Anda di halaman 1dari 2

Ibu hamil rentan covid

Kondisi kehamilan menyebabkan penurunan kekebalan parsial karena perubahan


fisiologi pada saat kehamilan, sehingga mengakibatkan ibu hamil lebih rentan terhadap
infeksi virus. Oleh karena itu, pandemi COVID-19 sangat mungkin menyebabkan
konsekuensi yang serius bagi ibu hamil(28–30). Sampai saat ini informasi tentang COVID-19
pada kehamilan masih terbatas. Pengumpulan data ibu hamil dengan COVID-19 di Indonesia
sendiri juga belum dapat disimpulkan. (Pradana et al, 2020)
Perubahan fisiologis dan imunologis yang terjadi sebagai komponen normal
kehamilan dapat memiliki efek sistemik yang meningkatkan risiko komplikasi obstetrik dari
infeksi pernapasan pada ibu hamil. Melalui evaluasi yang dilakukan dalam wabah
koronavirus sebelumnya (SARS dan MERS), ibu hamil telah terbukti memiliki risiko
kematian yang tinggi, keguguran spontan, kelahiran prematur, dan IUGR (intrauterine growth
restriction). Tingkat fatalitas SARS dan MERS di antara pasien hamil adalah 25% dan 40%,
masingmasing terdapat beberapa risiko seperti ketuban pecah dini, kelahiran prematur,
takikardia janin, dan gawat janin. Namun, Apakah COVID-19 meningkatkan risiko
keguguran dan kelahiran mati belum diketahui. (Pradana et al, 2020)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menginformasikan, penelitian sedang dilakukan
untuk memahami dampak infeksi COVID-19 pada perempuan hamil. Sementara ini, data
yang diperlukan untuk mengkaji hal tersebut masih terbatas sehingga belum ada bukti
perempuan hamil berisiko lebih tinggi. Namun, karena perubahan dalam tubuh dan sistem
kekebalan tubuh, wanita hamil dapat terinfeksi beberapa virus, termasuk yang menyerang
pernapasan. Oleh karena itu, penting untuk mengambil tindakan pencegahan guna melindungi
diri dari COVID19. (Hidayah, 2020)

Hidayah, Seventina Nurul. Nilatul Izah dan Istiqomah Dwi Andari. 2020. Peningkatan
Imunitas dengan Konsumsi Vitamin C dan Gizi Seimbang Bagi Ibu Hamil Untuk
Cegah Corona Di Kota Tegal.
Pradana, Anung Ahadi. Casman dan Nur’aini. 2020. Pengaruh Kebijakan Social Distancing
Pada Wabah Covid-19 Terhadap Kelompok Rentan Di Indonesia.

Epidemiologi

Pada penelitian di New York, dari 215 wanita hamil yang menjalani penapisan
menjelang persalinan, 33 wanita (15%) menunjukkan hasil SARS-CoV-2 positif; dari 33
wanita tersebut, 87% kasus asimtomatik, sedangkan sisanya bergejala.5 Penelitian lain
mengemukakan bahwa 10 dari 14 wanita hamil positif COVID-19 asimtomatik dapat
bergejala selama proses persalinan atau postpartum. (Christyani, 2020)
Berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per tanggal
14 September 2020, Dari total pasien terkontamisasi positif COVID-19, sebanyak 5.316
orang (2,4%) adalah anak berusia 0- 5 tahun dan terdapat 1,3% di antaranya meninggal dunia.
Untuk kelompok ibu hamil, terdapat 4,9% ibu hamil terkonfirmasi positif COVID-19 dari
1.483 kasus terkonfirmasi yang memiliki data kondisi penyerta. Data ini menunjukkan bahwa
ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir juga merupakan sasaran yang rentan terhadap
infeksi COVID-19 dan kondisi ini dikhawatirkan akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi baru lahir. (Kementerian Kesehatan RI, 2020)
Christyani, Fenyta dan Astrid Fransisca Padang. 2020. Transmisi Vertikal COVID 19 selama
Kehamilan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pelayanan Antenatal,
Persalinan, Nifas dan Bayu Baru Lahir Di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Penyebab COVID-19 adalah virus dalam famili coronavirus yang merupakan virus RNA
strain tunggal positif, berkapsul, dan tidak bersegmen. Virus ini mampu bertahan selama 72
jam pada permukaan plastik, sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dapat dinonaktifkan
dengan pelarut lemak seperti eter, etanol, dan disinfektan yang mengandung klorin, asam
perioksiasetat, dan kloroform (kecuali khorheksidin).6 Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-
6 hari, penularan utama berasal dari orang yang bergejala ke orang yang berada jarak dekat
melalui droplet.6 Penularan virus COVID-19 dapat melalui kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan benda yang digunakan orang
terinfeksi.
SARS-CoV-2 masuk ke epitel sistem pernapasan melalui reseptor Angiotensin converting
enzyme 2 (ACE2) yang dominan berada di alveoli paru, namun juga ditemukan di organ lain
seperti mukosa saluran pencernaan dan rongga mulut. Enzim ACE2 akan mengubah
angiotensin II menjadi angiotensin I yang menyebabkan vasodilatasi, antitrombosis, dan
antiinflamasi. Pada kehamilan terjadi peningkatan reseptor ACE2, sehingga pada ibu hamil
berisiko lebih besar terinfeksi SARS-CoV-2.Ikatan virus terhadap ACE2 menurunkan
regulasi perubahan angiotensin II menjadi angiotensin I, sehingga terjadi peningkatan
angiotensin II. Hal ini mengakibatkan vasokonstriksi dan disfungsi endotel. Kondisi ini
menyerupai keadaan preeklampsia. Pada keadaan lebih lanjut dapat menyebabkan gangguan
pembekuan darah, trombosis, stroke, dan emboli pulmonal.11-13 Infeksi SARS-CoV-2 akan
meningkatkan sitokin proinflamasi, seperti interleukin IL-2, IL-7, IL-10, granulocyte-colony
stimulating factor, interferon-y-inducible protein 10, monocyte chemottractant protein 1,
macrophage inflammatory protein 1 alpha, dan tumor necrosis factor alpha. Peningkatan
konsentrasi interleukin merupakan efek sitotoksik langsung virus COVID-19 yang akan
menyebabkan badai sitokin.
Perubahan sistem imun selama kehamilan diperlukan untuk proteksi ibu dan janin dari infeksi
mikrobakterial. Seiring dengan perubahan usia gestasi, mekanisme respons imun adaptif juga
berubah. Pada trimester pertama disebut stadium proinflamasi untuk menunjang implantasi
embrio. Pada trimester kedua disebut stadium anti-inflamasi; stadium ini sangat dibutuhkan
untuk memelihara pertumbuhan janin dan pada trimester akhir disebut stadium proinflamasi
karena mendekati waktu persalinan. Mekanisme ini yang mendasari mengapa kasus COVID-
19 pada kehamilan terbanyak pada trimester akhir.

Anda mungkin juga menyukai