REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN
MENTERI
PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 45/PRT/M/2007
TENTAN
G
PEDOMAN TEKNIS
PEMBANGUNAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA
MENTERI PEKERJAAN
UMUM
Menimbang : a. bahwa sesuai penjelasan ayat (8) pasal 5 Peraturan Pemerintah
No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
penyelenggaraan bangunan gedung negara diatur oleh Menteri
Pekerjaan Umum;
b. bahwa sesuai dengan Lampiran C Peraturan Pemerintah RI
Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Peme- rintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, penetap-
an kebijakan pembangunan serta pengelolaan gedung dan
rumah negara merupakan urusan Pemerintah;
c. bahwa bangunan gedung negara merupakan salah satu aset
milik negara yang mempunyai nilai strategis sebagai tempat
berlangsungnya proses penyelenggaraan negara yang diatur dan
dikelola agar fungsional, andal, efektif, efisien,
dan diselenggarakan secara tertib;
d. bahwa dalam rangka pembangunan bangunan gedung negara
sebagai bagian awal dari proses penyelenggaraan bangunan
gedung negara yang fungsional, andal, efektif, efisien, dan
diselenggara- kan secara tertib, diperlukan adanya
Pedoman
i
Teknis sebagai landasan dalam penyelenggaraan
pembangunannya;
e. bahwa Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara tersebut perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum;
ii
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82);
9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
10. Keputusan Presiden RI Nomor 187/M Tahun 2004 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
11. Keputusan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Negara RI jo Peraturan Presiden
RI Nomor 15 Tahun
2005 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden RI Nomor
10 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Negara RI;
12. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan
Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan;
13. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor
11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pekerjaan Umum;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
3
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Rumah
Susun Sederhana Bertingkat Tinggi;
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan.
MEMUTUSKA
N:
BAB I
KETENTUAN
UMUM Bagian
Pertama Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang
menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara seperti: gedung kantor, gedung
sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah negara, dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau perolehan lainnya yang sah.
2. Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang diselenggarakan
melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan
konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan pembangunan baru, perbaikan
sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau
lanjutan pembangunan bangunan gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan
(rehabilitasi, renovasi, restorasi).
3. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan
Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Bagian Kedua Maksud, Tujuan,
dan Lingkup Pasal 2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para
penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan bangunan gedung negara.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan terwujudnya bangunan gedung negara sesuai dengan
fungsinya, memenuhi persyaratan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan,
efisien dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya,
dan diselenggarakan secara tertib, efektif dan efesien.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini meliputi substansi pedoman teknis dan pengaturan
penyelenggaraan bangunan gedung negara.
BAB II
PENGATURAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG
NEGARA
Bagian Pertama
Substansi Pedoman Teknis
Pasal 3
(1) Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara meliputi:
a. Persyaratan Bangunan Gedung Negara yang terdiri dari:
1. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara;
2. Tipe Bangunan Rumah Negara;
3. Standar Luas;
4. Persyaratan Teknis; dan
5. Persyaratan Administrasi.
b. Tahapan Pembangunan Bangunan Gedung Negara terdiri dari:
1. Tahap Persiapan;
2. Tahap Perencanaan Teknis; dan
3. Tahap Pelaksanaan Konstruksi.
c. Pembiayaan Pembangunan Bangunan Gedung Negara terdiri dari:
1. Umum;
2. Standar Harga Satuan Tertinggi;
3. Komponen Biaya Pembangunan;
4. Pembiayaan Bangunan/Komponen Bangunan Tertentu;
5. Pembiayaan Pekerjaan Non Standar; dan
6. Prosentase Komponen Pekerjaan.
d. Tata cara pelaksanaan Pembangunan Bangunan Gedung
Negara meliputi:
1. Penyelenggara Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
2. Organisasi dan Tata Laksana;
3. Penyelenggaraan Pembangunan Tertentu; dan
4. Pemeliharaan/Perawatan Bangunan Gedung Negara. e.
Pendaftaran Bangunan Gedung Negara meliputi:
1. Tujuan Pendaftaran Bangunan Gedung Negara;
2. Sasaran dan Metode Pendaftaran;
3. Pelaksanaan Pendaftaran Bangunan gedung Negara; dan
4. Produk Pendaftaran Bangunan Gedung Negara. f.
Pembinaan dan Pengawasan Teknis.
(2) Rincian Pembangunan Bangunan Gedung Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pasal ini tercantum pada lampiran Peraturan Menteri ini, yang merupakan satu
kesatuan pengaturan dalam Peraturan Menteri ini.
(3) Setiap orang atau Badan Hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara wajib memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini.
Bagian Kedua Pengaturan
Penyelenggaraan Pasal 4
(1) Setiap pembangunan Bangunan Gedung Negara yang dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga harus mendapat bantuan teknis berupa tenaga Pengelola
Teknis dari Departemen Pekerjaan Umum dalam rangka pembinaan teknis.
(2) Untuk pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung Milik Daerah yang biayanya
bersumber dari APBD diatur dengan Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota yang didasarkan pada ketentuan- ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini.
