kesantunan pada Ahok yang menjabat sebagai
gubenur DKI Jakarta.
III. Pengertian penistaan Agama
Pengertian dari kata “menista” berasal dari kata ‘nista”. Sebagai pakar
mempergunakan kata celaan. Perbedaan istilah tersebut disebabkan penggunaan kata-
kata dalam menerjemahkan kata smaad dari bahasa belanda. “Nista” berarti hina,cela ,
rendah dan nodaa. Sedangkan Agama adalah suatu peraturan yang mendorong jiwa
seseorang yang mempunyai akal, memegang peraturan yang mendorong jiwa
seseorang yang mempunyai akal, memegang peraturan Tuhan dengan kehendaknya
sendiri untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan kelakdiakhirat.
Itulah pengertian ‘agama” menurut m. Taib Thahir Abdul Muin.
Jadi penistaan agma adalah tindakan perbuatan tutur kata, sikap atau tindakan
yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok atau orang atau lembaga atau
organisasi dalam bentuk provokasi, hasutan ataupun hinaan kepada individu atau
kelompok lain melalui berbagai aspek seperti suku, budaya,adat istiadat serta agama.
Dengan tujuan sengaja atau tidak sengaja untuk melukai, menghina suatu agama,
kaykinan agama tertentu yang mengakibatkan penganut agama dan keyakinan lain
tersinggung. Perlu diketahui bahwa penistaan agama sudah terjadi pada saat al’Qur’an
di turunkan dan sampai berlanjut hingga sekarang. Berdasarkan dari definisi diatas
menyimpulkan bahwa yang dimaksud penistaan agama merupakan tindakan
penghinaan, merendahkan, dan mengklaim suatu agama, pelaku ajaran agama,
maupun atribut atau smbol-simbol agama yang dipandang sengan suci.
IV. Jenis-jenis penistaan Agama
Mengacu dalam fenomena penistaan agama. Maka, dalam mengklasifikasikan
penistaan agama ada dua jenis yakni : pertama, Verbal (dengan kata-kata atau
ucapan). Penistaan verbal terjadidalam bentuk misalnya, olok-olokan, sindiran,
tuduhan, ejekan, hinaan hingga candaan yang bukan pada tempat dan sebagainya.
Kedua, Non Verbal yaitu menghina agama tidak menggunakan ucapan atau kata-kata,
namun lebih pada tindakan, prilaku atau pendangan. Penistaan agama dalam jenis ini
memiliki cakupan yang luas. Bisa terjadii dalam bentuk mencela dengan
menggunakan bahsa tubuh atau tindakan yang mengotori ajaran aga,a masing-masing.
Oleh sebab itu penistaan agama tidak dianjurkan pada setiap ajaran-ajaran
agama karena selain merusak iman juga merusak suatu perdamaian, keharmonisan
dan sikap toleransi antar umat beragama baik dalam negara Indonesia maupun negara
lainnya. Maka diperlukan adanya sikap toleransi karena dimana toleransi merupakan
fondasi agar terciptanya hubungan antar agama menjadi sejahtera. Maka sebelum
menuju ke toleransi pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan hubungan
antar umat beragama.
V. Hubungan Antar Umat Beragama
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki barbagai macam suku,
adat,budaya serta agama yang berbeda-beda sehingga menimbulkan suatu interaksi
sosial dalam kehidupan bermasyarakat sebagimana yang telah diketahui bahwa
agama-agama besar didunia tumbuh subur diindonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha dan ditambah lagi Konghucu sebagi agama-agama yang dianut
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia memberi kebebasan kepada
masyarakatnya untuk memelik dan meyakini agama mereka masing-masing. Terkait
dengan agama biasanya serig menimbulkan perpecahan yang mengakibatkan
hilangnya rasa persatuan dan kesatuan dan perepcahan itu salah satunya yaitu menela
atau mensta dari suatu agama, ras, suku sampai dengan budaya.
