Anda di halaman 1dari 6

UJIAN MID SEMESTER

DEGENERATIVE DISEASE AND THEIR IMPACT ON SENSORY ORGANS

Dosen Penguji : Dr. drg. Yayun Siti Rochmah SpBM

Disusun oleh:
Ihdina Hanifa H. I.
MBK.19.14.01.0153

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2020
1. Pasien laki-laki berusia 70 tahun dengan riwayat cuci darah seminggu sekali sejak 1

tahun ini. Pasien mengeluh rongga mulutnya sering berdarah bila gosok gigi. Bagaimana

hal ini bisa terjadi?

Proses patologis yang mendasari PGK adalah kerusakan dari fungsi nefron.

Kehilangan produk metabolik dari hasil fungsi ginjal mengarah pada perubahan

mekanisme hemostatik normal yang mengontrol keseimbangan air dan elektrolit. Produk

akhir dari penurunan filtrasi glomerulus ginjal adalah uremia yang menjadi masalah

tambahan di banyak organ termasuk jantung, paru-paru, otak, usus; tulang, dan fungsi

endokrin. Penderita gagal ginjal stadium akhir memiliki kelainan tertentu dalam

komposisi cairan tubuh seperti peningkatan volume cairan ekstrasel serta perubahan dari

volume antara intravaskular dan interstitial. Kelebihan cairan intermiten ini perlu untuk

ditarik selama dialisis sehingga sering menyebabkan komplikasi klinis. Cairan sakus

gingiva berasal dari cairan plasma dan interstitial. Volume cairan ini dianggap sebagai

penanda dari dinamika cairan pada gingiva. Peningkatan volume cairan sakus gingiva

juga dianggap sebagai penanda reaksi inflamasi pada penyakit periodontal. Penderita

PGK yang menjalani dialisis peritoneal mengalami hipervolemi kronis yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan osmotik pada jaringan gingiva sehingga dianggap

dapat meningkatkan inflamasi periodontal. Tekanan osmotik jaringan didefinisikan

sebagai tekanan cairan interstitial dalam cairan interstitium yang memiliki efek regulasi

pada homeostasis gingiva. Tekanan osmotik jaringan juga mempengaruhi distribusi

pertukaran cairan transkapiler dan mempengaruhi sirkulasi fisiologis dan atau patologis
antara cairan pembuluh darah, interstitium dan limpfatik. Tekanan osmotik jaringan

meningkat selama inflamasi periodontal.

Kejadian pembesaran gusi yang diakibatkan obat menurun seiring dengan

penggunaan tarcolimus (dan agen yang serupa) untuk menggantikan cycosporin.

Penanganan gigi dari pasien penyakit ginjal kronis dipersulit oleh beberapa dampak

sistemik dari penyakit ginjal kronis tersebut, khususnya, anemi, kecenderungan untuk

perdarahan, dan penyakit jantung atau endokrin.

Perdarahan merupakan masalah medis yang cukup sering terjadi pada pasien-

pasien penyakit ginjal kronis. Risiko perdarahan pada penyakit ginjal kronis dapat

meningkat karena adanya gangguan fungsi platelet dan faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhinya. Risiko perdarahan umumnya lebih tinggi pada pasien-pasien yang

mendapatkan terapi antikoagulan atau memiliki komorbiditas dengan penyakit lain yang

mempengaruhi koagulasi.

Sumber:

 The Journal of Medical School (JMS) Vol. 52, No. 2, 2019 | 89 – 94

 Manifestasi Oral Pada Penyakit Ginjal Kronis - Andi Raga Ginting

Divisi Nefrologi & Hipertensi - Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK

USU

2. Pasien perempuan berusia 25 tahun dengan kondisi hamil mengeluhkan mukosa rongga

mulutnya yang penuh dengan sariawan. Pasien menceritakan saat ini memang sedang

banyak masalah . Pasien sudah berusaha mengobati, tapi bukannya sembuh, malah

semakin banyak jumlah sariawan dalam rongga mulut. Pemeriksaan intraoral tampak
multiple ulcer di mukosa pipi kanan dan kiri. Apakah ada hubungan antara masalah yang

dihadapi dengan munculnya ulcer rongga mulut?

