Anda di halaman 1dari 15

42 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm.

42-56

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan publik


di Pemerintahan Kabupaten Bandung

Heru Ryanto Budiana1, Atwar Bajari2, Rahman Mulyawan3


1,2,3
Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia
ABSTRAK

Nilai kearifan lokal Sabilulungan dijadikan sebagai landasan penyelenggaraan Pemerintah di Kabupaten
Bandung. Selain untuk menjaga nilai budaya Sabilulungan sebagai salah satu warisan budaya Sunda,
Sabilulungan juga memiliki nilai yang dapat diterapkan pada setiap aktivitas Pemerintahan agar berlangsung
dengan baik. Salah satunya adalah aktivitas komunikasi pelayanan publik. Untuk itu penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana Transformasi nilai kearifan lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi
pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten Bandung. Subjek penelitian ini dipilih dengan cara purposive
dimana subjek dalam penelitian ini adalah aparatur Pemerintah Kabupaten Bandung. Objek penelitian ini
adalah hal yang terkait dengan transformasi nilai kearifan lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi
pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten Bandung pada kepemimpinan Dadang Naser. Hasil penelitian ini
diantaranya adalah nilai Sabilulungan dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Pemerintahan
karena mengandung nilai moralitas didalamnya. Sabilulungan memiliki makna gotong royong, sehingga
bisa ditransformasikan pada aktivitas komunikasi pelayanan publik karena dapat menjadi landasan dalam
pelaksanaan untuk tercapainya sinergitas dan empati yang merupakan bagian penting dari pelayanan
publik. Sabilulungan juga dapat membantu tercapainya komunikasi yang efektif dimana semua pihak dapat
menerima pesan yang hendak disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya
nilai Sabilulungan belum sepenuhnya dipahami dan diterapkan sehingga diperlukan upaya-upaya untuk
mengoptimalkan nilai Sabilulungan. Peneliti menyarankan salah satu inovasi yang bisa diterapkan agar
lembaga Pemerintah dapat mengoptimalkan transformasi nilai kearifan lokal yakni dengan menggunakan
kemajuan teknologi khususnya media internet didalamnya media sosial agar seluruh aspek pemerintah juga
masyarakat dapat mewujudkan tujuan dari pelayanan publik yakni tercapaikanya kesejahteraan masyarakat.

Kata-kata Kunci:Komunikasi; pelayanan publik; transformasi; nilai kearifan lokal; pemerintahan

Transforming Sabilulungan values in public service communication activities in


Bandung Regency Government
ABSTRACT

The value of Sabilulungan’s local wisdom is used as a foundation for the administration of the Government
in Bandung Regency. In addition to maintaining the cultural value of Sabilulungan as one of the Sundanese
cultural heritage, Sabilulungan also has values that can be applied to every Government activity so that it
takes place properly. One of them is public service communication activities. For this reason, this research
was conducted to find out how the transformation of sabilulungan local wisdom values in public service
communication activities in the Government of Bandung Regency. The subject of this research was chosen by
the purposive method in which the subjects in this study were the Bandung District Government Apparatus.
The object of this research is something related to the transformation of the value of sabilulungan local
wisdom in the activities of public service communication in the Bandung Regency Government under the
leadership of Dadang Naser. The results of this study include the value of Sabilulungan can be used as a
guide in the implementation of Government activities because it contains moral values in it. Sabilulungan
has the meaning of cooperation so that it can be transformed into public service communication activities
because it can be the foundation in the implementation of achieving synergy and empathy which is an
important part of public service. Sabilulungan can also help achieve effective communication where all
parties can receive messages to be conveyed by the Bandung Regency Government. In its implementation,
the value of Sabilulungan is not fully understood and applied so that efforts are needed to optimize the
value of Sabilulungan. Researchers suggest one of the innovations that can be applied so that Government
institutions can optimize the transformation of local wisdom values by using technological advancements,
especially internet media, in which social media so that all aspects of government and society can realize the
goals of public service, namely the achievement of public welfare.

Keywords: Communication; public service; transformation; value of local wisdom; government

Korespondensi: Heru Ryanto Budiana. Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21
Jatinangor, Sumedang, Indonesia 45363. No. Email: heru.ryanto@unpad.ac.id

Submitted: September 2019, Accepted: February 2020, Published: June 2020


ISSN: 2303-2006 (print), ISSN: 2477-5606 (online). Website: http://jurnal.unpad.ac.id/jkk
Terakreditasi Kemenristekdikti RI SK No. 48a/E/KPT/2017
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 43

PENDAHULUAN Daser, dalam sebuah kesempatan wawancara,


mengatakan bahwa, gotong royong dalam
Petikan lirik lagu Sabilulungan ciptaan Ki Sunda sebagai bagian dari Sabilulungan,
Koko Koswara atau yang dikenal dengan Sabilulungan bukan hanya sekedar gotong
nama panggilan Mang Koko di atas menjadi royong, tetapi juga memiliki makna sinergitas,
inspirasi bagi Dadang Mochammad Naser atau kebersamaan, silih asah, silih asih, silih asuh,
biasa dipanggil Kang Daser menggunakan silih pikaheman, ngaluluguan, ngakojoan
istilah Sabilulungan sebagai slogan pada masa (kepemimpinan yang memberikan keteladanan),
kampanye pemilihan Bupati, baik pada periode juga terkandung dalam Sabilulungan nilai-nilai
pertama maupun periode kedua. spiritualnya.
Seiring terpilihnya beliau menjadi pimpinan Nilai-nilai yang terkandung dalam makna
daerah Kabupaten Bandung, maka sejak tahun Sabilulungan tersebut, dianggap merupakan
2010, Sabilulungan dijadikan sebagai motto modal sosial sebagai spirit atau ruh dalam
dalam penyelenggaraan roda pemerintahan di upaya menggerakan roda Pemerintahan Daerah
Kabupaten Bandung. Menjadikan Sabilulungan Kabupaten Bandung khususnya dalam dalam
sebagai motto, tidak terlepas dari upaya aktivitas komunikasi pelayanan publik.
Kang Daser mengimplementasikan nilai-nilai Berbicara mengenai aktivitas komunikasi
luhur kehidupan Sunda yang terdapat dalam pelayanan publik, erat kaitannya dengan alur
konsep Sabilulungan sebagai pijakan dalam birokrasi. Penyakit dalam birokrasi adalah
mewujudkan pelayanan publik di Kabupaten koordinasi antar lembaga, koordinasi antar
Bandung ke arah yang lebih baik. internal lembaga dan antar sub-bagian terdapat
Peningkatan pelayanan publik penting ego sentral yang sangat kuat. Maka untuk
untuk dilakukan oleh sebuah lembaga menjalankan birokrasi tersebut dibutuhkan
Pemerintah. Pada prinsipnya masyarakat akan prinsip Sabilulungan yang bisa dijadikan
terus mengharapkan peningkatan kualitas jembatan agar tidak ada ego antar bagian
pelayanan publik yang dilakukan oleh Lembaga atau divisi, terdapat rasa saling berpegangan
Pemerintah (Alamsyah & Fitriah, 2017). Hal ini tangan di dalam pemerintahan serta bagaimana
sejalan dengan pemenuhan hak dan kewajiban mengikis kelemahan-kelemahan yang ada
masyarakat serta terwujudnya tanggung jawab di Pemerintahan. Dengan menerapkan nilai
Negara melalui pelayanan publik yang optimal. Sabilulungan, Pemerintahan itu bisa maju,
Kinerja pelaku komunikasi dapat sejahtera dan optimal dalam melakukan
mengalami peningkatan kualitas melalui penyejahteraan masyarakat.
komunikasi yang efektif. Maka pelaksana Transformasi nilai Sabilulungan pada
pelayanan publik dalam hal ini para aparatur aktivitas komunikasi pelayanan publik
Pemerintah harus memiliki kemampuan untuk penting untuk diterapkan sebab saat ini masih
menggunakan pola komunikasi yang efektif banyak masyarakat memiliki anggapan bahwa
agar tercapai tujuan lembaga (Budi, 2012). komunikasi yang terdapat pada pelayanan
Instrumen yang menentukan komunikasi publik oleh Lembaga Pemerintah identik
efektif adalah: (1) Pemahaman penerima pesan; dengan birokrasi yang berbelit-belit. Hal ini
(2) Adanya kesenangan pada kedua pihak yang dijadikan salah satu indikator masih kurangnya
melakukan komunikasi; (3) Dapat memengaruhi pelayanan Lembaga Pemerintah pada publik.
sikap pihak lain; (4) Memperbaiki hubungan; dan Sabilulungan diharapkan dapat mengikis
(5) Hasil sesuai dengan tujuan berkomunikasi anggapan masyarakat yakni pelayanan publik
yang ditunjukan dengan tindakan perima pesan. yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah
Tubb & Moss dalam (Budi, 2012). masih rendah (Drajat, 2008).
Nilai kearifan lokal Sabilulungan di Tercantum dalam Road Map Reformasi
transformasi oleh Pemerintah Kabupaten Birokrasi Tahun 2015 – 2019 yang telah
Bandung dalam pelaksanaan aktivitas ditetapkan melalui Peraturan Menteri
komunikasi publik. Sabilulungan sering Pendayagunaan Aparatur Negara dan
dipadankan dengan pengertian gotong royong Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015,
atau kerjasama (Bachrein, 2010; Adha, 2015; bahwa reformasi birokrasi bukan lagi sekedar
Guntari, 2016); termasuk juga dalam kamus tuntutan dari segenap elemen masyarakat yang
Sunda-Indonesia online. Padahal menurut Kang mengharapkan agar birokrasi dan terutama

