Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Begitu banyaknya kasus pelanggaran atau kecurangan seperti korupsi terjadi di Indonesia. Bukan
hanya melibatkan pegawai biasa, bahkan saat ini pelaku korupsi merupakan orang – orang yang
memiliki jabatan tinggi atau kekuasaan tertentu bahkan dibagian departemen milik pemerintah.

Suatu bentuk tanggung jawab yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang pemegang jabatan
baik pada instansi milik negara maupun swasta hendaknya dikerjakan dengan baik dan penuh
amanah, bukan dijadikan sebagai sebuah kesempatan untuk mencari keuntungan bagi pihak yang
tidak bertanggung jawab.

Seperti halnya kasus yang melibatkan Pegawai Negri Sipil (PNS) yang bertugas di Kementerian
Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Golongan III A yang diketahui memiliki simpanan hingga miliaran
rupiah di rekening miliknya. Gayus pada awalnya diduga melakukan penggelapan pajak yang
melibatkan 149 perusahaan dan ditaksirkan dapat menyebabkan kerugian Negara hingga miliaran
rupiah.

1.3  Tujuan masalah

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang masalah korupsi gayus tambunan dan
menganalisisnya. Dan memenuhi tugas Pendidikan Anti Korupsi.
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Korupsi

Kata Korupsi berasal, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan,


memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu
yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan,  dan merugikan
kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang
menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini
ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi
merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam
modus.

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio (Fockema Andrea, 1951) atau corruptus (Webster


Student Dictionary, 1960). Selanjutnya, disebutkan pula bahwa corruptio berasal dari
kata corrumperesatu kata dari bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie”
(Belanda).Dari segi terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruptio” dalam bahasa latin yang
berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula untuk menunjukkan keadaan atau perbuatan
yang busuk.

Dalam Webster’s New American Dictionary, kata “corruption” diartikan sebagai “decay” (lapuk),
“contamination“ (kemasukan sesuatu yang merusak) dan “impurity” (tidak murni). Sedangkan kata
“corrupt” dijelaskan sebagai “to become rotten or putrid” (menjadi busuk, lapuk atau buruk), juga
“to induce decay in something originally clean and sound” (memasukkan sesuatu yang busuk atau
yang lapuk ke dalam sesuatu yang semula bersih dan bagus).

Menurut Black’s Law Dictionary, korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara salah
menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya
sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.

Dari bahasa  Latin tersebut, kemudian  dikenal  istilah  corruption,


corrupt (Inggris), corruption  (Prancis), dan  “corrupt/korruptie” (Belanda). Indonesia  kemudian
memungut kata   ini  menjadi  korupsi.  Arti  kata  korupsi  secara harfiah  adalah “sesuatu yang
busuk, jahat, dan merusakkan”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi didefinisikan lebih spesifik lagi


yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan
kata bahasa Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan
ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, “perbuatan yang
buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya” (WJS Poerwadarminta:
1976).

Jadi Korupsi adalah tindakan menguntungkan diri sendiri dan orang lain yang bersifat busuk, jahat,
dan merusakkan karena merugikan negara dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah
melakukan penyelewengan dalam hal keuangan atau kekuasaan, pengkhianatan amanat terkait
pada tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepadanya,  serta pelanggaran hukum.

PEMBAHASAN

Begitu banyak kasus penyalah gunaan jabatan serta kasus pencucian uang, yang secara umum
disebut dengan korupsi terjadi di Indonesia. Korupsi tidak mengenal jabatan, baik karyawan biasa
hingga pejabat tinggi negara bisa saja melakukan tindak kejahatan korupsi, korupsi juga tidak
mengenal instansi, korupsi dapat terjadi di instansi manapun baik instansi negeri atau pemerintah
maupun swasta.

Untuk memenuhi tugas Aspek Hukum dalam Ekonomi, saya akan membahas mengenai pelanggaran
hukum dalam bidang ekonomi yaitu kasus korupsi yang diketahui dilakukan oleh Pegawai Golongan
III-A Kementrian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Gayus Tambunan.

Analisis Kasus Gayus  Tambunan

Setiap tahun pemerintah menyiapkan anggaran keuangan yang disebut Anggaran Pendapatan dan
Belanja yang mempunyai fungsi sebagai kebijakan keuangan pemerintahan dalam memperoleh dan
mengeluarkan uang yang digunakan untuk menjalankan pemerintahan. Anggaran ini
memperlihatkan jumlah pendapatan dan belanja yang diantisipasikan dalam tahun  berikut. Dalam
unsur pendapatan yang paling utama dan penting adalah pendapatan yang berasal  Pajak , selain
dari pada itu berasal dari sumber lain yang dinamakan “Pendapatan Negara Bukan Pajak” (PNBP)
dan hibah. PNBP merupakan pendapatan negara yang paling banyak jenisnya termasuk yang
dinamakan “retribusi.”

