42-56
Nilai kearifan lokal Sabilulungan dijadikan sebagai landasan penyelenggaraan Pemerintah di Kabupaten
Bandung. Selain untuk menjaga nilai budaya Sabilulungan sebagai salah satu warisan budaya Sunda,
Sabilulungan juga memiliki nilai yang dapat diterapkan pada setiap aktivitas Pemerintahan agar berlangsung
dengan baik. Salah satunya adalah aktivitas komunikasi pelayanan publik. Untuk itu penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana Transformasi nilai kearifan lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi
pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten Bandung. Subjek penelitian ini dipilih dengan cara purposive
dimana subjek dalam penelitian ini adalah aparatur Pemerintah Kabupaten Bandung. Objek penelitian ini
adalah hal yang terkait dengan transformasi nilai kearifan lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi
pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten Bandung pada kepemimpinan Dadang Naser. Hasil penelitian ini
diantaranya adalah nilai Sabilulungan dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Pemerintahan
karena mengandung nilai moralitas didalamnya. Sabilulungan memiliki makna gotong royong, sehingga
bisa ditransformasikan pada aktivitas komunikasi pelayanan publik karena dapat menjadi landasan dalam
pelaksanaan untuk tercapainya sinergitas dan empati yang merupakan bagian penting dari pelayanan
publik. Sabilulungan juga dapat membantu tercapainya komunikasi yang efektif dimana semua pihak dapat
menerima pesan yang hendak disampaikan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaannya
nilai Sabilulungan belum sepenuhnya dipahami dan diterapkan sehingga diperlukan upaya-upaya untuk
mengoptimalkan nilai Sabilulungan. Peneliti menyarankan salah satu inovasi yang bisa diterapkan agar
lembaga Pemerintah dapat mengoptimalkan transformasi nilai kearifan lokal yakni dengan menggunakan
kemajuan teknologi khususnya media internet didalamnya media sosial agar seluruh aspek pemerintah juga
masyarakat dapat mewujudkan tujuan dari pelayanan publik yakni tercapaikanya kesejahteraan masyarakat.
The value of Sabilulungan’s local wisdom is used as a foundation for the administration of the Government
in Bandung Regency. In addition to maintaining the cultural value of Sabilulungan as one of the Sundanese
cultural heritage, Sabilulungan also has values that can be applied to every Government activity so that it
takes place properly. One of them is public service communication activities. For this reason, this research
was conducted to find out how the transformation of sabilulungan local wisdom values in public service
communication activities in the Government of Bandung Regency. The subject of this research was chosen by
the purposive method in which the subjects in this study were the Bandung District Government Apparatus.
The object of this research is something related to the transformation of the value of sabilulungan local
wisdom in the activities of public service communication in the Bandung Regency Government under the
leadership of Dadang Naser. The results of this study include the value of Sabilulungan can be used as a
guide in the implementation of Government activities because it contains moral values in it. Sabilulungan
has the meaning of cooperation so that it can be transformed into public service communication activities
because it can be the foundation in the implementation of achieving synergy and empathy which is an
important part of public service. Sabilulungan can also help achieve effective communication where all
parties can receive messages to be conveyed by the Bandung Regency Government. In its implementation,
the value of Sabilulungan is not fully understood and applied so that efforts are needed to optimize the
value of Sabilulungan. Researchers suggest one of the innovations that can be applied so that Government
institutions can optimize the transformation of local wisdom values by using technological advancements,
especially internet media, in which social media so that all aspects of government and society can realize the
goals of public service, namely the achievement of public welfare.
Korespondensi: Heru Ryanto Budiana. Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21
Jatinangor, Sumedang, Indonesia 45363. No. Email: heru.ryanto@unpad.ac.id
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
44 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56
aparatur dapat berkualitas lebih baik lagi baik Selain itu adanya transformasi nilai budaya
di Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah lokal pada aktivitas komunikasi budaya kerja
Daerah bagi penyelenggara pemerintahan baik Lembaga akan menciptakan good governance.