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
44 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56

aparatur dapat berkualitas lebih baik lagi baik Selain itu adanya transformasi nilai budaya
di Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah lokal pada aktivitas komunikasi budaya kerja
Daerah bagi penyelenggara pemerintahan baik Lembaga akan menciptakan good governance.
kementerian maupun pemerintahan provinsi dan Jika konsep good governance diterapkan, maka
daerah. Keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi yang terdapat pada proses komunikasi
birokrasi bukan pada prosedur atau laporan saja, pelayanan publik akan berjalan efektif. Good
namun bagaimana masyarakat yang dilayani governance akan tercipta jika dilakukan
dapat merasakan dampak perubahan yang lebih komunikasi yang efektif dimana terdapat
baik. kesesuaian antara pesan yang disampaikan dari
Budaya organisasi tidak terlepas dari informan kepada penerima pesan. Pada intinya,
faktor kepemimpinan, sebagaimana dijelaskan konsep good governance akan mejuwudkan
dalam lampiran PermenPANRB No. 39 Tahun kesejahteraan masyarakat melalui kesepakatan
2012 tersebut bahwa keberhasilan dalam mengenai penyelenggaraan kebijakan. Susanto
mengembangkan dan menumbuh-kembangkan dalam (Alamsyah & Fitriah, 2017)
budaya organisasi sangat ditentukan oleh perilaku Dalam konteks pemerintahan daerah di
pimpinan organisasi. Senada dengan pendapat Indonesia saat ini terdapat beberapa nilai atau
PermenPANRB bahwa budaya organisasi tidak norma kearifan lokal yang dijadikan basis
terlepas dari faktor kepemimpinan, terdapat atau dasar nilai organisasi pemerintahan.
keterkaitan yang sangat erat antara budaya Nilai Budaya kearifan lokal mengandung nilai
organisasi dan kepimpinan (Schein, 2010), yang moralitas yang dapat dijadikan pedoman dalam
diilustrasikan seperti “to side of the same coin” pelaksanaan Pemerintah (Mariana & Paskarina,
atau “dua sisi dari sekeping mata uang”, untuk 2009).
menjelaskan bahwa antara kepemimpinan dan Satu di antara sekian banyak kearifan
budaya organisasi masing-masing mempunyai lokal di Indonesia adalah kearifan lokal
keterkaitan yang sangat erat dan hampir tidak masyarakat Sunda. Dalam berbagai referensi
dapat dipisahkan. sering dikatakan bahwa, kearfian lokal
Budaya dalam sistem organisasi dapat mencakup acuan dalam kehidupan sehari-hari
dipahami sebagai hasil dari seorang pemimpin yang berlaku di lingkup masyarakat tertentu.
atau pencipta, yang menetapkan sebuah domain Kearifan lokal ini bersifat abstrak sekaligus juga
tertentu, yang oleh karenanya dapat diterima kongkret. Pedoman-pedomannya berupa sistem
oleh kelompok sasaran tertentu. Pemimpin yang abstrak, tetapi dalam pelaksanaannya
dapat dikatakan bertindak sebagai pendiri berupa sistem yang kongkret karena menjadi
sebuah budaya, yang akan mengakomodasi alat yang digunakan dalam memperbaiki dan
peraturan, nilai, kepercayaan dan persepsi menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat
kelompok yang terlibat. Memperluas hal ini, budaya. (Isnendes, 2014).
posisi pemimpin tidak hanya menyediakan Walaupun kearifan lokal dianggap memiliki
kerangka kepercayaan nilai untuk kelompok, nilai luhur dan dapat menjadi pedoman dalam
tetapi juga struktur, keteraturan dan makna. menyelesaikan permasalahan, akan tetapi
Tentu saja, elemen budaya pemimpin mungkin tidak sedikit tantangan yang dihadapi karena
tidak berfungsi dan dapat berubah sewaktu- perubahan cara pandang masyarakat terhadap
waktu. budaya lokal yang dianggap terbelakang,
Tuntutan reformasi birokrasi dengan sebaimana penelitian yang hasilnya
melakukan perubahan budaya kerja yang menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi
diturunkan dari budaya organisasi dan dalam menempatkan nilai kearifan lokal sunda
sumber nilai dapat diperoleh antara lain sebagai basis tata kelola pemerintahan yang
melalui kebiasaan yang berkembang baik baik (good governance) ditengah terpaan arus
dalam masyarakat atau adat sebagaimana globalisasi adalah anggapan bahwa kebijakan
dijelaskan diatas, memberikan ruang bagi berbasis kearifan lokal yang diterapkan bersifat
pemerintahan daerah di Indonesia untuk kedaerahan, kuno, tradisional, dan dianggap
menggali dan mengimplementasikan nilai-nilai sebagai suatu kemunduran demokrasi karena
kearifan lokal di daerahnya masing-masing seakan kembali pada masa lalu di era yang
dalam mengembangkan budaya organisasi sudah modern (Rahmatiani, 2016).
pemerintahannya. Kabupaten Bandung mentrasnformasi

