Bab Ii
Bab Ii
PEMBAHASAN
1. Sistem Motorik
1.1 Anatomi dan Neurofisiologi
a. Humunkulus
Humunkulus motorik merupakan area pergerakan tubuh yang
dipresentasikan dengan bentuk terbalik di girus presentalis.
Mulai dari bawah kearah superior adalah struktur yang
berperan dalam proses menelan, lidah, dan daerah wajah.
Area berikutnya merupakan daerah luas untuk gerakan jari,
terutama ibu jari, tangan, bahu, badan. Gerakan pinggul,
lutut, pergelangan kaki dipresentasikan di area girus
presentalis yang paling tinggi. Humunkulus menggambarkan
area otak yang berfungsi untuk menginervasi bagian tubuh
tertentu secara kontralateral. Humunkulus motorik berasal
dari areamotorik primer (area 4 broadman) yang merupakan
area otak yang berfungsi untuk mengeksekusi gerakan. Area
ini akan membentuk sebuah jalur desenden ke medulla
spinalis atau yang biasa disebut traktus piramidalis. Semakin
luas area humunkulus, maka semakin komplek pula fungsi
area tubuh yang diinervasi olehnya. Apabila area motorik ini
mengalami kerusakan, maka akan menyebabkan kelainan
pada bagian tubuh yang diinervasi oleh area otak tersebut.
b. Area Broadman
Otak memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah
fungsi motorik. Area otak yang mengurusi motorik atau
gerakan berasal dari area otak yang terletak di girus
presentralis lobus frontalis. Aktivitas tersebut dimediasi oleh
tiga area kortek yakni, area motorik primer (area 4
broadman), area premotor(area 6 broadman) dan area
motorik tambaban. Pada area presentralis yang terletak pada
girus presentralis, dibagi menjadi daerah posteriordan
anterior. Daerah posteriordisebut sebagai area motorik, area
motorik primer atau area broadman4 menempati girus
presentalisyang membentang melewati tepi superior masuk
ke dalam lobulus parasentalis. Daerah anterior dikenal
sebagai area premotorik, area motorik sekunder atau area
broadman6, serta sebagian area 8, 44 dan 45. Fungsi dari area
motorik primer adalah untuk menimbulkan gerakan-gerakan
individual pada berbagai bagian tubuh. Sedangkan fungsi
dari area premotorik adalah untuk menyimpan program
aktivitas motorik yang dikumpulkan berdasarkan pengalaman
yang lalu. Dengan demikian, area premotorikmembuat
program aktivitas motorik pada area motorik primer. Area ini
terutama berperan untuk mengontrol gerakan posturalkasar
melalui hubungannya dengan basal ganglia. Area motorik
tambahan terletak di girus frontalis medialispada permukaan
medial hemisferiumdan di anterior lobulusparasentralis. Area
motorik tambahan mentransmisikan informasi dari area lain
di kortek dan basal ganglia ke kortrek motorik primer.Dalam
sistem gerak, beberapa area di otak saling bekerjasama untuk
menghasilkan gerakan yang halus terkoordinasi. Gerakan
yang terampil dan terkoordinasi dihasilkan dari kerja kortek
motorik yang dibantu oleh basal ganglia. Sebuah
perencanaan motorik dibuat oleh area premotor yang
nantinya akan dieksekusi oleh area motorik primer. Gerakan
yang dihasilkan oleh kortek motorik primer masih kasar,
sehingga perlu dikontrol oleh area premotor yang
berhubungan dengan basal ganglia. Dengan peran dari basal
ganglia maka gerakan yang dihasilkan akan lebih terkontrol.
c. Sirkuit Kontrol
Terdapat dua jalur pararel yang mengontrol dan
memodifikasi gerakan, jalur tersebut adalah jalur cerebellar
dan jalur basal ganglia. Serebellum dan basal ganglia
menerima input dari beberapa kortek sensorik dan motorik
dan di proyeksikan kembali ke kortek serebri melalui
thalamus. Serebellum dan basal ganglia mengirim informasi
ke brain stem dan traktus ekstrapiramidalis. Serebellum
berperan dalam mengkoordinasikan aktivitas otot selama
gerakan, gerakan lembut yang terarah, dan berfungsi untuk
memulai gerakan. Sedangkan basal ganglia berperan dalam
motor program dan melakukan respon motorik otomatis.
Basal ganglia merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut beberapa area di subcortical gray matter yang
meliputi nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus, nukleus
subthalamikusdan substansia nigra. Nukleus kaudatus dan
putamen menyusun striatum. Striatum merupakan reseptor
utama dari basal ganglia yang menerima input dari kortek
serebri. sistem limbik, thalamus dan substansia nigra. Input
yang berasal dari kortek serebri merupakan eksitasi dan
merupakan proyeksi dari sensorik dan kortek motorik menuju
ke putamen, dari prefrontal kortek menuju ke nukleus
kaudatus dan dari kortek limbik dan amigdala menuju ke
ventral striatum. Basal ganglia memiliki sejumlah lintasan
yakni (1) dari striatum ke globus pallidus ke thalamus ke
kortek dan ke striatum, (2) dari striatum ke substansia nigra
dan ke striatum, (3) dari globus pallidus ke subthalamus dan
berakhir ke globus pallidus. Input kortikal dari basal ganglia
kebanyakan menggunakan neurostransmitter glutamate.
Striatum merupakan area di otak yang paling kaya
mengandung dua neurotransmitter yang penting didanalam
system saraf pusat yakni achetylchline dan dopamine.
Acetylcholine merupakan neurotransmitter pada sinaps di
kebanyakan saraf, sedangkan dopamine diproduksi di
substansia nigra dan disalurkan ke striatum melalui akson
nigrostriatal. untuk bekerja pada striatum. Apabila terjadi
kerusakan pada substansia nigra, maka akan menyebabkan
penurunan level dopamine pada striatum. Aktivitas basal
ganglia dimodulasi oleh neuron dopaminergic di substansia
nigra. Dopamine memiliki efek eksitasi pada neuron striatal
pada jalur langsung dan efek inhibisi pada jalur tidak
langsung. Jalur langsung terdiri dari putamen nukleus
kaudatus, dan striatum menghasilkan inhibisi pada globus
pallidus dan sebagai konsekuensinya disinhibisi dari
thalamus, superior kullikulus dan target lainnya. Jalur tidak
langsung yang terdiri dari nukleus subtalamik menghasilkan
eksitasi dari output saraf dari globus pallidus yang akan
meningkatkan inhibisi pada organ target. Basal ganglia
berperan dalam motor kontrol dan tindakan' otomatis dari
ketrampilan motorik yang bertindak dengan memfasilitasi
penggunaan perencanaan motorik. Basal ganglia tidak
berfungsi untuk memulai gerakan, namun berfungsi
memodulasi pola gerakan yang telah dimulai pada level
kortikal Perobaban aktivitas antara jaIur langsung dan jalur
tidak langsung, fungsi eksitasi dan inhibisi dari sirkuit basal
ganglia mendasari berbagai macam permasalahan gerak
termasuk diantaranya hypo/dnetic dan hyperkinetic
movement disorder. Serebelum berfungsi untuk mengawali
dan mengatur gerakan, khususnyagerakan yang terampil.
Serebelum berfungsi sebagai pembanding antara perencanaan
motorik dan basil dari motorik, selain itu serebelum juga
berfungsi untuk mendeteksi kesalahan sistem. Serebelum
mengirim sinyal untuk koreksi ke brain stemdan kortek
motorik. Pada serebelum terdapat tiga divisi fungsional yakni
vestibulos erebellum, spino serebellum, dan
serebroserebellum. Vestibulo serebellum berfungsi untuk
mengontrol dan mengkoordinasi otot-otot aksial dan gerakan
kepala dan mata, spino serebellum berfungsi untuk
memberikan informasi motorik dan eksitabilitas motor
neuron, serebro serebelum berfungsi untuk mengawali
gerakan dan koordinasi otot.
d. Sistem Piramidal
1.2.2 Palpasi
a. Konsistensi
- Pengukuran besar otot
- Nyeri tekan
- Kontraktur
Otot normal : teraba kenyal
Pada kelumpuhan tipe LMN akan teraba konsistensi
yang lembek dan kendor dikarenakan parase yang
menginervasi terganggu. Sedangkan pada
kelumpuhan tipe UMN akan teraba konsistensi
kenyal dan lebih tegang karena control tonus otot di
pusat yang terganggu.
2.3 Terminologi
a. Normosmia : kemampuan menghindu normal, tidak
terganggu. Hyposmia adalah kemampuan menghindu menurun,
berkurang. Hiperosmia adalah meningkatnya kemampuan
menghindu, dapat dijumoai pada penderita hyperemesis
gravidarum atau vertigo.
b. Parosmia : tidak dapat mengenali bau bauan
c. Kakosmia : mempersepsi adanya bau busuk padahal
tidak ada
d. Halusinasi penciuman : biasanya berbentuk bau yang tidak
sedap, biasanya pada pasien epilepsy
2.4 Pemeriksaan
a. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan
penghindu. Selain itu untuk mengetahui apakah gangguan
tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit
hidung local.
b. Kesulitan pemeriksaan yaitu tes penghindu adalah tes yang
subyektif.
c. Cara pemeriksaan
Periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan
setempat misalnya ingus, atau polip. Hal ini dapat
mengurangi ketajaman penciuman. Zat pengetes yang
digunakan sebaiknya zat yang dikenal sehari-hari misalnya
kopi, teh, tembakau, jeruk. Jangan menggunakan zat yang
dapat merangsang mukosa hidung (N.V) eperti menthol,
amoniak, alcohol, dan cuka. Zat pengets didekatkan
kehidung pasien dan disuruh menciumnya. Tiap lubang
hidung diperiksa satu-persatu dengan menutup lubang hidung
yang lainnya dengan tangan.