Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian kāna
Kana wa akhawatuha merupakan satu dari tiga amil nawasikh.
Amil nawasikh sendiri adalah amil yang bisa merubah atau menggganti
hukum dari mubtada khobar dan menetapkan hukum lainnya. Karena,
setelah masuknya amil nawasikh lafadz yang asalnya mubtada berubah
menjadi isim dari amil dan yang awalnya khobar menjadi khabarnya
amil.1 Sedangkan kana wa akhawatuha merupakan bagian dari fi’il dan
masuk bagian fi’il naqis.

‫ويسمى‬
ّ ‫ فرتفع األول‬،‫كان هو افعال ناسخة ناقصة تدخل على املبتداء واخلرب‬
‫ويسمى خربها‬
ّ ‫ وتنصب' اخلرب‬،‫امسها‬.
Kāna adalah fi’il nawasikh yang masuk pada mubtada’ dan khobar,
merofa’kan yang awal (isimnya), dan menashobkan khobar (khabarnya)

‫ويسمى امسها وتنصب‬


ّ ‫كان هو افعال تدخل على املبتداء' واخلرب فرتفع االول‬
‫ويسمى خربها‬
ّ ‫الثاىن‬.
Kāna adalah fi’il yang masuk pada mubtada’ dan khobar, merofa’kan
yang awal (isimnya) dan menashobkan yang kedua (khobarnya)

‫ هبا انصنب ككان زيد ذا بصر‬# ‫إرفع بكان املبتدا' امساً واخلرب‬

Dengan kāna, rofa’kanlah mubtada’ yang selanjutnya menjadi isimnya


kāna, dan nashobkanlah khobar yang selanjutnya menjadi khobarnya

kāna. Contohnya: ‫ك''ان زي ' ٌد ذا بص ' ٍر‬ “ Zaid adalah orang yang memiliki

penglihatan”.

1
Ummi Hanik, Muhammad Afif Amrulloh,Analisis Sintaksis Kana Wa akhowatuha, (
‫ فينصب االخر‬،‫ فريفع االول تشبيها هلبالفاعل‬،‫كان هو ما يدخل على املبتدأ واخلرب‬

‫خربا له‬
ً ‫ واخلرب‬،‫ويسمى املبتدأ بعد دخوله امساً له‬
ّ .‫تشبيها له باملفعول به‬.
Kāna adalah apa yang masuk pada mubtada’ dan khobar, maka
merofa’kan yang awal (fāil), dan menashobkan yang akhir (maf’ul bihi).
Yang dimaksud mubtada’ setelah masuknya kāna adalah isimnya, dan
khobar adalah khobarnya kāna.

Jadi, dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli nahwu dapat
diambil kesimpulan bahwa kāna adalah Āmil yang masuk pada mubtada’
dan khobar yang menjadikan mubtada’ menjadi isimnya kāna dengan
merofa’kannya dan menjadikan maf’ul bih menjadi khobarnya kāna
dengan menashobkannya.

Makna kana wa akhawatuha berbeda beda seperti yang di sebutkan


dibawah ini:

1. Makna ‫ كان‬adalah mensifati isim dan khobar untuk zaman yang telah
lewat dan adakalanya beserta faedah yang terus menerus ataupun tidak.

