Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Menuliskan Teks Cerita Sejarah Berdasarkan Hasil Observasi

LEGENDA KAYU PETALING

Anggota Kelompok :

1. Andi Siska Safitri


2. Diana
3. Dwi Oktavira
4. Lebi Ariska
5. Nadya Zagita
6. Novi Harlista
7. Wahyu Anugrah

SMK NEGERI 1 TANJUNGPANDAN


KM.07 Perawas,TanjungPandan,Belitung

PENGESAHAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah AWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,Kami panjatkan puji
dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami,sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia tentang teks cerita sejarah
Legenda Kayu Petaling.
Terima kasih kepada ibu Sulastri s.pd yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini
dan juga kepada bapak Ridwan selaku Narasuber kami dalam pembuatan makalah ini.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susuan kalimat mupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan segala tangan terbuka kami menerima
segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah bahasa Indonesia ini.

Tanjungpandan 22 september 2016


Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

Sulastri,S.pd
NIP:196309091987032000

LEGENDA KAYU PETALING


Akisah pada dahulu kala di sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Rengit ada dua kakak beradik
bernama JemaI dan Supardi.Mereka adalah anak yatim piatu,kedua orang tua mereka meninggal
saat mereka masih anak-anak.Ayah mereka meninggal selang 3 tahun kepergiaan ibu mereka.Saat
itu JemaI berusia 13 tahun dan Supardi berusia 11 tahun dan selama hidup dengan ayahnya mereka
belajar banyak tentang kehidupan laki-laki,terutama dalam hal mencukupi kebutuhan sehari-
hari.kala itu jemaI sebagai anak sulung selalu ikut ayahnya pergi mencari ikan di laut sedangkan
supardi bertugas menyiapkan rumah seperti memasak dan semua pekerjaan rumah lainnya.Berbekal
semua itu,JemaI dan Supardi pun tumbuh menjadi anak yang mandiri.

Beberapa tahun berlalu,kini JemaI dan Supardisudah bukan anak-anak lagi.Mereka telah menjadi
bujang-bujang pulau rengit.Rumah reot peninggalan orang tua mereka dulu masih menjadi tempat
bernaung kedua kakak beradik itu.Begitu juga dengan perahu tua yang sudah banyak tambal di
sana-sini.namun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka tak punya pilihan lain selain
menggunakan perahu tua itu.Setiap hari mereka pergi ke laut untuk mencari ikan,jika beruntung tak
sampai beberapa jam mereka sudah kembali dari laut namun kala keberuntungan sedang tak
memihak maka tak jarang mereka harus mendayung perahu berjam-jam mengelilingi laut bahkan
sampai semalam suntuk.

Hari itu cuaca sedang tak mendukung,langit sudah mulai menghitam awan-awan sudah terliht berat
membawa beban dan tak sabar ingin menumpahkan bebannya ke bumi.Sekali terlihat petir
menyambar diiringi suara guntur bergemuruh. JemaI keluar dari rumah dan mengamati sekeliling
disusul oleh supardi yang sudah siap dengan peralatan melautnya.setelah beberapa saat jemaI yang
sudah berpengalaman masalah memprediksikan cuaca berucap kepada adiknya supardi

di,macam e ari ne kan ribut neh malam neh,kiape mun kite usa kelaut duluk.maklumlah perau
kite to mun de antam umbak sikit jak lah nak telingkap.

tapi bang,mun kite dak kelaut nok ape kan kite makan isok.beras jok pendaringan toh lah tinggal
ampas bang,sambung supardi.

Setelah Mendengar ucapan Supardi dan sedikit berbincang akhirnya dua bujang itu pun
memutuskan untuk pergi melaut.Perlahan lahan supardi mendayung perahu mereka dan hujan pun
mulai turun membasahi tubuh bujang-bujang itu.dan benar saja saat sampai di tengah-tengah laut
hujan yang sudah lama turun perlahan pun kini mulai menjadi butiran butiran seukuran biji jagung,
angin mulai berhembus kencang,kilat menyambar-nyambar di dekat perahu tua itu ditambah suara
gemuruh yang membuat suasana makin mencekam.Di tengah hantaman angin ribut dan gelombang
yang tingginya hampir setinggi perahu tua itu jemaI dan supardi mulai ketakutan.Supardi terus
mendayung dan mengendalikan perahu agar tidak tertelan ombak namun tak lama kemudian dayung
yang sudah rapuh dimakan usia itupun patah karena dihantam ombak besar yang semakin
menjadi .Kedua kakak beradik itu hanya bisa terdiam tak bisa berbuat apa-apa mereka hanya bisa
tetap berusaha mengendalikan perahu dan pasrah membiarkan arus dan gelombang ke mana akan
membawa mereka.setelah semalam suntuk terombang ambing di tengah lautan luas akhirnya ombak
membawa mereka ke tepian pulau Mendanau,tepatnya mereka merapat di atas tanah desa Petaling
desa yang berada di tengah-tengah antara 3 desa yang ada di pulau Mendanau.Setelah menepikan
perahu jemaI dan supardi pun naik ke darat.Dengan keadaan basah kuyup dan badan menggigil
kedinginan karena semalam suntuk diterpa hujan dan terhempas gelombang mereka berusaha naik
ke daratan.mereka tak menuju ke perkampungan Desa Petaling,mereka hanya naik untuk mencari
kayu untuk dijadikan dayung agar mereka bisa cepat pulang ke pulau rengit.Pulau rengit dan pulau
Mendanau memang jaraknya tak terlalu jauh mungkin bisa ditempuh dalam waktu 3-4 jam
menggunakan perahu dayung.Setelah beberapa menit berjalan dan keluar dari hutan bakau yang tak
terlalu luas akhirnya mereka sampai ke hutan kayu di tepian desa Petaling.cukup lama merek
mencari dan memilah milah kayu yang pas setelah beberapa lama akhirnya mereka memutuskan
untuk menebang kayu lurus yang batangnya sedikit berwarna agak kemerahan dan akarnya dapat
tumbuh besar mengikuti pertumbuhan batangnya.Kayu itu dirasa sangat cocok untuk dijadikan
sebagai dayung karena lurus dan ringan.Setelah ditebang kayu tersebut dikupas dan dibentuk
sebagaimana dayung pada umumnya.saat matahari berada diatas kepala, dayung itupun sudah
selesai dibuat, JemaI dan Supardi pun bergegas untuk pulang sebelum malam .

Di perjalanan pulang,mereka kembali menyusuri hutan bakau namun kali ini perjalan menuju ke
perahu sedikit lebih berbahaya.Karena air laut yang tadinya surut kini sudah mulai pasang sehingga
membuat pohon-pohon bakau yang semula kering kini mulai di penuhi air laut.begitu juga dengan
hewan-hewan laut yang tadinya sembunyi dan berada di kubangan air kini telah kembali berjalan
mengitari hutan bakau yang kini telah kembali dipenuhi air salah satunya adalah ular Cirang yaitu
ular laut yang sangat berbisa.Bahkan konon satu gigitan ular Cirang bisa membunuh 5 orang dalam
kurun waktu kurang dari 20 menit jika tidak segera diobati.

Dengan sangat hati-hati JemaI dan Supardi pun mengarungi hutan bakau yang berwarna hitam
pekat tersebut.Mereka tak punya jalan lain selain mengarungi hutan bakau yang kini air tersebut
sudah sampai selutut mereka.Rasa takut tak lagi mereka hiraukan langkah demi langkah mereka
berjalan hingga tak terasa perahu yang mereka tambatkan di pohon bakau itu pun sudah
nampak .Mereka pun akhirnya, sampai di perahu JemaI naik ke perahu terlebih dahulu
karena kali ini ia yang akan mengemudi. Supardi masih harus mendorong perahu ke tengah laut
karena untuk ukuran perahu air itu masih terlalu dangkal sehingga tidak bisa di dayung.Saat perahu
sudah mencapai kedalaman air yang pas dan Supardi hendak naik ke atas perahu tiba-tiba ia
menjerit kesakitan ia seperti mendapat tusukan dari benda tajam .Setelah ia diangkat di betisnya ada
dua lubang kecil yang keluar darah yang tak lain itu adalah gigitan dari ular Cirang yang sangat
berbisa.Tak lama kemudian kaki Supardi mulai membiru racun ular tersebut sudah mulai menyebar
menyerang syaraf dan supardi pun mulai kehilangan kesadaran.melihat kondisi adiknya yang sudah
tak sadarkan diri JemaI pun panik luar biasa tanpa berpikir panjang ia langsung mendayung
perahunya dengan sangat cepat ia takut adiknya tidak bisa diselamatkan dan benar saja selang 30
menit berlalu dan mereka sudah di tengah perjalanan pulang Supardi pun menghembuskan napas
terakhirnya.JemaI yang menyadari kondisi adiknya itu pun menghentikan perahunya dan memeluk
adiknya Supardi dengan air mata bercucuran.Dengan air mata yang masih mengalir JemaI kembali
mendayung perahunya agar dapat cepat sampai ke pulau Rengit sebelum matahari tenggelam.Ia
mendayung dengan sekuat tenaga namun tenaganya sudah hampir habis karena sudah hampir sehari
semalam berada di laut tanpa makan dan minum.Akhirnya tenaga JemaI sudah terkuras habis,ia tak
sanggup lagi mendayung,dayung yang ia pegang pun terlepas begitu saja dari tangannya dan tanpa
sengaja air dari cipratan dayung tersebut mengenai bekas luka gigitan ular cirang yang ada di betis
adikya Supardi dan tanpa di duga selang berapa menit kemudian supardi mulai membuka matanya
,ia hidup kembali.JemaI yang melihat adiknya kembali hidup pun senang bukan kepalang air
matanya menetes,menyadari bahwa adiknya kini telah kembali.

