Anda di halaman 1dari 9

BENIGNA PAROKSISMAL POSITIONAL VERTIGO

(BPPV)

A. DEFINISI
Benigna paroksismal positional vertigo merupakan salah satu bentuk vertigo
vestubuler perifer yang paling sering di dapati dan merupakan penyebab utama dari
vertigo . Ditandai dengan rasa berputar yang hebat, biasanya kurang dari 1 menit,
dapat disertai mual/muntah yang bertambah berat pada perubahan posisi kepala relatif
terhadap gravitasi, akibat adanya otolit yang mempunyai massa dikanalis
semisirkularis posterior, sehingga mengganggu pergerakan harmonis ketiga kanalis
semisirkularis. Vertigo secara khas muncul sewaktu pasien bangkit dari tempat tidur,
berguling diatas tempat tidur, menekuk kepala kebelakang (menengadah), atau
menekuk kepala kedepan (menunduk).4

B. EPIDEMIOLOGI
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan salah satu
gangguan Neurotologi dimana 17% pasien datang dengan keluhan pusing. Pada
populasi umum prevalensi BPPV yaitu antara 11 sampai 64 per 100.000 (prevalensi
2,4%). Dari kunjungan 5,6 miliar orang ke rumah sakit dan klinik di United State
dengan keluhan pusing didapatkan prevalensi 17% - 42% pasien didiagnosis BPPV.
Dari segi onset BPPV biasanya diderita pada usia 50 - 70 tahun. Proporsi antara
wanita lebih besar dibandingkan dengan laki - laki yaitu 2,2 : 1,5 BPPV merupakan
bentuk dari vertigo posisional.1

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI ALAT KESEIMBANGAN


Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin),
terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara
umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat
keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin
membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin
tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat perilimfa, sedang
endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih
tinggi daripada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran
yang terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri
dari 3 kanalis semi-sirkularis (kss), yaitu kss horizontal (lateral), kss anterior
(superior) dan kss posterior (inferior). Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan
sakulus.
Keseimbangan dan orientasi tubuh se¬seorang terhadap lingkungan di
sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vesti¬buler di labirin, organ
visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan
diolah di SSP, sehingga menggam¬barkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.

Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap
pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor
keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap
kanalis terdapat pelebaran yang ber¬hubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di
dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan
dan se-luruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.2
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan
silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan
masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolari-sasi dan akan
merangsang pelepasan neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan
impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas
silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi. 2
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan
posisi tubuh akibat per-cepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat
memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang
timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi
atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.3

D. ETIOLOGI
Penyebab utama benigna paroksismal positional vertigo dibagi menjadi 2 yaitu
idiopatik dan simptomatik. Idiopatik sekitar 50% penderita benigna paroksismal
positional vertigo tidak diketahui penyebabnya. Simptomatik dapat terjadi karena
pasca trauma, pasca labirinitis virus,insufisiensi vertebrobasilaris, meniere, pasca
operasi, ototoksisitas,dan mastoiditis kronik .4

E. PATOFISIOLOGI
Terdapat dua hipotesis yang menerangkan patofisiologi BPPV,yaitu :
1. Teori kupulolithiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia
yang terlepas dari makula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada
permukaan kupula kanalis semisirkularis posterior yang letaknya langsug
dibawah maculautrikulus. Debris ini menyebabkan lebih berat dari pada
endolimfe sekitarnya, dengan demikian terjadi lebih sensitive terhadap
perubahan gravitasi. Bilamana pasien berubah posisi dari duduk keberbaring
dengan kepala tergantung, seperti tes dix hallpike, kanalis posterior berubah
posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan
demikian timbul nistagmus dan keluhan vertigo.
2. Teori kanalithiasis
Otilith membentuk sedimen pada kanal (otoconia). Reorientasi pada kanal
menyebabkan otokonia bergerak kebagian terbawah pada kanal. Hal ini
mengakibatkan pergerakan endolimfe. Pergerakan ini akan menimbulkan
tekanan cairan endolimfe pada kupula dan mengaktifkan organ ampularis.4
F. KRITERIA DIAGNOSIS
 Anamnesia
Berupa rasa berputar, timbul mendadak pada perubahan posisi kepala,
serangan berlangsung singkat biasanya kurang dari 30 detik, bisa disertai
mual/muntah dan dapat kambuh lagi.
 Pemeriksaan fisik
1) Idiopatik : tidak ditemukan kelainan .
2) Simtomatik : bisa didapatkan kelainan neurologis fokal,atau
sistemik.
3) Tes dix hallpike :vertigo memberat dan muncul nistagmus.
 Tes Dix Hallpike
Cara melakukannya sebagai berikut :
 Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur
pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang
setelah beberapa detik.
 Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga
ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30ᵒ – 40ᵒ,
penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang
muncul.
 Kepala diputar menengok ke kanan 45ᵒ (kalau KSS posterior yang
terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk
bergerak, kalau ia memang sedang berada di KSS posterior.
 Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
 Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik.
 Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah dahi) dan
ipsilateral.
 Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang
yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah
berlawanan.
 Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi
kiri 45ᵒ dan seterusnya Pada orang normal nistagmus dapat timbul
pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai
dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.

Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang


timbulnya lambat, ± 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang
dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus
dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan
timbul bersamaan dengan nistagmus.2

Gambar : Tes Dix Hallpike

G. DIAGNOSA BANDING
 Kelainan telinga : Maniere disease, vestibular neuritis, labirinitis,
posttraumatic vertigo, superior kanal dehiscence syndrome.
 Kelainan saraf : Migraine-associated dizziness,vertebrobasilar
insufiensi, CNS lesion, demyelinating diseases.
 Lainnya : Ansietas, cervicogenik vertigo, hipotensi postural, efek
samping obat .4
H. TATALAKSANA
a. Komunikasi dan informasi
Oleh karena BPPV menimbulkan vertigo yang hebat pasien menjadi cemas
dan khawatirakan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Maka
itu harus dijelaskan bahawa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan
prognosisnya baik.
b. Farmakologis
Obat-obatan antivertigo seringkali tidak dibutuhkan oleh karena vertigonya
berlangsung sebentar saja.
c. Non farmakologi
 Manuver Epley
manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal
vertikal. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit
sebesar 45° lalu pasien berbaring dengan kepala tergantung dan
dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90° ke sisi
sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan
dipertahan 30 - 60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada
pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara perlahan.4

 Manuver Semont
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan
posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak,lalu
kepala dimiringkan 45° ke sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak
ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 1- 3 menit. Ada
nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke
posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk
lagi.

 TERAPI BEDAH
Pada sebagian kecil penderita BPPV yang berkepanjangan dan tidak
sembuh dengan terapi konservatif bisa dilakukan operasi neurektomi
atau canal plugging.4

I. PROGNOSIS
Penderita BPPV mempunyai prognosis yang baik. BPPV dapat hilang dengan
sendirinya setelah beberapa waktu, walaupun kadang ada penderita BPPV yang tidak
sembuh dalam waktu yang lama dan sewaktu-waktu dapat kambuh lagi. Selain itu
juga sudah terbukti bahwa 90% penderita BPPV akan sembuh setelah menjalani
sekali manuver pada kunjungan pertamanya, 95% penderita BPPV akan sembuh
setelah menjalani beberapa kali manuver tersebut. Namun ada 5 % penderita BPPV
yang menjadi kronis karena penyebabnya idiopatik.3
J. PENCEGAHAN
Pencegahan dimulai dengan minum air yang cukup dan menghindari gerakan
kepala yang terlalu cepat. Saat gejala vertigo mulai muncul, dapat dilakukan hal-hal
berikut.
 Berbaring dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi daripada badan.
Berhati-hati agar tidak jatuh.
 Minum air putih yang banyak.
 Pada saat sedang timbul serangan vertigo, jangan mengendarai
kendaraan, bekerja di tempat yang tinggi, atau menjalankan mesin
yang berbahaya karena jika kehilangan keseimbangan dapat
mengakibatkan cedera.
 Hindari gerakan kepala dan perubahan posisi tubuh secara mendadak.
 Terdapat sebuah teknik yang dikenal dengan teknik Brandt-Daroff
untuk menurunkan derajat berat BPPV dan mempersingkat durasinya.
Teknik ini dapat diajarkan oleh praktisi kesehatan. Namun, teknik ini
tidak selalu berhasil.

BPPV biasanya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau


beberapa bulan tanpa terapi khusus. Teknik latihan fisik (misalnya teknik Brandt-
Daroff) dan obat-obatan dapat meringankan gejalanya. Meskipun bisa sembuh
sempurna, vertigo dapat terulang berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah
kejadian yang pertama kali.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment.


International Tinnitus Journal. 2011; 16(2): 135- 45 .
2. Bashiruddin J., Hadjar E., Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Arsyad E,
Iskandar N, Editor : Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 94-101.
3. Sherwood L. Telinga, Pendengaran, dan Keseimbangan. Dalam: Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996. p 176-189.
4. dr.Sri Budhi Rianawati Sp. Buku Ajar Neurologi. Edisi Pertama 2017. ISBN 978-602-
271-082-0. Hal 243-245.

Anda mungkin juga menyukai