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 45

nilai kearifan lokal budaya Sunda untuk “Dinamika Budaya “Sabilulungan” Dalam
melakukan komunikasi efektif pada aktivitas Inovasi Pembangunan Di Kabupaten Bandung,
pelayanan publik. Budaya Sunda menjadi ciri Kang daser menyampaikan bahwa sabilulungan
khas masyarakat Sunda. Masyarakat Sunda merupakan nilai atau karakter lokal yang hidup,
atau Suku Sunda adalah orang-orang yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sunda,
secara turun temurun menggunakan bahasa dan dimana karakter lokal ini akan memperkaya dan
dialek Sunda sebagai bahasa ibu serta dialek memperkokoh karakter dan budaya bangsa.
dalam percakapan sehari-hari. Masyarakat Penelurusan yang dilakukan oleh Supriyadi,
Sunda dimaksud, tinggal di daerah Jawa Barat Nassarudin, & Azhar, (2017), menemukan
dan Banten yang dulu dikenal sebagai Tanah bahwa arti Terma Sabilulungan berasal dari
Pasundan atau Tatar Sunda. Koentjaraningrat Bahasa Sunda tertulis dalam buku Kamus
dalam (Indrawardana, 2012). Sunda-Indonesa karya (Sumantri, 1985),
Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
yang kaya dengan berbagai kearifan lokal yang Bahasa Depdikbud Jakarta, yang memiliki arti;
mengandung makna filosofis yang mendalam seia-sekata; saling tolong. Penjelasan lebih
serta nilai (values) mulia dan adiluhur. Nilai- lanjut dalam kamus tersebut, menunjukan
nilai luhur tersebut dapat dijadikan sebagai nilai bahwa Sabilulungan merupakan warisan lisan
budaya organisasi pemerintah daerah, seperti yang berasal dari Bahasa Sunda dan berakar
“Sabilulungan” di Pemerintah Daerah (Pemda) kuat dari local wisdom warga Sunda di Jawa
Kabupaten Bandung. Barat. Sabilulungan dikenal sebagai nilai
Penggunaan nilai kearifan lokal Sunda kearifan lokal, yang tumbuh dan berkembang
“Sabilulungan” sebagai budaya organisasi dalam tradisi lisan masyarakat Sunda
pemerintah daerah di Kabupaten Bandung, tidak Sabilulungan adalah tradisi masyarakat
terlepas dari kepemimpinan Bupati Dadang Sunda dengan Sabilulungan sebagai simbolnya.
Mochamad Naser baik periode pertama periode Kata Sabilulungan mengalami pergeseran dan
tahun 2010-2015 maupun pada periode kedua perkembangan makna karena dinamika ruang
tahun 2015-2020. dan waktu, sehingga Sabilulungan memiliki
Sabilulungan pada awalnya merupakan aneka ragam arti dan maksud dilihat dari
istilah yang digunakan Dadang Naser sebagai berbagai perspektif. (Supriyadi et al., 2017)
slogan pada masa kampanye pemilihan Bupati, Nilai budaya sabilulungan sebagaimana
baik pada periode pertama maupun periode telah dikemukakan di atas, telah dikenal sejak
kedua. Pemilihan istilah kearifan lokal Sunda lama di masyarakat Sunda. Bukan persoalan
“Sabilulungan” tersebut tidak terlepas dari mudah bagi Dadang Naser membawa nilai
perjalanan panjang dan pengalaman Dadang kearifan lokal “Sabilulungan” yang telah tumbuh
Naser sebelum menjadi Bupati, khususnya dan berkembang sejak lama di masyarakat
ketika Dadang Naser menjadi ketua KNPI dan masuk ke dalam ruang-ruang pemerintahan.
anggota DRPD Kabupaten Bandung. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi
Realitas yang tumbuh di masyarakat untuk melakukan transformasi nilai kearifan
tersebut, khususnya di Kabupaten Bandung lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi
menginspirasi Dadang Naser untuk mengangkat pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten
“Sabilulungan” tidak hanya sebagai slogan Bandung adalah pada tahap pelaksanaan yang
dimasa kampanye tetapi sebagai budaya berawal dari pemahaman para aparatur lembaga
organisasi pemerintahaan di Kabupaten pemerintah mengenai nilai Sabilulungan. Tentu
Bandung. “Sabilulungan” yang awalnya berarti tidak belum semua pihak paham akan makna
gotong royong atau bersama-sama mengalami nilai Sabilulungan baik pihak yang terkait
modifikasi nilai dan memiliki arti yang dalam pemerintahan di Kabupaten Bandung
sangat luas dan dapat ditinjau dalam beragam adalah urang Sunda, baik dikalangan aparatur
perspektif. pemerintahan, masyarakat sebagai sasaran
Pada sebuah simposium tentang “Kearifan pelayanan pemerintah maupun sektor swasta
Lokal Sebagai Aset Bangsa Pencetak Generasi sebagai mitra pemerintahan.
Cerdas Berkeperibadian”, Oktober tahun 2016 Berbagai upaya dan kerja keras perlu
di kampus Cibiru Universitas Pendidikan dilakukan oleh Dadang Naser sebagai pemimpin
Indonesia (UPI) dengan judul pemaparannya di Pemerintahan Kabupaten Bandung yang

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
46 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56

mengusung Nilai “Sabilulungan” dalam dalam kehidupan organisasi sangat kuat.


Melakukan transformasi nilai kearifan lokal Kekuatan tersebut dikarenakan budaya bekerja
sabilulungan dalam aktivitas komunikasi di luar kesadaran manusia, untuk itu sangat
pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten penting memahami budaya organisasi, bukan
Bandung. Hal pertama yang dilakukan adalah hanya disebabkan kekuatannya tetapi juga
memastikan jika penerima pesan paham membantu menjelaskan pengalaman individu
terhadap pesan yang hendak disampaikan yakni dalam kehidupan organisasi tersebut.
dalam hal transformasi nilai-nilai Sabilulungan. Mengimplemtasikan nilai “Sabilulungan”
Pemahaman penerima pesan menjadi instrument pada aktivitas komunikasi pelayanan publik di
pertama dalam menentukan komunikasi Kabupaten Bandung adalah sebuah pekerjaan
efektif seperti dijelaskan oleh Tubb & Moss besar dan membutuhkan komitmen serta
(Alamsyah & Fitriah, 2017). Sejalan dengan kedisiplinan yang luar biasa, sumber daya yang
pernyataan tersebut, Robbins & Judge (2017) besar dan waktu yang panjang.
menjelaskan bahwa budaya organisasi mengacu Periode pertama kepemimpinan Dadang
pada suatu sistem makna bersama yang dianut Naser dengan filosofi Sabilulungannya telah
oleh anggota-anggota yang membedakan menunjukkan beberapa kemajuan pencapaian,
organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. antara lain; peningkatakan kondisi pembangunan
sistem pemaknaan bersama tersebut merupakan daerah yang dapat dianalisis melalui IPM atau
seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai Indeks Pembangunan Manusia. Dalam lima
organisasi. tahun kepemimpinan Dadang Naser pada
Berdasarkan pandangan Robbins tersebut, periode pertama tahun 2010 – 2015, IPM
mengembangkan budaya organisasi selain harus Kabupaten Bandung menunjukkan peningkatan
sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakatnya, setiap tahunnya, bahkan Sebagaimana tercantum
sesuai juga dengan tantangan dan kebutuhan dalam Dokumen RPJMD Kabupaten Bandung
organisasinya, dan harus dimaknai bersama Tahun 2016 – 2021, pada tahun 2015 mencapai
oleh seluruh anggota dan stakeholder dalam 76,45 yang merupakan daerah dengan kecepatan
organisasi tersebut. peningkatan IPM nya tertinggi. Terlihat dalam
Bagaimana budaya organisasi harus gambar 1.
dimaknai secara bersama-sama juga dikemukan Komitmen Dadang Naser dalam wujudkan
oleh Schein (2010), bahwa budaya bersifat Nilai Sabilulungan dalam pemerintahannya
abstrak, namun kekuatan yang diciptakannya tercermin dalam visi, misi, RPJMD, RKPD

Sumber: Dokumen RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2016 – 2021

