Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sistem Motorik
1.1 Anatomi dan Neurofisiologi
a. Humunkulus
Humunkulus motorik merupakan area pergerakan tubuh yang
dipresentasikan dengan bentuk terbalik di girus presentalis.
Mulai dari bawah kearah superior adalah struktur yang
berperan dalam proses menelan, lidah, dan daerah wajah.
Area berikutnya merupakan daerah luas untuk gerakan jari,
terutama ibu jari, tangan, bahu, badan. Gerakan pinggul,
lutut, pergelangan kaki dipresentasikan di area girus
presentalis yang paling tinggi. Humunkulus menggambarkan
area otak yang berfungsi untuk menginervasi bagian tubuh
tertentu secara kontralateral. Humunkulus motorik berasal
dari areamotorik primer (area 4 broadman) yang merupakan
area otak yang berfungsi untuk mengeksekusi gerakan. Area
ini akan membentuk sebuah jalur desenden ke medulla
spinalis atau yang biasa disebut traktus piramidalis. Semakin
luas area humunkulus, maka semakin komplek pula fungsi
area tubuh yang diinervasi olehnya. Apabila area motorik ini
mengalami kerusakan, maka akan menyebabkan kelainan
pada bagian tubuh yang diinervasi oleh area otak tersebut.
b. Area Broadman
Otak memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah
fungsi motorik. Area otak yang mengurusi motorik atau
gerakan berasal dari area otak yang terletak di girus
presentralis lobus frontalis. Aktivitas tersebut dimediasi oleh
tiga area kortek yakni, area motorik primer (area 4
broadman), area premotor(area 6 broadman) dan area
motorik tambaban. Pada area presentralis yang terletak pada
girus presentralis, dibagi menjadi daerah posteriordan
anterior. Daerah posteriordisebut sebagai area motorik, area
motorik primer atau area broadman4 menempati girus
presentalisyang membentang melewati tepi superior masuk
ke dalam lobulus parasentalis. Daerah anterior dikenal
sebagai area premotorik, area motorik sekunder atau area
broadman6, serta sebagian area 8, 44 dan 45. Fungsi dari area
motorik primer adalah untuk menimbulkan gerakan-gerakan
individual pada berbagai bagian tubuh. Sedangkan fungsi
dari area premotorik adalah untuk menyimpan program
aktivitas motorik yang dikumpulkan berdasarkan pengalaman
yang lalu. Dengan demikian, area premotorikmembuat
program aktivitas motorik pada area motorik primer. Area ini
terutama berperan untuk mengontrol gerakan posturalkasar
melalui hubungannya dengan basal ganglia. Area motorik
tambahan terletak di girus frontalis medialispada permukaan
medial hemisferiumdan di anterior lobulusparasentralis. Area
motorik tambahan mentransmisikan informasi dari area lain
di kortek dan basal ganglia ke kortrek motorik primer.Dalam
sistem gerak, beberapa area di otak saling bekerjasama untuk
menghasilkan gerakan yang halus terkoordinasi. Gerakan
yang terampil dan terkoordinasi dihasilkan dari kerja kortek
motorik yang dibantu oleh basal ganglia. Sebuah
perencanaan motorik dibuat oleh area premotor yang
nantinya akan dieksekusi oleh area motorik primer. Gerakan
yang dihasilkan oleh kortek motorik primer masih kasar,
sehingga perlu dikontrol oleh area premotor yang
berhubungan dengan basal ganglia. Dengan peran dari basal
ganglia maka gerakan yang dihasilkan akan lebih terkontrol.