kementerian maupun pemerintahan provinsi dan Jika konsep good governance diterapkan, maka
daerah. Keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi yang terdapat pada proses komunikasi
birokrasi bukan pada prosedur atau laporan saja, pelayanan publik akan berjalan efektif. Good
namun bagaimana masyarakat yang dilayani governance akan tercipta jika dilakukan
dapat merasakan dampak perubahan yang lebih komunikasi yang efektif dimana terdapat
baik. kesesuaian antara pesan yang disampaikan dari
Budaya organisasi tidak terlepas dari informan kepada penerima pesan. Pada intinya,
faktor kepemimpinan, sebagaimana dijelaskan konsep good governance akan mejuwudkan
dalam lampiran PermenPANRB No. 39 Tahun kesejahteraan masyarakat melalui kesepakatan
2012 tersebut bahwa keberhasilan dalam mengenai penyelenggaraan kebijakan. Susanto
mengembangkan dan menumbuh-kembangkan dalam (Alamsyah & Fitriah, 2017)
budaya organisasi sangat ditentukan oleh perilaku Dalam konteks pemerintahan daerah di
pimpinan organisasi. Senada dengan pendapat Indonesia saat ini terdapat beberapa nilai atau
PermenPANRB bahwa budaya organisasi tidak norma kearifan lokal yang dijadikan basis
terlepas dari faktor kepemimpinan, terdapat atau dasar nilai organisasi pemerintahan.
keterkaitan yang sangat erat antara budaya Nilai Budaya kearifan lokal mengandung nilai
organisasi dan kepimpinan (Schein, 2010), yang moralitas yang dapat dijadikan pedoman dalam
diilustrasikan seperti “to side of the same coin” pelaksanaan Pemerintah (Mariana & Paskarina,
atau “dua sisi dari sekeping mata uang”, untuk 2009).
menjelaskan bahwa antara kepemimpinan dan Satu di antara sekian banyak kearifan
budaya organisasi masing-masing mempunyai lokal di Indonesia adalah kearifan lokal
keterkaitan yang sangat erat dan hampir tidak masyarakat Sunda. Dalam berbagai referensi
dapat dipisahkan. sering dikatakan bahwa, kearfian lokal
Budaya dalam sistem organisasi dapat mencakup acuan dalam kehidupan sehari-hari
dipahami sebagai hasil dari seorang pemimpin yang berlaku di lingkup masyarakat tertentu.
atau pencipta, yang menetapkan sebuah domain Kearifan lokal ini bersifat abstrak sekaligus juga
tertentu, yang oleh karenanya dapat diterima kongkret. Pedoman-pedomannya berupa sistem
oleh kelompok sasaran tertentu. Pemimpin yang abstrak, tetapi dalam pelaksanaannya
dapat dikatakan bertindak sebagai pendiri berupa sistem yang kongkret karena menjadi
sebuah budaya, yang akan mengakomodasi alat yang digunakan dalam memperbaiki dan
peraturan, nilai, kepercayaan dan persepsi menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat
kelompok yang terlibat. Memperluas hal ini, budaya. (Isnendes, 2014).
posisi pemimpin tidak hanya menyediakan Walaupun kearifan lokal dianggap memiliki
kerangka kepercayaan nilai untuk kelompok, nilai luhur dan dapat menjadi pedoman dalam
tetapi juga struktur, keteraturan dan makna. menyelesaikan permasalahan, akan tetapi
Tentu saja, elemen budaya pemimpin mungkin tidak sedikit tantangan yang dihadapi karena
tidak berfungsi dan dapat berubah sewaktu- perubahan cara pandang masyarakat terhadap
waktu. budaya lokal yang dianggap terbelakang,
Tuntutan reformasi birokrasi dengan sebaimana penelitian yang hasilnya
melakukan perubahan budaya kerja yang menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi
diturunkan dari budaya organisasi dan dalam menempatkan nilai kearifan lokal sunda
sumber nilai dapat diperoleh antara lain sebagai basis tata kelola pemerintahan yang
melalui kebiasaan yang berkembang baik baik (good governance) ditengah terpaan arus
dalam masyarakat atau adat sebagaimana globalisasi adalah anggapan bahwa kebijakan
dijelaskan diatas, memberikan ruang bagi berbasis kearifan lokal yang diterapkan bersifat
pemerintahan daerah di Indonesia untuk kedaerahan, kuno, tradisional, dan dianggap
menggali dan mengimplementasikan nilai-nilai sebagai suatu kemunduran demokrasi karena
kearifan lokal di daerahnya masing-masing seakan kembali pada masa lalu di era yang
dalam mengembangkan budaya organisasi sudah modern (Rahmatiani, 2016).
