Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Tugas ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak

Dosen pengampu : Ika Purnamasari S.Kep. M.kep

Di susun oleh :

Kelompok 2

1.Fifi Nuraeni (2018200020)

2.Diana Fatmawati (2018200015)

D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH

DI WONOSOB

1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah
keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak juga sebagai generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh
sakit, termasuk sakit diare (Hidayat, 2008).
Diare merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak-kanak
dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian
anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Kekhawatiran orang tua terhadap
penyakit diare adalah hal yang wajar, yang menjadi masalah adalah apabila ada orang
tua yang bersikap tak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare
(Sasrawan, 2010).
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buang air besar
yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari
biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar (Sudarti, 2010)
Penyakit diare sampai dengan saat ini masih termasuk masalah kesehatan
terbesar di dunia apalagi bagi negara-negara berkembang karena angka kesakitan dan
kematian yang masih tinggi. Pada tahun 2009, The United Nations Children Fund
(UNICEF) dan World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa asia selatan
merupakan benua tertinggi yang menderita diare pada balita yakni sebesar 783 juta,
kemudian afrika sebesar 696 juta, Sebagian dari dunia sebesar 480 juta dan asia timur
dan pasifik sebesar 435 juta. Pada tahun 2015 lebih dari 1.400 anak-anak meninggal
setiap hari atau sekitar 526.000 anak pertahun yang di sebabkan karena diare (Ariani,
2016).
Diare merupakan penyebab umum kematian di negara berkembang , penyebab
kedua kematian bayi di seluruh dunia dan penyebab nomer satu kematian balita
(bawah 5 tahun). Hilangnya cairan karena diare dapat menyebabkan dehidrasi dan
gangguan elektrolit seperti kekurangan kalium atau ketidakseimbangan garam
lainnya.
Diare menjadi salah satu penyakit umum di derita oleh anak. Namun, diare
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak karena penyerapan nutrisinya
terganggu. Oleh karena itu, orang itu perlu mengetahui penanganan diare yang tepat
agar tidak berkelanjutan (Ariani, 2016).

2
Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan penyakit diare pada
anak.

2. Tujuan khusus

Secara khusus penulisan makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Definisi dari Penyakit Diare


2. Mengetahui Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
3. Mengetahui Etiologi Penyakit Diare
4. Mengetahui Patofisilogi Penyakit Diare
5. Mengetahui Pathway dari Penyakit Diare
6. Mengetahui Manifestasi klinis Penyakit Diare
7. Mengetahui Pemeriksaan dari Masalah Penyakit Diare
8. Mengetahui Penatalaksanaan dan Komplikasinya
9. Mengidentifikasi Konsep Asuhan Keperawatan Masalah Terkait

3
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT

B. Anatomi Fisiologi

Anatomi fisiologi pencernaan manusia diawali dari mulut sampai anus, menurut Pearce
(2009), anatomi fisiologi sistem pencernaan manusia yaitu:

a. Mulut

Mulut merupakan bagai awal dari sistem pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar yag
sempit (vestibula) yaitu ruangan diantara gusi dengan bibir dan pipi. Bagaian dalam yang
terdiri atas rongga mulut. Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan organ otot yang
dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada proses mengunyah (mastikasi), menelan
(deglution), bicara (spech) dan pengecap, kemudian terdapat kelenjar air utama yaitu :
glandula parotis, glandula sublingualis, glandula submaksilaris. Selain lidah terdapat pula
gigi yang merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat
pengunyah dan bicara.

b. Pharing

Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang kira-kira 12 cm,
terbentang tegak lurus antara basis cranii yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga
kebawah setinggi tulang rawan cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya bolus (makanan
yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.

c. Esophagus ( kerongkongan )

Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari jaringan otot yang
terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan bermuara pada lambung yang merupakan
lanjutan lambung.