c. Sirkuit Kontrol
Terdapat dua jalur pararel yang mengontrol dan
memodifikasi gerakan, jalur tersebut adalah jalur cerebellar
dan jalur basal ganglia. Serebellum dan basal ganglia
menerima input dari beberapa kortek sensorik dan motorik
dan di proyeksikan kembali ke kortek serebri melalui
thalamus. Serebellum dan basal ganglia mengirim informasi
ke brain stem dan traktus ekstrapiramidalis. Serebellum
berperan dalam mengkoordinasikan aktivitas otot selama
gerakan, gerakan lembut yang terarah, dan berfungsi untuk
memulai gerakan. Sedangkan basal ganglia berperan dalam
motor program dan melakukan respon motorik otomatis.
Basal ganglia merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut beberapa area di subcortical gray matter yang
meliputi nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus, nukleus
subthalamikusdan substansia nigra. Nukleus kaudatus dan
putamen menyusun striatum. Striatum merupakan reseptor
utama dari basal ganglia yang menerima input dari kortek
serebri. sistem limbik, thalamus dan substansia nigra. Input
yang berasal dari kortek serebri merupakan eksitasi dan
merupakan proyeksi dari sensorik dan kortek motorik menuju
ke putamen, dari prefrontal kortek menuju ke nukleus
kaudatus dan dari kortek limbik dan amigdala menuju ke
ventral striatum. Basal ganglia memiliki sejumlah lintasan
yakni (1) dari striatum ke globus pallidus ke thalamus ke
kortek dan ke striatum, (2) dari striatum ke substansia nigra
dan ke striatum, (3) dari globus pallidus ke subthalamus dan
berakhir ke globus pallidus. Input kortikal dari basal ganglia
kebanyakan menggunakan neurostransmitter glutamate.
Striatum merupakan area di otak yang paling kaya
mengandung dua neurotransmitter yang penting didanalam
system saraf pusat yakni achetylchline dan dopamine.
Acetylcholine merupakan neurotransmitter pada sinaps di
kebanyakan saraf, sedangkan dopamine diproduksi di
substansia nigra dan disalurkan ke striatum melalui akson
nigrostriatal. untuk bekerja pada striatum. Apabila terjadi
kerusakan pada substansia nigra, maka akan menyebabkan
penurunan level dopamine pada striatum. Aktivitas basal
ganglia dimodulasi oleh neuron dopaminergic di substansia
nigra. Dopamine memiliki efek eksitasi pada neuron striatal
pada jalur langsung dan efek inhibisi pada jalur tidak
langsung. Jalur langsung terdiri dari putamen nukleus
kaudatus, dan striatum menghasilkan inhibisi pada globus
pallidus dan sebagai konsekuensinya disinhibisi dari
thalamus, superior kullikulus dan target lainnya. Jalur tidak
langsung yang terdiri dari nukleus subtalamik menghasilkan
eksitasi dari output saraf dari globus pallidus yang akan
meningkatkan inhibisi pada organ target. Basal ganglia
berperan dalam motor kontrol dan tindakan' otomatis dari
ketrampilan motorik yang bertindak dengan memfasilitasi
penggunaan perencanaan motorik. Basal ganglia tidak
berfungsi untuk memulai gerakan, namun berfungsi
memodulasi pola gerakan yang telah dimulai pada level
kortikal Perobaban aktivitas antara jaIur langsung dan jalur
tidak langsung, fungsi eksitasi dan inhibisi dari sirkuit basal
ganglia mendasari berbagai macam permasalahan gerak
termasuk diantaranya hypo/dnetic dan hyperkinetic
movement disorder. Serebelum berfungsi untuk mengawali
dan mengatur gerakan, khususnyagerakan yang terampil.
Serebelum berfungsi sebagai pembanding antara perencanaan
motorik dan basil dari motorik, selain itu serebelum juga
berfungsi untuk mendeteksi kesalahan sistem. Serebelum
mengirim sinyal untuk koreksi ke brain stemdan kortek
motorik. Pada serebelum terdapat tiga divisi fungsional yakni
vestibulos erebellum, spino serebellum, dan
serebroserebellum. Vestibulo serebellum berfungsi untuk
mengontrol dan mengkoordinasi otot-otot aksial dan gerakan
kepala dan mata, spino serebellum berfungsi untuk
memberikan informasi motorik dan eksitabilitas motor
neuron, serebro serebelum berfungsi untuk mengawali
gerakan dan koordinasi otot.
d. Sistem Piramidal

