Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KONSTRUKSI

ANDREO MARTHEN (2016310025)

1 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan
rahmat, ridho, dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya masih dapat mengenyam
pendidikan di perguruan tinggi .
Laporan ini saya buat sebagai bentuk fisik, yang mana menjadi tanggung jawab saya
sebagai mahasiswa dalam memenuhi tagihan tugas sistem perlengkapan & keselamatan
kapal. Tidak lupa laporan ini juga sebagai tolak ukur mengenai keilmuan yang saya dapat .
Pada kesempatan ini juga saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan laporan ini. Tidak lupa
kepada bapak dosen pengajar yang telah mau mencurahkan ilmunya kepada saya, terutama
kepada :
 Dr. Arif Fadillah, M.Eng selaku dosen pengajar mata kuliah sistem perlengkapan &
keselamatan kapal .
 Para senior yang telah membagi ilmunya .
 Rekan – rekan mahasiswa yang bersama-sama mengerjakan tugas sistem
perlengkapan ini .

1
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas
yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 km. Luas wilayah laut
Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia dua setengah kali
lebih luas dari pada daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang telah
disepakati oleh PBB tahun 1982, wilayah perairan Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah
laut/zona laut yaitu zona Laut Teritorial, zona Landas kontinen, dan zona Ekonomi Eksklusif.

Oleh karena itu laut menjadi penghubung pulau-pulau yang tersebar di wilayah
Indonesia, Kapal merupakan sarana angkutan yang paling penting di negara kita yang
digunakan untuk hubungan antara pulau ke pulau maupun antara Negara ke Negara, yang
bertujuan memenuhi atau meratakan kebutuhan sandang pangan, ilmu dan teknologi .
.
Untuk memenuhi semua itu, tentu dibutuhkan sarana penghubung antar pulau atau
sarana distribusi yang sangat efisien. Maka dari itu diperlukan kapal yang dapat
mendistribusikan barang-barang kebutuhan pokok seperti minyak. Sangat dperlukan kapal-
kapal tanker yang dpat mendistribusin minyak secara merata .

Tentu tidak hanya efisien, tetapi juga memiliki sistem perlengkapan keselamatan
kapal yang mumpuni, yang dapat mengoptimakan daya angkut kapal tersebut. Dan semua
berdasarkan pada aturan yang ada dari class .

1.2 Dasar Hukum


Dasar hukum dari penganngkutan laut atau pemanfaatan laut sebagai sarana transportasi
diatur dalam :
 National Convention I – tahun 1963  Pemanfaatan laut untuk pembangunan
Indonesia
 UU No.21 Th 1992  aTentang Pelayaran
 KEPMENHUB No. KM 33 Th 2001  Penyelenggaraan & Pengusahaan Angkutan
Laut
 INPRES No.5 Th 2005  Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional
 Peraturan Pemerintah No.20 Th 2010  Tentang Angkutan Di Perairan

2
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

1.3 Maksud & Tujuan


.3.1 Maksud

1. Mengidentifikasi konstruksi Kapal Tanker


2. Menggunakan data yang terkumpul sebagai acuan dalam optimalisasi Konstruksi
Kapal Tanker
3. Mengidentifikasi Konstruksi Kapal berdasarkan class LR

.3.2 Tujuan

1. Menentukan jenis Sistem Perlengkapan & keselamatan Kapal Tanker 90000 DWT
berdasarkan Class LR
2. Meningkatkan jumlah keuntungan dan efisiensi yang mungkin di dapat dari pelayaran
kapal

1.4 Manfaat

 Dapat mengidentifikasi jenis Konstruksi yang dibutuhkan oleh kapal rancangan ketika
berlayar, khususnya kapal Tanker .
 Melalui data yang didapat dapat mengoptimalkan konstruksi kapal tanker .
 Meminimkan resiko yang mungkin muncul, baik saat pelayan ataupun pembangun .

3
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

KONSTRUKSI

1. Pengertian Konstruksi Kapal


Konstruksi kapal secara umum berarti komponen-komponen suatu bangunan yang
mendukung suatu desain. Dalam bidang perkapalan, konstruksi kapal merupakan susunan
komponen-komponen pada bangunan kapal yang mana terdiri dari badan kapal beserta
bangunan atas (super structure).
Pada dasarnya kapal terdiri dari komponen-komponen konstruksi yang letak arahnya
melintang dan memanjang. Dalam menyusun komponen-komponen di atas menjadi
konstruksi badan kapal secara keseluruhan, dikenal beberapa cara yang bisa dipakai dalam
penggunaan konstruksi kapal antara lain:
1. Sistem Rangka Konstruksi Melintang.
2. Sistem Rangka Konstruksi Memanjang.
3. Sistem rangka konstruksi kapal kombinasi.
Diberi penjelasan mengenai sistem diatas, kontruksi yang digunakan kapal ini dengan sistem
yang mana?
Sistem kapal yang digunakan pada kapal rancangan ini adalah sistem rangka
konstruksi memanjang.