2. Makna ‫ ظل‬yaitu mensifati isim dan khobar pada waktu siang

3. Makna ‫ بات‬adalah mensifati isim dan khobar pada waktu malam

4. Makna ‫ اضحى‬adalah mensifati isim dan khobar untuk waktu dluha

5. Makna‫ صار‬adalah pindah dari satu sifat ke sifat yang lain

6. Makna ‫ ليس‬yaitu menafikan semua hal

7. Makna ‫ مازال‬, bermakna secara terus menerus


8. Makna ‫مادام‬، bermakna tetap dan terus menerus

2. Pengamalan kāna
Amalnya Kana dan saudaranya, yaitu merupakan mubtada kemudian
menjadi isimnya dan menashobkan khabar yang kemudian menjadi
khabarnya.
Menurut ulama kufah pengamalan Kana dan saudaranya adalah
menasabkan pada khabarnya saja, sedang isimnya yang sudah dibaca rofa
sebelum kemasukan kāna tetapi dirafa’kan Amil maknawi ibtida, menurut
qaul ini sangat ditentang ulama Basrah, karena tidak ada kalimat fi’il yang
amalnya menashobkan saja tanpa merofa’kan.
Mubtada’ dan kabarnya setelah masuknya kana, menurut istilah
Nahwu dinamakan Isim dan khobar Kana, namun boleh juga dinamakan
fa’il dan maful majas, karena fa’il dalam hakekatnya adalah Masdar dari

khabarnya kāna yang diidlofahkan pada isimnya kāna, jadi makna ‫ك''ان‬
ِ ‫كان قيام‬
ً‫ زي ٌد قائما‬adalah ‫زيد‬ ُ
3. Pembagian Kāna Wa Akhawātuhā
Pada pembahasan ini akan diuraikan mengenai pembagian kāna
wa akhawātuhā. Pembagian kāna wa akhawātuhā dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu dilihat dari segi pengamalannya, segi ketashrifannya,
dan dari segi butuh atau tidaknya pada khabar.
a. Pembagian Kāna Wa Akhawātuhā dari Segi Pengamalannya
b.
Pembagian kāna dari segi pengamalannya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Fi’il yang dapat mengamalkan dengan tanpa syarat, meliputi:
a. ‫( زي''د قائِ ً'م'ا = َ'ك'ان ك 'اَن‬Zaid telah berdiri), ‫ئهم اللبِ َ'م'ا‬
ُ ِّ‫وف ينَب‬
َ ' ‫َو َس‬

ْ ‫ك ' ' اُن وا‬


‫يص>>نَ ُع َْ?>ْو ن‬ َ (Dan kelak Allah akan memberitakan kepada
mereka apa yang selalu mereka kerjakan) (Al-Māidah : 14).
ْ ‫فَ ظََّل‬
b. ‫( ظ َّل َْ?>ْزي د قائِ ًما = ظ َّل‬Zaid berdiri di siang hari), ‫ت أعنَاقه ْم لَه>>ا‬
َ‫( خاض>>ع ْين‬membuat tengkuk mereka tunduk dengan rendah hati
kepadanya) (Asy-Syu’aro’ : 4).
c. َ‫( با تَ َْ?>ْزي د َسا ِهرًا = با ت‬Zaid berdiri di malam hari), ‫َو اَّلذينَ يب ْيتُو نلرب ِه ْم‬
‫( ُس>>جدا َّوقِيَاًما‬Dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam
untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan
berdiri) (Al-Furqān : 64).
d. ‫(أ ضحى ْالفقِيه َورعا = أَضْ حى‬Zaid berdiri di waktu dluha)
e. ‫(أ صبَ َح ْالبَ ُُْ>ْرد َش ِْديًدا> = أَصْ بَ َح‬Zaid berdiri di pagi hari), ‫فَ أَص>بَ َح منَ ْال َخ‬
َ‫(اس>>رْ ي ن‬maka jadilah ia seorang di antara orang- orang yang
merugi) (AlMāidah : 30).
f. ‫(أم َسى زي د غنِيًّا = َْْأ?>م َسى‬Zaid berdiri di sore hari), ‫فَ ُسبْحاَن الل ح ْينَ ْتمسُو‬
‫( ن َو ِحينَ تصْ بِح َْ?>ْون‬Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari
dan pada pagi hari (waktu subuh) (Ar-Rūm : 17).
g. ‫ص ا َر‬
َ = ‫( صا َر السَّع ُر ر ِخيصا‬Harga menjadi murah), ‫َالطير‬
ِ ‫فَ خذ أربعة من‬
َ‫فصرهن ِإَِ?>لي ك‬
َّ (Ambilah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu)
(Al-Baqoroh : 260).
َ ْ‫س َْ?>ْزي د قائِ ًم>>ا = َل ي‬
h. ‫س‬ َ ‫لي‬
ْ (Zaid tidak berdiri), ‫ْس على اَّل>>ذينَ اَمنُ>>وا‬
َ ‫لي‬
‫ت جنَاح‬
ِ ‫(وعملوا الصلِح‬Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amalan yang saleh) (Al-Māidah : 93).

