11218018
UTS Laboratorium Rekayasa Hayati
Modul Reologi
1. Berdasarkan grafik dapat terilihat:
a. Untuk glycerine, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
menurun
b. Untuk castor oil, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
menurun
c. Untuk aniline, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
menurun
d. Untuk mercury, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
menurun
e. Untuk kerosene, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
menurun
f. Untuk etyl alcohol, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
menurun
g. Untuk carbon tetrachloride, dengan meningkatnya temperature maka
viskositasnya menurun
h. Untuk air, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya menurun
i. Untuk gasoline, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
menurun
j. Untuk gas helium, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
akan meningkat
k. Untuk udara, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
meningkat
l. Untuk karbon dioksida, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
meningkat
m. Untuk gas hidrogen, dengan meningkatnya temperature maka viskositasnya
meningkat
Hasil pengamatan terhadap grafik menunjukkan untuk seluruh sampel berbentuk
cairan, profil viskositasnya akan menurun seiring dengan meningkatnya temperature.
Sedangkan, untuk sampel berfasa gas, profil viskositasnya cenderung meningkat
seiring dengan peningkatan temperatur. Hal ini dikarenakan sampel gas memiliki
besaran gesekan antar partikel yang lebih tinggi daripada cairan, sehingga
viskositasnya meningkat. Selain itu, viskositas semakin emnurun karena molekul-
molekuk zat cair jaraknya berdekatan dengan gaya kohesi yang kuat antar molekul
dan hambatan terhadap gerak relative antara lapisan-lapisan fluida yang bersebelahan
dan berhubungan dengan gaya antar molekul.
2. µ = 𝜏/(∆ v /∆ x ¿
µ = F/A/(∆ v /∆ x ¿
µ =(1x10^-3 m/0,1 m^2)/((1 x 10−2 m/s)/(1 x 10−3 m))
µ =1 x 10^-3 Ns/m^2
Profil kecepatan dari fluida Newtonian pada viscometer pelat geser adalah linear, karena
berdasarkan Gambar 1., dapat terlihat bahwa besaran shear stress (𝜏) konstan karena F dan
A konstan. Sehingga nilai shear rate juga akan konstan. Hal ini dapat membuktikan
bahwa profil kecepatannya akan linear.
3. Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap gambar a, b, dan c, dapat disimpulkan bahwa
viskositas spesies Azadirachta indica meningkat sangat tinggi apaila dibandingkan dengan
kedua spesies lainnya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan spesies ini memiliki morfologi sel
berbentuk kokus. Karena spesies ini berbentuk kokus, maka sel-selnya bertumpuk dan
memadatkan diri. Jadi, karena dia semakin padat maka viskositasnya semakin tinggi.
Sedangkan spesies Borojoa patinoi dan Thevetia peruviana memiliki morfologi sel campuran
antara basil dan kokus sehingga kedua spesies tersebut memiliki kepadatan sel yang lebih
rendah. Hal ini menyebabkan viskositasnya menurun. Hal ini sesuai dengan konsep viskositas
yang menyatakan bahwa semakin besar berat molekul suatu zat, maka viskositasnya akan
semakin meningkat.
Modul Aerasi
1. Hidrodinamika pada kolom
a)
H0
ε G=1−
Hd
H0 = 1,9 m
Laju Alir [L/min] h [m] εG
10 2,2 0,136
30 2,5 0,24
50 2,35 0,191
90 2,4 0,208
b) Rejim Aliran
Rejim Aliran
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Seluruhnya memiliki rejim aliran heterogen. Hal ini dikarenakan grafik menunjukkan
hubungan yang tidak linear.
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai gas disengagement velocity mengalami penurunan
dari hari ke-0 ke hari ke-4. Penurunan ini mencapai 6x lipat, sehingga dapat disimpulkan
kinerja aerasi menurun.
2. A. Ukuran rata-rata
Untuk menentukan ukuran rata-rata, digunakan rumus:
n
L=∑ x i l i
i
B. Energi Efektif
∆ E=Q+W
Q=m x C p x ∆ T
∆ E=P x t
8.4
8.2
f(x) = − 0.35 x + 6.39
R² = 0.98
8
7.8
7.6
7.4
7.2
6.8
6.6
-5.5 -5 -4.5 -4 -3.5 -3 -2.5 -2
Dari Gambar grafik tersebut, didapatkan nilai K sebesar n = -0,35 dan K = 6,4.
4.
a. Energi efektif
Diketahui:
E = 16 J/s-g (Sudut 45o)
t = 10 menit = 600s
E = 9600 J/g
W=E–Q
Q=0
W=E
W = 9600 J/g
W = 9600 J/g x 15 g = 144000 J
Dalam proses pengecilan ukuran, diperluan energi. Energi tersebut disebut dengan
energi deformasi (E). Partikel juga akan mengalami regangan dan tegangan akibat
suatu kerja (W) yang dilakukan. Namun, selama proses pengecilan ukuran dilakukan,
akan dihasilkan energi panas (Q). Pada soal ini, tidak terjadi perubahan suhu,
sehingga tidak ada energi panas yang dihasilkan (Q = 0). Sehingga, energi yang
dibutuhkan dalam proses pengecilan ukuran menjadi kecil (E=W).