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) kerap mengalami kebocoran lantaran dikorup para
pejabat. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung hingga mencapai 30 persen. Jika APBN minimal
Rp1.400 triliun, sekitar Rp400 miliar dana APBN yang menguap setiap tahun. Pembahasan ini
difokuskan pada divonis bebasnya Gayus oleh Pengadilan Negeri Tangerang karena tidak terbukti
melakukan salah satu tindak pidana yang disangkakan, yaitu: korupsi, Menurut anggota Komisi III
DPR, Andi Anzhar Cakra Wijaya, kasus penggelapan pajak masih belum manjur jika hanya dijerat
dengan Undang – Undang Tindak Pidana Korupsi.

Undang – Undang  Money Laundering  (pencucian uang) dinilai lebih sakti menindak mafia pajak.
Para  penegak hukum bisa menggunakan Undang – Undang tersebut untuk membuktikan perbuatan
penggelapan pajak kasus Gayus Tambunan. Ia menyebutkan, penggelapan pajak itu berasal dari
perbuatan Gayus yang menerima suap dari perusahaan-perusahaan yang dibantunya. Akibat suap
itulah terjadi penggelapan pajak yang jumlahnya sangat besar dan merugikan negara. “Kalau ada
indikasi penggelapan perpajakan ,harus digunakan  Undang-Undang Pencucian Uang.

Proses  penyidikan bisa dimulai dari pencucian uang itu,” tutur Andi. Setuju dengan pendapat Andi
Anzhar Cakra Wijaya, penulis berpendapat bahwa sudah seharusnya Gayus dijerat dengan Undang-
Undang Tindak Pidana Khusus, yaitu korupsi, pencucian uang dan penggelapan. Kalau kita baca
kembali kasus Gayus tersebut, jelas bahwa pada awalnya dalam berkas yang dikirimkan penyidik
Polri kepada kejaksaan, Gayus H. Tambunan dijerat dengan tiga pasal  berlapis yakni pasal korupsi,
pencucian uang, dan penggelapan. Hal ini karena Gayus H. Tambunan adalah seorang pegawai
negeri dan memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin. Sebenarnya dengan melihat besarnya dana
yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sudah cukup menimbulkan banyak pertanyaan darimana
uang sebanyak itu mengingat Gayus hanyalah seorang pegawai negeri dan orang tuanya juga bukan
pengusaha kaya raya. Sangat mustahil dia bisa mempunyai uang sebanyak itu di rekening banknya.
Keberadaan uang dua  puluh lima milyar di rekening Gayus sudah cukup menjadi bukti permulaan
untuk menelusuri darimana uang tersebut, bagaimana cara Gayus memperolehnya, apakah ada
hubungannya dengan pekerjaannya sebagai seorang pegawai pajak dan lain-lain.

Berdasarkan Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan yang menetapkan bahwa selain dilakukan oleh  pembayar pajak
(plagenataudader), tindak  pidana  pajakdapat  melibatkan Penyerta (deelderming) seperti  wakil,
kuasa atau pegawai  pembayar  pajak  atau pihak lain yang menyuruh melakukan (doen plegen
ataumiddelijke), yang turut serta melakukan (medeplegenataumededader), yang menganjurkan
(uitlokker), atau yang membantu melakukan tindak  pidana  perpajakan  (medeplichtige), Gayus
mungkin saja berperan sebagai medeplegen, uitlokker  atau  medeplichtige. Hal ini didasarkan pada
keterangan Gayus pada Satgas  pemberantasan mafia hukum bahwa dalam melakukan aksinya
tersebut Gayus melibatkan sekurang-kurangnya sepuluh rekannya.  Namun apa yang terjadi?
Indikasi tindak pidana perpajakan berupa penggelapan yang dilakukan oleh Gayus terkait uang dua
puluh lima milyar di rekening banknya tidak terbukti. Hal ini sebagaimana hasil  penelitian jaksa yang
menyebutkan bahwa hanya terdapat satu pasal yang terbukti terindikasi kejahatan dan dapat
dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapan namun hal ini tidak terkait dengan uang senilai Rp. 25
milliar yang diributkan PPATK dan Polri. Penggelapan yang dimaksud yaitu adanya aliran dana senilai
Rp 370 juta di rekening Bank BCA milik Gayus H. Tambunan. Uang tersebut diketahui berasal dari
dua transaksi yaitu dari PT. Mega Cipta Jaya Garmindo. Pada tanggal 1 September 2007 sebesar Rp.
170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp. 200 juta. Uang tersebut dimaksudkan untuk membantu
pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Namun setelah dicek, pemiliknya Mr Son,
warga Korea, tidak diketahui  berada di mana. Uang tersebut masuk ke rekening Gayus H. Tambunan
tetapi ternyata Gayus tidak urus pajaknya. Uang tersebut tidak digunakan oleh Gayus dan tidak
dikembalikan kepada Mr. Son sehingga hanya diam di rekening Gayus. Berdasarkan penelitian dan
penyidikan, uang senilai Rp. 370 juta tersebut diketahui bukan merupakan korupsi dan money
laundring tetapi  penggelapan pajak murni. Oleh karena itu, kebocoran APBN di sana sini hampir
dipastikan semakin besar ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Sebab, semua sektor rawan
dikorupsi. Hanya, peluang  beberapa pos anggaran lebih terbuka. Di antaranya, pos penganggaran
untuk bantuan sosial dan  belanja modal seperti untuk pembangunan infrastruktur. Mengacu pada
sejumlah kasus korupsi yang bisa dibongkar, jika ditotal, kerugian negara memang cukup besar.
Sebut saja kasus  Nazaruddin di wisma atlet yang merugikan negara sekitar Rp25 miliar. Selain itu,
kasus mafia  pajak Gayus Tambunan yang merugikan keuangan negara Rp25 miliar. Jadi, kejahatan
anggaran yang belum terungkap itu sebenarnya masih sangat banyak