2. Scantling
Perhitungan konstruksi kapal berdasarkan peraturan klasifikasi dan konstruksi dari LR (July
2017)
 Length Over All ( LOA ) = 229,00 m.
 Length Between Perpendicular ( LBP ) = 218,00 m.
 Length Water Line ( LWL ) = 223,00 m.
 Breadth Moulded ( B mld ) = 39,30 m.
 Height Moulded ( H mld ) = 21,00 m.
 Draft Moulded ( T mld ) = 15,00 m.
 Freeboard ( f ) = 6,00 m.
 Coefficient Block ( Cb ) = 0,863
 Coefficient Midship ( Cm ) = 0.999
 Coefficient Waterline ( Cw ) = 0,913
 Coefficient Prismatic ( Cp ) = 0,863

4
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

 Displcement () = 113677,617825 ton.


 Volume Displacement ( ) = 110904,993 m3.
 Velocity Speed ( Vs ) = 14,0 Knots.
 Longitudinal Center of Buoyancy ( LCB ) = 0.093 m (di depan .)

Perhitungan Rencana Konstruksi kapal berdasarkan Peraturan Lloyd Register , “


Rules and Regulatios For The Classification Of Ship “ tahun 2017.
1. Double bottom structure (Part 4 Chapter 1 Section 8)
High Centre girder dan Side girder
d DB=28 B+205 √T
¿ 28 ×39,3+205 √ 15
¿ 1894 mm
Jarak untuk side girder tidak boleh lebih dari 3,7 m
2. Double hull structure (Part 4 Chapter 9 Section 1)
DWT
d s =0.5+ tidak b olehlebih dari 2.0 m
20000
90000
¿ 0.5+
20000
¿5m
a. Ketebalan centre girder tidak kurang dari(Part 4 Chapter 1 Section 8):
 t = (0,008d DB +4 ¿ √k mm ˃ 6mm (tengah)
dimana :
k = faktor baja tensile tinggi
= 315 N/mm2
= 0,78
t = (0,008.1894+ 4 ¿ √ 0,78 mm
= 18,64 = 18,7 mm
 t = (0,008d DB +2¿ √k mm ˃ 6mm
t = (0,008.1894+ 2¿ √ 0,78 mm
= 16,91 = 17,00 mm

b. Ketebalan Side Girder tidak kurang dari:


t = (0,0075d DB +1¿ √ k mm ˃ 6mm
t = (0,0075. 1894+1 ¿ √ 0,78 mm
= 15,08 = 15,1 mm
3. Frame Space
Jarak Gading Normal (a0)
• LR Class
Standard frame space untuk bangunan depan (Part 3,Chapter 5,Section 3)
Didepan 0,05L dari FP

5
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

L
= 470+ atau 600 mm
0,6
+ 218
= 470
0,6
= 833,33 mm
= 0,83 m
Frame space ditetapkan 0,6 m

Diantara 0,05L dan 0,2L dari FP


L
= 470+ atau 700 mm
0,6
+ 218
= 470
0,6
= 0,83 m
Frame space ditetapkan 0,7 m

Standard frame space untuk bangunan belakang (Part 3,Chapter 6,Section 4)


Dibelakang 0,05L dari AP
L
= 470+ atau 600 mm
0,6
+ 218
= 470
0,6
= 833,33 mm
= 0,83 m
Frame space ditetapkan 0,6 m

Diantara 0,05L dan 0,15L dari AP


L
= 510+ atau 850 mm
0,6
+ 218
= 510
0,6
= 0,87 m
Frame space ditetapkan 0,85 m
 Frame space ditetapkan 0,6 m 0,05L dari FP dan 0,05L dari AP
 Frame space ditetapkan 0,7 m 0,05L dan 0,2L dari FP dan 0,05L dan 0,15L
dari AP

6
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

4. Perhitungan Plat
1. Lebar dan Tebal Pelat Lunas / Keel Plate (Part 4 Chapter 1 Section 5)
- Lebar Pelat Lunas / Keel Plate (1.5.1)
b = 70B 750< x < 1800 mm

= 70 x 39,3

= 2751 mm

Lebar pelatnya tidak boleh lebih dari 1800 mm

- Tebal Pelat Lunas / Keel Plate (1.5.1)


t = t1 + 2 (mm)