(3) Untuk pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung Milik BUMN/BUMD
mengikuti ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
(4) Dalam hal Daerah belum mempunyai Keputusan Gubernur/ Bupati/Walikota pada ayat
(2) pasal ini diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5.
(5) Daerah yang telah mempunyai Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) pasal ini sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan, harus
menyesuaikan dengan ketentuan- ketentuan persyaratan pembangunan bangunan
gedung negara sebagaimana dimaksud pada Pasal 3.
Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan pembinaan pembangunan bangunan gedung negara,
Pemerintah melakukan peningkatan kemampuan aparat Pemerintah Daerah, maupun
masyarakat dalam memenuhi ketentuan Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud pada
Pasal 3 untuk terwujudnya tertib pembangunan bangunan gedung negara.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian pembangunan bangunan gedung daerah
Pemerintah Daerah wajib menggunakan Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
(3) Terhadap aparat Pemerintah Daerah, yang bertugas dalam pembangunan bangunan
gedung daerah yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dikenakan
sanksi sesuai ketentuan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN dan Undang- undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta peraturan-
peraturan pelaksanaannya.
(4) Terhadap penyedia jasa konstruksi yang terlibat dalam pembangunan bangunan
gedung negara/daerah yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3
dikenakan sanksi dan atau ketentuan pidana sesuai dengan Undang-undang No. 18
tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.
vii
BAB
III
PEMBINAAN TEKNIS DAN PENGAWASAN
TEKNIS
Pasal 6
(1) Pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara
melakukan pembinaan teknis dan pengawasan teknis kepada Pengguna Anggaran dan
Penyedia Jasa Konstruksi.
(2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui
pemberian bantuan teknis berupa: bantuan tenaga, bantuan informasi, bantuan
kegiatan percontohan.
(3) Pengawasan teknis dilaksanakan dengan pengawasan terhadap penerapan peraturan
perundang-undangan terkait dengan penyelenggaraan pembangunan bangunan
gedung negara.
(4) Pembinaan teknis dan pengawasan teknis bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Departemen Pekerjaan Umum cq
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
untuk tingkat nasional dan wilayah DKI Jakarta; dan Dinas Pekerjaan Umum/Dinas
Teknis Provinsi yang bertanggung jawab dalam pembinaan bangunan gedung
untuk wilayah provinsi di luar DKI Jakarta.
BAB IV KETENTUAN
LAIN-LAIN Pasal 7
Peraturan Menteri tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara ini
merupakan bagian dari Pedoman Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara yang
meliputi pembangunan, pemanfaatan, dan penghapusan.
viii
BAB V KETENTUAN
PERALIHAN Pasal 8
(1) Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 332/KPTS/ M/2002
Tahun 2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, semua ketentuan Pembangunan Bangunan
Gedung Negara yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Menteri ini masih tetap berlaku sampai digantikan dengan yang baru.
BAB VI
KETENTUAN
PENUTUP Pasal 9
(1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan Menteri ini wajib dilaksanakan bagi setiap penye- lenggara
pembangunan bangunan gedung negara oleh Kementerian /Lembaga.
(3) Peraturan Menteri ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk
diketahui dan dilaksanakan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 27 Desember 2007
MENTERI PEKERJAAN
UMUM
DJOKO
KIRMANTO
ix
Lampiran
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 45 /PRT/M/2007
Tanggal : 27 Desember 2007
Tentang : Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara
BAB I
UMUM
A. PENGERTIAN
1. BANGUNAN GEDUNG
Yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dan kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau
air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik
untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
3. PENGADAAN
1
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
4. PEMBANGUNAN
Yang dimaksud dengan pembangunan adalah kegiatan mendirikan
bangunan gedung yang diselenggarakan melalui tahap persiapan,
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan
konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan pembangunan
baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan
gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung
yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi).
2
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
4
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB II
PERSYARATA
N BANGUNAN GEDUNG
NEGARA
1. BANGUNAN SEDERHANA
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan
karakter sederhana serta memiliki kom- pleksitas dan teknologi sederhana.
Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh)
tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:
gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan
gedung kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai
dengan 500 m2;
bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah
lantai s.d. 2 lantai.
2. BANGUNAN TIDAK SEDERHANA
Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara
dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau
teknologi tidak sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya
adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana, antara lain:
gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung
kantor dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor
bertingkat lebih dari 2 lantai;
5
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
3. BANGUNAN
KHUSUS
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang
memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya memer- lukan penyelesaian/teknologi khusus. Masa
penjaminan kegagalan bangunannya paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:
Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden;
wisma negara;
gedung instalasi nuklir;
gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan
dan persyaratan khusus;
gedung laboratorium;
gedung terminal udara/laut/darat;
stasiun kereta api;
stadion olah raga;
rumah tahanan;
gudang benda berbahaya;
gedung bersifat monumental; dan
gedung perwakilan negara R.I. di luar negeri.