ngape ikam nangis bang? Ngape aku tadik? dengan bingung Supardi bertanya kepada Jemai
tadik kau de gigit ular cirang di,tadik kau to lah dak gik ade, tapi aku dak tau pas lukak kau kenak
aik dari dayong ini lukak kau baik da kau idup pulak dii,jawab Jemai

mungkin ini kehendak tuhan bang nak nulong aku liwat dayong ini,aku yakin bang kayu idang
kite muat dayong ini tadik ukan sembarang kayu saut supardi dengan penuh syukur.

Iye di,kiape mun kite ngulak ke Petaling kite nannyak ini kayu ape sekali lalu kite beterimak kase
kan urang sanaksambung Jemai.

Akhirnya mereka berdua pergi ke desa petaling untuk berterima kasih dan juga untuk menanyakan
pohon yang mereka gunakan untuk membuat dayung tersebut.Dan setelah mereka bertemu dengan
Tetua adat/dukun desa petaling tersebut untuk berterima kasih serta menceritakan pengalaman yang
mereka alami mereka pergi ke hutan tempat JemaI dan Supardi menebang pohon berwarna sedikit
kemerahan tersebut.Ternyata pohon yang mereka gunakan itu adalah pohon Petaling atau
masyarakat setempat menyebutnya dengan kayu Petaling.

Pohon Petaling/Kayu Petaling ini memang hanya ada di Desa Petaling dan masyarakat biasa
menggunakannya untuk keperluan sehari-hari.Namun tidak ada yang pernah mengalami kejadian
seperti Supardi tersebut karena ternyata khasiat kayu Petaling tidak bisa di rasakan oleh masyarakat
desa petaling.Akar petaling hanya dapat mengobati orang di luar Pulau Mendanau saja bahkan
katanya semakin jauh dari pulau mendanau maka khasiatnya akan semakin tinggi.mitos lain
mengatakan bahwa kami di Pulau Mendanau juga tidak bisa berternak hewan yang berkaki empat
selain kucing dan anjing dan hewan endemik Pulau mendanau karena adanya kayu petaling
ini.Jikalau pun ada yang mencoba memelihara hewan tersebut seperti kambing,sapi atau kuda konon
hanya dapat bertahan selama 3 bulan saja.Dan sampai sekarang pohon/kayu petaling sangat dikenal
luas bagi masyarakat belitong sebagai obat berbagai penyakit dan juga sebagai penangkal hewan
buas dan berbisa.

Itulah legenda dari kayu petaling


PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai makalah teks cerita sejarah yang berjudul
Legenda Kayu Petaling.Tentunya banyak kekurangan karena terbatasnya pengetahuan yang kami
peroleh. Sehubungan dengan makalah ini kami banyak berharap para pembaca memerikan kritik
dan saran yang membangun agar kami dapat membuat makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Aamiin.
LAMPIRAN :

Jalan di desa Pulau Rengit

Pelabuhan Tanjung Nyato,Desa Petaling

Anda mungkin juga menyukai