Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa prasekolah merupakan masa belajar dan masa keemasan (the
golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk
menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak
berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara
individual. Anak usia prasekolah adalah anak yang mempunyai usia di bawah
tujuh tahun yang mulai bisa diarahkan pada hal positif untuk membantu
perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak tersebut.
Proses perkembangan anak merupakan hal yang saling berkaitan antara
perkembangan fisik, bahasa, sosial, kognitif, dan moral. Kelima hal tersebut
akan saling berpengaruh satu sama lain dan sepanjang perjalanan hidup
manusia. Selama proses perkembangan, tidak menutup kemungkinan anak
menghadapi berbagai masalah yang akan menghambat proses perkembangan
selanjutnya.
Permasalahan yang dihadapi anak dapat dilihat melalui tingkah laku
anak pada saat mengikuti proses pembelajaran di kelas atau pada saat anak
bermain. Berbagai faktor yang menyebabkan permasalahan perkembangan
anak tidak hanya menghambat perkembangan emosi dan sosialnya, akan tetapi
juga menghambat perkembangan fisik, intelektual, kognitif dan bahasa (Rita
Eka Izzaty: 2005). Oleh karena itu dalam menangani permasalahan anak
hendaknya dianalisis latar belakang atau penyebabnya dan diselesaikan secara
tuntas sedini mungkin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dapat disusun beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian anak prasekolah?
2. Bagaimana perkembangan anak prasekolah?

1
3. Bagaimana pendidikan anak prasekolah?
4. Apakah permasalahan yang dihadapi anak prasekolah dan bagaimana
penanganannya?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pengertian anak prasekolah
2. Mendeskripsikan perkembangan anak prasekolah
3. Mendeskripsikan pendidikan anak prasekolah
4. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi anak prasekolah dan cara
penanganannya

D. Manfaat
Adapun manfaat penyusunan makalah ini, sebagai berikut.
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai pengertian dan
perkembangan anak prasekolah, pendidikan prasekolah, permasalahan
yang dihadapi anak prasekolah serta cara penanganannya.
2. Menambah wawasan para pembaca mengenai perkembangan anak
prasekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Prasekolah


Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini yang
tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini
diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan
merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”. Pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut. Dengan kata lain, usia anak prasekolah dimulai sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun.

B. Perkembangan Anak Prasekolah


Perkembangan anak prasekolah sejak lahir hingga enam tahun dibagi
menjadi dua, yaitu fase bayi hingga dua tahun dan fase kanak-kanak dini (3-6
tahun) yang dikenal sebagai usia prasekolah.
1. Fase bayi hingga dua tahun
Secara umum, perkembangan fase bayi hingga dua tahun dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) Perkembangan Fisik
1) Bayi baru lahir: bayi sudah bisa menangis, menghisap dan
menggerak-gerakkan tangan dan kakinya. Bayi menangis apabila
merasa kurang nyaman dan cenderung tenang apabila digendong.
2) Bayi umur 1-2 bulan: gerakan matanya mengikuti benda-benda
mainan, seseorang yang berada dihadapannya.
3) Bayi umur 3-4 bulan: mampu mengangkat kepalanya dan tertawa
jika ajak bercanda(cilukba).