d. Lambung

Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus, Gastrointestinal dan merupakan
lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti huruf “ J “ terletak dibagian atas agak kekiri sedikit
pada rongga abdomen dibawah diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan
secara mekanis dan kimiawi, sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan membantu
proses penyembuhan eritrosid

e. Usus Halus

Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus sampai muara ileocaecalis
dan menempati bagian terbesar rongga abdomen terletak sebelah bawah lambung dan hati,
panjang kurang lebih 7 meter. Usus halus dibagi menjadi :

1) Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari. Panjang kira-kira 20 cm,

4
berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas.
Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitupapila vateri. Dinding duodenum
mempunyai lapisan yangbanyak mengandung kelenjar yang berfungsi
untukmemproduksi getah intestinum yang disebut kelenjar brunner.
2) Yeyenum dan Ileum
Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat pada dindin
abdomen posterior lipatan peritoniumyang dikenal sebagai mesentrum. Ujung
bawah ileumberhubungan dengan seikum dengan perantara lubang
orifisiumileosinkalis. Didalam tunica propria (bagian dalam tunicamukosa)
terdapat jaringan-jaringan limfoid, noduli lymphaticiyang ada sendiri-sendiri atau
berkelompok. Sementara di ileumplicae cirkulares dan villi akan berkurang,
sedangkankelompok noduli lympathici akan menjadi banyak, tiapkelompok
berkisar antara 20 noduli lympathici. Kumpulankelompok ini disebut Plaque
Payeri, yang menjadi tanda khasileum.Fungsi dari usus halus antara lain menerima
zat-zatmakanan yang sudah dicerna, menyerap protein dalam bentukasam amino,
menyerap karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak.

f. Usus Besar

Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-olah seperti huruf “ U “
terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula
ileocaecalis sampai anus. Usus besar terdiri dari colon asendens, colon transversum, colon
desenden dan sigmoideum. Fungsi usus besar adalah untuk absorbsi air untuk kemudian
sisamasa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut feses

g. Anus

Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia
luar, terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat oleh tiga spinter yaitu :

1) SPinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak


2) Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak
3) Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak

1. Respon Tubuh

a. Sistem integument

Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan hingga berat turgor kulit biasanya
kembali sangat lambat. Karena tidak adekuatnya kebutuhan cairan dan elektrilit pada jaringan
tubuh anak sehingga kelembapan kulit pun menjadi berkurang.

b. Sistem Respirasi

Kehilangan air dan elektrolit pada anak diare mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basa yang menyebabkan pH turun karena akumulasi asam nonvolatile. Terjadilah

5
hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2 menyebabkan pernapasan jadi cepat, dan dalam
(pernapasan kusmaul).

c. Sistem Pencernaan

Anak yang diare biasanya mengalami gangguan pada nutrisi, yang disebabkan oleh
kerusakan mukosa usus dimana usus tidak dapat menyerap makanan. Anak akan tampak lesu,
malas makan, dan letargi. Nutrisi yang tidak dapat diserap mengakibatkan anak bisa
mengalami gangguam gizi yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan berat badan dan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga proses penyembuhan akan lama.

d. Sistem Muskoloskeletal

Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak yang diare dapat
menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot, kram dan detak jantung sangat lambat.

e. Sistem Sirkulasi

Akibat dari daire dapat terjadi gangguan pada system sirkulasi darah menyebakan
darah melemah, tekanan darah rendah, kulit pucat, akral dingin yang mengakibatkan
terjadinya syok hipovolemik.

f. Sistem Otak

Syok hipovolemik dapat menyebabkan aliran darah dan oksigen berkurang. Hal ini
bisa menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran dan bila tidak segera ditolong dapat
mengakibatkan kematian.

g. Sistem Eliminasi

Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama berubah kehijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering defesaki dan
tinja makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare.

6
C. Definisi Masalah

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air besar yang
tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (Vivian, 2010).

Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Kelainan yang
mengganggu penyerapan di usus besar lebih jarang menyebabkan diare. Sedangkan kelainan
penyerapan di usus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya diare merupakan
gangguan transportasi larutan di usus. (Sodikin, 2012).

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistnsi lebih lunak atau lebih cair
anak-anak, diare di definisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-
rata pengeluaran tinja normal bayi sebsar 5-10g/kg/24 jam. (Juffri, 2010).

D. Etiologi

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010). Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti infeksi malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi ada dua macam yaitu enternal dan
parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan
penyebab utamanya terjadinya diare sedangkan parental adalah infeksi dibagian tubuh lain
diluar alat pencernaan misalnya otitis media akut (OMA) tansilofaringitis bronkopnemonia
dan ensefalitis. Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa), pada anak dan bayi
yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak dan protein. Makanan meliputi
makanan basi beracun dan alergi.Psikologi meliputi rasa takut dan cemas. Penyebab diare
dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus
atau parasit), malabsorpsi, alergi keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.
Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan” (Depkes RI, 2011, hal.2).

Menurut Nelwan (2014). Penyebab diare diantaranya terjadi karena infeksi bakteri, virus
dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromona.Virus yaitu
Rotavirus, Adenovirus, Cytomegalovirus.Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia,
Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis, Strongyloides
stercoralis, Isospora Belii). Cacing ( Strogyloides strercoralis, Schistosomal).

7
E. Patofisiologi

Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah
sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat
rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan
isi rongga usus. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula.
Menurut Hidayat (2006), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai macam
kemungkinan faktor diantaranya :

1.Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.

2.Faktor malabsorpsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs yang menyebabkan tekanan osmotik


meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat isi
meningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare.

3.Faktor makanan.

Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.Sehingga terjadi
peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan yang kemudian menyebabkan diare.

4.Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang menyebabkan diare.

8
F. Pathway
Pathway Diare (Hardhi & Amin, 2013)

Infeksi (Virus,Bakteri, Molabsorbsi,KH, Makanan Beracun Faktor Psikologis


Parasit) Protein,lemak

Makanan tidak di serap ansietas

Berkembang di usus Tek Osmotik

Pe sekresi cairanPergeseran cairan dan Penyerapan makanan di ususdan


elektrolit elektrolit ke rongga usus menurun

Isi usus meningkat

Hipertermia .................................. DIARE...................................Defisit pengetahuan

Frek. BAB Distensi abdomen

Hilangnya cairan dan Gangguan integritas kulit


elektrolit berlebih perianal Mual

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik Muntah


cairan dan elektrolit
sesak
Nafsu makan menurun
Dehidrasi Gangguan pertukaran gas

Kurang volume cairan Resiko syok (hipovolemik)


ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

9
G. Manifestasi Klinis

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.

2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial
dan wiata.

3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.

5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.

6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus)
sebagai akibat hipovokanik.

7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam.

H. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2014)

Pemeriksaan darah yang meliputi darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit (Na+,
K+, C).Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam
basa).Pemeriksaan toksik (C.Difficile), antigen (E. Hystolitica).Fesesmeliputi analisa feses
(rutin: leukosit difeses. Pemeriksaan parasit :amoeba,hif).

Pemeriksaaan kultur.Pada kasus ringan, diare bisa teratasi dalam waktu <24 jam.
Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat yang tidak teratasi sehingga
menyebabkan hipotensi, disentri,disertai demam, diare pada usia lanjut, atau pasien dengan
kondisi imun yang rendah (pasien dengan penggunaan obat kemoterapi), mendapat
pertolongan.Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi.

10
I. Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima langkah tuntaskan
diare.Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki
kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.

Menurut Depkes RI (2011), program lima langkah tuntaskan diare yaitu:

Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah. Oralit untuk mencegah terjadinya


dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas
rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah ada oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.Oralit merupakan cairan yang
terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.Bila penderita tidak minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan.Pemberian oralit
didasarkan pada derajat dehidrasi.

1) Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan
dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

3) Diare dengan dehidrasi berat

a. Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas.Untuk anak
dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1
sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang lebih besar dapat
minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian
mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.

b.Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut. Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang
penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti
mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

11
berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

1) Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

2) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet
zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau air susu ibu, sesudah larut
berikan pada anak diare.

c. Teruskan pemberian air susu ibu dan makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama
pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang
masih minum air susu ibu harus lebih sering di beri air susu ibu. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

d. Antibiotik Selektif

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita
yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan
darah (sebagian besar karena shigellosis), dan suspek kolera.

e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a) Diare lebih sering

b) Muntah berulang

c) Sangat haus

d) Makan/minum sedikit

e) Timbul demam

f) Tinja berdarah

g) Tidak membaik dalam 3 hari.

12
J. Komplikasi

1.Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).


2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a.Kehilangan berat badan
b.Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
c.Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
d.Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

BAB III

13
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan akan membantu dalam penentuan
status kesehatan dan kebutuhan pasien. Menurut Nursalam tahun 2006 dalam Istiqomah
(2018) adalah sebagai berikut:

a. Identitas pasien/ biodata


Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, suku
bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua. Pada pasien diare akut, sebagian adalah anak
yang berumur dibawah 2 tahun. Insiden paling tinggi terjadi pada umur 6-11 bulan karena
pada masa itu mulai diberikan makanan pedamping, kejadian diare akut pada anak laki-laki
hampir sama dengan anak perempuan.

b. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 x sehari, BAB < 4 kali dan
cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4-10 kali dan cair (diare dengan dehidrasi ringan/ sedang),
atau BAB > 10 kali (diare dengan dehidrasi berat).

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Suhu badan meningkat, nafsu makan menurun dan tidak/ adakah kemerahan atau lecet pada
anus, muntah yang dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

d. Riwayat kesehan terdahulu

1) Riwayat imunisasi

2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obat

3) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya.

e. Pengkajian fisik

1) Keadan umum

a) Kesadaran

b) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)

c) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan/ sedang)

d) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)


e) Nadi dan tekanan darah.

14
Frekuensi Denyut nadi Tekanan
denyut nadi (normal) darah
dan tekanan (normal)
darah
menurut
umur
Umur
0-1 tahun 100-160 Di atas 60
mmHg
1-3 tahun 90-150 Di atas 70
mmHg
3-6 tahun 80-140 Di atas 75
mmHg

3) Suhu badan

a) Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

b) Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37,5°C

c) Febris/psikis, bila suhu tubuh antara 37,6- 40°C

d) Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C


Dalam peningkatan suhu sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup
banyak, dan meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolism rate, setiap
peningkatan 1% suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia sebesar 10%.

4) Berat badan
Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan.
Pemeriksaan BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan
deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk).

5) Kulit
untuk mengetahui elastisitas kulit dilakukan pemeriksaan turgor. Bila turgor kembali dengan
cepat (kurang dari 2 detik) berarti anak tidak ada dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan
lambat (cubitan kembali dalm 2 detik) berarti terjadi dehidrasi ringan/ sedang. Apabila turgor
kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik), anak mengalami diare dengan dehidrasi berat.

6) Kepala

Anak usia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung.

7) Rambut
Anak dengan dehidrasi berat biasanya rambutnya kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis,
pecah atau patah-patah.

15
8) Mata
Anak dengan diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami
dehidrasi ringan/ sedang, kelopak matanya cekung. Sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.