Sistem piramidal atau biasa yang disebut traktus


kortikospinalis merupakan jalur neuron tunggal yang keluar
dari kortek serebri menuju ke medula spinalis tanpa
membentuk sinaps. Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk
melakukan gerakan volunter dan gerakan terampil dibawah
kontrol kesadaran. Sistem piramidal membawa input dari
area motorik primer, area premotor, areamotorik tambahan.
Impuls yang dimunculkan oleh kortek motorik berasal dari
impuls yang diterima dari kortek sensorik yang menerima
stimulus astu rangsang yang diterima oleh sarafsensorik yang
berada di perifer. Serabut saraf piramidalis menyilang ke sisi
yang berlawanan pada medula oblongata. Pada sistem
piramidal terdapat 2 macam neurotransmitter yang berperan
penting, yakni neurotransmitter glutamate yang berfungsi
sebagai eksitasi dan neurotransmitter gamma-aminobutyric
acid (GABA) yang berfungsi sebagai inhibitor. Lesi traktus
piramidal ditandai dengan (1) adanya tanda babinski yang
ditandai dengan dorsi fleksiibu jari kaki dan jari lainnya
bergerak keluar ketika kulit telapak kaki sepanjang sisi
lateral digores, (2) hilangnya reflek abdominalis
superfisialotot abdominal gagal berkontraksi otot-otot
kremaster gagal berkontraksi ketika kulit pada sisi medial
paha digores, (3) hilangnya penampakan gerakan-gerakan
volunterterlatih yang halus terutama terjadi pada ujung-ujung
distal anggota gerak.