3
4) Bayi umur 5-7 bulan: tangannya mampu menyentuh dan meraih
benda yang disodorkan ke arahnya, sering mengubah posisi
tubuhnya (miring, membalikkan badan), tumbuh gigi pertama, dan
memberikan reaksi yang berbeda apabila melihat orang asing
dihadapannya (menatap tertegun,lalu menangis).
5) Bayi umur 8-10 bulan : mampu duduk,berdiri dan merangkak, dan
tingkah laku lekat dengan orang-orang tertentu semakin terlihat.
6) Bayi umur 11-12 bulan: mampu melangkah ke depan apabila
dituntun, mampu duduk dengan baik, dan suka meniru kata-kata,
misalnya mamma,papa,babba
7) Pada umur 2 tahun otak anak berkembang dengan pesat. Otak
anak usia 2 tahun dua kali lebih aktif daripada otak orang dewasa.
Anak butuh nutrisi yang cukup. Anak umur 2 tahun sudah
memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat dalam dunia sosial
yang lebih luas. Anak umur 2 tahun mulai gemar terlibat bermain
interaktif bersama anak/orang lain. Mereka juga memiliki
kegemaran bermain peran “pura-pura seolah-olah” mengeksplorasi
daya khayalnya yang sangat penting bagi perkembangan. Aksi
permainan “seolah-olah menjadi” ini akan membantu anak
mengembangkan keterampilan bahasa, berpikir dan sosial. Anak
akan mampu mengembangkan ide dan kisahnya sendiri.
b) Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan hasil kombinasi seluruh
sistem perkembangan anak, karena kemampuan bahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem yang lain.
Kemampuan bahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologi,
emosional, dan sosial.
Kemampuan bahasa terjadi secara bertahap sesuai dengan usianya:
1) Usia nol sampai dua bulan, anak sudah memiliki kemampuan
menggunakan bahasa tubuhnya untuk mengungkapkan atau
menerima hubungan dengan orang lain.

4
2) Usia tiga bulan, anak sudah menunjukkan kemampuan vocalnya.
Anak mulai tersenyum dan mampu mengeluarkan suara. Biasanya
bunyi yang keluar dari mulut anak adalah ‘eee’.
3) Usia empat bulan, anak dapat berbicara menggunakan suara
tenggorokan yang berbunyi ‘rrr’.
4) Usia lima bulan, anak sudah bisa tertawa dan bergumam.
5) Usia enam bulan, anak sudah dapat merangkai kata.
6) Usia tujuh sampai delapan bulan, anak sudah dapat mengeluarkan
kata-kata sederhana, seperti mama, papa, mam-mam, dan anak
suka mengoceh.
7) Usia sembilan bulan, anak sudah dapat mengenal kata dan
pengetahuan bahasa yang dimiliki mulai beraneka ragam. Anak
mulai mengenal kata-kata sederhana dan perintah.
8) Usia sepuluh bulan, anak sudah dapat menghubungkan kata-kata
dengan gerakan dan mengulangi kata-kata tersebut.
9) Usia sebelas sampai duabelas bulan, anak sudah dapat berbicara
tetapi hanya menggunakan bahasanya sendiri.
10) Usia tigabelas sampai delapanbelas bulan, biasanya anak hanya
meniru suara-suara yang didengarnya. Anak hanya dapat
mencakup tigapuluh kata saja.
11) Usia dua tahun, anak sudah banyak memiliki pembendaharaan
kata. Anak juga sering bertanya kepada orang tu dengan hal-hal
yang baru ia temui.
c) Perkembangan Sosial
Pengalaman sosial sejak dini merupakan peranan yang penting
dalam menentukan hubungan sosial dimasa depan dan pola perilaku
terhadap orang lain. Karena kehidupan anak berpusat disekitar rumah,
maka dirumahlah berasal perilaku dan sikap sosial kelak.
Perilaku sosial mengikuti pola yang cukup dapat diramalkan
meskipun dapat terjadi perbedaan-perbedaan karena keadaan
kesehatan atau keadaan emosi atau kondisi lingkungan. Pada saat
dilahirkan anak tidak memilih dalam arti tidak memperdulikan siapa