9) Mulut dan lidah


a) Mulut dan lidah basah tanpa dehidrasi

b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/ sedang)

c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)

10) Leher
Tidak ada tekanan vena jugularis, pembesaran kelanjar tiroid dan kelenjar limfe.
11) Paru-paru
I : simetris
P : simetris, fremitus
P : sonor
A : deteksi suara nafas dasar, normal vesikuler
12) Jantung

I : iktus kordis tak terlihat


P : iktus kordis teraba
P : redup
A : bunyi jantung lubdup
13) Abdomen
I : cembung
A : pemeriksaan paristaltik abdomen lebih dari normal (N= 9-12x/menit)
P : Hipertympani
P : Ada nyeri tekan abdomen
14) Anus

Inspeksi adanya lecet pada daerah sekitar anus.


f. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

2) Pemeriksaan tinja

a) Makroskopis: warna, konsistensi, adanya darah, lendir.

b) Mikroskopis
(1) Darah samar dan leukosit yang positif (> 10/ 1pb) menunjukkan bahwa adanya
peradangan pada kolon bagian bawah.

(2) pH tinja yang rendah menunjukkan adanya maldigesti dan malabsorbsi karbohidrat di
dalam usus kecil yang diikuti oleh fermentasi oleh bakteri yang ada di dalam kolon.

16
(3) Clinitest, berguna untuk memeriksa adanya substansi reduksi dalam sampel tinja yang
masih baru, yang menunjukkan adanya malabsorbsi karbohidrat.

(4) Breath hydrogen test, digunakan untuk evaluasi malabsrobsi karbohidrat.

(5) Uji kualitatif ekskresi lemak di dalam tinja dengan pengecatan butir lemak, merupakan
skrining yang cepat dan sederhana untuk menentukan adanya malabsorbsi lemak.

(6) Biakan kuman dalam tinja, untuk mendapat informasi tentang flora usus dan kontaminasi.

(7) Pemeriksaan parasit (Giardia Lamblia, cacing).

c) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin, elektrolit (Na, K, Cl) dan bicarbonate, albumin, kadang diperlukan
pemeriksaan kadar serum dan lain-lain.
3) Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi saluran gastrointestinal membantu mengidentifikasi cacat bawaan


(malrotasi, stenosis) dan kelainan-kelainan seperti limfangiektasis, inflammatory bowel
disease, penyakit Hirsprung, enterokolitis nekrotikans.
(Ariani, 2016).

g. Fokus pengkajian pola fungsional

1) Pola persepsi dan manajemen terhadap kesehatan

Mengkaji persepsi klien dan keluarga tentang sakit yang diderita klien. Bagaimana cara
keluarga menangani atau merawat anggota keluarga yang sakit.
2) Pola nutrisi dan metabolik

Menurut Hidayat (2012), untuk mengkaji sistem nutrisi pasien dipaparkan pendekatan
ABCD, yaitu:
a) Antropometri

Pada penyakit diare biasanya ditemukan adanya penurunan BB.


b) Biochemical
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain elektrolit seperti kadar kalium, natrium,
klorida. Pemeriksaan feses dan pemeriksaan darah lengkap.
c) Clinical sign (kondisi umum, GCS)

Pada anak dengan dehidrasi ringan atau sedang anak menjadi rewel atau cengeng, pada
dehidrasi berat anak menjadi latargi atau terjadi penurunan kesadaran.
d) Dietary

Biasanya anak menjadi tidak nafsu makan dan mual muntah, pada dehidrasi sedang anak
merasa haus dan banyak minum, pada dehidrasi berat anak tidak mau minum. Juga
ditemukan adanya tanda dehidrasi (dehidrasi ringan apabila kehilangan 2-5% dari berat atau
rata-rata 25ml/kg BB, dehidrasi sedang apabila kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan atau

17
rata- rata 75ml/kg bb dan dehidrasi berat apabila kehilangan cairan 8-10% dari berat badan
atau rata-rata 125ml/kg BB.
3) Pola eliminasi

a) BAB (Buang Air Besar)

Mengkaji pola dan frekuensi BAB klien, apakah ada perubahan warna dan konsistensi.
Adakah gangguan BAB (konstipasi atau diare)
b) BAK (Buang Air Kecil)

Mengkaji frekuensi, pola, jumlah, warna urin. Adakah keluhan dalam BAK (disuria,
hamaturia, dan retensi urin).
4) Pengkajian cairan

a) Cairan masuk (intake)


(1) Oral : minuman serta makanan

(2) Enteral : NGT, serta makanan

(3) Parenteral : infuse


b) Cairan keluar (output)

(1) BAB : feses ± 100ml/hari

(2) Urin (> 0,5 – 1 ml/kgBB/jam


Perkiraan produksi urin, nenonatus; 10-90 ml/kg/BB/hari, bayi ;80-90 ml kgBB/hari, anak :
50 ml/kg/BB/hari
(3) NGT : Residu.