2) Fi’il yang mengamalkan dengan syarat didahului nafi atau syibhul nafi
(nahi dan do’a), meliputi:
a. ‫( مازاَ ل زي د قائِ ًما = زَ اَل‬Zaid senantiasa berdiri), ‫َو ال ت زاُل تطَّلِ ُع عل ى‬
ْ
ِ >‫( َخ ائِنَة منُه ْم إِاَّل ق‬dan kamu (Muhammad) senantiasa akan
‫>ل ْياًل منه ْم‬
melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka
(yang tidak berkhianat) (Al-Māidah : 13).
b. ‫( اَل َ تبْرحْ كري ًم>>>ا = ب ِر َح‬Kamu senantiasa mulia), ‫ل ْن نبْر َح عليْ ِه‬
َ‫(عا ِكفِين‬Kami tidak akan meninggalkannya dan tetap menyembahnya
(patung anak sapi)) (Thāhā : 91).
c. ‫ئ‬
َ ‫ت‬ َ >>>‫ئ ال>>>ل محس>>>نً ا ِاَِ?>لي‬
ِ ‫ك =ف‬ ُ َ‫( ال يفت‬Allah senantiasa berbuat baik
kepadamu), َ‫( تِاهلل تفتَأ ُ تْذ ُك ُر يوْ ُس>>>ف‬Demi Allah, engkau tidak
hentihentinya mengingat Yusuf) (Yūsuf: 85).
3) Fi’il yang mengamalkan dengan syarat didahului‫ماالمصدريةالظرفية‬

(mā mashdariyyah dzarfiyyah) yaitu ‫ دام‬Contoh: ‫مصيبًا درمها‬


ْ ‫دمت‬
َ ُ‫اعط ما‬
‫'ك مص ' ' ' ''يبًا ِدرمهًا‬
َ ' ' ' ' '‫دوام‬ ِ
َ ‫أى اع' ' ' ' ''ط َّمدة‬ Berikanlah dirham selagi kamu

memiliki,

‫الن ندخلَهآ أبًدا‬


ْ ‫قالوا ياموسى إن‬ Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali-

sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di


dalamnya) (Al-Māidah : 24).

a. Pembagian Kāna Wa Akhawātuhā dari Segi Ketashrifannya


Fi’il yang ketashrif dari kāna wa akhawātuhā dapat beramal
sebagaimana pengamalan fi’il madlinya. Kāna wa akhawātuhā dalam segi
ketashrifannya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
ِ ‫الت‬
a. Fi’il yang sempurna tashrifannya ‫َّصريف‬ ‫كامل‬
ُ
Yaitu fi’il yang dapat ketashrif menjadi fi’il madli, mudlari’ dan
amar, meliputi:
‫صار‬
َ ,‫أمسى‬
َ ,‫َصبَ َح‬
ْ ‫ أ‬,‫ أضحى‬,‫بات‬
َ ,‫ظل‬
َّ ,‫كاَن‬

b. Fi’il yang kurang tashrifannya ( ‫صريف‬


ِ َّ‫)ناقِصُ الت‬
Yaitu fi’il yang hanya dapat ketashrif menjadi fi’il madli dan
mudlari’, meliputi:

َّ ْ‫ ماا‬,‫ مافتِ َئ‬,‫برح‬


‫نفك‬ َ َ‫ ما‬,‫مازاَل‬
c. Fi’il yang tidak dapat ketashrif

Yaitu fi’il yang hanya dalam bentuk fi’il madli , meliputi: ,‫دام‬
َ
‫س‬
َ ‫ْلي‬
b. Pembagian Kāna Wa Akhawātuhā dari Segi Butuh atau Tidaknya pada
Khabar
Kāna wa akhawātuhā dilihat dari segi butuh atau tidaknya pada
khabar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Fi’il Tām
Fi’il tām adalah fi’il yang cukup dengan ism yang dibaca rafa’.
Contoh: ‫لقوم‬ ِ ْ‫( ب اتَ فال ن بِا‬Fulan bersama kaumnya di malam hari),
‫( َو َحسبُوآ اال تك>>ون فِ ْتنَ ةف َع ُم>وا َوص> ُّموا‬Dan mereka mengira bahwa tidak
akan terjadi suatu bencana pun (terhadap mereka dengan
membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta
dan tuli) (Al-Māidah : 71).
b. Fi’il Nāqish
Fi’il nāqish adalah fi’il yang tidak cukup dengan ism yang
dibaca rafa’, akan tetapi butuh pada khabar yang dibaca nashab.
Contoh: ‫( باتَ زي د َسا ِهرًا‬Zaid begadang di malam hari), ‫كاَنا يأكال ِن‬
‫( الطعا َم‬Kedua-duanya biasa memakan makanan) (Al-Māidah : 75).
Kāna wa akhawātuhā dapat digunakan sebagai fi’il tām dan nāqish
َ ‫ لي‬dan ‫ زاَ ل‬yang mudlari’nya ‫يزاُ ل‬.
kecuali ‫ فتَى‬,‫ْس‬

A. Pembagian kana wa akhawatuha


Pembagian isim kana wa akhawatuha dibagi menjadi 2 macam:
1. Kaana yang terdiri dari isim zhahir, seperti contoh:
‫َكانَ َع ْم ٌر َكا ِد ًح‬
(Umar orang rajin)
ً‫َت عَائِ َشةُ ُم ِط ْي َعة‬
ْ ‫َكان‬
(aisyah itu orang yang ta’at)

2. Kaana yang terdiri dari isim dhomir, seperti contoh:


‫ُك ْنتَ عَالِ ًما‬
(kamu adalah orang yang pintar)
>‫ت نَ ِش ْيطًا‬
ُ ‫ُك ْن‬
(saya adalah orang yang rajin)

B. Contoh-contoh kaana wa akhwatuha:


‫الز َح ُام َش ِديْ ًد‬ ‫َكا َن ِّ‬ ‫َض َحى الشَّارعُ ُم ْز َدمِح ًا‬ ‫أْ‬
‫ت نَ ِظْي ًفا‬ ‫البْي ُ'‬
‫َكا َن َ‬ ‫َض َحى الغَ َم ُام َكثِْي ًفا‬ ‫أْ‬
‫ض ُمتَأَلِ ًما‬
‫ات املَِريْ ُ‬
‫بَ َ‬ ‫الز ْه ُر َذابِالً‬‫أ َْم َسى َّ‬
‫اح ُمت َِّق ًدا‬ ‫ب ِ‬ ‫الع ِام ُل ُمْتبِ ًعا‬
‫صبَ ُ‬ ‫ات امل ْ‬
‫َ َ‬ ‫أ َْم َسى َ‬
‫ظَ َّل الغُبَ ُار ثَائًِرا‬ ‫َصبَ َح اجلَُّو مُمْ ِطًرا‬
‫أْ‬
‫زيًرا‬ ‫ظَ َّل املَطَُر َغ ْ‬ ‫ضا‬‫َصبَ َح النَّ ِه ُم َم ِريْ ً‬‫أْ‬
‫الع ِام ُل نَ ِشْيطًا‬ ‫س َ‬ ‫لَْي َ‬ ‫صْيًر‬ ‫صار الثَّوب قَ ِ‬
‫ََ ْ ُ‬
‫س اخلَ ِاد ُم قَ ِويًّا‬ ‫لَْي َ‬ ‫الب ْر ُد قَا ِر ًسا‬
‫ص َار َ‬‫َ‬

Anda mungkin juga menyukai