1.2 Pemeriksaan Motorik


1.2.1 Inspeksi
a. Sikap
- Gait dan station
Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila keadaan
pasien memungkinkan untuk itu. Pada saat pasien
berdiri dan berjalan perhatikan posture,
keseimbangan, ayunan tangan dan Gerakan kaki
dan mintalah penderita untuk:
a. Jalan diatas tumit
b. Jalan diatas jari kaki
c. Tandem walking
d. Jalan lurus lalu putar
e. Jalan mundur
f. Hopping
g. Squatting
h. Berdiri dengan satu kaki
Macam-macam gait:
- Hemiplegik gait : gaya jalan dengan kaki yang
lumpuh digerakkan secara sirkumduksi
- Spastik : gaya jalan dengan sirkunduksi
kedua tungkai
- Tabetic gait : gaya jalan pasien tabes
dorsalis
- Steppage gait : gaya jalan seperti ayam jago
- Waddling gait : gaya berjalan dengan pantat
dan pinggang bergoyang berlebihan, khas untuk
kelemahan otot tungkai proksimal
- Parkinson gait : gaya berjalan dengan sikap
tubuh agak membungkuk, kedua tungkai fleksi
sedikit pada sendi lutut dan panggul. Langkah
dilakukan setengah diseret dengan jangkauan
pendek.
b. Bentuk
Perhatikan dan amati apakah tampak adanya
deformitas atau tidak,
c. Ukuran
Perhatikan dan amati apakah tampak adanya
perbedaan ukuran antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh
pasien. Apakah mungkin ada hipertrofi atau atrofi
muskulus. Bandingan dengan otot kontralateral. Pada
bagian yang lumpuh saat dewasa akan tampak lebih
pendek dari pada yang sehat. Pada keadaan pseudo
hipertrofi ukuran otot tampak lebih besar namun
tenaganya berkurang. Hal ini disebabkan karena
jaringan otot diganti oleh jaringan lemak atau
jaringan ikat.
d. Gerakan abnormal tidak terkendali (Involunter)
Gerakan involunter ditimbulkan oleh gejala pelepasan
yang bersifat positif yaitu dikeluarkannya aktivitas
oleh suatu nucleus tertentu dalam susunan
ekstrapiramidal yang kehilangan control akibat lesi
pada nucleus pengontrolnya.
- Tremor : serenetan Gerakan involunter, agak
ritmis, merupakan getaran akibat kontraksi otot-
otot yang berlawanan secara bergantian. Terdapat
3 macam tremor yaitu tremor normal/fisiologis
(kondisi marah/takut), tremor halus/toksik
(hipertiroid, keracunan nikotin, caffein), tremor
kasar (saat finger to nose test tremor akan tampak
semakin berat saat tangan akan mencapai hidung
contohnya pada penyakit Parkinson).
- Khorea : Gerakan otot berlangsung cepat,
sekonyong-konyong, aritmik dan kasar. Pasien
diminta mengangkat lengan ke atas maka jari
akan direnggangkan dan ibu jari abduksi dan
terarah ke bawah.
- Atetose : Gerakan lamban seperti ular terutama
bagian proksimal.
- Distonia : dimulai dari gerakan otot atetose
kemudian gerakan menjadi keras dan berbelit.
- Balismus : Gerakan otot sekonyong-konyong,
kasar dan cepat terutama otot proksimal.
- Spasme
- Tik : Gerakan terkoordinasi, berulang dan
melibatkan sekelompok otot dalam hubungan
yang sinergik.
- Fasikulasi : Gerakan cepat, halus, berkedut dari
salah satu berkas otot.
- Miokloni : Gerakan otot akibat kontraksi otot
secara cepat, sekonyong-konyong, sebentar,
aritmik, asinergik, tidak terkendali dan bias lebih
dari satu otot.
e. Gerakan volunter
Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa,
misalnya
- Mengangkat kedua tangan dan bahu
- Fleksi dan extensi artikulus kubiti
- Mengepal dan membuka jari tangan
- Mengankat kedua tungkai pada sendi panggul
- Fleksi dan ekstansi artikulus genu
- Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki
- Gerakan jari-jari kaki
f. Perhatikan juga:
- Kelemahan saat berjalan
- Membuka kancing baju
- Menaiki tempat tidur
- Asimetri wajah, tubuh dan ekstremitas
g. Fungsi Koordinasi
Bertujuan untuk menilai fungsi serebelum. Serebelum
adalah pusat yang paling penting untuk
mengintegrasikan akktifitas motoric dari kortex,
bangsal ganglia, vestibular apparatus dan korda
spinalis. Lesi organ akhir sensorik dan lintasan
lintasan yang mengirimkan informasi ke serebelum
serta lesi pada serebelum dapat mengakibatkan
gangguan funsgi koordinasi atau disebut cerebellar
sign. Adanya cerebella sign dapat diperiksa pada saat
berdiri (Romberg test), pada saat berjalan (tandem
walking) maupun pada saat melakukan gerakan
volunteer dengan tangan lengan dan tungkai:
- Tes telunjuk hidung
- Tes jari tangan-jari tangan
- Tes ibu jari-jari tangan
- Tes tumit-lutut
- Tes diadokokinesia
- Tes mempertahankan suatu sikap
- Tes rebound fenomena
Pada gangguan cerebeluum akan mennunjukkan
hasil:
a. Tes Romberg negatif : baik dengan mata
terbuka maupun mata tertutup, psien akan
jatuh kesisi lesi setelah untuk beberapa saat
kehilangan kestabilan
b. Penderita sulit berjalan pada garis luru pada
tandem walking dan menunjukkan gejala jalan
khas yang disebut cerebellar gait.