(4) Keringat, muntah

(5) Drain
Kehilangan cairan normal IWL (paru ± 400ml/hari dan kulit ± 600 ml/hari)
(6) IWL. Sbb :

Standar kehilangna IWL:


a. Neonatus ; 30 ml/kgBB/hari

b. Bayi : 50-60ml/kgBB/hari

c. Anak (1-13 tahun) : (30 ml- umur) N BB/hari

Cara menghitung IWL pada anak IWL = 30xBB/24 jam Menghitung IWL kenaikan
suhu=240+200(kenaikan suhu - 36,5)
c) Cara menghitung Keseimbangan cairan:

input-(IWL+output)
5) Pola aktifitas dan latihan

18
Mengkaji kemampuan perawatan diri yang meliputi makan minum, toileting, berpakaian,
mobilitas di tempat tidur.
6) Pola istirahat dan tidur

Mengkaji berapa lama klien tidur, adakah masalah dalam tidur, adakah hal yang
memepersulit tidur
7) Pola persepsi dan kognitif

Mengkaji bagaimana fungsi panca indra fungsi indra, adakah menggunakan alat bantu.
8) Pola persepsi dan konsep diri

Mengkaji bagaimana fungsi panca indra fungsi indra, adakah menggunakan alat bantu.
8) Pola persepsi dan konsep diri

Mengkaji pandangan klien tentang sakitnya saat ini. Apakah klien mengalami kecemasan,
dan bagaimana konsep diri klien yang meliputi gambaran diri, identitas, peran, dan harga diri
klien saat ini.
9) Pengkajian status gizi

Pada pengkajian status gizi dilakukan dengan pengukuran sesuai tabel TB/BB. Dalam
keadaan normal BB akan searah dengan TB dengan kecepatan tertentu. Untuk
pengkategorian status gizi berdasarkan TB/BB sebagai berikut:
a) Normal: -2SD s/d 2 SD atau gizi baik

b) Kurus: <-2 SD s/d -3 SD atau gizi kurang

c) Kurus sekali: <- 3 SD atau gizi buruk

d) Gemuk: > 2SD atau gizi lebih.


Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagaimana terdapat pada tabel dibawah
ini:

Cara penggunaan tabel BB/TB adalah sebagai berikut:


a. Ukur tinggi/panjang badan dan timbang berat badan anak.

b. Lihat kolom tinggi panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran.

c. Pilih kolom berat badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin,
cari angka berat badan terdekat dengan berat badan anak.

d. Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka Standar
Deviasi (SD).

10) Pengkajian perkembangan anak


Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan).

2. Masalah Keperawatan Pada Diare


Diagnosa yang mungkin muncul pada penyakit diare menurut Herdman (2015):

19
a. Kekurangan volume cairan

1) Pengertian

Penurunan cairan intravaskuler, intersial, dan/ atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
2) Etiologi

a) Kehilangan cairan aktif

b) Kegagalan mekanisme regulasi

3) Batasan karakteristik.

