Ontologi :
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (3x atau lebih) dalam satu
hari (Depkes RI 2011). diare adalah buang air besar pada bayi atau anak Iebih dan 3 kali
sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dan satu minggu. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa
peningkatan volume cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah.
a) Diare akut, yaitu diare yang tanda & gejala berlangsung < 14 hari sebelum datang
berobat. Akibat yang ditimbulkan adalah dehidrasi, seddangkan dehidrasi
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare
b) Diare kronik, yaitu diare yang tanda & gejala sudah berlangsung > 2 minggu
sebelum datang berobat
c) Disentri, yaitu diare disertai darah dalam tinja. Akibat dari disentri adalah
anoreksia, penurunan BB dengan cepat, kemungkin terjadi komplikasi pada
mukosa.
d) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung > 14 hari secara terus menerus.
Mengakibatkan penurunan BB dan gangguan metabolisme.
Epistomologi :
Gejala diare:
a) Demam
b) Terkadang disertai mul dan muntah
c) Nyeri perut
Diare pada balita dan anak merupakan penyakit yang serius. Diare dapat
menyebabkan dehidrasi serius dan mengakibatkan kondisi yang membahayakan nyawa
pada waktu yang singkat. Oleh karena itu kita pelu mengetahui tanda dan gejalanya,
yaitu:
Aksiologi :
Pencegahan terjadinya dehidrasi pada anak diare dapat dilakukan di rumah tangga
dengan pemberian larutan gula garam (oralit). Larutan gula garam (Oralit) diberikan
untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun
air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum biasa tidak mengandung garam
dan elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam
tubuh sehingga lebih diutamakan larutan gula garam. Campuran glukosa dan garam
yang terkandung dalam larutan gula garam dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare. Namun demikian, walaupun lebih dari 90% ibu mengetahui tentang
larutan gula garam, hanya 22% anak yang menderita diare yang diberi larutan gula
garam (Depkes RI, 2011)
Pemberian larutan gula garam sebanyak mungkin setelah diare dapat mencegah
dehidrasi dan membantu pembentukan energi. Didalam larutan gula garam terdapat dua
unsur yang memiliki manfaat untuk mengatasi diare yaitu garam mampu meningkatkan
pengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui membran sel sedangkan
gula yang terdapat pada garam dapur (NaCl) juga berkhasiat meningkatkan penyerapan
air pada dinding usus secara kuat, sehingga proses dehidrasi dalam tubuh dapat
tertangani. Dengan adanya penanganan cairan dengan menggunakan larutan gula garam
yang dapat diaplikasikan dirumah tangga diharapkan masyarakat memperoleh
pengetahuan tentang cara penanganan diare yang lebih baik. Pengetahuan tersebut
akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam menangani diare
dengan baik dan benar. Penanganan diare menggunakan larutan gula garam dalam
menangani dehidrasi pada klien diare tersebut dapat juga dipraktikan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga mencegah ataupun mengurangi dampak lebih lanjut dari diare.
a) Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air hingga bersih
b) Sediakan 1 gelas air minum (200 mL)
c) Pastikan oralit dalam keadaan bubuk kering
d) Masukkan 1 bungkus oralit ke dalam air minum di gelas
e) Aduk cairan oralit sampai larut
f) Larutan oralit jangan disimpan lebih dari 24 jam
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan Volume 2 Triwulan 2. Jakarta: Redaksi Datinkes
Departemen Kesehatan