= 21 + 2

= 23 mm

Dimana :

fB
t1 = 0,001 s 1 f 1 (0,056 L+16,7)
√ kL

0,67
= 0,001 ×700 ×0,96 (0,056 ×218+16,7)
√ 0,78

= 18,00 = 18 mm

Fb = 0,67 untuk plat

= 0.75 untuk penegar

s1 = 0.7 mm

1
f 1= 2
s
1+( )
1000 S
1
¿ 2
700
1+( )
1000.3,5
= 0,96

2. Tebal Pelat Inner Bottom (Part 4, Chapter 7,Section 8,Page 726)


t = 0,00136 ( s+660 ) √4 k 2 <¿+5(mm)¿

7
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

4
= 0,00136 ( 700+660 ) √ 0,782 × 218 ×15+5(mm)
= 17,35 mm = 17,4 mm
dimana :
s = jarak antar penegak
k = faktor baja
L = Lpp
T = tinggi sarat air
3. Section Modulus Longitudinal Inner Bottom Plate (Part 4,Chapter 7,Section
8,Page 726)
0,0083 s l 2e H C1 k 3
Z= cm
Y1
(1−0,233
D )C
4. Tebal Pelat Sisi (part 4 Chapter 1 section 5)
D
a. Diatas dari base
2
FD
t = 0,001 s 1 ( 0,059 L+7 )
√ kL
(mm)

0,67
t = 0,001 ×700 ( 0,059 ×218+7 )
√ 0,78
(mm)

= 12,88 = 12,9 mm
D
b. Dari dari gunwale
4
FD
t = 0,00085 s 1 f 1 ( 0,083 L+10 )
√ kL
(mm)

0,67
t = 0,00085 ×700 × 0,96 ( 0,083× 218+10 )
√ 0,78
(mm)

= 14,87 = 14,9 mm
D
c. Dari dari mid-depth
4
FM
t = 0,00085 s 1 f 1 ( 0,083 L+10 )
√ kL
(mm)

0,67
t = 0,00085 ×700 × 0,96 ( 0,083× 218+10 )
√ 0,78
(mm)

= 14,87 = 14,9 mm

8
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

D
d. Dari dari base (tidak termasuk plat bilga)
4
FM
t = 0,00085 s 1 f 1 ( 0,083 L+10 )
√ kL
(mm)

0,67
t = 0,00085 ×700 × 0,96 ( 0,083× 218+10 )
√ 0,78
(mm)

= 14,87 = 14,9 mm
5. Tebal Pelat Bilga (part 4 Chapter 1 section 5)

FB
t = 0,001 s 1 f 1 ( 0,056 L+16,7 )
√ kL
(mm)

0,67
= 0,001 ×700 ×0,96 (0,056 ×218+16,7)
√ 0,78
= 17,59 = 17,6 mm

dimana :

1
f 1= 2
s
1+( )
1000 S
1
¿ 2
700
1+( )
1000.3,5
= 0,96

s1=¿ 800 mm
6. Tebal bottom plate(part 4 Chapter 1 section 5)
FB
t = 0,001 s 1 f 1 ( 0,056 L+16,7 )
√ kL
(mm)

0,67
= 0,001 ×700 ×0,96 (0,056 ×218+16,7)
√ 0,78
= 17,59 = 17,6 mm
dimana :
1
f 1= 2
s
1+( )
1000 S

9
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

1
¿ 2
700
1+( )
1000.3,5
= 0,96
s1=¿ 700 mm
7. Tebal pelat deck(Part 4 Chpter 1 Section 4)
a. Diluar garis pembukaan(opening)
t=0,001 s 1 √ Lk +2,5
¿ 0,001 ×700 √ 218× 0,78+2,5
= 11,62 = 12,7 mm
b. Didalam garis pembukaan(opening)

t=0,00083 s1 √ Lk +1,5 tidak boleh kurang dari 6,5 mm

¿ 0,00083 ×700 √ 218× 0,78+1,5

= 9,07 = 9,1 mm

c. Dibagian atas tank


pk h 4
t=0,004 sf
√ 1,025
+3,5 tidak boleh kurang dari 7,5 mm dimana L ≥ 90m

1,3× 0,78 ×h 4
t=0,004 × 700× 1
√ 1,025
+3,5

Dimana :
1
f 1= 2
s
1+( )
1000 S
1
¿ 2
0,7
1+( )
1000.3,5
= 0,96
s1=¿ 700 mm
s
f =1,1− tidak boleh lebih dari 1
2500 S
700
¿ 1,1−
2500 ×3,5
= 1,02 = 1 mm
h 4=kepalatangki ¿) = 600 mm

10
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

P = 0,72 (massa jenis)


5. Perhitungan frame
1. Main frames pada kargo (Part 4 Chapter 7 Section 6)
Z=3,50 sk h T 1 H 2 ×10−3
¿ 3,50 ×700 ×0,78 ×3,31 ×3,2 ×10−3
= 20,24
2. Main frames pada kargo yang digunakan untuk ballast
Z=1,15 ×Z (1)
¿ 23,27
3. Transverse frames pada topside wing tanks(Part 4,Chapter ,Section 6)
Z=1,15 ×(9,1 sk D 1 × 10−3 )
−3
Z=1,15 ×(9,1× 700× 0,78 ×19,3 ×10 )
Z=143,84