5
yang mengurus kebutuhannya. Nyatanya anak dapat ditenangkan
dengan sentuhan lembut dari orang tua dan ASI dari seorang ibu.
Dengan bertambahnya usia anak dan banyaknya rangsangan dari
orang lain, hal ini dapat memicu perkembangan sosial bayi yang
diantaranya :
1) Pada usia satu bulan, anak mulai melihat wajah orang-orang yang
ada disekitarnya, seperti wajah ibu, bapak, dan keluarga lainnya.
2) Pada usia dua sampai tiga bulan, anak dapat membedakan
manusia dari benda-benda mati dan anak tau bahwa manusialah
yang memenuhi kebutuhann-kebutuhannya. Anak juga tampak
tidak senang atau kadang-kadang menangis apabila ditinggal
sendirian dan nampak senang apabila didekati orang lain.
3) Pada usia empat sampai lima bulan, anak ingin digendong oleh
siapa saja yang mendekatinya. Anak akan memberikan reaksi
yang berbeda pada wajah-wajah yang tersenyum, suara-suara
yang ramah dan suara-suara yang kencang. Anak juga mencoba
menarik perhatian bayi lain dengan cara melambungkan badan ke
atas dan ke bawah, menendang, tertawa, bermain-main dengan
ludah, dan tersenyum dengan bayi lain.
4) Pada usia enam sampai tujuh bulan, anak dapat membedakan
teman dan orang asing dengan tersenyum padanya.. Pada usia ini
anak juga memperlihatkan reaksi terhadap orang dewasa, yang
mana anak hanya tertarik pada orang tertentu.
5) Pada usia delapan sampai sembilan bulan, anak mencoba meniru
kata-kata, isyarat, dan gerakan- gerakan sederhana dari orang lain.
Anak juga merasa ketakutan bila didekati oleh orang yang belum
dikenalinya.
6) Pada usia sepuluh sampai tiga belas bulan, anak mencoba
meremas pakaian dan rambut anak lain, meniru perilaku dan
suara-suara mereka, dan bekerja sama dalam menggunakan
mainan, meskipun kadang mereka bingung bila anak lain
mengambil mainannya.

6
7) Pada usia tigabelas sampai delapanbelas bulan, berebut mainan
dengan anak lain sudah berkurang, malahan anak lebih suka
berbagi dan bekerja sama dengan anak lainnya. Pada usia ini anak
memiliki sifat yang keras kepala, tidak mau mengikuti permintaan
atu perintah dari orang dewasa.
8) Pada usia delapanbelas sampai duapuluhempat bulan, anak lebih
berminat bermain dengan anak lain dan menggunakan bahan-
bahan permainan untuk membentuk hubungan sosial dengan anak
yang lain. Anak juga bekerja sama dengan kegiatan rutinitas
seperti berpakaian, makan, dan mandi.
d) Perkembangan Kognitif
Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang sudah dimiliki
anak sejak lahir, tetapi dapat dikembangkan/ditambah setelah anak
lahir. Pada masa ini anak hanya dapat menerima semua informasi dari
luar tetapi belum dapat dicerna dengan baik. Disinilah, dituntut
peranan orang tua untuk membimbing dan mengarahkan anak atas
informasi yang didapat.
e) Perkembangan Moral
Dasar nilai moral diletakkan sejak dalam masa bayi dan berdasarkan
dasar-dasar inilah anak membangun kode-kode moral yang
membimbing perilakunya bila telah menjadi besar nanti. Seiring
berjalannya waktu, anak juga akan mempelajari kode moral dari orang
tua dan kemudian dari guru, teman-taman bermain dan juga anak
belajar pentingnya mengikuti kode-kode moral ini.

2. Fase kanak-kanak dini


Fase kanak-kanak dini dimulai sejak usia 3 sampai 6 tahun. Secara
umum, aspek-aspek perkembangannya dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Perkembangan fisik
1) Perkembangan anak usia 3 tahun
(a) Menikmati belajar keterampilan baru
(b) Kemampuan kontrol gerakan tangan dan jari-jemari makin
meningkat