6
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
Untuk jabatan tertentu program ruang dan luasan Rumah Negara dapat
disesuaikan mengacu pada tuntutan operasional jabatan.
1. GEDUNG KANTOR
Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang
diperlukan, dihitung berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi
sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil;
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi
tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per-personil;
c. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang- ruang khusus
atau ruang pelayanan masyarakat,
7
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. RUMAH NEGARA
Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya,
sebagai berikut:
Tipe Luas Bangunan Luas lahan *)
8
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
c. Ibukota Kab/Kota : 40 %
d. Perdesaan : 50 %
Perkecualian terhadap butir 3 apabila sesuai dengan
ketentuan RTRW setempat atau letak tanah disudut.
D. PERSYARATAN
ADMINISTRATIF
Setiap bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan administratif baik
pada tahap pembangunan maupun pada tahap pemanfaatan bangunan gedung
negara.
Persyaratan administratif bangunan gedung negara meliputi pemenuhan
persyaratan:
1. DOKUMEN
PEMBIAYAAN
Setiap kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara harus
disertai/memiliki bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk
pembiayaan kegiatan tersebut yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dapat berupa
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen
lainnya yang dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan Kuasa
Pengguna Anggaran/ Kepala Satuan Kerja. Dalam dokumen
pembiayaan pem- bangunan bangunan gedung negara sudah termasuk:
a. biaya perencanaan teknis;
b. pelaksanaan konstruksi fisik;
c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi;
d. biaya pengelolaan kegiatan.
9
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
3. STATUS KEPEMILIKAN
4. PERIZINAN
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen
perizinan yang berupa: Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB),
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau keterangan kelaikan fungsi sejenis bagi
daerah yang belum melakukan penyesuaian.
5. DOKUMEN PERENCANAAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perencanaan,
yang dihasilkan dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh
Penyedia Jasa Perencana Konstruksi, Tim Swakelola Perencanaan, atau
yang berupa Disain Prototipe dari bangunan gedung negara yang
bersangkutan.
10
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
6. DOKUMEN PEMBANGUNAN
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen
pembangunan yang terdiri atas: Dokumen Perencanaan, Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), Dokumen Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja
Konstruksi, dan As Built Drawings, hasil uji coba/test run operational,
Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia jasa
konstruksi), dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan.
7. DOKUMEN PENDAFTARAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen pendaftaran
untuk pencatatan dan penetapan Huruf Daftar Nomor ( HDNo )
meliputi Fotokopi:
a. Dokumen Pembiayaan/DIPA (otorisasi pembiayaan);
b. Sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;
c. Status kepemilikan bangunan gedung;
d. Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan;
e. Berita Acara Serah Terima I dan II;
f. As built drawings (gambar sesuai pelaksanaan konstruksi)
disertai arsip gambar/legger;
g. Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Sertifikat Laik
Fungsi (SLF); dan
h. Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia
jasa konstruksi).
E. PERSYARATAN
TEKNIS
Secara umum, persyaratan teknis bangunan gedung negara mengikuti
ketentuan yang diatur dalam:
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung;
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
11
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
12
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
13
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
14
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
15
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
16
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
17
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
18
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
19
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
20
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
21
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
22
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
23
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
24
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
26
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
27
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
28
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
29
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
a. Tangga Darurat
1) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari 3
lantai, harus mempunyai tangga darurat/penyelamatan minimal 2
buah dengan jarak
30
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
31
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
32
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB III
TAHAPAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA
A. PERSIAPAN
33
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
34
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. PERSIAPAN KEGIATAN
a. Tahap persiapan kegiatan merupakan kegiatan persiapan setelah
program dan pembiayaan tahunan yang diajukan telah disetujui atau
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) telah
diterima oleh Kepala Satuan Kerja.
b. Tahap persiapan kegiatan dilakukan oleh Pengguna Anggaran, yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja, berdasarkan
program dan pembiayaan yang telah disusun sebelumnya.
c. Kegiatan yang harus dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja
pembangunan bangunan gedung negara meliputi:
1) Pembentukan Organisasi Pengelola Kegiatan dan
Panitia Pengadaan Barang dan Jasa yang diperlukan;
2) Pengadaan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk kegiatan yang
menggunakan penyedia jasa manajemen konstruksi.
35
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
36
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
C. PELAKSANAAN KONSTRUKSI
1. Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung negara sudah termasuk
tahap pemeliharaan konstruksi.
2. Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan mendirikan
bangunan gedung, baik merupakan pembangunan baru, perbaikan sebagian
atau seluruhnya, maupun perluasan yang sudah ada, dan/atau lanjutan
pembangunan yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi,
renovasi, restorasi) dilakukan dengan menggunakan penyedia jasa
pelaksana konstruksi sesuai ketentuan.
3. Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan yang
telah disusun oleh perencana konstruksi, dengan segala tambahan dan
perubahannya pada saat penjelasan pekerjaan/aanwijzing pelelangan, serta
ketentuan teknis (pedoman dan standar teknis) yang dipersyaratkan.
4. Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan: kualitas masukan (bahan,
tenaga, dan alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan
kualitas hasil pekerjaan, seperti yang tercantum dalam RKS.
5. Pelaksanaan konstruksi harus mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa
pengawasan konstruksi atau penyedia jasa manajemen konstruksi.
6. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
37
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
38
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
39
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB IV
PEMBIAYAA
N PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG
NEGARA
A. UMUM
40
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
41
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
1. BIAYA KONSTRUKSI
FISIK
42
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. BIAYA MANAJEMEN
KONSTRUKSI
43
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
44
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
45
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
4. BIAYA PENGAWASAN
KONSTRUKSI
46
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
47
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
48
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
D. PEMBIAYAAN BANGUNAN/KOMPONEN
BANGUNAN TERTENTU
49
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
Fungsi
Harga Satuan per m2 Tertinggi
Bangunan/Ruang
ICU/ICCU/UGD/CMU 1,50 standar harga bangunan
Ruang Operasi 2,00 standar harga bangunan
Ruang Radiology 1,25 standar harga bangunan
Rawat inap 1,10 standar harga bangunan
Laboratorium 1,10 standar harga bangunan
Ruang Kebidanan dan 1,20 standar harga bangunan
Kandungan
Ruang Gawat Darurat 1,10 standar harga bangunan
Power House 1,25 standar harga bangunan
Ruang Rawat Jalan 1,10 standar harga bangunan
Dapur dan Laundri 1,10 standar harga bangunan
Bengkel 1,00 standar harga bangunan
Lab. SLTP/SMA/SMK 1,15 standar harga bangunan
Selasar Luar 0,50 standar harga bangunan
Beratap/Teras
50
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
51
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
52
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2
Basement (per m ) 120% dari Y
Peningkatan Mutu *) 15-30% dari Z
Catatan : *) = peningkatan mutu termasuk
peningkatan penampilan arsitektur dan
peningkatan struktur terhadap aspek keselamatan
bangunan, hanya dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan yang secara teknis dapat
diterima dan harus mendapatkan rekomendasi
dari Instansi teknis.
X = total biaya konstruksi fisik pekerjaan
standar.
Y = Standar Harga Satuan Tertinggi per m2. Z =
total biaya komponen pekerjaan yang
ditingkatkan mutunya
F. PROSENTASE KOMPONEN PEKERJAAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA
Untuk pekerjaan standar bangunan gedung dan rumah negara, sebagai pedoman
penyusunan anggaran pembangunan, pembangunan yang lebih dari satu tahun
anggaran, dan peningkatan mutu dapat berpedoman pada prosentase
komponen-komponen pekerjaan sebagai berikut:
Komponen Gedung Negara Rumah Negara
Pondasi 5%-10% 3%-7%
Struktur 25%-35% 20%-25%
Lantai 5%-10% 10%-15%
Dinding 7%-10% 10%-15%
Plafond 6%-8% 8%-10%
Atap 8%-10% 10%-15%
Utilitas 5%-8% 8%-10%
Finishing 10%-15% 15%-20%
53
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB V
TATA CARA
PEMBANGUNAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA
1. PENGUNA ANGGARAN
a. Pengguna Anggaran adalah Kementerian/lembaga atau Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) penyelenggara pembangunan bangunan
gedung negara untuk keperluan dinas, yang mempunyai program dan
pembiayaan pembangunan.
b. Pengguna Anggaran bertanggung jawab untuk menyusun program dan
kebutuhan biaya pembangunan yang diperlukan, melaksanakan
pembangunan, mengendalikan pembangunan, memanfaatkan, dan
memelihara, serta merawat bangunan yang telah selesai.
c. Pengguna Anggaran dalam menyelenggarakan pem- bangunan dapat
pula melaksanakan melalui upaya tukar menukar/tukar bangun,
kerjasama pemanfaatan (Bangun Guna Serah, Bangun Serah Guna,
dll.), hibah, atau cara lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
d. Pengguna Anggaran dapat melimpahkan pelaksanaan penyelenggaraan
pembangunannya kepada Instansi Teknis setempat.
2. PEMBINA TEKNIS
a. Sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun
54
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
1. PENGELOLA KEGIATAN
a. Organisasi Pengelola Kegiatan
Organisasi Pengelola Kegiatan untuk pembangunan bangunan gedung
negara terdiri atas:
1) Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen yaitu pejabat yang
ditetapkan oleh Pengguna Anggaran;
2) Pengelola Keuangan Satuan Kerja yaitu
Bendaharawan dan Pejabat Verifikasi yang ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran;
3) Pengelola Administrasi Satuan Kerja yaitu staf satuan kerja yang
ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja, yang sesuai
ketentuan dapat terdiri atas beberapa staf;
4) Pengelola Teknis yaitu tenaga bantuan dari Instansi
Teknis Setempat.