Gambar 1 Pencapaian IPM Kabupaten Bandung

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 47

maupun dalam berbagai program-program berwawasan lingkungan dan peningkatan


pemerintahan. perekonomian daerah yang berdaya saing
Berbagai program di Kabupaten dengan nilai-nilai (value) luhur “Sabilulungan”,
Bandung pun kerapkali menggunakan kata nilai-nilai ini dalam rangka mewujudkan sosok
“Sabilulungan” seperti; Sabilulungan Raksa masa depan masyarakat Kabupaten Bandung
Desa, yang bertujuan membantu mengatasi 2025 “Repeh Rapih Kertaraharja”.
segala permasalahan sosial di wilayah Mengacu pada instrument komunikasi
Kabupaten Bandung. Inti program tersebut efektif menurut Tubb dan Moss (Alamsyah
adalah menjaga atau memelihara kondisi & Fitriah, 2017) implementasi komunikasi
rumah, air bersih, kakus, sampah dan alam efektif pada aktivitas komunikasi pelayanan
sekitar. Program yang digulirkan sejak awal publik melalui nilai Sabilulungan di Kabupaten
Dadang Naser menjadi Kepala Daerah yaitu di Bandung masih belum dikatakan optimal,
tahun 2010 hingga saat ini. karena: Pertama, masih terdapat kesenjangan
Visi pemerintahan pada tahun 2016- pemahaman mengenai konsep filosofi
2021, sebagaimana termuat dalam dokumen Sabilulungan yang menjadi spirit budaya
Rencana Pembangunan Jangka Menengah organisasi yang dikembangkan. Artinya belum
Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun memenuhi instrument komunikasi efektif yakni
2016 – 2021 adalah, “Memantapkan Kabupaten tidakan penerima pesan belum sesuai dengan
Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya maksud pemberi pesan. Hal ini terlihat dari
Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan pernyataan Sugianto, salah seorang anggota
yang Baik dan Sinergi Pembangunan DPRD Kabupaten Bandung bahwa:
Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural “...makna Sabililungan yang tercermin
dan Berwawasan Lingkungan”. Dalam dalam visi misi, diturunkan dalam
Visi Pemerintah Kabupaten Bandung di program dan kegiatan baru mulai dapat
atas, terkandung filosofi Sabilulungan diinternalisasikan kesetiap SKPD pada
dalam implementasinya. Seperti, tata kelola tahun ketiga periode pertama kepemimpinan
pemerintahan yang baik, dalam penjelasan Bupati, hingga saat ini…”
pokok tersebut dikatakan bahwa kondisi
penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Kedua, perilaku seluruh pegawai belum
Bandung yang dilakukan secara bersama- sama sepenuhnya sesuai dengan konsep nilai
antara pemerintah, masyarakat dan swasta, dan sabilulungan yang digunakan sebagai budaya
bertanggungjawab, dengan menjaga sinergitas organisasi pemerintahan, hal tersebut tercermin
interaksi yang bersifat konstruktif diantara tiga dalam pernyataan Sugianto berikut: “..terjadi
dominan utama tersebut. lokir jabatan dikarenakan dianggap tidak sesuai
Hal itu dijelaskan Dadang Naser dengan konsep sabilulungan..”
sebagaimana dikutip dalam soreangonline.com; Ketiga, aktivitas pelayanan publik
“…dukungan dan keterlibatan seluruh seharusnya menunjukan sikap kerja secara
stakholder pembangunan mulai pemerintah, profesional sesuai dengan nilai yang terkandung
masyarakat maupun kalangan usahawan. pada Sabilulungan; pekerja memiliki keahlian,
Ketiga kekuatan ini perlu bersinergi, atau menunjukkan kualitas kerja yang memenuhi
bergandeng tangan dalam konsep standar profesi tertentu. Ukuran profesi itu
Sabilulungan, agar roda pembangunan dilihat dari proses penyelesaian dan tanggung
di Kabupaten Bandung berjalan sesuai jawabnya terhadap tingkat kualitas hasil,
dengan harapan...” namun hal tersebut belum sepenuhnya dapat
Rencana Kerja Pembangunan Daerah dikatakan optimal, mengingat hasil survei yang
(RKPD) Kabupaten Bandung Tahun 2016 dilakukan Pusat Kajian dan Kepakaran Statistik
sebagai tindak lanjut dari Perbub Bandung (P2KS) Unpad atas Kepemimpinan Kepala
No. 23 Tahun 2015 Tentang Rencana Kerja Daerah di Jawa Barat Tahun 2015, menunjukan
Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap
Tahun 2016. Pada awal dokumen RKPD layanan publik oleh Pemkab Bandung yang
tersebut tertulis tentang sasaran dan prioritas meliputi enam aspek kinerja, yaitu infrastruktur,
yang ingin dicapai, dalam rangka mewujudkan kepemimpinan, regulasi, pelayanan dasar,
peningkatan kualitas pembangunan yang anggaran, dan sumber daya aparatur, Pemkab

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
48 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56

Bandung tidak termasuk dalam kategori 5 sebagai kearifan lokal masyarakat Sunda yang
daerah dengan indeks kepuasan responden dijadikan budaya organisasi pemerintahan di
tertinggi, artinya masih banyak ketidakpuasaan Kabupaten Bandung dalam kepemimpinan
masyarakat terhadap pelayanan publik di Dadang M. Naser sebagai Bupati.
Pemkab Bandung. Subjek penelitian dipilih secara purposif
Berbagai program, kegiatan maupun berdasarkan tingkat keterlibatan subjek
pemahaman baik di tingkat aparatur, masyarakat pada peristiwa atau kasus yang diteliti untuk
dan sektor swasta melalui implementasi nilai memperoleh kedalaman informasi yang
Sabilulungan menunjukkan kemajuan yang diperlukan dalam penelitian ini.
baik, namun masih belum optimal sebagaimana Kriteria informan dalam penelitian ini,
telah dipaparkan diatas, sehingga perlu meliputi: (1) Pencetus ide dasar sabilulungan;
pengkajian lebih mendalam terkait pemahaman (2) Aparatur pemerintah di Kabupaten Bandung
stakeholder di Kabupaten Bandung tentang sebagai pihak yang digerakan; (3) Masyarakat
nilai “Sabilulungan” sebagai budaya organisasi sebagai sasaran penerima layanan pemerintah;
pemerintahan. dan (4) Sektor swasta sebagai mitra pemerintah.
Budaya organisasi memiliki pengaruh besar Sehingga berdasarkan kriteria informan
terhadap perilaku individu dalam organisasi. tersebut, objek penelitian dalam hal ini terkait
Semua individu dan kelompoknya bereaksi bagaimana transformasi nilai kearifan lokal
terhadap makna yang mereka hubungkan sabilulungan dalam aktivitas komunikasi
dengan berbagai kondisi-kondisi lingkungan, pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten
dan bertindak menurut persepsi mereka terhadap Bandung pada kepemimpinan Dadang Naser.
lingkungan mereka. Oleh karena itu penting Teknik pengumpulan data yang digunakan
memahami tatacara orang menggambarkan adalah wawancara mendalam, observasi,
situasi mereka dalam menjelaskan tindakannya, dokumentasi dan studi kepustakaan. Selanjutnya
persepsi dan definisi mereka, yang dipengaruhi peneliti melakukan analisis data dimana
oleh para aktor di sekitarnya. analisis data dilakukan setelah data berupa
Dalam sudut pandang konstruktivis transkrip hasil wawancara dan observasi,
sosial, individu memahami budaya organisasi maupun gambar, foto, catatan harian subjek dan
sebagai entitas dinamis, sosial dan diskursif sebagainya dianggap lengkap dan sempurna.
yang dibangun melalui keterlibatan dengan Peneliti sebagai instrumen kunci dalam dalam
lingkungan sekitar. Budaya secara sosial penelitian ini melakukan analsis data karena
dan diskursif dibangun melalui aktivitas hanya peneliti sendiri yang mengetahui secara
dan interaksi individu yang berakar pada mendalam semua masalah yang diteliti.
masyarakat, yang semuanya menafsirkan dan Pengujian data yang dilakukan dalam
mengkonsumsi budaya secara berbeda. Realitas penelitian ini meliputi uji Credibility (validitas
budaya adalah kenyataan yang dibangun secara internal), Transferability (validitas eksternal),
sosial, yang dalam proses perubahan terus- Dependability (reliabilitas), dan Confirmability
menerus. (obyektivitas).
Berdasarkan latar belakang penelitian di
atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui HASIL DAN PEMBAHASAN
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas
komunikasi pelayanan publik di Pemerintahan Sabilulungan berarti saling tolong
Kabupaten Bandung. menolong. Sabilulungan juga menjadi warisan
lisan yang berasal dari bahasa Sunda asli.
METODE PENELITIAN (Sumantri, 1985). Nilai Sabilulungan inilah
yang dibawa oleh Dadang Naser kedalam
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten
kualitatif menggunakan metode studi Bandung, pada periode beliau menjadi Bupati,
kasus. Pendekatan kualitatif dengan melihat sebagaimana diutarakan Dadang Naser berikut:
permasalahan sebagai satuan yang bulat dan “…Saya sedang mencoba memasukan
menyeluruh (holistik), menghubungkan setiap Sabilulungan sebagai modal sosial untuk
variabel fungsional dan memahami hakekatnya, menggerakan Pemerintahan. Pemerintahan
serta menyoroti tentang nilai “Sabilulungan ya itu pelayanan publik, bagaimana

