Anda di halaman 1dari 3

2.4.

Solusi dari akar masalah dengan mempositifkan penyebab masalah dan memfokuskan
pada metode / teknik yang akan diterapkan

Menurut Rahim (2000) Usaha pencegahan dan pengendalian erosi yang


berkaitan dengan kegiatan manusia, dan sehubungan dengan pengawetan tanah
kegiatan diarahkan pada upaya konservasi lahan. Metode konservasi dibedakan
menjadi 3 golongan yaitu metode vegetatif, mekanik, dan kimia. Salah satu
penyebab degradasi dipengaruhi oleh erosi oleh air hujan. Laju erosi akan menjadi
lebih berbahaya apabila didukung oleh hilangnya tutupan tanah, lahan berlereng dan
panjang ketebalan olahan tanah sehingga terangkutnya bahan organik yang ada di
atas permukaan tanah oleh aliran permukaan (run off). Erosi yang merupakan
peristiwa terdispersinya agregat tanah kemudian terangkut ke tempat lain oleh aliran
permukaan. Faktor yang mempercepat proses terjadinya erosi adalah kegiatan
manusia dalam usaha produksi pertanian maupun kegiatan kehidupan lainnya yang
memanfaatkan sumberdaya alam secara tidak bertanggung jawab. Namun menurut
Rantung dkk (2003) ada Empat faktor utama yang dianggap terlibat dalam proses
erosi, mereka diantaranya adalah :
• Iklim
Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi tidak menyebabkan erosi jika
intensitasnya rendah, demikian pula intensitas hujan yang tinggi tidak
akan menyebabkan erosi bila terjadi dalam waktu yang singkat
karena tidak tersedianya air dalam jumlah besar untuk
menghanyutkan tanah. Sebaliknya jika jumlah dan intensitasnya tinggi
akan mengakibatkan erosi yang besar.
• Sifat tanah
Ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar baik oleh pukulan air
hujan maupun limpasan permukaan
• Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang
paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi
• Vegetasi penutup tanah.
Pengaruh akar dan kegiatan kegiatan biologi yang berhubungan
dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap porositas
tanah.
Degradasi tanah oleh proses erosi permukaan (sheet erosion) terus berlangsung
sangat intensif dan meluas di Indonesia. Hal ini terjadi karena: (1) curah hujan
yang tinggi, (2) lahan berlereng curam, (3) tanah peka erosi, dan (4) praktek
pertanian tanpa upaya pengendalian erosi.

Dua penyebab utama terjadinya erosi adalah erosi yang disebabkan secara
alamiah dan erosi yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat
terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi karena
faktor alamiah umumnya masih memberikan media yang memadai untuk
berlangsungnya kehidupan tanaman. Sedangkan erosi karena kegiatan manusia
biasanya disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat bercocok
tanam yang tidak sesuai kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan
pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah antara lain pembuatan
jalan di daerah dengan kemiringan lereng yang besar. Proses erosi terdiri atas tiga
bagian berurutan, pengelupasaan (detachment), pengangkutan (transportation), dan
pengendapan (sendimentation). Tinjauan lebih lanjut akibat adanya erosi adalah
munculnya sedimentasi selain itu juga erosi tanah berpengaruh negatif terhadap
produktivitas lahan melalui pengurangan ketersediaan air, nutrisi, bahan organik,
dan menghambat kedalaman perakaran.

Fungsi hutan dapat memberikan pengaruh positif bagi lingkungan


disekitarnya dan hal ini berkaitan erat dengan fungsi hutan sebagai fungsi lindung
terhadap sumber daya alam yang ada disekitarnya. Apabila fungsi ini tidak berjalan
sebagaimana mestinya, maka potensi terjadinya bencana alam di lingkungan yang
ada dibawahnya sulit dihindari, dan potensi kerusakan lingkungan sulit untuk
ditanggulangi. Apabila hutan di lereng gunung habis ditebang, digunakan untuk
lahan pertanian, industri atau perumahan penduduk maka air hujan akan mengalir
deras membawa partikel tanah permukaan, yang kemudian bercampur menjadi
lumpur. Keadaan bisa semakin parah, jika air yang mengalir dari lereng gunung
tanpa hambatan, lalu menimbulkan banjir. Banjir mempunyai daya kekuatan yang
besar untuk menghanyutkan lapisan humus pada permukaan tanah pertanian. Ini
berarti menghanyutkan bagian terpenting daripada komponen tanah yang menjamin
produktivitas biologi tanah pertanian tersebut.