Selayaknya bangsa Indonesia menyadari bahwa dalam negara ini ada
bermacam-macam suku, ras, budaya, adat serta budaya dan agama. Sehingga, dengan
adanya perbedaan inilah setiap agama dalam Indonesia diharapkan menciptakan
pluralitas sehingga dapat mewujudkan setiap individu, suku, bangsa, budaya, serta
agama-agama lain untuk lebih mudah dalam menjalankan ikatan sosial dan
pengenalan antar umat beragama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hubungan antar umat beragama sangat berpengaruh dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Adanya hubungan antar agama inilah agar permasalahan atau konflik
yang ada di kehidupan masyarakat tidak semena-mena melakukannya dengan
mmengatas namakan agama. Hubungan antar agama dapat diartika sebagai bentuk
solidaritas sesama manusia yang ditujukan dalam kehidupan yang harmonis, saling
menghormati semua agama serta menjalin hubungan sosial yang baik antar umat
beragama dalam segala sesuatu sehingga mewujudkan kerukunan dalam umat
beragama.
Kerukunan hidup beragama adalah sebagai dasar hubungan antar berbagai
kelompok umat beragama yang damai, harmonis, saling menghormati, tidak
bertengkar dan semua permasalahan diselesaikan dengan baik-baik serta bersifat
toleren terhadap pemeluk agama lainnya. Dengan demikian perbedaan-perbedaan
yang ada bukanlah sesuatu yang dimaksud untuk menunjukan superioritas masing-
masing terhadap keberagaman agama, suku, ras, dan budaya sekalipun. Melainkan
untuk saling mengenal dan menegakan prinsip persatuan, persaudaraan, dan
persamaan tanpa adanya perbedaan.
VI. Disiplin mengenai Ilmu Agama
Ada ahli yang melontarkan pertanyaan tentang posis ilmu agama di antara
disiplin ilmu lain. manakah kekhasan ilmu agama, apabila kita memperhatikan bahwa
metode ilmu agama tidak berbeda dengan metode ilmu-ilmu lain ketika mendekati
fenomena agama. Para ahli mendapat kesan bahwa ilmu agama meminjam metode
dari didiplin ilmu laindan menjadikan metodenya sebagai milik metode ilmu agama.
Ketidak jelasana kekhasam posisi ilmu agama di antara disiplin ilmu lain
menyebabkan banyak ilmuan menyebut ilmu agama dengan berbagai nama seperti
ilmu agama, ilmu Perbandingan Agma, Sejarah Agama, dan sebagainya.
Untuk menjawab persoalan itu, perlulah dijelaskan bahwa Ilmu Agama
memang memiliki status sebagai satu ‘ilmu’ yang bertujuan untuk ‘memahami
agama-agama” menurut metode pengkajian ilmiah seperti yang dikatakan oleh
Joachim Wach “it should be clear that the central concern of Religionswissenchaft
must be understanding of other religions” Kata “Pemahaman “ mempunyai arti luas
yaitu meliputi pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan agama,
persamaan dan perbedaanya, arti dan makna religiusnya, hubungan timbale balik antar
gejala kegamaan dengan individu atau juga antara gejalan keagamaan dengan
masyarakat dan lain-lain.
VII. Pandangan Gereja Katolik terhadap penistaan Agama
Penistaan Agama tidak dianjurkan pada setiap ajaran-ajaran agama karena
selain merusak iman juga merusak suatu perdamaian, keharmonisan dan sikap
toleransi antar umat beragama baik dalam negara Indonesia maupun negara lain.
Maka pertama Gereja Katolik menerapakan hukum :
 Kasih “1 Kor 13”
Sikap Gereja Katolik dan juga setiap anggotan Gereja terhadap orang lain
sama seperti sikap Kristus terhadap orang lain, yaitu kasih. Sikap kasih inilah yang
dituntut dari setiap anggota Gereja, sehingga masing-masing dari kita akan menjadi
saksi yang hidup. Tanpa kesaksian yang baik, maka semua kebenaran hanyalah
menjadi teori belaka tanpa ada realitasnya. Setiap anggota Gereja dipanggil untuk
menjadi kudus. Namunsikap kasih tidak berarti mengorbankan kebenaran yang sama,
seperti yang diwartakan oleh Kristus, walaupun berbeda dengan apa yang dipercayai
oleh agama atau kepercayaan yang lain. mewartakan kebenaran adalah salah satu
bentuk kasih.

Referensi
https://www.academia.edu/31759479/Makalah_Penistaan_Agama
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
DEWANTARA, A. W. (2016). GOTONG-ROYONG MENURUT SOEKARNO DALAM
PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN SUMBANGANNYA BAGI
NASIONALISME INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Anda mungkin juga menyukai