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 49

meningkatkan kesejahteraan, bagaimana keberlanjutan, untuk memajukan penghormatan


merapatkan kesenjangan menjadi keanekaragaman budaya dan kreatifitas
kenyataan…” manusia.
Perwujudannya antara lain di bidang-
Sabilulungan yang merupakan bagian dari bidang sebagai berikut: (1) Tradisi dan ekspresi
kebudayaan Sunda, termasuk ke dalam identitas lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan
daerah yang menjadi bagian dari warisan budaya takbenda; (2) Seni pertunjukan; (3)
generasi sebelumnya yang patut dilestarikan. Adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-
Untuk itu perlunya integrasi antara pemerintah perayaan; (4) Pengetahuan dan kebiasaan
dan masyarakat dalam melestarikan nilai perilaku mengenai alam dan semesta; serta (5)
kearifan lokal (Ade & Affandi, 2016). kemahiran kerajinan tradisional.
Identitas sebuah daerah bergantung Nilai Sabilulungan sebagai tradisi yang
pada keberhasilan pembangunan yang telah lama ada pada kehidupan masyarakat
membutuhkan kerjasama antar setiap sektor Sunda sejak dahulu diakui oleh Dadang Naser
untuk mewujudkannya. (Perbawasari, Dida, , bahwa:
& Nugraha, 2019) Dengan nilai Sabilulungan, “.. Sabilulungan berasal dari Ki Sunda
diharapkan dapat membantu pembangunan yang sudah ada sejak zaman Belanda.
daerah salah satunya melalui aktivitas Sabilulungan sabilulungan merupakan nilai
komunikasi pelayanan publik. atau karakter lokal yang hidup, tumbuh dan
Nilai kearfikan lokal mengandung nilai berkembang di masyarakat sunda…”
moralitas yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat dijadikan semacam pedoman Berdasarkan pendapat di atas, Sabilulungan
atau ukuran tindakan atau perbuatan masyarakat sebagai tradisi lisan masyarakat Sunda yang
maupun elit penguasa dalam kehidupan mengandung nilai kearifan lokal Sunda.
(Mariana & Paskarina, 2009). Nilai kearifan Pengertian kearifan lokal dalam berbagai
lokal juga dapat menjadi sarana komunikasi referensi dikatakan sebagai nilai-nilai yang
yang efektif untuk mewujudkan kesejahteraan berlaku dalam suatu masyarakat, diyakini
masyarakat mengingat dinamika kebudayaan kebenarannya dan menjadi acuan dalam
akan terus berkembang sehingga nilai kearifan bertingkah-laku sehari-hari masyarakat
lokal bisa dijadikan dasar dalam membangun setempat. Menurut (Isnendes, 2014), kearifan
masyarakat (Kumianto, 2016). lokal ini bersifat abstrak sekaligus juga
Fungsi nilai kearifan lokal yang bisa kongkret. Pedoman-pedomannya berupa sistem
menjadi sarana komunikasi dalam membangun yang abstrak, tetapi dalam pelaksanaannya
masyarakat, memiliki kesamaan konsep dengan berupa sistem yang kongkret karena menjadi
fungsi lembaga Pemerintah dalam melakuakan alat yang digunakan dalam memperbaiki dan
pelayanan publik yakni bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat
mencapai kesejahteraan masyarakat. Salah satu budaya.
transformasi nilai kearifan lokal Sabilulungan Pemahaman akan tradisi lisan tidak hanya
diterapkan pada tradisi lisan yang erat kaitannya berkisar pemberian suatu ruang agar tradisi
dengan aktivitas komunikasi. tersebut bisa digelar, tetapi secara tekstual
Berbagai praktek, representasi, ekspresi, dan kontekstual, tradisi lisan tersebut juga
pengetahuan, keterampilan: serta instrument- harus dipahami. Tujuannya adalah agar nilai
instrumen, obyek, artefak dan lingkungan budaya yang melekat dalam tradisi lisan tersebut
yang terkait meliputi berbagai komunitas, bisa dipahami oleh masyarakat pada setiap
kelompok, dan dalam beberapa hal tertentu, jamannya.
perseorangan yang diakui sebagai bagian Upaya memahami nilai Sabilulungan agar
warisan budaya mereka. Warisan budaya tak tetap relevan dengan konteks kekinian, salah
benda ini, diwariskan dari generasi ke generasi, satunya dengan melakukan inovasi terhadap
secara terus-menerus diciptakan kembali oleh makna-makna yang terkandung di dalamnya,
berbagai komunitas dan kelompok sebagai sebagaimana dilakukan oleh Dadang Naser
tanggapan mereka terhadap lingkungannya, dengan berinovasi memaknai nilai Sabilulungan
interaksi mereka dengan alam, serta sejarahnya, melalui akronim. Akronim Sabilulungan
dan memberikan mereka makna jati diri dan menurut Dadang Naser, adalah: “SA” nya

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
50 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56

mengembangkan makna Sabilulungan dalam


konteks kekinian, menurut Dadang Naser:
“…Jadi, hirup Sabilulungan, genteng ulah
potong, sifat silih rojong, persatuan tembong
jeung Gotong Royong. Itu maknanya
setara dengan nilai filsafat bangsa, jati diri
bangsa, Pancasila, Bhineka tunggal itu ada
perbedaan-perbedaannya, tapi satu untuk
kejayaan Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika
di breakdown oleh Pancasila. Pancasila
menurut founding father nya Bung Karno
disampaikan bisa diperah menjadi Trisila,
kalau bahasa saya memahamkan Pancasila
itu Trisila, Ketuhanan, Keamanusiaan…”

Menggali makna nilai Sabilulungan yang


terkandung dalam lirik lagu Sabilulungan
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 karya Mang Koko, dilakukan peneliti dengan
mewawancarai Dr. Lili Suparli, M. Sn.,
Gambar 2 Gambar Tulisan Sabilulungan yang menjabat sebagai Ketua Program Studi
Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.
Sabar, “BI” nya Bijak, “LU” nya luhung, “LU” Menurut Lili Suparli, untuk menjelaskan makna
nya luhur, “NGAN” nya Ngancik. lirik dalam sebuah lagu, dalam konteks sastra
Selain berinovasi dengan memberikan lagu terdapat beberapa model, misalkan seperti
akronim, Dadang Naser juga berinovasi dengan menulis, dimana dilakukan pembahasan dulu
memberikan simbol gambar Sabilulungan baru kemudian disimpulkan, yang disebut
berupa aksara yang dirangkai, berikut kata kunci. Terdapat juga model bait pertama
penjelasannya: yang diperjelas dalam bait kedua, atau juga
“…Ya saya yang nulis saya yang gambar. penjelasan yang disimpulkan dalam bait
Tapi saya gambar ini Sabilulungan harus berikutnya. Bisa juga dalam memaknai lagu,
berangkai, aksarana kudu nempel. Nanti dari sekian bait dalam sebuah lagu, ragam bait
kan dalam Sabilulungan dikatakan Akur per bait bisa berbeda pembahasannya, tapi bisa
jeng dulur, panceg dina galur. Itu aplikasi juga berkaitan bahasannya, dimana bait satu
Sabilulungan, harus dijaga…” dibahas oleh bait dua, atau oleh bait ketiganya,
dan seterusnya.
Lebih lanjut Dadang Naser menjelaskan: Terkait lagu Sabilulungan, menurut Lili
“…Gotong royong dalam Ki Sunda mah Suparli, terdapat 4 bait dengan 2 pengulangan,
bagian dari Sabilulungan. Sabilulungan, dimana bait ketiga merupakan pengulangan bait
dasar gotong royong. Jadi, Sabilulungan pertama dan bait keempat pengulangan dari
mah bukan gotong royong saja. Tapi, bait pertama. Pengulangan disini lebih pada
sinergitas, kebersamaan, silih asah, silih asih pengulangan melodi atau nada lagunya, bukan
dan silih asuh itu bagian dari Sabilulungan. pada maknanya, sedangkan pada maknanya
Silih pikaheman, terus ngaluluguan, sendiri lebih menjelaskan atau menjabarkan
jadi ngakojoan, itu kepemimpinan. Jadi, sebab Sabilulungan. Menurut Lili Suparli :
memberikan keteladanan di Sabilulungan “…Nah, Sabilulungan mah ieu teh kan dua
itu, jadi ada spiritualnya…” pengulangan, aya bait kahiji sareng bait
kadua. Teras bait katilu jeung bait kaopat
Kemudian nilai Sabilulungan dapat teh. Teras bait katilu teh pengulangan tina
diketahui lebih mendalam melalui analisis bait kahiji, bait kaopat pengulangan bait
makna dalam lirik lagu Sabilulungan. Lirik kadua. Tapi secara prinsip ieu teh saling
lagu Sabilulungan karya Mang Koko tersebut ngajelaskeun, bait kadua ngajelaskeun bait
juga menjadi inspirasi bagi Dadang Naser katilu. Maknanya mah hampir sama, ngan

