Anda di halaman 1dari 4

2.4.

Pengertian Kualitas Produk


Kualitas produk pada prinsipnya ditentukan oleh konsumen dan pihak
produsen hanya mengikuti, dan kualitas produk itu sendiri terdapat pada produk
baik dari daya guna (tahan lama) maupun fungsinya. Beberapa pendapat tentang
kualitas produk dapat dilihat dibawah ini.
a. Kualitas produk adalah sebagai pemenuhan tingkat standar yang ditentukan
oleh para konsumen terhadap suatu barang atau jasa, Philip Crosby dan W.
Ed-wards Deming (1994).
b. Kualitas atau mutu diartikan sebagai faktor yang terdapat dalam suatu barang
atau hasil yang menye-babkan barang atau hasil itu dimaksudkan untuk
dibutuhkan, Sofyan Assauri (1998).
Jadi kualitas produk adalah ukuran standard yang ditentukan konsumen.
Jika dibawah standard maka dika-takan kualitas produk tersebut rendah. Jika
berhubun-gan dengan keselamatan pemakai (konsumen), maka pemerintah
menetapkan kualitas standard, misalnya obat-obatan dengan komposisi
kimiawinya. Produk maka-nan, pemerintah menetapkan peraturan pelarangan
peng-gunaan bahan pengawet. Jika berhubungan dengan fungsi maka ditetapkan
standard fungsi dan lama pemakaian.
2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Produk
Ada dua faktor yang mempengaruhi atau menentukan kualitas produk,
yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal, dimana perusahaan hanya
mampu mengikuti perkembangan pasar dan keinginan konsumen. Sedangkan
internal perusahaan sangat tergantung dari kondisi perusahaan itu sendiri baik
keuangan, persona-lia, kegiatan produksi dan pemasaran serta hasil riset dan
pengembangan produk.
a. Faktor Eksternal
1). Pasar, Kondisi persaingan menyebabkan adanya inovasi baru tentang
upaya perbaikan kualitas produk.
2). Fungsi produk, Inovasi baru biasanya tidak hanya berorientasi pada
kekuatan produk, tetapi juga pengembangan fungsi produk.
b. Faktor Internal
1). Tujuan perusahaan, Ada perusahaan yang sengaja memproduksi produk
dengan kualitas rendah agar harga yang ditawarkan dapat dijangkau
banyak konsumen.
2). Proses produksi, Metode atau teknik proses produksi yang kurang baik
juga dapat menyebab-kan kualitas hasil produksi menjadi rendah.
3). Faktor input, Rendahnya kualitas faktor produk-si juga dapat
menyebabkan rendahnya kualitas hasil produksi, seperti tanaga kerja
dengan skill-nya, bahan baku dengan kualitasnya, teknologi dan
kondisi sarana fasilitas produk-si.
2.6. Faktor Input Penentu Kualitas Produk
Faktor input merupakan faktor internal perusahaan yang dapat
menyebabkan rendahnya kualitas produk dengan kerusakan yang tinggi, baik
tenaga kerja, bahan baku, teknis atau proses produksi maupun sarana dan fasilitas
produksi seperti mesin-mesin.
a. Faktor Tenaga Kerja
- Rendahnya skill (ketrampilan dan pengetahuan) menyebabkan rendahnya
kualitas hasil produksi dengan kerusakan yang tinggi.
- Rendahnya motivasi atau semangat kerja dapat menyebabkan perhatian
mereka tidak sepenuhnya terhadap apa yang dikerjakan.
- Tingginya target produksi yang harus dicapai sehingga diluar kemampuan
produksi (produktivi-tas) tenaga kerja.
- Tingginya tingkat kelelahan dan kebosanan para tenaga kerja dapat
menyebabkan kurangnya konsen-trasi terhadap apa yang sedang
dikerjakan.
- Tingginya dorongan kerja sehingga dapat memacu moral kerja yang
berlebihan untuk memenuhi target produksi sehingga mengabaikan
kualitas produk.
b. Faktor Sarana dan Fasilitas Produksi
- Rendahnya kualitas (keusangan) sarana dan fasili-tas produksi dapat
menyebabkan banyaknya produk yang rusak.
- Rendahnya teknologi dan kerusakan sarana maupun fasilitas produksi juga
dapat menyebabkan kerusa-kan hasil produksi.
c. Faktor Bahan Baku dan Teknis Proses Produksi
- Rendahnya kualitas bahan baku maupun bahan peno-long dapat
menyebabkan rendahnya kualitas hasil produksi dengan kerusakan yang
tinggi.
- Komposisi (campuran) penggunaan bahan baku dan bahan penolong yang
tidak sesuai dengan resep yang distandardkan.
- Kegiatan produksi tidak sesuai dengan prosedur proses produksi.
2.7. Pengertian Pengendalian Kualitas
Pengawasan adalah suatu kegiatan memeriksa dan menilai serta
mengoreksi pekerjaan yang sedang maupun sudah dilaksanakan agar sesuai
dengan perencanaan, proses ini disebut pengendalian. Pengertian ini dite-gaskan
oleh Sofyan Assaurri (1995), bahwa pengawasan adalah kegiatan
pemeriksanaan dan pengendalian atas kegiatan yang telah dan sedang dilakukan
agar kegiatan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan atau
direncanakan. Sedangkan perndapat lainnya tentang pengawasan dan
pengendalian, sebagai berikut :
a. Pengawasan atau control adalah sebagai proses untuk menetapkan pekerjaan
apa yang sudah dilaksanakan, menilai dan mengoreksi bila perlu dengan
maksud supaya pekerjaan sesuai dengan yang telah ditetap-kan semula, M.
Manullang (1984).
b. Pengendalian kualitas bukan berarti mencapai kesem-purnaan, melainkan
upaya untuk mencapai tingkat produksi sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh pasar, Philip Crosby dan W. Edwards Deming (1994).
c. Pengawasan kualitas adalah merupakan aktivitas untuk menjaga dan
mengarahkan agar kualitas produk dapat dipertahankan sebagaimana yang
telah direnca-nakan, Agus Ahyari (1990).
d. Pengawasan kualitas adalah merupakan alat bagi manajemen untuk
memperbaiki kualitas produk bila diperlukan mempertahankan kualitas yang
sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak, Sukanto
Reksohadiprodjo, dan Indriyo Gito Sudarmo (1992).