7
(c) Kontrol otot untuk toilet training telah lebih baik
(d) Bertindak lebih mandiri
2) Perkembangan anak usia 4- 5 tahun
(a) Senang mencoba-coba gerakan fisik.
(b) Melakukan gerakan dalam koordinasi, misal permainan
bersama.
(c) Memakai baju tanpa dibantu
(d) Mengalami peningkatan ketertarikan terhadap angka, huruf,
aktivitas baca dan tulis.
(e) Menghitung benda 5 – 10
(f) Mencuci tangannya sendiri. Sebaiknya keterampilan mencuci
tangan ini dibiasakan sejak anak masih kecil untuk menjaga
kesehatan.
3) Perkembangan anak usia 6 tahun
(a) Anak sudah mampu makan sendiri
(b) Gerakan anak lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-
pola, seperti: melompat, memanjat, lari dan mengendarai
sepeda roda tiga.
(c) Keterampilan motorik kasar dan halus sangat pesat.
Keterampilan motorik kasar adalah koordinasi sebagian otot
tubuh misalnya melompat, main jungkat jungkit, dan berlari.
Sedangkan keterampilan motorik halus adalah koordinasi
bagian kecil dari tubuh terutama tangan, misalnya: kegiatan
membalik halaman buku dan menggunakan gunting.
b) Perkembangan Bahasa
1) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
2) Anak banyak menanyakan tempat dan nama melalui pertanyaan
apa, dimana, darimana, dan menanyakan waktu, sebab akibat
melalui pertanyaan kapan, mengapa, bagaimana
3) Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan
berakhiran
4) Tingkat berpikir anak sudah lebih maju

8
c) Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-
psikologis keluarga. Anak akan mampu menyesuaikan diri dengan
keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta konsisten pada
aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif.
(1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan (lingkungan keluarga/
lingkungan bermain).
(2) Anak sudah bisa bersosialisasi (bermain) dengan anak-anak yang
lain (peer group).
(3) Anak memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat
berganti.
(4) Anak makin menyadari akan kepentingan diri dan kepentingan
orang lain.
(5) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
(6) Kesadaran sosial anak sudah berkembang seperti sikap simpati 
atau sikap kepedulian terhadap sesama.
d) Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, anak prasekolah termasuk dalam tahap pra
operasional yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Berlangsung pada anak usia 2 – 7 tahun.
(2) Kemampuan skema kognitif peserta didik pada tahapan
perkembangan intelektual pra operasional sangat terbatas.
(3) Yang menarik dari peserta didik pada tahap pra operasional
adalah kesukaan mereka dalam meniru perilaku orang lain.
(4) Perkembangan dari segi kebahasaan menunjukkan peserta didik
pada tahap praoperasional telah mampu menggunakan kata-kata
dan kalimat pendek dengan benar.
e) Perkembangan Moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap
moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan
teman  sebaya). Melalui proses berinteraksi anak belajar memahami
tentang kegiatan atau perilaku yang baik, buruk, dilarang, dan

9
disetujui. Maka berdasarkan pemahaman ini, anak harus senantiasa
dilatih dan dibiasakan untuk bertingkah laku yang baik.
Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah,
orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya,
seperti; mengapa tidak boleh membuang sampah sembarangan ,
mengapa harus gosok gigi sebelum tidur, mengapa harus mencuci
tangan sebelum makan. Hal ini diharapkan akan
mengembangkan self-control  (kemampuan mengendalikan diri) pada
anak.

C. Pendidikan Anak Prasekolah


Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak
Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Dalam Pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan
bahwa:
(1) Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar,
(2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal,
(3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau
bentuk lain yang sederajat,
(4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal: KB, TPA, atau
bentuk lain yang sederajat,
(5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan

10
(6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
Pendidikan anak prasekolah merupakan bentuk transisi perkembangan
anak dari lingkungan keluarga kepada lingkungan sekolah. Masa transisi
ini merupakan masa yang cukup sulit namun menyenangkan bagi anak
yang sudah memiliki kesiapan belajar. Masa transisi dan kesiapan belajar
ini berbeda-beda pada setiap anak. Hal ini juga dipengarui oleh dukungan
dari keluarga, dimana dukungan orangtua dalam membimbing anak secara
informal sangat dibutuhkan untuk mendukung bimbingan yang diperoleh
anak dari pendidikan prasekolah sebagai sektor formal.
Muijs & Reynolds (2008) menyatakan bahwa untuk meningkatkan
kesiapan sekolah, akan lebih baik jika pendidikan prasekolah
memfokuskan pada keterampilan sosial, menciptakan kesempatan untuk
belajar dan mengembangkan keterampilan yang terkait dengan kesiapan
sekolah. Lebih lanjut, Muijs & Reynolds (2008:280) mengemukakan
beberapa keterampilan kunci untuk meningkatkan kesiapan sekolah anak
prasekolah, yaitu:
1. Keterampilan sosial, misalnya kemampuan untuk bekerjasama secara
kooperatif, untuk menghormati orang lain, untuk mengekspresikan
emosi dan perasaan dengan cara yang terhormat, untuk mendengarkan
orang lain, untuk mengikuti aturan dan prosedur, untuk duduk dengan
penuh perhatian, dan untuk bekerja secara maindiri.
2. Keterampilan komunikasi, misalnya keterampilan untuk meminta
bantuan dengan cara yang baik dan sopan, keterampilan untuk
memverbalisasikan pikiran dan perasaan, menjawab pertanyaan
terbuka dan tertutup, berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan
keterampilan untuk menghubungkan berbagai ide dan pengalaman.
3. Perilaku terkait tugas, misalnya perilaku tidak mengganggu anak-anak
lain selama proses belajar, keterampilan anak untuk memantau
perilakunya sendiri, menemukan bahan-bahan yang diperlukan guna
menyelesaikan tugas, mengikuti pengarahan guru, menggeneraliasikan

11
keterampilan ke berbagai situasi, dan mencoba berbagai strategi untuk
mengatasi masalah yang berbeda.
Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
mengembangkan kesiapan sekolah pada anak usia prasekolah, yaitu:
1. Metode Bermain
Salah satu aspek utama pendidikan prasekolah adalah bermain.
Bermain merupakan cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil
pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia
lingkungannya. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk
bereksplorasi, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara
menyenangkan, dan menjalin hubungan sosial antar anak.
2. Metode Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif dapat dimaknai anak-anak belajar dalam kelompok
kecil, dan setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tugas bersama
yang telah ditentukan dengan jelas, dan supervisi diarahkan oleh guru
(Masitoh, dkk; 2005). Belajar kooperatif juga melibatkan anak untuk
berbagi tanggung jawab antara guru dan anak untuk mencapai tujuan
bersama, misalnya bekerjasama menyusun puzzel.
3. Metode Drama dan Sandiwara Pendek
Melalui drama, anak diberi kesempatan untuk dapat terlibat di dalam
percakapan yang berbeda dengan apa yang mereka lakukan sehari-
hari, serta juga dapat membantu memperluas pemikiran mereka
(Hendy dan Toon dalam Muijs & Reynolds, 2008).

D. Permasalahan Anak Prasekolah dan Penanganannya


Permasalahan anak adalah sesuatu yang mengganggu kehidupan
anak, yang timbul karena ketidakselarasan pada perkembangannya.
1) Aspek Sosial Emosional
(a) Penakut
Setiap anak memiliki rasa takut, namun jika berlebihan dan tidak
wajar maka perlu diperhatikan. Rasa takut anak TK biasanya