1.2.2 Palpasi
a. Konsistensi
- Pengukuran besar otot
- Nyeri tekan
- Kontraktur
Otot normal : teraba kenyal
Pada kelumpuhan tipe LMN akan teraba konsistensi
yang lembek dan kendor dikarenakan parase yang
menginervasi terganggu. Sedangkan pada
kelumpuhan tipe UMN akan teraba konsistensi
kenyal dan lebih tegang karena control tonus otot di
pusat yang terganggu.

b. Tonus , Hipertonia, Hipotonia


Pemeriksaan dapat menggunakan otot manapun, yang
biasanya digunakan adalah biceps atau triceps untuk
ekstremitas atas dan otot quadriceps atau hamstring
untuk ekstremitas bawah. Cara pemeriksaannya
pasien harus dalam keadaan rileks. Kemudian
mintalah pasien untuk mengistirahatkan ototnya dan
ajak pasien untuk berbincang-bincang sambil
dilakukan pemeriksaan tonus. Pada orang normal
terdapat tahanan wajar.
- Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali
- Hipotoni : tahanan berkurang
- Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada
awal Gerakan
- Rigid : tahanan kuat terus menerus selama
Gerakan
Penilaian tonus otot sebagai berikut:
0 : (-)
+1 : lemah
+2 : normal
+3 : meninggi
+4 : meningkat
c. Perkusi
- Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi
yang bersifat setempat dan berlangsung hanya 1
atau 2 detik saja
- Miodema : penimbunan sejenak tempat yang
telah diperkusi
- Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi
cekung untuk beberapa detik oleh karena
kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari
pada biasa.
d. Kekuatan Otot (Pemeriksaan Gerak Aktif)
Syarat pemeriksaan kekuatan otot adalah pasien harus
sadar dan GCS 456 dan pasien kooperatif.
- Fasikulasi : kontraksi abnormal yang halus dan
spontan pada sisa serabut otot yang masih sehat
pada otot yang mengalami kerusakan motor
neuron
- Myoklomia: fasikulasi benigna. Frekuensi
kedutan tidak secepat fasikulasi dan berlangsung
lebih lama dari pada fasikulasi
- Myokloni : Gerakan involunter yang bangkit tiba
tiba cepat, berlangsung sejenak, aritmik, dapat
timbul sekali saja atau berkali-kali ditiap bagian
oto skelet dan pada setiap waktu, waktu bergerak
maupun waktu istirahat.
Penilaian kekuatan otot:
5 : dapat melawan gaya gravitasi dan melawan
beban yang diberikan secara penuh (normal)
4 : dapat melawan gaya gravitasi dan mampu
menahan beban yang diberikan tetapi kekuatannya
berkurang
3 : dapat melawan gaya gravitasi tetapi tidak
mampu menahan beban yang diberikan
2 : tampak adanya Gerakan pada sendi tapi tidak
dapat melawan gaya gravitasi
1 : terdapat kontraksi saja tanpa adanya gerakan
0 : sama sekali tidak ada kontraksi (lumpuh)