Dari kasus diatas,kita dapat menjabarkan ciri – ciri, jenis – jenis, tipe – tipe dan faktor

David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam berbagai bidang, antara lain menyangkut
masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi dan menyangkut
bidang kepentingan umum

Syed H Menurut syed Hussein Alatas  yaitu:

Tentang kasus gayus tambunan adalah Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta, atau
masyarakat umumnya.Usaha untuk memperoleh keuntungan dengan mengatasnamakan suatu
lembaga tertentu seperti penipuan memperoleh hadiah undian dari suatu perusahaan, padahal
perusahaan yang sesungguhnya tidak menyelenggarakan undian

Dan dari kasus diatas juga terdapat jenis =jenisnya


Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh
keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

Yang  termasuk dalam faktor – faktor  GONE Theory yang dikemukakan oleh Jack Boulogne:

Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam
diri setiap orang. keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah orang yang tidak
puas akan keadaan dirinya.

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Korupsi yang dilakukan oleh Gayus Tambunan bukan hanya melibatkan dirinya tetapi juga
melibatkan banyak orang dari pemerintahan dan para pengusaha yang enggan membayar pajak dan
mecoba mengakali peraturan agar pajak yang telah dibayarkan oleh perusahaan tersebut dapat
ditarik kembali. Sehingga menyebabkan negara mengalami kerugian dengan jumlah fantastis yang
diperkirakan berada disekitar angka Rp 339 Milyar.

Tindakan yang dilakukan oleh tersangka Gayus Tambunan  meresahkan banyak pihak. Korupsi
merupakan  tindakan yang tidak lepas dari pengaruh kekuasaan dan kewenangan yang di miliki oleh
individu maupun kelompok, dan dilaksanakan  baik sebagai kejahatan individu (professional)
maupun sebagai bentuk dari kejahatan korporasi (dilakukan denga kerjasama antara berbagai pihak
yang ingin mendapatkan keuntungan sehingga membentuk suatu struktur organisasi yang saling
melindungi dan menutupi keburukan masing-masing). Korupsi merupakan cerminan dari krisis
kebijakan dan representasi dari rendahnya akuntabilitas birokrasi publik.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan mengenai kasus korupsi di Indonesia yaitu sebagai berikut
:

Pemerintah harus tegas dalam  menghukum pelaku korupsi dan dalam memberantas korupsi yang
tidak hanya berfokus pada intansi atau jabatan tinggi, tetapi juga harus fokus memberantas korupsi
yang mungkin dapat dilakukan oleh pegawai biasa.

Hendaknya setiap masyarakat yang memiliki kepentingan dengan pegawai atau seseorang dengan
jabatan tertentu tidak memberikan hadiah atau apapun yang bersifat suapan.

Hendaknya setiap masyarakat dan pemerintah yang melihat adanya tindakan korupsi melapor
kepada aprat berwajib agar kasus tersebut segera dapat ditangani.

Anda mungkin juga menyukai

  • RPP Bab 4
    RPP Bab 4
    Dokumen8 halaman
    RPP Bab 4
    Elvira Clarita Melur
    Belum ada peringkat
  • RPP Bab 2
    RPP Bab 2
    Dokumen6 halaman
    RPP Bab 2
    Elvira Clarita Melur
    Belum ada peringkat
  • RPP Bab 3
    RPP Bab 3
    Dokumen6 halaman
    RPP Bab 3
    Elvira Clarita Melur
    Belum ada peringkat
  • RPP Bab 1
    RPP Bab 1
    Dokumen28 halaman
    RPP Bab 1
    Elvira Clarita Melur
    Belum ada peringkat