12
terhadap hewan, serangga, gelap, dokter atau dokter gigi,
ketinggian, monster, lamunan, sekolah, angin topan, dan lain-lain.
Cara menanganinya: melalui kegiatan/ aktivitas dengan penuh
tantangan agar anak bebas dari rasa takutnya dan menumbuhkan
keberanian anak.
(b) Agresif
Agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun
verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa
permusuhan. Perilaku tersebut cenderung melukai anak lain seperti
menggigit, mencakar, atau memukul. Bertambahnya usia
diekspresikan dengan mencela, mencaci dan memaki.
Cara menanganinya: melalui bermain peran, belajar mengenal
perasaan, belajar berteman melalui permainan beregu, beri
penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya, dan
perbanyak kegiatan yang menggunakan gerakan motorik.
(c) Pemalu
Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang
timbul pada seseorang, akibatnya adanya penilaian negatif terhadap
dirinya.
Cara menanganinya: dengan melibatkan anak pada kegiatan yang
menyenangkan dan membuat anak tertarik, belajar bergabung
melalui permainan, dan mendoorong anak berpartisipasi dalam
kelompok.
(d) Berbohong (melakukan kebohongan atau kecurangan).
Cara menanganinya: cari tahu penyebab kenapa anak berbohong,
apakah dia sedang ingin mendapatkan perhatian orang lain atau
untuk menghindari rasa malu atau menghindari hukuman agar
dapat mencegah munculnya perilaku berbohong anak di kemudian
hari, dengan mengajarkan nilai-nilai moral yang berlaku di
lingkungan melalui cerita pendek yang dapat dengan mudah
dipahami dan diingat oleh anak. Berikan umpan balik tentang
dampak perilaku bohong anak terhadap dirinya dan orang lain.

13
(e) Mencuri (mengambil barang tanpa izin pemiliknya).
Cara menanganinya: dengan sikap tegas akan membuat anak tak
ingin melanggar aturan. Sedangkan sikap galak hanya membuat
anak takut. Katakan apa yang tidak boleh dilakukan dengan nada
bicara yang tidak menekan dan jelas, sehingga anak dapat
memahaminya dengan baik.
2) Aspek Bahasa
Berbahasa merupakan keterampilan dalam mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis. Untuk anak usia TK, keterampilan yang
diutamakan adalah mendengar dan berbicara. Adapun masalah
berbahasa yang dialami anak usia TK antara lain:
(a) Ketidakmampuan mendengar dan memahami bahasa lisan yang
diucapkan orang-orang di sekelilingnya. Permasalahan tersebut
salah satunya bisa disebabkan perbedaan budaya.
Cara menanganinya: melalui pemberian bahasa pertama yakni
bahasa ibu. Ketika anak sudah bisa mengenal dan paham arti
bahasa ibunya, maka perkenalkanlah bahasa budaya sekitar sedikit-
demi sedikit supaya anak tidak bingung dalam berbahasa.
(b) Berbicara belum jelas dan gagap. Ketidakmampuan anak dalam
berbahasa sangat mempengaruhi kemampuan bicara anak pada
tahap perkembangan selanjutnya yang bisa dimungkinkan juga
mempengaruhi hubungan sosial mereka dengan orang lain.
Cara menanganinya: usahakan saat bicara posisi kita sejajar dengan
anak, dalam suasana tenang dan santai, sabar mendengarkan dia
bicara, dan jangan terlalu memperhatikan kegagapannya,
menenangkan hati anak, jangan memotong pembicaraan anak
walaupun bicaranya terputus-putus, dan melakukan terapi bicara.
(c) Kurang mengerti perkataan orang tua dan guru
Cara menanganinya: memahami anak sebagai pribadi yang
berkembang, yaitu setiap anak mempunyai tahapan demi tahapan