pemerintahannya. Kabupaten Bandung mentrasnformasi
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 45
nilai kearifan lokal budaya Sunda untuk “Dinamika Budaya “Sabilulungan” Dalam
melakukan komunikasi efektif pada aktivitas Inovasi Pembangunan Di Kabupaten Bandung,
pelayanan publik. Budaya Sunda menjadi ciri Kang daser menyampaikan bahwa sabilulungan
khas masyarakat Sunda. Masyarakat Sunda merupakan nilai atau karakter lokal yang hidup,
atau Suku Sunda adalah orang-orang yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sunda,
secara turun temurun menggunakan bahasa dan dimana karakter lokal ini akan memperkaya dan
dialek Sunda sebagai bahasa ibu serta dialek memperkokoh karakter dan budaya bangsa.
dalam percakapan sehari-hari. Masyarakat Penelurusan yang dilakukan oleh Supriyadi,
Sunda dimaksud, tinggal di daerah Jawa Barat Nassarudin, & Azhar, (2017), menemukan
dan Banten yang dulu dikenal sebagai Tanah bahwa arti Terma Sabilulungan berasal dari
Pasundan atau Tatar Sunda. Koentjaraningrat Bahasa Sunda tertulis dalam buku Kamus
dalam (Indrawardana, 2012). Sunda-Indonesa karya (Sumantri, 1985),
Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
yang kaya dengan berbagai kearifan lokal yang Bahasa Depdikbud Jakarta, yang memiliki arti;
mengandung makna filosofis yang mendalam seia-sekata; saling tolong. Penjelasan lebih
serta nilai (values) mulia dan adiluhur. Nilai- lanjut dalam kamus tersebut, menunjukan
nilai luhur tersebut dapat dijadikan sebagai nilai bahwa Sabilulungan merupakan warisan lisan
budaya organisasi pemerintah daerah, seperti yang berasal dari Bahasa Sunda dan berakar
“Sabilulungan” di Pemerintah Daerah (Pemda) kuat dari local wisdom warga Sunda di Jawa
Kabupaten Bandung. Barat. Sabilulungan dikenal sebagai nilai
Penggunaan nilai kearifan lokal Sunda kearifan lokal, yang tumbuh dan berkembang
“Sabilulungan” sebagai budaya organisasi dalam tradisi lisan masyarakat Sunda
pemerintah daerah di Kabupaten Bandung, tidak Sabilulungan adalah tradisi masyarakat
terlepas dari kepemimpinan Bupati Dadang Sunda dengan Sabilulungan sebagai simbolnya.
Mochamad Naser baik periode pertama periode Kata Sabilulungan mengalami pergeseran dan
tahun 2010-2015 maupun pada periode kedua perkembangan makna karena dinamika ruang
tahun 2015-2020. dan waktu, sehingga Sabilulungan memiliki
Sabilulungan pada awalnya merupakan aneka ragam arti dan maksud dilihat dari
istilah yang digunakan Dadang Naser sebagai berbagai perspektif. (Supriyadi et al., 2017)
slogan pada masa kampanye pemilihan Bupati, Nilai budaya sabilulungan sebagaimana
baik pada periode pertama maupun periode telah dikemukakan di atas, telah dikenal sejak
kedua. Pemilihan istilah kearifan lokal Sunda lama di masyarakat Sunda. Bukan persoalan
“Sabilulungan” tersebut tidak terlepas dari mudah bagi Dadang Naser membawa nilai
perjalanan panjang dan pengalaman Dadang kearifan lokal “Sabilulungan” yang telah tumbuh
Naser sebelum menjadi Bupati, khususnya dan berkembang sejak lama di masyarakat
ketika Dadang Naser menjadi ketua KNPI dan masuk ke dalam ruang-ruang pemerintahan.
anggota DRPD Kabupaten Bandung. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi
Realitas yang tumbuh di masyarakat untuk melakukan transformasi nilai kearifan
tersebut, khususnya di Kabupaten Bandung lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi
menginspirasi Dadang Naser untuk mengangkat pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten
“Sabilulungan” tidak hanya sebagai slogan Bandung adalah pada tahap pelaksanaan yang
dimasa kampanye tetapi sebagai budaya berawal dari pemahaman para aparatur lembaga
organisasi pemerintahaan di Kabupaten pemerintah mengenai nilai Sabilulungan. Tentu
Bandung. “Sabilulungan” yang awalnya berarti tidak belum semua pihak paham akan makna
gotong royong atau bersama-sama mengalami nilai Sabilulungan baik pihak yang terkait
modifikasi nilai dan memiliki arti yang dalam pemerintahan di Kabupaten Bandung
sangat luas dan dapat ditinjau dalam beragam adalah urang Sunda, baik dikalangan aparatur
perspektif. pemerintahan, masyarakat sebagai sasaran
Pada sebuah simposium tentang “Kearifan pelayanan pemerintah maupun sektor swasta
Lokal Sebagai Aset Bangsa Pencetak Generasi sebagai mitra pemerintahan.