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 51

pengulangan didinya teh pengulangan tapak, tah dianalogikeunna urang Sunda


lagu, melodi lagu nya nada lagu. Secara teh ulah nepi ka cacat ulah nepi kapotong.
prinsipna mah upami tinu ieu mah Da lamun dina atap bumi eta mah sanes
penjelasan makna ti nu lebih ngajabarkeun genteng tapi kenteng. Ari genteng teh kieu,
sebab Sabilulungan teh bakal kieu bakal upami urang arek aya urang lembur eweuh
kieu, nah itu…” nanaon, mungkin itu tina akibat jadi si
sampean teh genteng atawa pananganna.
Selengkapnya makna lirik dalam lagu Genteng-genteng ulah potong, hartosna
Sabilulungan menurut Lili Suparli , sebagai sanajan genteng ari bahasa urang mah
berikut: cacat pan? Tapi, urang mah tetep genteng
“…lirik nu kahiji “Sabilulungan dasar ulah potong. Jadi, nanaon teh kitu, atau
gotong royong” hartosna anu ngajagjageun atanapi tingali tatangkalan oge sok
landasan atawa nu jadi landasan dianggo pamoen oge dibengkeut ku kawat.
kalaksana gotong royong teh ayana di Tah, eta teh genteng ulah potong, sanajan
Sabilulungan. Ieu kan konotasi pemaknaan dibengkeut ku kawat oge tapi teu potong
dari kalimat itu saja sudah menunjukkan nya. Dina lirik itu genteng ulah potong itu
bahwa Sabilulungan itu hal yang berbeda. ada kekurangan tapi tidak menunjukkan
Landasaran berpikir, landasan berprinsip hal yang perpecahan. Potong disana
untuk mencoba ke gotong royong teh menunjukkan makna kekurangan, sanajan
nya Sabilulungan, matak disebatkeun aya kekurangan menimpa apapun jangan
Sabilulungan dasar gotong royong…” sampe terjadi perpecahan…”

Dijelaskan lebih lanjut terkait makna lirik Penjelasan lirik keempat dalam bait
pertama: pertama, di sampaikan Lili Suparli sebagai
“…Dina konotasi pemaknaan dari kalimat berikut:
itu saja Sabilulungan adalah sebuah “…Sabilulungan persatuan tembong.
pemaknaan yang berbeda, lebih berprinsip. Lamun Sabilulungan tos aya maka
Jadi lamun henteu mah landasan berpikir didinya bakal ngahiji persatuan, kakarek
gotong royong teh Sabilulungan. Matak moal matak gotong royong teh pan
tadi babasan samiuk Sabilulungan. Samiuk pinuh persatuan. Nah, ieu mah berarti
Sabilulungan teh nyaeta upami dimaknai Sabilulungan mah landasan berpikir,
dina babasan eta mah ngahijikeun rasa. landasan awal pikeun terjadinya gotong
Samiuk Sabilulungan, jadi ngahijikeun royong, pikeun terjadinya engke motivasi
dua rasa. Nah, gotong royong mah akibat silih rojongna oge sifat-sifat anu kakuatan-
engke…” kakuatan sejenna ulah nepi ka potong…”

Lirik kedua menurut Lili Suparli: Melanjutkan penjelasan pada lirik lagu
“…Sabilulungan sifat silih rojong. Lain Sabilulungan, bait kedua. Lirik pertama dan
saukur saling bantu hungkul silih rojong kedua pada bait kedua dijelaskan sebagai
mah, tapi bisa saling ngabantu, saling berikut:
dukung atawa saling support ka ayunkeun. “…Tohaga rohaka. Teguh tangguh
Bisa silih sebab, bisa silih motivasi…” perbawa sabilulungan. Nah, tohaga
rohaka itu kan luar biasa siga tekur weh
Penjelasan untuk lirik ketiga menurut Lili lah, tapi rohaka dina bahasa Sunda mah.
Suparli: “…Sabilulungan genteng ulah potong. Eta ngagambarkeun lamun ngalakukeun
Sabilulungan sifat geus kuat janten urang geus Sabilulungan. Jadi rohaka itu perbawana
genteng gek ulah nepi ka potong…” Sabilulungan, samiuk Sabilulungan. Ku
Makna genteng, lebih luar dijelaskan Lili kadang ngajikeunna urang boga motivasi
Suparli, sebagai berikut: mah tah ieu. Dampak dari Sabilulungan,
“…Genteng ulah potong teh anu kalo pun jadi janten perbawa mah tiasa makna na
ada masalah yang pelik tapi jangan sampai akibat. Akibatnya, tohaga rokaha mah
putus. Genteng teh kieu upami urang arek besar. Kekuatan yang besar, tohaga itu
ulin tah aya tapak ukur genteng kitu. Tapak- kuat, rohaka itu besar, rongkah…”

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
52 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56