a. pemeriksaan anggota gerak atas


- pemeriksaan otot opponens digiti kuinti. Jari jari
diekstensikan, kemudian kelingking digerakkan
menuju dasar ibu jari.
- pemeriksaan otot aduktor pollicis. Sepotong
kertas dijepit diantara ibu jari dan telapak tangan
- pemeriksaan otot interossei palmaris. Telapak
tangan ditaruh diatas meja. Telunjuk, jari manis
dan kelingking yang berasa dalam posisi abduksi
ke garis tengah.
- pemeriksaan otot interossei dorsalis. Telapak
tangan ditaruh meja, telunjuk dan jari manis
diabduksikan sambil diberi tahanan.
- pemeriksaan abduksi ibu jari. Arah palmar dan
arah radial.
- pemeriksaan otot ekstensor digitorum. Jari
diekstensikan pada persendian metakarpo falang.
- pectoralis mayor. Inspeksi dada bagian atas dan
lipatan aksilaris anterior. Kemudian pasien
disuruh meluruskan lengannya kedepan, sambil
menempatkan kedua telapak tangan dan kemudian
menekannya sewaktu paien menekankan kedua
telapak tangannya kita palpasi otot pektoralis
mayor.
- lastissimus dorsi. Pasien disuruh merentangkan
lengan ke samping kemudian lengan ini disuruh
gerakkan kebawah sambil kita tahan.
-Deltoid. Pasien disuruh mengangkat lengannya
yangdiluruskan ke samping dibidang horizontal.
- Biceps. Lenganyang sudah disupinasi disuruh
fleksi pada persendian siku.
- Triceps. Lengan bawah yang sudah difleksi
disuruh diekstensikan.
b. Badan
- Erektor spina. Bila pasien berdiri suruhlah
pasien untuk mengambil sesuatu barang dari
lantai. Jika pasien menderita kelemahan m.erekor
spina maka ia akan sukar berdiri kembali dan ini
dilakukannya dengan bantuan tangannya.
- otot dinding perut. Pasien yang sedang berbaring
disuruh mengangkat kepalanya dan perhatikan
peranjaan dari pusat. Biasanya pusat beranjak
kearah otot yang sehat.
c. Anggota gerak bawah
- Quadriceps femoris. Lutut di ekstensikan sambil
kita tahan
- iliopsoas. Pasien berbaring dan lutut difleksikan.
Kemudian pada difleksikan lebih lanjut sambil
ditahan.
- otot aduktor. Pasien berabring pada sisinya dan
tungkai berada dalam ekstensi kemudian tungkai
ini diaduksikan sambil ditahan
- otot abductor. Tungkai diabduksikan melawan
tahanan.
- fleksor tungkai bawah. Tungkai bawah
difleksikan sambil ditahan.
e. Penilaian Gerak Sekutu
Gerakan sekutu adalah Gerakan involunter dan
reflektorik yang selalu timbul pada setiap Gerakan
volunteer namun pada:
- Lesi traktus ekstrapiramidalis Gerakan sekutu
menghilang
- Lesi traktus piramidalis Gerakan sekutu timbul
yang pada orang normal tidak ada
- Lesi cerebellum Gerakan sekutu tidak hilang
tetapi Gerakan volunteer menjadi tampak janggal
Pemeriksaan:
- Meremas tangan : bagian tangan penderita yang
sehat disuruh meremas tangan akan tampak
Gerakan sekutu yaitu tangan penderita yang
parase ikut meremas.
- Tanda ibu jari watenberg : normal ibu jari akan
ikut menekuk bila jari tangan lainnya melakukan
penarikan sekuat-kuatnya. Apabila tidak menekuk
atau tetap lurus maka gangguan di susunan
pyramidal kontralateral.
- Abduksi lengan : pasien disuruh
mengaduksikan tangannya yang sehat melawan
tahanan pemeriksa (+ jika tangan parase ikut
aduksi)
- Aduksi kaki : sama dengan abduksi lengan
tetapi pasien berbaring dan disuruh
mengaduksikan kakinya.
- Tanda mengepal : lengan sehat akan mampu
mengepal tanpa dorsofleksi. Bandingkan kedua
tangan
- Tanda pronator strumpell : lengan yang sehat
dapat fleksi maksimal disendi siku sehingga
tangan tiba dibahu dengan telapak tagan
menghadap ke bahu.
- Dari posisi berdiri ke jongkok : normal tetap
lurus
- Dari posisi berdiri ke bungkuk : normal fleksi
pada lengan siku
- Dari posisi tidur ke bangun
- Dari posisi tidur kaki menggantung : normal
pasien dapat tidur walau kakinya menggantung.
2. Saraf Kranialis
2.1 Pengertian
Saraf kranialis adalah saraf-saraf yang keluar langsung dari
otak dan batang otak. Terdiri dari 12 macam saraf kranialis yaitu
N.I (Olfaktorius), N.II (Optikus), N.III (Okulomotorius), N.IV
(Throclearis), N.V (Trigeminus), N.VI ( Abducens), N.VII
(Fasialis), N.VIII (Vestibulochoclearis), N.IX
(Glossopharingeal), N.X (Vagus), N.XI (Assesoris), N.XII
(Hypoglosus).
2.2 Anatomi dan Fisiologi Nervus I (Olfaktorius)