1) Haus

2) Kelelahan

3) Kulit kering

4) Membran mukosa kering

5) Peningkatan frekuensi nadi

6) Peningkatan konsentrasi urin

7) Peningkatan suhu tubuh

8) Penurunan berat badan tiba-tiba

9) Penurunan turgor kulit

4) Rencana keperawatan

a) NOC (Tujuan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan hidrasi tercapai dengan
indikator sebagai berikut:
Tabel 2.8
indiktor Sangat Besar Cukup Sedikit Tidak
NOC: tergangg compro tergangg tergangg tergangg
hidrasi u mise u u u
Skala
outcome
keseluru
han
1 2 3 4 5
Indikator 1 2 3 4 5
:
Turgor

20
kulit
Membra 1 2 3 4 5
n
mukosa
lembab
Intake 1 2 3 4 5
cairan
Output 1 2 3 4 5
cairan
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak ada
berat
Haus 1 2 3 4 5
Nadi 1 2 3 4 5
cepat dan
lemah
Kehilang 1 2 3 4 5
an berat
badan
Peningka 1 2 3 4 5
tan suhu
tubuh

1) Intervensi (NIC)

a) Manajemen cairan

(1) Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien

(2) Monitor status hidrasi (misalnya, membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik, turgor kulit bagus)

(3) Monitor tanda-tanda vital pasien

(4) Hitung atau timbang popok dengan baik

(5) Jaga intake/ asupan yang adekuat dan catat output pasien

(6) Berikan cairan dengan tepat

(7) Distribusikan asupan cairan selama 24 jam

(8) Dukung pasien dan keluarga dalam pemberian makan dengan baik.

b. Diare

1) Pengertian
Pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk
2) Etiologi

21
Fisiologis
a) Inflamasi gastrointestinal

b) Iritasi gastrointestinal

c) Kram

d) Malabsorbsi

e) Parasit

Psikologis
a) Ansietas

b) Tingkat stress tinggi

Situasional
a) Makan melalui selang

b) Pemaparan pada kontaminan

c) pemaparan pada toksin

d) Penyalahgunaan pada laksatif

e) Melakukan perjalanan

3) Batasan karakteristik

a) Ada dorongan untuk defekasi

b) Bising usus hiperaktif

c) Defekasi feses cair > 3x dalam 24 jam

d) Kram

e) Nyeri abdomen

4) Rencana keperawatan

a) Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Eliminasi usus tercapai, dengan kriteria
hasil sebagai berikut: Tabel 2.9
indikato Sangat Besar Cukup Sedikit Tidak
r NOC tergangg comprom tergangg tergangg tergangg
Eliminas u ise u u u
i usus
Skala
22
outcome
keseluruh
an
1 2 3 4 5
Indikator: 1 2 3 4 5
Pola
eliminasi
warna 1 2 3 4 5
feses
feses 1 2 3 4 5
lembut
dan
bebentuk
Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada
Diare 1 2 3 4 5

turgor kulit secara berkala

e) Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare(misalnya, medikasi, bakteri, pemberian


makan lewat selang).

f) Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara berkala.

g) Ajarkan pasien cara menggunakan obat antidiare secara tepat.

h) Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala diare menetap.

i) Berikan penkes kepada keluarga agar anak tidak terjadi diare berulang
(2) Manajemen saluran cerna

a) Monitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume, dan warna
dengan cara

yang tepat.

b) Monitor bising usus.

c) Monitor adanya tanda dan gejala diare, konstipasi dan sinpaksi.

d) Anjurkan anggota pasien/keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan


konsistensi tinja.

c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

1) Keterangan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
2) Etiologi

a) Faktor biologis

23
b) Factor ekonomi

c) Gangguan psikososial

d) Ketidakmampuan makan

e) Ketidakmampuan mencerna makanan

f) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient

g) Kurang asupan makanan

3) Batasan karakteristik

a) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal

b) Bising usus hiperaktif

c) Gangguan sensasi rasa

d) Kehilangan rambut berlebihan

e) Kelemahan otot pengunyah

f) Kelemahan

g) Otot untuk menelan

h) Kesalahan persepsi

i) Membrane mukosa pucat

j) Nyeri abdomen

k) Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat

4) Rencana keperawatan

a) Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam , diharapkan Status nutrisi tercapai,
dengan indikator sebagai berikut:
Tabel 2.10
indikator Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
NOC menyimpa menyimpa menyimpa menyimpa menyimpa
status ng dari ng dari ng dari ng dari ng dari
nutrisi rentang rentang rentang rentan rentan
Skala normal normal normal normal normal
outcome

24
keseluruh
an
1 2 3 4 5
Indikator: 1 2 3 4 5
asupan
makanan
asupan 1 2 3 4 5
cairan
Rasio 1 2 3 4 5
berat
badan/ting
i badan

b) Intervensi (NIC)
1) Manajemen nutrisi
(a) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi

(b) Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu: membahas pedoman diet dan
piramida makanan).