Penggunaan lahan menjadi penyebab utama percepatan erosi pada lahan


tersebut. Kerusakan yang ditimbulkan oleh erosi terjadi di dua tempat yaitu pada
tanah tempat erosi terjadi dan pada tempat tanah yang terangkut diendapkan. Lahan
hutan yang seharusnya terdapat banyak pohon sebagai penyedia air dan pelindung
tanah harus habis terbabat untuk kepentingan manusia. Pengelolaan tanah yang
salah akan menimbulkan erosi sehingga tanah tidak dapat melakukan fungsinya
sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, dan media perlindungan lingkungan
hidup. Erosi sangat erat kaitannya dengan ketersediaan air terutama ketersediaan
air untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Oleh karena itu secara tidak langsung
erosi akan menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman pertanian.

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya erosi yaitu di sebabkan oleh
curah hujan yang dapat mengakibatkan tanah terangkut oleh air. Jika butir hujan
mencapai permukaan tanah, maka partikel-partikel tanah dengan berbagai ukuran akan
terpercik (splashed) ke segala arah, menyebabkan terjadinya penghancuran dan
pengangkutan partikel-partikel tanah. Jika aliran permukaan tidak terjadi (seluruh
curah hujan terinfiltrasi), maka seluruh partikel-partikel yang terkumpul akibat curah
hujan akan terkumpul di permukaan tanah. Menurut Arsyad (2006) menjelaskan
bahwa di daerah beriklim tropika basah, air merupakan penyebab utama terjadinya
erosi tanah. Proses erosi oleh air merupakan kombinasi dua sub proses yaitu
penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi jatuh butir-butir
hujan yang menimpa tanah (Dh) dan perendaman oleh air yang tergenang (proses
dispersi), dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan (Th)
dan penghancuran struktur tanah (Dl) diikuti pengangkutan butir-butir tanah tersebut
(Tl) oleh air yang mengalir di permukaan tanah.

Kerusakan lingkungan merupakan suatu kondisi dimana lingkungan berada


diluar ambang batas toleransi kualitas baik secara fisik maupun fungsi sehingga
keberadaannya tidak dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Kerusakan lingkungan
dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu akibat faktor internal (natural disaster) dan
faktor eksternal (error threatment). Faktor internal dimungkinkan terjadi karena
perubahan dalam lingkungan itu sendiri dan sifatnya alami sehingga prosesnya dapat
diterima sebagai suksesi yang wajar dan terkendali, contohnya kerusakan lingkungan
pasca bencana alam gunung meletus. Dalam hal ini manusia diluar tanggung jawab
manusia, dan sifatnya bersiklus. Faktor eksternal dimungkinkan terjadi karena salah
dalam mengelola potensi dan memanfaatkan fungsi yang dimiliki oleh lingkungan,
sehingga prosesnya harus melalui suksesi yang dikendalikan, pada kasus ini contohnya
pada lahan di malang sudah terjadi kerusakan lingkungan dimana lahan tidak dapat
dimanfaatkan dengan baik karena kualitas tanah yang kian menurun dan menjadikannya
sebagai areal rawan bencana.

Konservasi tanah dan air merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk


menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila
tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air
terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar
sehingga jumlah air bersih semakin berkurang. Erosi tanah merupakan kejadian
alam yang pasti terjadi dipermukaan daratan bumi. Besarnya erosi sangat
tergantung dari faktor-faktor alam ditempat terjadinya erosi tersebut, akan tetapi saat
ini manusia juga berperan penting atas terjadinya erosi. Akibat dari adanya pengaruh
manusia dalam proses peningkatan laju erosi seperti pemanfaatan lahan yang tidak
sesuai dengan peruntukannya dan atau pengelolaan lahan yang tidak didasari
tindakan konservasi tanah dan air menyebakan perlunya dilakukan suatu prediksi
laju erosi tanah sehingga bisa dilakukan suatu manajemen lahan. Manajeman lahan
berfungsi untuk memaksimalkan. Produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan
keberlanjutan dari sumberdaya lahan.

Anda mungkin juga menyukai