55
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
56
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
57
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
58
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
59
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
60
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
61
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
62
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
63
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
64
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
65
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
66
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
67
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
69
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
70
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
71
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
72
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
74
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
75
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
Untuk kegiatan yang karena kondisinya tidak dapat diselesaikan dalam satu
tahun anggaran, sehingga memerlukan persetujuan multi-years project,
maka pengadaan dokumen perencanaannya harus diselesaikan pada tahun
anggaran pertama.
Dalam menyusun program pembangunan bangunan gedung negara yang
tidak selesai dalam satu tahun anggaran, maka harus disusun program
pembangunan setiap tahunnya sesuai dengan lingkup pekerjaan yang bisa
diselesaikan pada tahun yang bersangkutan. Sebagai pedoman program
pelaksanaan dapat mengikuti pola sebagai berikut:
a. Bangunan sampai dengan 2 lantai
1) Tahun pertama: penyusunan seluruh dokumen perencanaan,
pelaksanaan pondasi dan struktur
bangunan s.d. lantai 2;
2) Tahun kedua: pelaksanaan sisa pekerjaan.
b. Bangunan lebih dari 3 lantai sampai dengan 5 lantai
1) Tahun pertama: penyusunan seluruh dokumen perencanaan,
pelaksanaan pondasi dan struktur
bangunan s.d. lantai 2;
2) Tahun kedua: pelaksanaan sisa pekerjaan.
c. Bangunan 6 lantai sampai dengan 8 lantai
1) Tahun pertama: penyusunan seluruh dokumen perencanaan,
pelaksanaan pondasi dan struktur
bangunan s.d. lantai 1;
76
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
77
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2) Pengulangan kedua : 65 %
3) Pengulangan ketiga, dan
seterusnya masing-masing sebesar : 50 %
terhadap komponen biaya perencanaan.
e. Untuk pekerjaan disain berulang penyedia jasa perencanaan
dapat ditunjuk langsung.
Dalam hal ini, biaya perencanaan yang dihemat dapat langsung
ditambahkan kedalam biaya konstruksi fisik untuk penambahan kegiatan
dan atau peningkatan mutu. Untuk daerah yang sukar terjangkau (remote
area), penghematan biaya tersebut dapat digunakan untuk biaya perjalanan
konsultasi dalam kegiatan survei, penjelasan pekerjaan (aanwijzing),
pengawasan berkala, dan lain-lain dengan mengajukan revisi dokumen
pembiayaan.
3. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DENGAN DESAIN PROTOTIPE
78
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
79
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. KERUSAKAN
BANGUNAN
80
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
4. PEMELIHARAAN BANGUNAN
81
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
82
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB VI
PENDAFTARA
N BANGUNAN GEDUNG
NEGARA
83
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
84
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
85
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB VII
86
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
87
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB VIII
PENUTUP
88
TABEL A1
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI
NEGARA KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
90
3. Kolom beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-225 atau beton bertulang K-225 atau
kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II
4. Balok beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-225 atau beton bertulang K-225 atau
kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II
5. Rangka Atap kayu klas kuat II, baja kayu klas kuat II, baja dilapis kayu klas kuat II, baja dilapis
anti karat anti karat
6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap
min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15
TABEL A1
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI
NEGARA KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
5. Bahan Kosen dan Daun Pintu/ kayu dipelitur/dicat kayu dicat kayu dicat
Jendela
TABEL A2
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH
NEGARA KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
Khusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
3. Kolom beton bertulang K-200, baja, kayu beton bertulang K-200, baja, kayu beton bertulang K-200, baja, kayu
klas kuat/awet II klas kuat/awet II klas kuat/awet II
4. Balok beton bertulang K-200, baja, kayu beton bertulang K-200, baja, kayu beton bertulang K-200, baja, kayu
klas kuat/awet II klas kuat/awet II klas kuat/awet II
5. Rangka Atap kayu klas kuat/awet II, baja kayu klas kuat/awet II, baja kayu klas kuat/awet II, baja
6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap
min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15
2. Tanda Penunjuk Arah Keluar tidak dipersyaratkan tidak dipersyaratkan tidak dipersyaratkan
3. Pintu lebar min.=0,90 m lebar min.=0,90 m lebar min.=0,90 m
4. Koridor/selasar lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m
2
*) pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m , dan harus dianggarkan tersendiri sebagai biaya non-standar.
- untuk Rumah Negara klas C, D, dan E, pelaksanaan pembangunannya disamping seperti ketentuan pada tabel tersebut diatas, dibangun berdasarkan "Dokumen Pelelangan Disain
Prototip Daerah Setempat" yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya atau menggunakan disain Perum Perumnas yang telah disetujui oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya.
- untuk bangunan rumah negara yang dibangun dalam bangunan gedung bertingkat banyak (rumah susun), maka ketentuan-ketentuan teknisnya mengikuti ketentuan teknis untuk
bangunan gedung negara sesuai ketentuan yang berlaku.
- apabila bahan-bahan tersebut sukar diperoleh atau harganya tidak sesuai, dapat diganti dengan bahan lain yang sederajat tanpa mengurangi persyaratan fungsi dan mutu dengan
94 pengesahan Instansi Teknis Setempat.
