CERITA RAKYAT
20016022
2020
1. Carilah sebuah cerita rakyat yang bersumber dari seluruh Indonesia yang asli dari sumbernya,
bila dari internet tuliskan sumbernya, bila dari buku tuliskan juga bukunya sesuai kaidah
penulisan daftar pustaka. Bila tidak bisa dicopy/download, boleh di screenshoot saja. Boleh juga
di ambil dari youtube dengan menuliskan sumber yang jelas!
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Asal_Usul_Danau_Maninjau#:~:text=Cerita%20Asal%20Usul%20Danau%20
Maninjau%20juga%20dikenal%20dengan%20Legenda%20Bujang%20Sembilan.&text=Menurut%20cerita
%2C%20Danau%20Maninjau%20pada,membentuk%20sebuah%20danau%20yang%20luas.
Alkisah, Sumatera Barat terdapat sebuah gunung sangat tinggi. Masyarakat setempat menyebutnya
Gunung Tinjau. Di kaki Gunung Tinjau, terdapat sebuah perkampungan yang memiliki tanah subur.
Penduduk setempat kebanyakan bermata pencarian menjadi petani. Masyarakat hidup makmur karena
hasil panen selalu melimpah.
Di perkampungan tersebut tinggal sepuluh bersaudara dengan sembilan orang laki-laki dan seorang
perempuan. Mereka adalah Kukuban, Kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang,
Kaciak dan yang perempuan bernama Siti Rasani. Kukuban menjadi kepala keluarga setelah kedua orang
tua mereka meninggal. Kesepuluh bersaudara tersebut hidup bertetangga dengan keluarga Datuk
Limbatang. Datuk Limbatang memiliki seorang anak laki-laki bernama Giran. Kedua keluarga tersebut
biasa saling berkunjung.
Suatu hari, Datuk Limbatang pergi berkunjung ke rumah keluarga Kukuban. Ia mengajak anaknya yaitu
Giran. Saat itulah Giran bertemu Siti Rasani, adik bungsu Kukuban. Nampak keduanya saling jatuh cinta.
Dengan hati berdebar Giran menyampaikan perasaannya kepada Siti Rasani.
“Sudah lama merendam selasih Barulah kini mau mengembang Sudah lama kupendam kasih Barulah kini
bertemu pandang”
“Telah lama orang menekat Membuat baju kebaya lebar Sudah lama abang terpikat Hendak bertemu
dada berdebar”
“Rupa elok perangaipun cantik Hidupnya suka berbuat baik Orang memuji hilir dan mudik Siapa melihat
hati tertarik”
“Dik, Sani! Wajahmu cantik nan elok, perangai baik nan berhati lembut. Maukah engkau menjadi kekasih
Abang?” tanya Giran.
“Buah nangka dari seberang Sedap sekali dibuat sayur Sudah lama ku nanti abang Barulah kini dapat
menegur”
“Jika roboh kota Melaka Papan di Jawa saya tegakkan Jika sungguh Kanda berkata Badan dan nyawa
saya serahkan”
Semenjak saat itu, keduanya menjalin kasih
Karena khawatir menimbulkan fitnah, keduanya kemudian berterus terang kepada keluarga masing-
masing. Beruntung, baik keluarga Datuk Limbatang maupun keluarga Kukuban menyetujui hubungan
keduanya.
Tidak lama semenjak perkenalan Giran dengan Siti Rasani, penduduk desa mengadakan acara syukuran
karena hasil panen melimpah. Syukuran diadakan dengan membuat adu ketangkasan pencak silat.
Baik Kukuban maupun Giran mengikuti acara tersebut. Pada perlombaan tersebut, Kukuban
menunjukan kehebatannya. Ia berhasil mengalahkan lawan-lawanya. Tidak ada satupun lawan mampu
mengimbangi Kukuban. Akhirnya sampailah pada pertandingan antara Kukuban melawan Giran.
Pada awal pertandingan, Kukuban dan Giran bertanding cukup sengit tapi juga seimbang. Tapi lama-
kelamaan, Kukuban mampu mendesak Giran hingga Giran terlihat sangat kewalahan. Melihat Giran
terlihat sudah terdesak, Kukuban pun melayangkan tendangan pamungkasnya ke arah dada Giran.
Melihat serangan cepat tersebut, Giran tidak punya pilihan lain selain menangkis tendangan Kukuban
menggunakan tangannya.“Aduh, kakiku!”. Teriak Kukuban sambil tertatih menjauhi Giran. Tangkisan
tangan Giran cukup keras sehingga membuat Kukuban merasa kesakitan. Pertandingan pun dihentikan
dengan Giran dinyatakan sebagai pemenang. Ternyata Kukuban tidak bisa menerima kekalahannya. Ia
merasa sangat sakit hati terhadap Giran.
Beberapa hari kemudian Datuk Limbatang beserta istrinya mengunjungi rumah Kukuban bersaudara
dengan tujuan melamar Siti Rasani untuk anak mereka, Giran. Semua kakak-beradik menerima
kedatangan Datuk Limbatang sekeluarga. Mereka menyetujui pernikahan Giran dengan Siti Rasani
kecuali Kukuban. Ia memilih berdiam diri di dalam kamar.