(c) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan
nutrisi

(d) Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan

(e) Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara (pasien) berada di
rumah sakit atau fasilitas perawatan yang sesuai
2) Monitor nutrisi

(a) Monitor pertumbuhan dan perkembangan

(b) Monitor kecenderungan turun atau naiknya berat badan

(c) Monitor turgor kulit dan mobilitas

(d) Monitor adanya mual muntah

(e) Monitor diet dan asupan kalori

(f) Timbang berat badan


d. Hipertemia

a) Pengertian
Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
b) Batasan karakteristik
(1) Apnea

(2) Bayi tidak dapat mempertahankan menyusui

25
(3) Gelisah

(4) Hipotensi

(5) Kejang

(6) Koma

(7) Kulit kemerahan

(8) Kulit terasa hangat

(9) Letargi

(10) Postur abnormal

(11) Stupor

(12) Takikardi
c) Faktor yang berhubungan

(1) Aktivitas berlebih

(2) Dehidrasi

(3) Pakaian yang tidak sesuai

(4) Peningkatan laju metabolism

(5) Penyakit

(6) Suhu lingkungan tinggi

d) Rencana keperawatan

1) Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan Termoregulasi tercapai,
dengan indikator sebagai berikut:
Tabel 2.11
indikator Sangat Besar Cukup Sedikit Tidak
NOC terganggu compromi terganggu terganggu terganggu
Termore se
gulasi
Skala
outcome
keseluruh
an
1 2 3 4 5
Tingkat 1 2 3 4 5
26
pernafasa
n
Melapork 1 2 3 4 5
an
kenyaman
an
Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada
Hiperterm 1 2 3 4 5
ia
Dehidrasi 1 2 3 4 5

2) Intervensi (NIC)

a) Pengaturan suhu

(1) Monitor suhu paling tidak 2 jam sesuai kebutuhan

(2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai kebutuhan

(3) Monitor suhu dan warna kulit

(4) Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipotermia

(5) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat

(6) Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien

(7) Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan

BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN

Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal 100-200 cc/jam tinja),
berbentuk tinja cair disertai lender atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih 3x.
Perlu penanganan yang tepat untuk mencegah diare. Pencegahan diare bisa dilakukan
dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat:

27
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan juga menjaga kebersihan alat alat makanan.
3. Sebaiknya air minum yang diminum memenuhi kebutuhan senitasi standar di
lingkungan tempat tinggal.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan dimeja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan dirumah dan tidak jajan disembarangan tempat.
Jika bisa membawa bekal sendiri ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti
air bersih dan jamban/WC yang memeadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.

Daftar Pustaka

Oksfriani Jufri Sumawmouw, dkk. 2017. Diare balita : suatu tinjauan dari
bidang Kesehatan masyarakat. Duplikasi

Nurusalam. 2006. Gangguan kebutuhan Nutrisi Pada Anak. Jakarta : EGC

Ariani, Ayu Putri. 2016. DIARE Pencegahan dan Pengobatannya. Yogyakarta


Nuha Medika.

28
Bulecheek, Gloria N & Dochterman joanne Mc Closkey. 2013. Nursing
International classification (NIC). Edisi ke 5. Unit States of America.

Wilikinson, Judith, M 2006. Buku saku Diagnosa Keperawatan Dengan


Intervensi NIC dan kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

29

Anda mungkin juga menyukai