Anda di halaman 1dari 3

Plastik : Sahabat atau Musuh Kita?

Oleh :
Jaka Afriana, S.Pd )*

Plastik bukanlah hal baru dalam kehidupan kita, sejak tahun 1930-an hingga sekarang
kehidupan kita tak jauh dari benda-benda yang terbuat dari bahan plastik. Namun semakin
canggih teknologi manusia, semakin pintar pula manusia membuat tiruan benda-benda di
alam. Kemasan makanan maupun minuman sebagian besar dari bungkus plastik, peralatan
makan dan minum di rumah tangga sudah bisa dipastikan ada bahan plastiknya. Semakin
meluasnya penggunaan plastik, hingga kasus beras plastik telah beredar di pulau Jawa.
Makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia telah ditiru oleh oknum yang tidak
bertanggungjawab untuk mendapatkan keuntungan semata, tanpa berpikir dampak yang
ditimbulkan bagi masyarakat luas.
Selama ini, kita menganggap plastik aman karena hanya sebatas pembungkus atau
wadah makanan dan minuman. Bila telah masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan
makanan, tentu berbahaya bagi kesehatan kita. Apalagi beras plastik yang dimasak dan
dimakan, tubuh akan beraksi cepat menimbulkan efek langsung seperti mual, muntah, atau
diare. Efek jangka panjang akan menimbulkan kanker karena plastik bersifat karsinogenik.
Benarkah plastik yang kita gunakan selama ini aman, karena bahan plastik tidak pernah
masuk ke dalam saluran pencernaan makanan kita?
Aman bila kita mengenali bahan-bahan plastik dengan simbol segitiga dengan arah
petunjuk yang berputar (daur ulang) atau food grade (bergambar gelas dan garpu) yang
terdapat pada bagian dasar wadah yang menandakan wadah tersebut aman digunakan untuk
makanan dan minuman. Simbol plastik daur ulang pada dasarnya dirancang untuk membantu
pada saat mendaur ulang, agar dapat memisahkan bahan untuk diproses dengan baik.
Pengetahuan dasar lambang ini juga dapat membantu kita dalam memastikan apakah barang
plastik di rumah aman untuk kita dan anak-anak kita.
Makanan dan minuman dalam kemasan plastik telah diuji sebelum diedarkan
dipasaran dan aman untuk dikonsumsi. Begitu pula wadah makanan dan minuman seperti
piring, gelas, sendok, dan garpu dari bahan plastik, pastikan mempunyai simbol food grade
biar aman. Plastik kemasan atau wadah aman digunakan dengan syarat tertera simbol tadi,
tentu menjadi sahabat kita. Ada kebiasaan lain dari masyarakat kita yang bisa menjadikan
plastik menjadi musuh sampai berakibat penyakit dalam jangka waktu lama.
Plastik menjadi sahabat bila kemasan plastik tidak berubah dari keadaan semula,
menjadi musuh kita bila kemasan atau strukturnya berubah. Perubahan struktur plastik
biasanya disebabkan oleh panas dari makanan dan minuman. Atau penggunaan berulang-
ulang wadah yang pada akhirnya bisa merubah struktur penyusun bahan plastik. Apalagi bila
ditemukan wadah plastik yang permukaannya mengelupas, penyok/berubah bentuk, dan
teksturnya menjadi lembut. Biasanya terjadi bila terkena makanan dan minuman panas.
Perubahan struktur wadah plastik tadi disebabkan ada beberapa molekul yang lepas dari
ikatan penyusun plastik karena panas/perubahan suhu. Wadah plastik tidak akan pecah atau
meleleh, tetapi berubah menjadi lembut/struktur berubah. Dengan lepasnya beberapa molekul
penyusun plastik ke makanan atau minuman bila masuk ke dalam saluran pencernaan
makanan kita maka ini yang akan menimbulkan penyakit.
Bagaimana dengan simbol food grade yang sudah teruji didunia industri, apakah tetap
aman bila terkena panas? wadah makanan dan minuman plastik yang berubah struktur bahan
penyusunnya disebabkan panas tentu saja tidak aman. Lalu bagaimana dengan botol susu bayi
yang terbuat dari plastik? Bahan plastik penyusun botol susu bayi memiliki resistensi yang
tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah
ditingkatkan. Kita sering mensterilkan botol susu bayi dengan cara merebusnya dengan air
hingga mendidih. Tetapi botol susu bayi tidak akan berubah struktur penyusunnya karena
telah disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.
Penggunaan wadah plastik untuk makanan dan minuman sebaiknya digunakan setelah
dingin atau suhu kamar. Makanan dan minuman setelah matang atau mendidih lebih baik
disajikan dengan menggunakan wadah berbahan kaca atau logam. Sebagian besar penyakit
manusia berasal dari makanan yang kita makan. Efek sampingnya tentu dalam jangka waktu
yang lama. Apa yang kita makan hari ini akan berdampak sepuluh atau dua puluh tahun
mendatang. Kita tidak tahu bagaimana akibat makanan di masa muda yang akan berdampak
di masa tua. Mencegah memang lebih baik daripada mengobati, dengan selektif dalam
memilih bahan makanan kita juga harus mengetahui mana yang menjadi sahabat dan musuh
kita.
Sifat plastik yang mudah dibuat, ringan praktis, dan murah menjadi salah satu
pertimbangan barang berbahan plastik menjadi sahabat. Jika tidak hati-hati, penggunaan
plastik yang salah akan membawa dampak buruk pula bagi kesehatan. Banyak yang tidak
mengerti bahwa berbagai macam plastik diproduksi untuk keperluan tertentu saja. Tidak bisa
digunakan untuk berbagai macam keperluan yang lain, terutama yang berkaitan dengan
makanan. Dalam hal ini, kalau dipaksakan bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan menjadi
musuh kita. Perlu diingat sebagai patokan bahwa sebetulnya plastik tidak berbau. Jadi
ditemukan ada plastik yang berbau berarti plastik tersebut terbuat dari bahan kualitas rendah,
sebaiknya tidak digunakan sebagai pembungkus makanan. Kesadaran masing-masing individu
dan masyarakat perlu ditingkatkan agar penggunaan plastik yang keliru bisa dihindari.

)* Penulis adalah Guru IPA SMP Negeri 6 Sambas Kabupaten Sambas

Simbol Kemasan Plastik :

Anda mungkin juga menyukai