Anda di halaman 1dari 3

 Peristiwa apa yang terjadi dalam video inspirasi tersebut!

1) Jembatan yang dilalui teman teman Ondeng roboh


2) Ondeng meninggal
 Di mana peristiwa itu terjadi?
1) Peristiwa jembatan roboh terjadi di sungai.
2) Peristiwa Ondeng meninggal terjadi di laut.
 Kapan peristiwa itu terjadi?
1) Peristiwa jembatan roboh terjadi saat teman teman Ondeng ingin berangkat ke sekolah di
pagi hari
2) Peristiwa Ondeng meninggal terjadi saat Kakak Ondeng membantu teman teman Ondeng
menyebrangi sungai di pagi hari.
 Mengapa peristiwa itu terjadi?
1) Peristiwa jembatan roboh terjadi karena jembatan yang dilalui teman teman Ondeng sudah
rapuh, tua dan rusak.
2) Peristiwa Ondeng meninggal terjadi karena Ondeng kehilangan keseimbangan saat
mendayung perahu sehingga Ia jatuh ke laut dan Ia tenggelam.
 Bagaimana peristiwa itu terjadi?
1) Pagi hari, teman teman Ondeng ingin menyebrangi jembatan yang rapuh tersebut agar bisa
menempuh sekolah. Namun saat mereka menyebrangi jembatan, tiba tiba jembatan
tersebut roboh. Teman teman Ondeng jatuh ke dalam sungai.
2) Suatu Pagi ada suara petir, Ondeng ketakutan dan sering teringat Ayahnya yang sudah
meninggal di laut membuatnya lepas kendali sehingga dia mengejar ke pelabuhan tanpa
memikirkan hal yang berbahaya. Ondeng pun menaiki sebuah perahu dan mendayung
perahunya untuk mencari ayahnya. Kakak Ondeng berusaha menyelamatkannya. Namun
sudah terlambat, Ondeng sudah tenggelam di dalam laut.
Di suatu desa, ada seorang siswa SD yang memiliki keterbatasan mental bernama Ondeng. Ia telah
kehilangan ibunya. Kini, Dia tinggal bersama Ayahnya bernama Pak Mone dan Kakaknya bernama
Gading. Profesi Ayah dan Kakaknya adalah sebagai nelayan. Ondeng sekolah di sekolah gratisan yang
tidak memiliki lantai, jendela, bahkan pintu. Nama sekolah itu SD Towea, lokasinya di pinggir pantai
Pada saat di sekolah, Ondeng sering dibully oleh teman temannya terutama Attar. Namun Ondeng juga
memiliki sahabat yaitu Aska, Inal, Yanti, dan Nia. Namun ada teman Ondeng yaitu Inal yang memiliki
keterbatasan fisik juga. Namun dibalik kekurangan yang mereka miliki itu, tidak menjadikan mereka
malas untuk belajar di sekolah, tetapi menjadikan mereka selalu bersemangat setiap harinya untuk
menuntut ilmu, Ondeng sendiri memiliki kelebihan dalam hal menggambar.  Setiap hari, Ondeng selalu
menunggu 4 sahabatnya di depan jembatan yang rapuh, untuk memastikan sahabatnya dapat
menyeberang dengan selamat. Bahkan Ondeng memiliki cita-cita untuk membuatkan jembatan untuk
mereka. Guru yang mengajar di sana hanya ada satu, beliau memberikan kabar baik, bahwa anaknya
Aida sudah lulus dari perguruan tinggi di Jakarta, akan datang membantunya mengajar. Dalam
perjalanan pulang tersebut Aida baru aja sampai di pelabuhan, tas yang dia pegang terjatuh. Aida
bertemu dengan Pamone dan Gading. Aida meminta bantuan kepada Pamone dan Gading untuk
mengambil tas yang terjatuh. Setelah itu, Aida ikut Pamone dan Gading pergi mencari ikan. Keesokan
harinya, Aida bertemu dengan Ondeng. Dalam perjalanan ke sekolah, Ondeng tanpa sengaja
memperkenalkan teman teman Ondeng kepada Aida. Aida pun mengetahui bahwa perjalanan ke
sekolah Ondeng dan teman-temannya menempuh perjalanan yang sangat jauh.perjalanan ke sekolah