Dimana :
s = 700 mm
k = 0,78
h6
hT 1=C w 1−( F
D−T λ )
2,65
(
¿ 6,433 1−
19,3−14
1,03 )
¿ 3,31
C w =7,71 ×10−3 × L ×e−0,0044 L (tinggi gelombang)

¿ 7,71× 10−3 ×2131 ×2,7183−0,0044.213,1


¿ 6,433 m
h6 = jarak vertikal , dalam m ,dari T sampai ke tengah dari H

F λ =1+0,0023 ( L−200 )

e=2,7183

D = tinggi dari diatas keel sampai ke main deck

6. Perhitungan Deck Plating(Part 4,Chapter 1,Section 4)


a. Didalam kargo

11
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

 Diuar garis pembukaan (opening)


Z=0,043 sk h T 1 l e 2 F 1
 Didalam garis pembukaan (opening)

Z=sk ( 400 h1 +0,005 ( l e L2 )2 ) × 10−4

b. Dibagian atas atau bawah tangki


0,0113 psk h4 l e2
Z=
b

Dimana :

h1 =tinggi kapal(m)

h 4=tinggi tangki (tank head )

l e = panjang penguat atau pillar (m)

L1
hT = for type B−60 ships
1
56

L1
¿ lebih besar dari atau 1,20 m for type B ships
70

F 1=0,25 c 1

60
c 1=
225−165 F D

7. Perhitungan Top Side Tank Structure

Hopper Tank Part 4 Chapter 7 Section 9


 Bottom and side shell transverses
Z=11 ρkShl e 2

8. Perhitungan Hatch Coaming


1. Ketebalan plat
Pcoam
t=14,9 s

Dimana :

σ a , coam
Scoam

s = jarak antar penegak


Pcoam = tekanan, dalam kN/m2, 220kN/m2

12
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

Scoam = faktor keamanan diambil sama dengan 1,15


σ a ,coam=0,95 σ f
σ f =minimum u pper yield stress

2. Penegak dari longitudinal dan transverse


1000 Scoaml 2 sPcoam
Z=
mc p σ a , coam
Dimana :
m = 16 in general
= 12 for the end spans of stiffeners sniped at the coaming corners
Scoam = faktor keamanan diambil sama dengan 1,15
l = jangkauan ke penegak
s = jarak antara penegak
Pcoam = tekanan, dalam kN/m2, 220kN/m2
Cp=rasio modulus antaralebar pelat dan penegak dengan sama dengan 40 t ,
t adalah tebal pelat dalam mm
= 1,6
σ a ,coam=0,95 σ f
σ f =minimum upper yield stress

3. Penyangga hatch coamings


1000 H 2c sPcoam
Z=
2 σ a ,coam
1000 H 2c sPcoam
t w=
h t a ,coam

Dimana :
H c = panjang penyangga , dalam m

S = jarak penyangga
h = tinggi penyangga yang menyambung dengan deck
Pcoam = tekanan, dalam kN/m2, 220kN/m2
σ a ,coam=0,95 σ f
t a ,coam =0,5 σ f
σ f =minimum upper yield stress ,∈ N / mm 2, pada material

9. Perhitungan Hatch Cover(Part 4,Chapter 7,Section 12)


1. Ketebalan Pelat

13
TUGAS KONSTRUKSI
ANDREO MARTHEN (2016310025)

a. Pada top plating


p
t=F p 15,8 s

0,95 σ f
atau 1% dari jarak penegak atau 6 mm

Dimana :
F p=1,50

S = jarak penyangga
p = tekanan , dalam kN/m2
P fp −34,3 x
¿ 34,3+ (0,25− )
0,25 L
Dimana :
Pfp=49+(LWL−100)a

a = 0,356 untuk kapal dengan mengurangi freeboard deck


LWL = panjang garis air , dalam m, tidak boleh lebih Dri 340 m
X = jarak,dalam m,dari tengan hatch cover dibawah dari depan diujung L
b. Pada double skin hatch covers
t=6,5 s mm atau 5,0 mm
Dimana ;
S = jarak penegak
2. Modulus hatch covers
1000 l 2 sp
Z=
12 σ a
Dimana :
l = jangkauan penegak, dalam m
s = jarak antar penegak
p = tekanan , dalam kN/m2
P fp −34,3 x
¿ 34,3+ (0,25− )
0,25 L
σ a=0,80 σ f
σ f =minimum upper yield stress ,∈ N / mm 2, pada material

14

Anda mungkin juga menyukai