Cerdas Berkeperibadian”, Oktober tahun 2016 Berbagai upaya dan kerja keras perlu
di kampus Cibiru Universitas Pendidikan dilakukan oleh Dadang Naser sebagai pemimpin
Indonesia (UPI) dengan judul pemaparannya di Pemerintahan Kabupaten Bandung yang
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
46 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 47
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
48 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56
Bandung tidak termasuk dalam kategori 5 sebagai kearifan lokal masyarakat Sunda yang
daerah dengan indeks kepuasan responden dijadikan budaya organisasi pemerintahan di
tertinggi, artinya masih banyak ketidakpuasaan Kabupaten Bandung dalam kepemimpinan
masyarakat terhadap pelayanan publik di Dadang M. Naser sebagai Bupati.
Pemkab Bandung. Subjek penelitian dipilih secara purposif
Berbagai program, kegiatan maupun berdasarkan tingkat keterlibatan subjek
pemahaman baik di tingkat aparatur, masyarakat pada peristiwa atau kasus yang diteliti untuk
dan sektor swasta melalui implementasi nilai memperoleh kedalaman informasi yang
Sabilulungan menunjukkan kemajuan yang diperlukan dalam penelitian ini.
baik, namun masih belum optimal sebagaimana Kriteria informan dalam penelitian ini,
telah dipaparkan diatas, sehingga perlu meliputi: (1) Pencetus ide dasar sabilulungan;
pengkajian lebih mendalam terkait pemahaman (2) Aparatur pemerintah di Kabupaten Bandung
stakeholder di Kabupaten Bandung tentang sebagai pihak yang digerakan; (3) Masyarakat
nilai “Sabilulungan” sebagai budaya organisasi sebagai sasaran penerima layanan pemerintah;
pemerintahan. dan (4) Sektor swasta sebagai mitra pemerintah.
Budaya organisasi memiliki pengaruh besar Sehingga berdasarkan kriteria informan
terhadap perilaku individu dalam organisasi. tersebut, objek penelitian dalam hal ini terkait
Semua individu dan kelompoknya bereaksi bagaimana transformasi nilai kearifan lokal
terhadap makna yang mereka hubungkan sabilulungan dalam aktivitas komunikasi
dengan berbagai kondisi-kondisi lingkungan, pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten
dan bertindak menurut persepsi mereka terhadap Bandung pada kepemimpinan Dadang Naser.
lingkungan mereka. Oleh karena itu penting Teknik pengumpulan data yang digunakan
memahami tatacara orang menggambarkan adalah wawancara mendalam, observasi,
situasi mereka dalam menjelaskan tindakannya, dokumentasi dan studi kepustakaan. Selanjutnya
persepsi dan definisi mereka, yang dipengaruhi peneliti melakukan analisis data dimana
oleh para aktor di sekitarnya. analisis data dilakukan setelah data berupa
Dalam sudut pandang konstruktivis transkrip hasil wawancara dan observasi,
sosial, individu memahami budaya organisasi maupun gambar, foto, catatan harian subjek dan
sebagai entitas dinamis, sosial dan diskursif sebagainya dianggap lengkap dan sempurna.
yang dibangun melalui keterlibatan dengan Peneliti sebagai instrumen kunci dalam dalam
lingkungan sekitar. Budaya secara sosial penelitian ini melakukan analsis data karena
dan diskursif dibangun melalui aktivitas hanya peneliti sendiri yang mengetahui secara
dan interaksi individu yang berakar pada mendalam semua masalah yang diteliti.
masyarakat, yang semuanya menafsirkan dan Pengujian data yang dilakukan dalam
mengkonsumsi budaya secara berbeda. Realitas penelitian ini meliputi uji Credibility (validitas
budaya adalah kenyataan yang dibangun secara internal), Transferability (validitas eksternal),
sosial, yang dalam proses perubahan terus- Dependability (reliabilitas), dan Confirmability
menerus. (obyektivitas).