14
dalam berkembang. Dalam hal ini, orangtua dan pendidik terus
melatih anak dengan sabar dan konsultasi dengan dokter/ ahlinya.
3) Aspek Fisik Motorik
(a) Malnutrisi (Kurang gizi)
Cara menanganinya: anak yang mengalami malnutrisi akan tampak
pada penampilan fisiknya. Dibutuhkan kombinasi antara
pengaturan pola makan dan asupan makanan serta kepedulian
orang tua untuk pemberian program “4 sehat 5 sempurna”.
(b) Obesitas (Kelebihan Berat Badan)
Cara menanganinya: mengatur pola makan anak dan rajin
mengajak anak untuk berolahraga.
(c) Ketidakmampuan mengatur keseimbangan
Cara menaganinya : konsultasi pada dokter ahli, periksa ke Rumah
Sakit dan latihan fisioterapi.
(d) Belum bisa mewarnai dengan rapi
Cara menanganinya: memberi gambar yang menarik/ disukai anak,
memotivasi, dan membimbing dan mengajari cara mewarnai yang
baik.
4) Aspek Kognitif
(a) Anak belum mampu berpikir kritis tentang apa yang ada dibalik
suatu kejadian, seperti anak tidak mampu menjawab alasan
mengapa menyusun balok seperti ini dsb.
Cara menanganinya:
Orangtua dan guru tanya jawab mengenai suatu objek dan (bila
perlu) memberi penjelasan pada anak mengenai objek tersebut.
(b) Anak sulit berimajinasi
Cara menanganinya: memberikan kebebasan kepada anak untuk
menggambar sesuatu sesuai dengan minat anak, mengajak anak
keluar kelas, kemudian meminta anak untuk bercerita dan
menggambarkan apa yang ditemukan di lapangan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Masa prasekolah merupakan masa keemasan (the golden age) yang
dimulai sejak lahir hingga berusia tujuh tahun. Pada masa ini, anak
mengalami perkembangan yang pesat baik dalam aspek fisik, bahasa, sosial,
kognitif, maupun moral.
Berbagai bentuk pendidikan prasekolah diselenggarakan untuk
membantu anak mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa,
fisik/motorik, kemandirian dan seni agar siap memasuki pendidikan dasar.
Namun, dalam proses perkembangan, tidak menutup kemungkinan anak
menghadapi berbagai masalah, seperti penakut, agresif, pemalu, berbohong,
kurang mengerti perkataan orang tua dan guru, malnutrisi, obesitas, sulit
berimajinasi dan sebagainya. Dengan deteksi sedini mungkin, diharapkan
permasalan perkembangan anak dapat ditangani dengan baik dan tepat.

B. Saran
Sebagai orangtua dan pendidik hendaknya memahami karakteristik
perkembangan anak prasekolah dari berbagai aspek, segala permasalahan
yang dihadapi anak, sehingga dapat menanganinya dengan benar.
Selanjutnya, orangtua dan pendidik diharapkan memberikan pendidikan
prasekolah sehingga anak memiliki kesiapan mental dan belajar untuk
memasuki jenjang sekolah dasar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, dkk. (2010). Perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak
usia dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Buaton, Andri. (2014). Pendidikan anak prasekolah. (Online).


(http://13104ab.blogspot.co.id/2014/06/pendidikan-anak-pra-sekolah.html,
diakses tanggal 14 Oktober 2016)

Ernawulan Syaodih. (2005). Bimbingan di taman kanak-kanak. Jakarta.


Depdiknas

Hasanah, Nove. (2015). Tahapan-tahapan perkembangan kemampuan


intelektual peserta didik. (Online).
(http://novehasanah.blogspot.co.id/2015/11/tahapan-perkembangan-
kemampuan-intelektual.html, diakses tanggal 16 September 2016)

Munir, Farhany. Jenis-jenis permasalahan anak dan penanganan. (Online).


(http://hanycenk.blogspot.co.id/.html, diakses tanggal 24 September 2016)

Muvie, Nuna. (2011). Pendidikan prasekolah. (Online).


(http://nunamuvie.blogspot.co.id/2011/04/pendidikan-pra-sekolah.html,
diakses tanggal 14 Oktober 2016)

Patmonodewo, Soemiarti. (2003).  Pendidikan anak prasekolah. Jakarta : Rineka


Cipta.

Rita, Eka Izzaty. (2005). Mengenali permasalahan perkembangan anak usia TK.
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Dirjen Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Riyanto, Yatim. (2014). Paradigma baru pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia


Group.

Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan anak usia dini. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Sujiono, Yuliani Nuraini. (2013). Konsep dasar PAUD. Jakarta: PT Indeks.


Nyriza.

17
18

Anda mungkin juga menyukai