2.8. Tujuan Pengendalian Kualitas Produk


Tujuan pengendalian kualitas produk adalah untuk memperbaiki dan
mempertahankan kualitas produk, dan upaya menemukan penyimpangan-
penyimpangan dari apa yang telah distandarkan, baik standard proses kerja maupun
spesifikasi produk misalnya bentuk, ukuran, warna dan sebagainya.
Menurut M. Manullang (1984), tujuan utama dari pengawasan ialah
mengusahankan agar apa yang direnca-nakan menjadi kenyataan.
Ada beberapa tujuan dari pengendalian kualitas produk ini, antara lain
menurut RHA. Rachman Prawiraa-midjaja (1986) :
a. Pengawasan terhadap kualitas produk, sehingga barang yang dibuat
menjalankan fungsinya sesuai dengan yang diharapkan.
b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan sesuai rencana yang ada.
c. Untuk mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan sesuai rencana yang
melalui instruksi-instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
d. Untuk mengetahui apakah kelemahan dan kesulitan serta kegagalannya agar
dapat diadakan perbaikan serta menjaga jangan sampai terjadi kesalahan lagi.
e. Untuk mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan dengan efisien dan
apakah mungkin mengadakan per-baikan.
2.9. Teknik Pengujian Kualitas Produk
Menurut T. Hani Handoko (1999), Teknis pengenda-lian kualitas produk
adalah produk dan jasa harus selalu diperiksa agar sesuai dengan standard-
standard yang telah ditetapkan dan agar satuan-satuan yang rusak dapat
disingkirkan.
Agar pengawasan dan pengendalian lebih mudah untuk menemukan
penyimpangan-penyimpangan maka harus dibuat spesifikasi standard dari produk
tersebut, misalnya bentuk, ukuran, berat, warna, campuran bahan-bahan dan
sebagainya.
a. Pengujian dan Inspeksi
Tujunan utama inspeksi seharusnya pencegahan (prevention) bukan
perbaikan. Pengujian bukan hanya memberitahukan kepada pihak manajemen
tentang produk memenuhi standard atau ditolak, tetapi juga sebabnya agar
manajer dapat memusatkan perhatiannya pada perbaikan situasi.
Ada beberapa pedoman untuk melakukan inspeksi, antara lain :
- Setelah operasi-operasi dilakukan pada barang-barang hasil produksi yang
rusak.
- Sebelum operasi-operasi terhadap barang-barang (bahan-bahan) yang rusak,
pada mesin-mesin.
- Sebelum pergudangan
- Pengujian produk-produk jadi.
b. Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal
Pengawasan Kualitas Statistikal, atau Statistical Quality Control (SQC)
menerapkan teori probabilitas dalam pengujian atau pemeriksanaan sampel.
- Besarnya sampel
Besarnya sampel yang diterapkan pada kegiatan inspeksi menggunakan
rumus :
n =*2N
Dimana :
n = besarnya atau ukuran sampel
N = Keseluruhan kumpulan produk.
Jadi, bila ada kumpulan produk 20.000 yang akan diinspeksi, akan diambil
sampel sebesar 200.
- Kurva Normal dan Standard Deviasi
Rata-rata standard deviasi sampel :

S
SX = *****
*n
Dimana :
S = standard deviasi
n = besarnya sampel
SX = standard deviasi rata-rata

*(X - X)²
S = * *********
n-1
Contoh : sampel terdiri dari 200 barang mengha-silkan 10 ditolak,
penolakan dihitung 5 %. Maka standard error proporsi penolakan atau
apkiran dari sampel dihitung dengan rumus :

P (1 - P)
SPs = * *********
n

0,05 (1 - 0,05)
SPs = * *************** = 0,0154
200

Maka batasan pengawasan pada ± 3 SPs akan menjadi 0,05 + 3(0,0154) =


0,0962; dan 0,05 - 3(0,0152) = 0,0038. Dibulatkan, menjadi 9,6 % dan 0,4
%. Bila memproduksi apkiran 5 % maka pertimbangannya dapat diterima.

Anda mungkin juga menyukai