Berdasarkan latar belakang penelitian di
atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui HASIL DAN PEMBAHASAN
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas
komunikasi pelayanan publik di Pemerintahan Sabilulungan berarti saling tolong
Kabupaten Bandung. menolong. Sabilulungan juga menjadi warisan
lisan yang berasal dari bahasa Sunda asli.
METODE PENELITIAN (Sumantri, 1985). Nilai Sabilulungan inilah
yang dibawa oleh Dadang Naser kedalam
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten
kualitatif menggunakan metode studi Bandung, pada periode beliau menjadi Bupati,
kasus. Pendekatan kualitatif dengan melihat sebagaimana diutarakan Dadang Naser berikut:
permasalahan sebagai satuan yang bulat dan “…Saya sedang mencoba memasukan
menyeluruh (holistik), menghubungkan setiap Sabilulungan sebagai modal sosial untuk
variabel fungsional dan memahami hakekatnya, menggerakan Pemerintahan. Pemerintahan
serta menyoroti tentang nilai “Sabilulungan ya itu pelayanan publik, bagaimana
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 49
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
50 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 51
Dijelaskan lebih lanjut terkait makna lirik Penjelasan lirik keempat dalam bait
pertama: pertama, di sampaikan Lili Suparli sebagai
“…Dina konotasi pemaknaan dari kalimat berikut:
itu saja Sabilulungan adalah sebuah “…Sabilulungan persatuan tembong.
pemaknaan yang berbeda, lebih berprinsip. Lamun Sabilulungan tos aya maka
Jadi lamun henteu mah landasan berpikir didinya bakal ngahiji persatuan, kakarek
gotong royong teh Sabilulungan. Matak moal matak gotong royong teh pan
tadi babasan samiuk Sabilulungan. Samiuk pinuh persatuan. Nah, ieu mah berarti
Sabilulungan teh nyaeta upami dimaknai Sabilulungan mah landasan berpikir,
dina babasan eta mah ngahijikeun rasa. landasan awal pikeun terjadinya gotong
Samiuk Sabilulungan, jadi ngahijikeun royong, pikeun terjadinya engke motivasi
dua rasa. Nah, gotong royong mah akibat silih rojongna oge sifat-sifat anu kakuatan-
engke…” kakuatan sejenna ulah nepi ka potong…”
Lirik kedua menurut Lili Suparli: Melanjutkan penjelasan pada lirik lagu
“…Sabilulungan sifat silih rojong. Lain Sabilulungan, bait kedua. Lirik pertama dan
saukur saling bantu hungkul silih rojong kedua pada bait kedua dijelaskan sebagai
mah, tapi bisa saling ngabantu, saling berikut:
dukung atawa saling support ka ayunkeun. “…Tohaga rohaka. Teguh tangguh
Bisa silih sebab, bisa silih motivasi…” perbawa sabilulungan. Nah, tohaga
rohaka itu kan luar biasa siga tekur weh
Penjelasan untuk lirik ketiga menurut Lili lah, tapi rohaka dina bahasa Sunda mah.
Suparli: “…Sabilulungan genteng ulah potong. Eta ngagambarkeun lamun ngalakukeun
Sabilulungan sifat geus kuat janten urang geus Sabilulungan. Jadi rohaka itu perbawana
genteng gek ulah nepi ka potong…” Sabilulungan, samiuk Sabilulungan. Ku
Makna genteng, lebih luar dijelaskan Lili kadang ngajikeunna urang boga motivasi
Suparli, sebagai berikut: mah tah ieu. Dampak dari Sabilulungan,
“…Genteng ulah potong teh anu kalo pun jadi janten perbawa mah tiasa makna na
ada masalah yang pelik tapi jangan sampai akibat. Akibatnya, tohaga rokaha mah
putus. Genteng teh kieu upami urang arek besar. Kekuatan yang besar, tohaga itu
ulin tah aya tapak ukur genteng kitu. Tapak- kuat, rohaka itu besar, rongkah…”
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
52 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 53
Gambar 3 Transformasi nilai kearifan lokal sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan publik di
Pemerintah Kabupaten Bandung
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56 55
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)
56 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni 2020, hlm. 42-56
Transformasi nilai Sabilulungan dalam aktivitas komunikasi pelayanan public di Pemerintahan Kabupaten Bandung
(Heru Ryanto Budiana, Atwar Bajari, Rahman Mulyawan)