TABEL B1
PROSENTASEGEDUNG
BANGUNAN KOMPONEN BIAYA
NEGARA KLASIFIKASI SEDERHANA
PEMBANGUNAN
SEDERHANA
BIAYA KONSTRUKSI
FISIK 250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000
(JUTA RP) s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000 500,000
KOMPONEN
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. PERENCANAAN 8.23 6.83 5.63 4.65 3.90 3.28 2.82 2.44 2.16 1.94
KONSTRUKSI 8.23 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
95 (dalam %) 6.83 5.63 4.65 3.90 3.28 2.82 2.44 2.16 1.94 1.80
2. PENGAWASAN 5.35 4.62 3.90 3.27 2.73 2.27 1.92 1.65 1.43 1.26
KONSTRUKSI 5.35 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 4.62 3.90 3.27 2.73 2.27 1.92 1.65 1.43 1.26 1.18
3. PENGELOLAAN 14.00 10.00 6.75 4.20 2.85 1.90 1.20 0.80 0.50 0.28
KEGIATAN 14.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 10.00 6.75 4.20 2.85 1.90 1.20 0.80 0.50 0.28 0.18
TABEL B2
BANGUNAN GEDUNG
PROSENTASE NEGARA
KOMPONEN KLASIFIKASI TIDAK
BIAYA TIDAK SEDERHANA
SEDERHANA
PEMBANGUNAN
BIAYA KONSTRUKSI
FISIK 250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000
(JUTA RP) s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
s.d.
250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000 500,000
KOMPONEN
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. PERENCANAAN 9.00 7.55 6.35 5.37 4.55 3.92 3.42 3.02 2.72 2.50
KONSTRUKSI 9.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 7.55 6.35 5.37 4.55 3.92 3.42 3.02 2.72 2.50 2.32
96 2. MANAJEMEN 7.25 6.20 5.25 4.50 3.80 3.25 2.80 2.48 2.19 2.00
KONSTRUKSI 7.25 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 6.20 5.25 4.50 3.80 3.25 2.80 2.48 2.19 2.00 1.89
6.00 5.20 4.45 3.80 3.20 2.70 2.30 2.00 1.78 1.60
s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
5.20 4.45 3.80 3.20 2.70 2.30 2.00 1.78 1.60 1.50
4. PENGELOLAAN 16.00 11.25 7.75 5.10 3.28 2.15 1.42 0.93 0.58 0.31
KEGIATAN 16.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 11.25 7.75 5.10 3.28 2.15 1.42 0.93 0.58 0.31 0.19
TABEL B3
PROSENTASE
BANGUNAN KOMPONEN
GEDUNG BIAYA
NEGARA KLASIFIKASI KHUSUS
PEMBANGUNAN
KHUSUS
BIAYA KONSTRUKSI
FISIK 250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000
(JUTA s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
RP) 250 500 1,000 2,500 5,000 10,000 25,000 50,000 100,000 250,000 500,000
KOMPONE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. PERENCANAAN 9.75 8.20 6.89 5.85 5.00 4.35 3.85 3.45 3.10 2.90
KONSTRUKSI 9.75 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
97 (dalam %) 8.20 6.89 5.85 5.00 4.35 3.85 3.45 3.10 2.90 2.75
2. MANAJEMEN 7.95 6.68 5.70 4.87 4.15 3.60 3.10 2.77 2.49 2.30
KONSTRUKSI 7.95 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 6.68 5.70 4.87 4.15 3.60 3.10 2.77 2.49 2.30 2.17
3 PENGELOLAAN 16.00 11.25 7.75 5.10 3.28 2.15 1.42 0.93 0.58 0.31
KEGIATAN 16.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 11.25 7.75 5.10 3.28 2.15 1.42 0.93 0.58 0.31 0.19
TABEL C
STANDAR LUAS RUANG GEDUNG KANTOR
A. RUANG KERJA
2
LUAS RUANG (m )
JABATAN RG. RAPAT RG. KETERANGAN
RG. KERJA RG. TAMU RG. RAPAT RG. SEKRET RG. TUNGGU RG. SIMPAN RG. TOILET JUMLAH
UTAMA ISTIRAHA
T
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Menteri 28.00 40.00 40.00 140.00 58.00 60.00 14.00 20.00 6.00 406.00 Standar luas ruang
2 Eselon IA 16.00 14.00 20.00 90.00 20.00 18.00 5.00 10.00 4.00 197.00 tersebut merupakan
acuan dasar, yang
3 Eselon IB 16.00 14.00 20.00 0.00 10.00 9.00 5.00 5.00 3.00 82.00 dapat disesuaikan
4 Eselon IIA 14.00 12.00 14.00 0.00 10.00 12.00 3.00 5.00 3.00 73.00 berdasarkan
5 Eselon IIB 14.00 12.00 10.00 0.00 5.00 6.00 3.00 5.00 3.00 58.00 fungsi/sifat tiap
98 eselon/jabatan.
6 Eselon IIIA 12.00 6.00 0.00 0.00 3.00 0.00 3.00 0.00 0.00 24.00
7 Eselon IIIB 12.00 6.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.00 0.00 0.00 21.00
8 Eselon IV 8.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 0.00 10.00
9 Eselon V 4.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 0.00 6.00
10 Staf 2.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.20
B. RUANG PENUNJANG
2
1. Ruang Rapat = 40 m
2
2. Ruang Studio = 4 m / orang (pemakai = 10% dari staf)
2
3. Ruang Arsip = 0,4 m / orang (pemakai = staf)
2
4. WC = 2 m / 25 orang
2
5. Musholla = 0,8 m / orang (pemakai 20% dari personil
TABEL D
KETENTUAN JENIS & JUMLAH RUANG BANGUNAN RUMAH NEGARA
TIPE
NO. URAIAN 2 2 2 2 2 KETERANGAN
Khusus A/250 m B/120 m C/70 m D/50 m E/36 m
1. Ruang Tamu 1 1 1 1 1 1 Di dalam hasil rancangan
2. Ruang Kerja 1 1 1 - - - dimungkinkan adanya
penggabungan beberapa
3. Ruang Duduk 1 1 1 - - -
fungsi dalam satu ruang,
4. Ruang Makan 1 1 1 1 1 1
misalnya fungsi ruang duduk
5. Ruang Tidur 4 4 3 3 2 2 dan ruang makan.
99
6. Kamar Mandi/WC 2 2 1 1 1 1
7. Dapur 1 1 1 1 1 1
8. Gudang 1 1 1 1 - -
9. Garasi 2 1 1 - - -
10. Ruang Tidur Pembantu 2 2 1 - - -
11. Ruang Cuci 1 1 1 1 1 1 Tidak dihitung dalam luas
12. KM Pembantu 1 1 1 - - - bangunan standar.
TABEL E1
DAFTAR BIAYA KOMPONEN KEGIATAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG
NEGARA SEDERHANA
Klasifikasi :
(dalam ribuan rupiah)
B B B B
B T
I I I I
IA O
A A A A
Y T
Y Y Y Y
A A
2 2 13,375.00
3 31
25 20, 35,
14,509.00 9,0
34
37 22, 37,
15,606.00 9,2
37
30 23, 49,
16,666.00 9,0
40
32 25, 41,
17,689.00 8,6
43
5 6, 3, 7,9
3 2 18,675.004 46
47 28, 19,632.0045, 6,9
49
40 39, 20,553.00 46, 5,5
52
42 30, 21,438.00 47, 3,9
55
45 31, 22,287.00 48, 2,0
57
7 3, 9, 9,7
5 3 23,100.00 5 60
50 34, 24,066.00 50, 7,2
63
25 5,
3 25,014.00 1,
5 6,1
66
5 6,
3 25,944.00 3,
5 4,9
69
76 8,
3 26,856.00 4,
5 3,6
72
0 9, 5, 2,1
6 4 27,750.00 5 75
62 40, 28,626.00 57, 0,5
77
65 41, 29,484.00 58, 8,7
80
7 43, 30,324.00 69, 6,8
83
70 44, 31,146.00 60, 4,8
86
2 5, 1, 2,6
7 4 31,950.00 6 89
75 46, 32,736.00 61, 0,3
91
87 47, 33,504.00 62, 8,1
94
80 48, 34,254.00 63, 5,7
97
82 59, 34,986.00 64, 13,3
5 0, 5, ,
8 5 35,700.00 6 1
97 51, 36,396.00 65, 1,
09 2,
5 37,074.00 6,
6 ,1
29 3,
5 37,734.00 6,
6 ,1
59 4,
5 38,376.00 6,
6 ,1
7 5, 7, ,
1 5 39,000.00 6 1
1, 56, 39,862.25 67, 1,
1, 57, 40,719.00 68, 1,
1, 68, 42,416.00 79, 1,
1, 61, 44,091.00 72, 1,
, 3, 4, ,
1 6 45,744.00 7 1
1, 65, 47,375.00 76, 1,
1, 78, 48,984.00 88, 1,
1, 70, 50,571.00 80, 1,
1, 72, 52,136.00 82, 1,
, 5, 4, ,
100
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAA
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI N KEGIATAN
FISIK
1 2 3 4 5 6
2 22 18 15 4 3 32
5
2 ,5
24 ,1
19 ,0
16 0
4 3 7,
35
7
3 ,3
26 ,6
21 ,2
17 2
4 6
3 8,
38
0
3 ,1
27 ,0
22 ,5
18 5
4 9
4 9,
41
2
3 ,7
29 ,4
23 ,7
19 7
4 2
4 9,
44
5 ,4 ,8 ,8 9 5 9,
3 30 25 20 5 4 47
7
4 ,9
32 ,1
26 ,9
22 1
5 8
5 8,
50
0
4 ,4
33 ,4
27 ,0
23 3
5 1
5 8,
53
2
4 ,8
35 ,6
28 ,0
24 5 4
5 7,
56
5
4 ,2
36 ,8
29 ,1
25 6
5 7
5 5,
59
7 ,5 ,9 ,0 7 9 4,
5 37 31 26 5 6 62
0
5 ,7
39 ,0
32 ,0
27 8
6 2
6 2,
65
2
5 ,3
40 ,2
33 ,1
28 0
6 5
6 2,
68
5 ,8
42 ,5
34 ,1
29 2
6 8
7 1,
71
7
6 ,3
43 ,8
36 ,2
30 4
6 1
7 0,
73
0 ,7 ,0 ,2 5 4 9,
6 45 37 31 6 7 76
2
6 ,2
46 ,2
38 ,3
32 7
6 7
8 8,
79
5
6 ,6
47 ,4
39 ,3
33 8
6 0
8 7,
82
7 ,9
49 ,5
40 ,3
34 9
7 3
8 5,
85
0
7 ,3
50 ,7
41 ,2
35 0
7 6
8 4,
88
2 ,6 ,8 ,2 1 8 2,
7 51 42 36 7 9 91
5
7 ,9
53 ,9
43 ,1
37 2
7 1
9 0,
93
7
8 ,1
54 ,9
45 ,0
37 3
7 4
9 8,
96
0
8 ,4
55 ,0
46 ,9
38 4
7 17 6,
99
2
8 ,6
56 ,0
47 ,8
39 5
7 ,
1 4,
1
5 ,8 ,0 ,7 5 , ,
8 58 47 40 7 1 1
7
9 ,0
59 ,9
48 ,5
41 6
7 ,
1 ,
1
0
9 ,2
60 ,9
49 ,3
42 6
7 ,1 ,1
2
9 ,3
61 ,8
50 ,1
42 7 ,1 ,1
5
9 ,4
62 ,7
51 ,9
43 7 ,
1 ,
1
7 ,4 ,6 ,7 7 , ,
1 63 52 44 7 1 1
,
1 ,5
64 ,5
53 ,5
45 7 ,
1 ,
1
,
1 ,9
66 ,6
54 ,4
46 8 ,
1 ,
1
,
1 ,3
69 ,8
57 ,4
48 0
8 ,
1 ,
1
,
1 ,1
71 ,1
59 ,4
50 3
8 ,
1 ,
1
, ,8 ,4 ,3 5 , ,
1 74 61 52 8 1 1
,
1 ,5
77 ,7
63 ,3
54 8
9 ,
1 ,
1
,
1 ,2
79 ,9
66 ,2
56 0
9 ,
1 ,
1
,
1 ,8
82 ,1
68 ,0
57 3
9 ,
1 ,
1
,
1 ,5
85 ,3
70 ,9
59 5
9 ,
1 ,
1
, ,0 ,5 ,7 7 , ,
4 92 13 61 , 6 6
123
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAA MANAJEME PENGAWASA PENGELOLAA DENGAN
KONSTRUKSI MANAJEME
N N N N KEGIATAN PENGAWASA
FISIK N
KONSTRUKSI KONSTRUK KONSTRUKSI N
1 2 3 4 5 6 7
2 2 1 40,000.00 3
25 24, 29, 42,817.50 3
37 26, 21, 45,420.00 36
30 38, 23, 47,807.50 49
32 30, 24, 49,980.00 42
5 1, 5, 5
3 3 2 51,937.50 4
47 33, 27, 53,720.00 58
40 35, 28, 55,292.50 51
42 36, 39, 56,655.00 54
45 38, 31, 57,807.50 67
7 9, 2, 0
5 4 3 58,750.00 6
05 1,
4 3,
3 60,611.25 36
25 2,
4 4,
3 62,370.00 6
5 4,
4 6,
3 64,026.25 97
76 5,
4 7,
3 65,580.00 27
0 7, 8, 5
6 4 4 67,031.25 7
62 59, 40, 68,380.00 8
65 50, 41, 69,626.25 81
7 52, 42, 70,770.00 83
70 53, 43, 71,811.25 86
2 5, 5, 9
7 5 4 72,750.00 9
75 56, 46, 73,663.75 92
87 57, 47, 74,480.00 95
80 69, 48, 18
75,198.75
82 60, 59, 1,
75,820.00
5 1, 0, ,
8 6 5 76,343.75
1
97 63, 51, 1,
76,770.00
90 64, 52, 1,
77,098.75
92 65, 54, 1,
77,330.00
95 66, 55, 77,463.751,
7 7, 6, ,
1 6 5 77,500.00 1
1, 78, 57, 78,942.08 1,
1, 70, 58, 80,360.00 1,
1, 71, 69, 83,123.33 1,
1, 74, 62, 85,790.00 1,
, 7, 4, ,
1 8 6 88,360.00 1
,1 0,
8 7,
6 90,833.33 ,1
,1 3,
8 9,
7 93,210.00 ,1
,1 6,
8 1,
7 95,490.00 ,1
,1 9,
9 4,
7 97,673.33 ,1
, 2, 6, ,
4 2 5 6
149
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)