Sel-sel pembau (sel olfaktori) yang berupa sel saraf sebagai


reseptor. Sel-sel olfaktori sangat peka terhadap rangsangan gas kimia
(kemoreseptor). Sel-sel olfaktori memiliki tonjolan ujung dendrit
berupa rambut yang terletak pada selaput lendir hidung, sedangkan
ujung yang lain berupa tonjolan akson membentuk berkas yang
disebut saraf otak I (nervus olfaktori). Saraf ini akan menembus
tulang tapis dan masuk ke dalam otak manusia.
Saraf ini memonitor asupan bauan yang dibawa udara ke dalam
sistem pernapasan manusia dan sangat menentukan rasa, aroma dan
palatabilitas dari makanan dan minuman. Selain fungsinya yang
dalam meningkatkan nafsu makan melalui bauan, Saraf Olfaktorius
juga dapat berperan dalam memperingatkan adanya rangsangan bau
yang lainnya.

2.3 Terminologi
a. Normosmia : kemampuan menghindu normal, tidak
terganggu. Hyposmia adalah kemampuan menghindu menurun,
berkurang. Hiperosmia adalah meningkatnya kemampuan
menghindu, dapat dijumoai pada penderita hyperemesis
gravidarum atau vertigo.
b. Parosmia : tidak dapat mengenali bau bauan
c. Kakosmia : mempersepsi adanya bau busuk padahal
tidak ada
d. Halusinasi penciuman : biasanya berbentuk bau yang tidak
sedap, biasanya pada pasien epilepsy

2.4 Pemeriksaan
a. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan
penghindu. Selain itu untuk mengetahui apakah gangguan
tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit
hidung local.
b. Kesulitan pemeriksaan yaitu tes penghindu adalah tes yang
subyektif.
c. Cara pemeriksaan
Periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan
setempat misalnya ingus, atau polip. Hal ini dapat
mengurangi ketajaman penciuman. Zat pengetes yang
digunakan sebaiknya zat yang dikenal sehari-hari misalnya
kopi, teh, tembakau, jeruk. Jangan menggunakan zat yang
dapat merangsang mukosa hidung (N.V) eperti menthol,
amoniak, alcohol, dan cuka. Zat pengets didekatkan
kehidung pasien dan disuruh menciumnya. Tiap lubang
hidung diperiksa satu-persatu dengan menutup lubang hidung
yang lainnya dengan tangan.

2.5 Gangguan yang melibatkan saraf kranialis I


Penyakit yang hanya melibatkan nervus I jarang dijumpai.
Biasanya kerusakan saraf ini disebabkan oleh kelainan
disekitarnya. Bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius dapat
terganggu oleh tumor disekitar, misalnya meningioma. Tumor di
dasar lobus frontal dapat menekan traktus olfaktorius. Tumor
dialur olfaktorius atau dipinggir tulang spenoid terutama
meningioma dapat menyebabkan sindrom foster kennedy yang
ditandai oleh anosmia ipsilateral karena tekanan langsung pada
bulbus atau traktus olfaktorius, atrofi optic ipsilateral disebebkan
oleh jejas pada saraf optic ipsilateral, dan sembab papil
kontralateral karena peningkatan tekanan intracranial akibat
tumor.
Trauma kapitis dapat menyebabkan terputusnya serabut
olfktorius dan menyebabkan anosmia. Saraf ini juga dapat
dirusak oleh infeksi, misalnya meningitis basal. Selain disfungsi
olfaktor didapatkan juga pada sindrom Parkinson, penyakit
Alzheimer dan khorea huntington.
Penyebab gangguan penghindu :
a. Penyakit inflamasi akut atau kronis di hidung perokok berat
b. Trauma kepala, mungkin disebabkan kerana robeknya
filamen olfaktorius.
c. Tumor intracranial yang menekan bulbus atau traktus
olfaktorius.
d. Inflamasi selaput otak kronis.

Anda mungkin juga menyukai