teh leuwih kuat tina kokoh. Janten tengkuh,


Sadia Sajiwa lamun ceuk ieu na mah kuat megang
“…Segut singkil ngabasmi pasalingsingan. prinsipna. Si eta mah kukuh weh kana elmu
Tah, segut singkil, segut teh artina eta na. Jadi kukuh pageuh…”
semangat ulet segut teh. Jadi contoh tah
kieu “ Duh segut dahar eta budak nyah” Selanjutnya bait terakhir atau keempat,
enerjik didinya mah lebih kana enerjik. secara berurutan dijelaskan oleh Lili Suparli,
Tah, heeum singkil teh dia berani, singkil sebagai berikut:
dia berani siap-siap sudah bertekad. Nah, “…Santosa Samakta. Santosa mah kan
ngabasmi pasalingsingan, ari ngabasmi hirup. Lamun samakta mah leuwih ka
pasalingsingan teh dina kecap, upami persoalannana dia siap segalana samakta.
pasalingsingan hungkul mah kieu kecapna Dia siap dengan berbagai hal, karena
“akang bade kadieu, abdi bade kahandap, apa santosa eeuu karena dia memiliki
pasalingsingan” berbeda ari janten mah berbagai hal ceuk eta mah sejahtera dengan
ngabasmi teh ulah terjadi perbedaan. kekuatan-kekuatan tadi. Jadi samakta teh
Terjadinya konflik itu kan akibat jika santos kieu, upami prajurit disebatkeun
ada perbedaan. Jadi, mun didieu mah samakta teh janten kieu siap dengan atau
perbedaan paham, perbedaan tujuan, siap kuat dengan apapun. Siap tempur,
perbedaan kahayang anu leuwih ieu sudah samakta. Tos samakta…”
persoalan kunaon Sabilulungan teh tah
landasanna. Landasan pikeun ulah terjadi “…Teuneung ludeung ngajaring
pasalingsingan, perbedaan paham. Kan kawibawaan. Tadi didinya tah nembe jadi
perbedaan paham itu didieu teh dimaknai teneung ludeung teh dia sudah berani mau
pasalingsingan teh perbedaan paham, kemana pun. Teneung ludeung, ngajaring
perbedaan tujuan, perbedaan kahayang…” kawibawaan. Jadi, tah ngajaring disini teh
dia sudah ngabawa ngapit kawibawaan…”
Penjelasan dilanjutkan pada bait ketiga,
secara berurutan dijelaskan oleh Lili Suparli, “…Saihwan Safaham. Satu barisan
sebagai berikut: saihwan teh sapamaneugan…”
“…Sabilulungan hirup sauyunan. Tah,
lamun tos terjadi Sabilulungan tina rasa “…Nagri nanjung berekah sabilulungan.
pasti bakal hirupna sauyunan. Rukun Tadi upami tos ngalukeun ieu ieu nu tadi teh
sauyunan silih ayunkeun silih anter artina sadayana, tah nagri teh bakal narima teh
mah ngahiji-ngahiji keneh. Duh, eta kunaon, berkah tina Sabilulungan…”
sauyunan sareng adina, artina teh silih
asih sauyunan. Harmoni…” “Nah, kieu pada prinsipna kan konsep
penjelasan teh tiasa ngajelaskeun kata
“…Sabilulungan silih pikaheman. Ari silih kunci ieu jeung ieu. Ngajelaskeun teh tiasa
pikaheman teh ngaos heman rasa, rasa untuk ngabedah hasil ieu tinu ieu, misalkeun
kasih sayang…” ieu Sabilulungan hirup sauyunan, santosa
samakta. Kan penjelasanna lamun tos
“…Sabilulungan tulung tinulungan. hirup sauyunan pasti santosa trus bakal
Ari tulung tilulungan teh eta mah kecap kajaring kawibawaan nanjung nagri
pretekan ti silih tulung. Saling menolong, berkah Sabilulungan.”
jadi tah nu tadi lamun tos aya dasarna
mah. Arek silih tulungan, silih naon deui Selain adanya inovasi berupa akronim
ge tiasa…” dan simbol Sabilulungan, transformasi nilai
Sabilulungan dapat dilihat pada aktivitas
“…Sabilulungan kukuh persatuan. Jelas, komunikasi pelayanan publik melalui media
Sabilulungan kukuh persatuan. Tengkuh, sosial dengan menyisipkan sapaan “Wargi
kokoh menguatkan, kukuh teh memegang Sabilulungan” pada setiap postingan di akun
prinsip bukan kekuatannya terhadap media sosial sehingga komunikasi pelayanan
prinsip. Bukan kokoh tapi keukeuh, kukuh publik akan lebih dapat diterima oleh masyarakat

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 53

Sumber: Hasil Penelitian, 2017

Gambar 3 Transformasi nilai kearifan lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan publik di
Pemerintah Kabupaten Bandung

sekaligus turut mengkomunikasikan nilai Pemerintah sangat tinggi. Hasil penelitian


Sabilulungan pada masyarakat luas. ini dapat dijadikan acuan jika nilai kearifan
Transformasi nilai kearifan lokal lokal dapat ditransformasikan pada aktivitas
sabilulungan dalam aktivitas komunikasi komunikasi pelayanan publik yang pada
pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten akhirnya meningkatkan kinerja lembaga
Bandung sudah sesuai mengingat karakteristik Pemerintah.
masyarakat wilayah Kabupaten Bandung. Implementasi nilai sabilulungan pada
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan elemen pemerintahan Kabupaten Bandung
oleh (Nekroma, 2017) adanya implementasi sudah dijalankan dengan baik seperti adanya
nilai kearifan lokal pada pelaksanaan fungsi inovasi berupa akronim, simbol gambar,
lembaga pemerintah dapat membantu aparatur dan sapaan khusus Sabiliulungan dilakukan
pemerintah untuk melakukan tugas sesuai agar lebih mudah dipahami oleh stakeholder.
dengan kewajibannya. Akronim Sabilulungan dirasa sudah tepat
Nilai kearifan lokal dapat menjaga untuk dijadikan landasan pelayanan publik
hubungan berbasis budaya (Hidayat & Hafiar, karena setiap penggalan katanya dapat menjadi
2019). Sehingga hubungan antara publik dan landasan dalam berkomunikasi utamanya
pemerintah dapat terjalin dengan baik melalui dalam pelayanan publik yang mengutamakan
transformasi nilai kearifan lokal Sabilulungan hubungan timbal balik yang efektif.
dalam aktivitas komunikasi pelayanan publik di Namun pada pelaksanaannya belum optimal
Pemerintah Kabupaten Bandung. karena salah satunya perilaku seluruh pegawai
Pelayanan publik sangat krusial dalam belum sepenuhnya sesuai dengan konsep nilai
aktivitas pemerintah. Hal ini seperti dijelaskan Sabilulungan yang digunakan sebagai budaya
dalam penelitian yang dilakukan oleh (Rahman organisasi pemerintahan. Padahal nilai budaya
& Sjoraida, 2017) jika kebutuhan publik dapat kearifan lokal dalam hal ini Sabilulungan dapat
terpenuhi melalui upaya pelayanan publik, menunjang aktivitas komunikasi pelayanan
sehingga publik akan mengharapkan adanya publik dalam hal ini melalui budaya organisasi
pelayanan yang optimal dari pemerintah. di Pemerintah Kabupaten Bandung.
Selain itu, aparatur pemerintah memiliki Nilai kearifan lokal Sabilulungan sebaiknya
cara yang baik dalam pelayanan publik dapat dioptimalkan dalam aktivitas komunikasi
yakni dengan sikap yang ramah sehingga pelayanan publik. Dalam hasil penelitian
kepuasan masyarakat terhadap kinerja lembaga yang dilakukan oleh (Parera, Mingkid, &
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
54 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56

Rembang, 2014) dijelaskan jika aktivitas masyarakat (Ulandari, 2014). Sedangkan


organisasi dapat ditunjang dengan baik melalui nilai Sabilulungan dianggap fleksibel, dalam
komunikasi, sebab jika aktivitas komunikasi konteks ini bukan berarti nilai Sabilulungan
dapat diselenggarakan dengan baik maka menjadikan hirarki antara atasan dan bawahan
akan menunjang dikerja organisasi. Selain menjadi lebur. Akan tetapi menurut lili hambali,
itu ditemukan aspek dalam pelayanan publik bagaimana prinsip nilai Sabilulungan dipegang
yang harus dipenuhi oleh sebuah lembaga oleh seorang Bupati, oleh seorang Wakil Bupati,
adalah adanya rasa empati serta cepat tanggap oleh rakyat itu dijatahkan sesuai dengan fungsi
dalam melihat kebutuhan publik. Hal ini dapat strukturalnya.
terselenggara dengan optimal jika seluruh
stakeholders menerapkan nilai Sabilulungan SIMPULAN
dimana adanya rasa kebersamaan dan sinergitas
yang tinggi sehingga transformasi nilai kearifan Pemilihan nilai kearifan lokal yang
lokal Sabilulungan sudah tepat untuk dijadikan ditransformasi pada aktivitas komunikasi
landasan dalam aktivitas komunikasi pelayanan pelayanan publik salah satunya didasari
publik. oleh nilai moralitas yang terdapat pada nilai
Nilai Sabilulungan sebagai tradisi kearifan lokal. Nilai moralitas tersebut dapat
masyarakat Sunda yang memiliki nilai-nilai menjadi pedoman dalam melakukan tindakan.
filosofis untuk membangun karakter, dianggap Sabilulungan berusaha ditransformasi oleh
sebagai modal sosial yang dibawa ke dalam Pemerintah Kabupaten Bandung. Sabilulungan
penyelenggaraan pemerintahan, khususnya bermakna gotong royong dan saling tolong-
pelayanan publik di Kabupaten Bandung oleh menolong. Inti dari nilai Sabilulungan
Dadang Naser sebagai Bupati, sebagaimana dapat dijadikan landasan dalam melakukan
diutarakan oleh Dadang Naser : komunikasi pelayanan publik. Dimana dalam
“…Saya sedang mencoba memasukan melakukan pelayanan publik, aspek yang harus
Sabilulungan sebagai modal sosial untuk diperhatikan adalah adanya rasa empati juga
menggerakan Pemerintahan. Pemerintahan cepat tanggap dalam melihat suatu keadaan
ya itu pelayanan publik, bagaimana publik. Hal ini dapat dicapai dengan sinergitas
meningkatkan kesejahteraan, bagaimana yang tinggi yang ditransformasi dari nilai
merapatkan kesenjangan menjadi Sabilulungan.
kenyataan…” Implementasi nilai Sabilulungan dibuat
dalam bentuk inovasi berupa akronim, simbol
Transformasi nilai Sabilulungan bisa sabilulungan dan sapaan bagi masyarakat pada
dioptimalkan melalui penggunaan media sosial. setiap pengkomunikasian aktivitas pelayanan
Partisipasi masyarakat dapat meningkat dengan publik. Berbagai inovasi yang dilakukan
dibukanya sistem ICT pada aktivitas komunikasi sudah berlangsung dengan baik namun belum
pelayanan publik. Keluhan dan aspirasi publik sepenuhnya optimal sebab jika dilihat dari
akan dengan mudah disampaikan pada Lembaga perilaku pelaksana program belum memahami
Pemerintah. (Supardal, 2016). Sejalan dengan dan menerapkan prinsip-prinsip Sabilulungan.
pernyataan tersebut, Penelitian yang dilakukan Peneliti menyarankan transformasi nilai
oleh (Rahadi, 2007)yang terdiri dari 3 variabel kearifan lokal dapat dilakukan lebih optimal
utama, yaitu manfaat dirasakan (usefulness salah satunya dengan melalukan integrasi media
membuktikan jika kemajuan teknologi dapat dalam aktivitas pelayanan publiknya sehingga
digunakan untuk mengoptimalkan pelayanan diharapkan partisipasi masyarakat dapat
publik oleh Pemerintah. meningkat, kinerja lembaga pemerintah juga
Membawa nilai Sabilulungan kedalam mengalami peningkatan dan dapat terwujud
ruang-ruang pemerintahan, tentu bukan tujuan dari pelayanan publik yakni tercapainya
persoalan mudah. Pemerintahan selama ini kesejahteraan masyarakat.
dianggap anggap kaku, birokratis akibat
persoalan struktural, kedudukan ataupun DAFTAR PUSTAKA
hirarki. Sebaiknya transformasi nilai kearifan
lokal seperti Sabilulungan dilakukan melalui Ade, V., & Affandi, I. (2016). Impementasi nilai-
berbagai upaya yang melibatkan seluruh aspek nilai kearifan lokal dalam mengembangkan

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 55

keterampilan kewarganegaraan. Jurnal ac.id/2969/1/Artikel Semnas FISIP.pdf


Pendidikan Ilmu Sosial, 25(1), 77–91. Sumantri, M (1985). Kamus Sunda-Indonesia.
Adha, M. M. (2015). Understanding the Retrieved from https://www.worldcat.
relationship between kindness and gotong org/title/kamus-sunda-indonesia/
royong for Indonesian citizens in developing oclc/14072218
bhinneka tunggal ika. In Sapriya, E. Mariana, D., & Paskarina, C. (2009).
Kurniawan, & S. Nurbayani (Eds.), The Kebangkitan lokal menjawab tantangan
commemorative academic conference for globalisasi : revitalisasi nilai-nilai
the 60 anniversary of the 1955 Asian - budaya sunda bagi penciptaan local good
African Conference in Bandung, Indonesia. governance di Jawa Barat.
Bandung: School of Post-graduate Studies, Nekroma. (2017). Implementasi nilai
Universitas Pendidikan Indonesia. budaya kearifan lokal Lampung dalam
Alamsyah, A., & Fitriah, M. (2017). Strategi penyelenggaraan pemerintah desa.
komunikasi pelayanan publik melalui Universitas Lampung.
program pos pemberdayaan keluarga. Parera, S. A., Mingkid, E., & Rembang, M.
Jurnal ASPIKOM, 3(2), 225–238. (2014). Peran komunikasi organisasi dalam
Bachrein, S. (2010). Pendekatan desa pelayanan publik di pt. taspen (persero)
membangun di Jawa Barat: strategi dan cabang Manado. Jurnal Acta Diurna, 3(3),
kebijakan pembangunan perdesaan. 3–8. Retrieved from https://media.neliti.
Analisis Kebijakan Pertanian, 8(2), 133– com/media/publications/90307-ID-peran-
149. komunikasi-organisasi-dalam-pelaya.pdf
Budi, R. (2012). Komunikasi efektif dalam Perbawasari, S., Dida, S., & Nugraha, R. (2019).
meningkatkan kualitas pelayanan Peran stakeholders dalam membangun
publik. stimuli edisi IV. Retrieved identitas Purwakarta yang berwawasan
from https://www.researchgate.net/ nilai budaya lokal. PRofesi Humas, 4(1),
publication/330579081_Komunikasi_ 23–46.
Efektif_Dalam_Meningkatkan_Kualitas_ Rahadi, D. D. R. (2007). Peranan teknologi
Pelayanan_Publik informasi dalam peningkatan pelayanan di
Drajat, M. S. (2008). Pelayanan publik pada sektor publik. Seminar Nasional Teknologi
sektor komunikasi. Mediator: Jurnal 2007 (SNT 2007).
Komunikasi, 9(56), 63–76. Rahman, A., & Sjoraida, D. F. (2017). Strategi
Guntari, G. T. P. (2016). Adaptabilitas komunikasi pemerintah Kabupaten Subang
masyarakat Adat Kampung Naga sebagai menyosialisasikan gerakan pembangunan
Kampung Wisata Budaya. Student untuk rakyat infrastruktur berkelanjutan.
Universitas Negeri Yogyakarta, 5(9), 1–9. Jurnal Kajian Komunikasi, 5(2), 136.
Hidayat, D., & Hafiar, H. (2019). Nilai-nilai https://doi.org/10.24198/jkk.v5i2.8443
budaya soméah pada perilaku komunikasi Rahmatiani, L. (2016). Nilai kearifan lokal sunda
masyarakat Suku Sunda. Jurnal Kajian sebagai basis tata kelola pemerintahan
Komunikasi, 7(1), 84. https://doi. yang baik (good governance). Civics, 1(1),
org/10.24198/jkk.v7i1.19595 81–88. https://doi.org/ISSN 2527-9742
Indrawardana, I. (2012). Kearifan lokal adat Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2017).
masyarakat Sunda dalam hubungan dengan Organizational behavior (17th ed.).
lingkungan alam. Komunitas, 4(1), 1–8. London: Pearson Education Limited.
Isnendes, R. (2014). Estetika Sunda sebagai Schein, E. H. (2010). Organizational culture
bentuk kearifan lokal masyarakat sunda and leadership (4th ed.). San Fransisco:
tradisional dalam sawangan pendidikan Jossey-Bass.
karakter. Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Supardal. (2016). Penerapan ict dalam pelayanan
Pengajaran, 1(2), 194–206. publik di Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu
Kumianto, R. (2016). Kearifan lokal sebagai Pemerintahan : Otoritas, 6(2), 120–134.
media unggul komunikasi membangun https://doi.org/e-ISSN: 2502-9320
peradaban unggul. Artikel Semnas FISIP, Supriyadi, D., Nassarudin, E. H., & Azhar,
1–11. Retrieved from http://eprints.umpo. I. A. (2017). Sabilulungan untuk

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
56 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56

negeri (revitalisasi, internalisasi dan Kebudayaan Kabupaten Bandung.


implementasi). Bandung: Bidang Ulandari, D. (2014). Penerapan nilai-nilai
Kebudayaan Dinas Pariwisata dan kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat

Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)

Anda mungkin juga menyukai