“Aku tidak setuju Sani menikah dengan Giran!” tiba-tiba Kukuban berteriak kemudian keluar dari dalam
kamar.
“Kenapa Kukuban? Bukankah engkau menyetujui hubungan Sani dengan Giran?” tanya Datuk
Limbatang.
“Giran adalah pemuda sombong! Dia sudah mempermalukanku di depan orang banyak pada
pertandingan pencak silat. Pokoknya aku tidak setuju!” Kukuban berteriak.
“Baiklah kalau begitu. Kami akan pulang.” Datuk Limbatang sekeluarga kemudian pulang dengan tangan
hampa.
Giran dan Sani tentu saja merasa sangat sedih. Mereka berdua kesal dengan tingkah laku
Kukuban. Mereka berdua memutuskan untuk bertemu diam-diam membicarakan masalah ini. Saat
bertemu, mereka berdua tidak banyak bicara karena bingung harus berbuat apa. Siti Rasani bangkit dari
tempat duduknya karena bingung memikirkan hal ini, namun kain sarungnya tersangkut pada duri
pohon hingga robek hingga melukai pahanya. “Aduh kain sarungku robek!” teriak Sani.
“Wah, pahamu terkena duri, duduklah adik, biar Abang obati lukamu.” Giran pun segera menolong
dengan mengusapkan obat pada paha Sani. Kukuban beserta adik-adiknya keluar rumah mencari Sani
yang lama tidak terlihat. Tibalah mereka di hadapan Giran dan Kukuban. Mereka sangat kaget ketika
melihat Giran tengah mengusap paha Sani.
“Giran! Engkau memang pemuda tidak tahu sopan santun. Berani sekali engkau berbuat tidak senonoh
pada adikku!” teriak Kukuban marah.
“Jangan salah sangka, aku hendak mengobati kaki Sani” Giran berusaha menjelaskan.
“Betul Kak, Giran sedang mengobati kakiku.” Ujar Sani. Tapi Kukuban beserta saudara-saudaranya tak
memperdulikan jawaban Giran. Mereka kemudian menyeret keduanya untuk diadili secara adat.
Kukuban beserta saudara-saudaranya menggiring Giran dan Sani ke kampung menuju ke ruang
persidangan. Kukuban bersama kedelapan saudaranya dan beberapa warga lainnya memberi kesaksian
bahwa mereka melihat sendiri perbuatan terlarang yang dilakukan oleh Giran dan Sani. Meskipun Giran
dan Sani telah melakukan pembelaan dan dibantu oleh Datuk Limbatang, namun persidangan
memutuskan bahwa keduanya bersalah telah melanggar adat yang berlaku di kampung itu. Perbuatan
mereka sangat memalukan dan dapat membawa sial. Maka sebagai hukumannya, keduanya harus
dibuang ke kawah Gunung Tinjau agar kampung tersebut terhindar dari malapetaka.Keduanya berteriak-
teriak memohon ampun tetapi tidak ada yang mau mendengarkan. Dengan kedua mata terikat kain
hitam, Giran & Sani diperintahkan untuk melompat ke dalam kawah Gunung Tinjau.Giran
menengadahkan kedua tanganya ke langit sambil berdoa. “Ya Tuhan, jika kami memang bersalah, maka
hancurkanlah tubuh kami di dalam kawah panas. Tetapi kami jika tidak bersalah maka letuskanlah
Gunung Tinjau. Kutuk saudara-saudara Sani menjadi ikan.” Karena sudah pasrah dengan hukuman, Ia
akhirnya meloncat ke dalam kawah.Tuhan mengabulkan doa Giran. Sesaat setelah mereka berdua
melompat, tiba-tiba gunung bergemuruh akhirnya meletus dengan dahsyat. Lahar panas mengalir
menghancurkan desa di kaki gunung tersebut. Bekas letusan gunung yang sangat dahsyat tersebut
menghasilkan cekungan luas. Kini cekungan tersebut telah dipenuhi air. Cekungan gunung Tinjau
menjadi sebuah danau. Kesembilan bersaudara, Kukuban beserta adik-adiknya, berubah menjadi ikan.
Konon letusan Gunung Tinjau menyisakan kawah yang luas dan lambat laun terisi oleh air hujan dan
menjadi sebuah danau. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Danau Maninjau.
3. Tuliskan nama-nama tokoh yang ada dalam cerita tersebut, dan tentukan nama-nama tokoh
mana yang bisa menjadi teladan!
Nama-nama tokoh:
Tanjung Sani: Baik, ramah, dan suka menolong
Kukuban: Jahat, pendendam, egois
Giran: Baik, jujur, bertanggung jawab
Datuk Limbatang: Baik, suka menolong
Sikap jujur dari tokoh Giran mengajarkan kita bahwa jujur itu adalah yang paling utama.
Walaupun semua orang tidak percaya dengan apa yang di katakan, tetapi Allah SWT membalas
kata jujurnya itu dengan sebuah bencana yang begitu besar. Jadi, sebagai manusia tirulah sifat
Giran yang jujur itu.
4. Carilah sebuah gambar yang bisa mewakili cerita tersebut!