yang ditempuh oleh anak-anak  sangat sulit, harus melewati sungai, gunung dan pesisir pantai. Belum
lagi kondisi perekonomian masing-masing anak yang berbeda-beda. Setelah sampai di sekolah, Aida
bertemu dengan Ayahnya di kelas. Aida pun pulang ke rumah agar Ibunya tidak cemas. Setelah sampai
di rumah, Ibunya pun gembira bertemu dengan Aida. Pada suatu hari, Ondeng tidak masuk sekolah,
apalagi menunggu mereka di ujung jembatan. Pak Guru dan Bu Guru pun khawatir akan keberadaan
Ondeng. Ternyata Pak Kepala Desa membawa kabar dukacita, bahwa Ayah Ondeng meninggal ketika
sedang melaut. Teman teman Ondeng, Pak Guru, dan Bu Aida pergi melayak ke rumah Ondeng. Ondeng
merasa terpukul ketika harus kehilangan ayahnya yang mendapat musibah saat melaut. Teman teman
Ondeng menyemangati Ondeng agar tetap tabah dan tegar. Gading nelayan muda yang selalu bersama
ayah Ondeng merasa senasib dengan Ondeng dan Gading pun berjanji untuk menjaga Ondeng.
Keesokan harinya, Gading membawa Ondeng pergi ke kota dengan motor untuk membeli pena, pensil,
dan tas. Ondeng pun membeli roti untuk teman temannya. Hari kemudian, Ondeng menunggu
temannya menyebrang jembatan. Ketika 4 teman Ondeng sedang menyebrangi jembatan, tiba tiba
jembatan tersebut roboh. Teman teman Ondeng jatuh ke sungai. Ondeng pun berenang untuk
menyelamatkan teman temannya. Mereka pun naik perahu untuk pergi ke sekolah. Setelah sampai di
sekolah, Pak Guru dan Bu Aida menanyakan kepada mereka kenapa terlambat. Mereka pun menjelaskan
kejadian yang baru mereka alami. Setelah kejadian itu, Aida dengan bantuan Gading mengajak anak
didiknya belajar dari alam. Mereka melihat lihat pemandangan dan peninggalan sejarah. Kak Gading
juga membantu menjelaskan sejarah, membuat anak-anak semakin semangat belajar. Suatu hari,
Ondeng sakit dan badannya panas. Ia meminta bantuan kepada Gading untuk membantu teman
temannya menyebrangi sungai. Gading pun membantu teman teman Ondeng menyebrangi sungai. Tiba
tiba ada suara petir, Ondeng pun takut dan berteriak. Ketakutan dan pikiran Ondeng yang memiliki
keterbelakangan mental ini selalu teringat ayahnya yang meninggal dilaut membuatnya lepas kendali
sehingga dia berlari mengejar ayahnya ke pelabuhan tanpa memikirkan bahaya yang akan dia hadapi . Ia
pun menaiki sebuah perahu. Gading mencari Ondeng tetapi Ia tidak ada. Gading berlari ke pelabuhan
dan melihat Ondeng mengayuh dayung perahu. Gading dengan cepat membawa perahu dan mengejar
Ondeng. Tiba tiba Ondeng kehilangan keseimbangan dan Ondeng jatuh ke dalam laut. Gading pun
berenang dengan cepat. Namun sudah telat, Ondeng sudang tenggelam. Gading tidak sempat menolong
Ondeng. Keesokan harinya, mereka membawa jenazah Ondeng dengan perahu. Teman teman Ondeng
menangis di depan kuburan Ondeng. Pak Guru pun merasa kehilangan Ondeng. Gading pun mengatakan
bahwa selama ini Ondeng menabung untuk membangun jembatan. Mereka pun ingin mewujudkan
impian Ondeng. Keesokan harinya, warga, teman teman Ondeng, Pak Guru, dan Ibu Aida bergotong
royong membangun jembatan. Setelah jembatannya dibangun, Gading mengunjungi kuburan Ondeng
dan mengatakan bahwa cita cita Ondeng sudah terwujud. Di akhir film, teman teman Ondeng
memegang pensil yang telah di potong oleh Ondeng di jembatan yang sudah dibangun. TAMAT

Anda mungkin juga menyukai