Stomatitis apthosa rekuren (SAR) juga dikenal dengan nama aphthae / canker

sores / reccurent aphthous ulcerations (RAU). SAR merupakan suatu peradangan jaringan

lunak mulut yang yang ditandai oleh ulkus yang rekuren tanpa disertai gejala penyakit.

Etiologi SAR tidak diketahui, tetapi berhubungan dengan berbagai faktor predisposisi

seperti riwayat SAR dalam keluarga, trauma, siklus menstruasi, kehamilan, stres, alergi

makanan, anemia, faktor imunologi dan defisiensi haematinik (defisiensi Fe, asam folat

dan vitamin B12).

Sariawan pada ibu hamil biasanya disebabkan oleh perubahan hormone. Jika

karena hormonal, biasanya terjadi paling parah di kehamilan trimester pertama. Di awal

kehamilan justru penting sekali memerhatikan gizi yang dikonsumsi, baik dari makanan,

minuman dan vitamin prenatal. Ada juga ibu hamil yang terus-menerus mengalami

sariawan hingga masuk di kehamilan trimester kedua.

Studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara stress dan

terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) dalam 10-20% dari populasi masyarakat.

Tetapi faktor stress dalam perkembangan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) masih perlu

diteliti lebih lanjut.

Sumber: Repository Trisakti tahun 2015


3. Pasien laki-laki berusia 50 tahun dengan riwayat AIDS mengeluhkan lidahnya terasa

panas dan dipenuhi warna putih, sehingga pasien tidak bisa makan. Apakah ada

hubungan antara penyakit yang diderita dengan kondisi intraoral pasien?

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit menular

yang disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus. Sampai saat ini telah ditemukan

2 subtipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua virus tersebut dapat menyebabkan AIDS,

namun perjalanan penyakit yang disebabkan oleh HIV-2 berlangsung lebih lama. Virus

tersebut menyebar di dalam darah, air mata, saliva, air susu, cairan spinal, sekresi vagina

dan cairan semen dari orang yang terinfeksi dan menyebar terutama melalui kontak

seksual, darah, atau produk-produk darah, transplantasi organ, atau secara perinatal.

Virus HIV dikenal sebagai virus limfadenopati atau virus limfotropik sel T. HIV

mempunyai kemampuan melekat dan membunuh limfosit CD4 sehingga mengurangi

imunitas humoral dan imunitas yang diperantarai sel. Untuk berada dalam tubuh manusia

HIV harus langsung masuk ke dalam aliran darah. Di luar tubuh manusia HIV cepat mati

oleh air panas, sabun, dan bahan pencuci hama. Jangka waktu antara kontak awal sampai

munculnya infekksi bervariasi. Umumnya berkisar antara 3-6 bulan setelah terpapar.

Orang-orang yang terinfeksi HIV biasanya menunjukkan limfadenopati menyeluruh dan

menetap (PGL) yang kemudian diikuti oleh AIDSrelated complex (ARC). Hal tersebut

ditandai oleh limfadenopati, kelelahan , penurunan berat badan, demam, diare, alergi

kulit, kandidiasis oral, hairy leukoplakia, dan virus herpes rekuren.

Oral hairy leukoplakia (OHL) lebih umum terjadi pada orang dewasa yang

terinfeksi HIV daripada anak yang terinfeksi HIV. Prevalensi OHL pada orang dewasa
adalah sekitar 20% -25%, meningkat dengan CD4 + menurun jumlah limfosit, sedangkan

pada anak prevalensinya sekitar 2% -3%. Kehadiran OHL adalah tanda imunosupresi

berat. OHL merupakan lesi putih, tidak berbatas jelas, berkerut, menonjol pada tepi

lateral lidah dan berkaitan dengan virus Epstein Barr dan infeksi HIV. Lesi awal tampak

sebagai plak vertikal, putih, besar, pada tepi lateral lidah, dan umumnya bilateral. Lesi-

lesi tersebut dapat menutup permukaan lateral dan dorsal lidah, meluas ke mukosa pipi

dan palatum. Lesi tersebut tanpa gejala dan tidak dapat dihapus, serta mengganggu

estetika. Bukti histologi tampak tonjolan mirip rambut hiperkeratotik, kolisitosis, sedikit

radang dan infeksi kandida. Hal ini sangat penting karena dapat digunakan untuk

meramalkan perkembangan AIDS.

Sumber: Oral Manifestation Of Hiv Infection - Sri Ramayanti - Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai