Askep Kasus MGG 1 Anemia Aplastik
Askep Kasus MGG 1 Anemia Aplastik
ANEMIA APLASTIK
Preseptor Akademik
I. Biodata
1. Identitas Klien :
1. Ayah
a. Nama : Tn. R
b. Usia : 42 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan / Sumber Penghasilan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Desa Puupi, Kendari
2. Ibu
a. Nama : Ny. S
b. Usia : 37 Tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan / Sumber Penghasilan : Ibu Rumah Tangga
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Desa Puupi, Kendari
3. Identitas Saudara Kandung
Status
No Nama Usia Hubungan
Kesehata
n
1 An. MA 13 Kakak Seha
tahun Kandung t
Anak MRS dengan keluhan gusi sering berdarah, epistaksis, muntah darah, dan BAB
hitam, wajah terlihat pucat, sclera anemis, telapak tangan dan kaki tampak pucat.
Saat ini anak tampak lemas, pucat, ibu klien mengatakan anaknya demam. Suhu
39,50 C. Klien juga mengeluh nyeri perut dan mual. Klien mengeluh nyeri perut.
1. Pada umur 7 tahun klien pernah menderita Varicella. Klien pernah mengalami
4. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, minuman, zat kimia,
dan udara.
1. Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien
2. Genogram
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Anak (klien)
Tinggal serumah
Reaksi
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian
Setelah
Pemberian
1 BCG Umur 1 bulan Demam
2 DPT (I, II, III, IV) Umur 2, 3, 4 bulan. Demam
3 Polio (I, II, III, IV,V) Umur 1, 2, 3, 4, 9 Tidak
bulan. ada
4 Campak 9 -
Bulan
5 Hepatitis 1 hari, 2 bulan-4 -
Bulan
V. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Pertumbuhan Fisik
1. Pemberian ASI
4. Ibu klien mengatakan bahwa anak mempunyai tempat bermain sepak bola di
6. Ibu klien mengatakan bahwa saat ini anaknya tidak memiliki pengasuh atau
pembantu, dan klien hanya diasuh oleh kedua orang tuanya dan neneknya.
2. Orang tua klien memberikan support pada anaknya dan membantu setiap
1. Ibu membawa anaknya ke rumah sakit karena khawatir akan keadaan anaknya
dan karena anjuran pihak RSUD Kendari untuk dirujuk ke Rumah Sakit
Wahidin.
3. Perasaan orang tua saat ini cemas dan khawatir memikirkan kondisi anaknya.
4. Orang tua selalu menjaga anaknya baik di rumah sakit dan dibantu oleh 1 orang
keponakan.
5. Klien tinggal bersama kedua orang tuanya dan satu orang saudara/kakak
4. Klien mengatakan senang namun kadang merasa bosan di rumah sakit karena
1. Nutrisi
2. Cairan
4. Istirahat Tidur
6. Personal Hygiene
3. Gunting kuku
- Frekuensi Sekali seminggu Sekali seminggu
- Cara Digunting sendiri Digunting oleh ibu
4. Gosok gigi
- Frekuensi 2-3 kali sehari 2 kali sehari
- Cara Mengunakan pasta Hanya dibersihkan dengan
gigi cotton buds saat selesai
makan
7. Aktivitas / Mobilitas Fisik
8. Rekreasi
2. Tanda-Tanda Vital
- Suhu : 39,5 0C
- Nadi : 96 x/menit
- Respirasi : 21 x/menit
3. Antropometri
- Lingkar perut : 62 cm
4. Sistem Pernafasan
1. Hidung : simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret polip
dan epistaksis.
2. Leher : pembesaran kelenjar thyroid, tonsil, dan vena jugularis tidak teraba
1. Conjungtiva anemis, arteri carotis kuat berisi, tekanan vena jugularis kesan
normal.
2. Ukuran jantung normal, IC/apex tidak nampak.
3. Suara jantung S1 dan S2 kesan normal. Bising aorta, murmur dan Gallop tidak
terdengar.
4. Capillary Refilling Time <4 detik.
6. Sistem Pencernaan
1. Sklera anemis. Bibir kering, pecah-pecah, dan tidak ada labio skizis.
2. Tidak ada stomatitis, palato skizis. Kemampuan menelan baik.
3. Tidak ada keluhan kembung dan nyeri lambung. Peristaltik kesan normal (8
kali permenit).
4. Tidak teraba pembesaran hati ginjal dan lien.
5. Anus tidak lecet dan tidak ada haemoroid
7. Sistem Indera
1. Mata
a. Kelopak mata : tidak ada ptosis, bulu mata panjang, alis simetris.
b. Pemeriksaan visus tidak dilakukan
c. Lapang pandang kesan normal
2. Hidung
a. Penciuman baik, tidak ada perih dihidung, tanda-tanda trauma dan mimisan
tidak ada.
b. Tidak ada sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
a. Keadaan daun telinga bentuk normal simetris kiri dan kanan, liang telinga
nampak bersih.
b. Fungsi pendengaran baik.
8. Sistem Saraf
1. Fungsi Cerebral
a. Status mental : oreintasi, daya ingat, perhatian, kemampuan perhitungan
dan bahasa baik.
b. Kesadaran : Eyes 4 (membuka mata spontan), Motorik 6 (bergerak
mengikuti perintah), Verbal 5 (berbicara normal).
2. Fungsi cranial : Tidak ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan saraf
cranial mulai dari N I sampai N XII.
3. Fungsi motorik : massa otot tidak ditemukan adanya atropi/hipertropi,
tonus otot kesan normal, kekuatan otot : 5 (kekuatan kontraksi yang penuh).
4. Fungsi sensorik : klien mampu merasakan sensasi nyeri dan getaran.
5. Fungsi cerebellum : fungsi koordinasi dan keseimbangan tidak dikaji.
6. Refleks : Bisep, trisep, patella hasilnya positif (normal).
7. Iritasi meningen : Tidak ditemukan adanya kaku kuduk, laseque sign,
Brudzinki I/II
2. Vertebrae : tidak ada scoliosis, lordosis, kyposis. Gerakan aktif dan tidak ada
kekakuan dan tidak ditemukan adanya Spina bifida, ROM aktif, fungsi gerak
baik.
4. Lutut : simetris, kaku dan pergerakan ada hambatan karena ada luka/hematom
lebam/hematom dan luka/bengkak pada betis kaki kiri. Ibu klien mengatakan
klien tidak dapat berjalan karena sakit di daerah luka. Nyerinya hilang timbul
dengan skala Nyeri 3.
6. Tangan : ada bengkak di lengan atas pada tangan kiri, gerakan terbatas. Klien
mengatakan merasa nyeri di daerak yang bengkak. Nyeri hilang timbul. Skala
nyeri 3.
2. Kulit : Warna sawo matang, teraba hangat, agak kering, ada ruam/ sedikit
3. Kuku : Warna putih, permukaan kuku rata, tidak mudah patah, dan nampak
bersih.
3. Klien mengalami peningkatan suhu tubuh yang tidak seimbang (panas yang
- Tidak dikaji
14. Sistem Imun
1. Perkembangan Kognitif :
Ibu klien mengatakan klien cerdas dan memiliki prestasi yang baik, klien mengatakan
meraih juara 2 di kelas.
3. Perkembangan Psikososial :
Ibu klien mengatakan klien mempunyai banyak teman dan mudah
bergaul/bersosialisasi dengan orang lain.
Darah Rutin
Hasil tanggal
Pemeriksaan 15April 17April 20April 22April Rujukan
Haemoglobin 7,6 10,1 8,3 7,8 13-16 gr %
Trombosit 30.000 111.000 14.000 2.000 2 – 4 x 106 µ/L
Leukosit 2.000 1.900 1.160 2.300 4 – 10 x 103µ/L
Eritrosit 2,62 3,46 2,98 2,66 3,7 – 5,7 x
106/ml
Hematokrit 22,6 29,9 24,7 22,3 37- 43 %
Hasil tanggal
Pemeriksaan 15April 17April 20April 22April Rujukan
MCV 86 86 82,9 84 72 - 88 fL
MCH 29 29,2 27,9 29,1 23 – 31 pg
MCHC 33,7 33,8 33,6 34,8 32 – 36 g/dl
Jadwal tranfusi
NO DATA MASALAH
1 DS :
Ibu klien mengatakan anaknya demam
Klien mengalami peningkatan suhu tubuh yang
tidak seimbang (panas yang naik turun) dan
keringat berlebihan Hipertermi
Klien sulit untuk tidur nyenyak karena sering b.d proses penyakit
demam (imunosupresi)
DO :
Suhu : 39,5 0C
Kulit teraba hangat
Klien tampak lemas dan pucat
2 DS :
Klien mengeluh nyeri perut. Nyeri hilang timbul.
Skala nyeri 3
Ibu klien mengatakan klien tidak dapat berjalan
karena sakit di daerah kaki kiri. Nyerinya hilang
timbul dengan skala Nyeri 3
Klien mengatakan merasa nyeri di daerah tangan Nyeri
yang bengkak. Nyeri hilang timbul. Skala nyeri 3 b.d agen cedera biologis
(inflamasi)
DO :
Klien tampak meringis
Terdapat lebam/hematom dan luka/bengkak pada
betis kaki kiri
Ada bengkak di lengan atas pada tangan kiri,
gerakan terbatas
3 DS :
Terdapat luka/hematom di betis kaki kiri
DO :
Pemberian obat Meropenem 300 mg/8 Jam/iv
Pemberian obat Bactroban Zalf oles pagi sore
Pemberian terapi trasfusi PRC dan trombosit 12
Unit/IV Risiko infeksi
Hasil laboratorium 23 April kesan pansitopenia Faktor risiko pertahanan
dgn : sekunder tidak adekuat
- HGB : 8,1 gr/dL (punurunan Hb dan leukopenia)
- HCT : 22,5 %
- Neutrofil : 0,03 x 103/uL 11,8 %
- Monosit : 0,02 x 103/uL 6,6 %
- Eosinofil : 0,00 103/uL 0,0 %
Darah rutin per 20 April/saat pengkajian :
- Leukosit : 1.160/uL
- Eritrosit : 2,98 juta/uL
- Hematokrit : 24,7 %
4 DS :
Klien MRS dengan keluhan gusi sering berdarah,
epistaksis, muntah darah, dan BAB hitam
DO :
wajah terlihat pucat, sclera anemis, telapak tangan
dan kaki tampak pucat
Ada luka/hematom di betis kaki kiri
Kulit : agak kering, ada ruam/ sedikit petekie di Risiko perdarahan
lengan dan perut/badan klien Faktor risiko gangguan
Kuku : Warna putih, permukaan kuku rata, tidak koagulasi (trombositopenia)
mudah patah, dan nampak bersih
Hasil laboratorium 23 April kesan pansitopenia
dgn :
- HCT : 22,5 %
Darah rutin 20 April/saat pengkajian :
- Trombosit : 14.000/uL
- Hematokrit : 24,7 %
5 DS :
Klien mengeluh nyeri perut dan mual
Klien mengatakan selera makan berkurang
Ibu mengatakan Anak diare 4 hari sebelumnya
DO :
Sklera anemis Ketidakseimbangan nutrisi
Bibir kering dan pecah-pecah kurang dari kebutuhan tubuh
Hasil laboratorium 23 April kesan pansitopenia b.d faktor biologi (nyeri
dgn : abdomen, diare, dan anemia) &
- RBC : 2,80 x 106/mm3 faktor psikologis (napsu makan
- HGB : 8,1 gr/dL kurang)
- HCT : 22,5 %
Pemberian obat Ondanostron 0,2 mg/kgBB/8
Jam/iv
Pemberian Zink 20 mg/24 jam/oral
Pemberian IVFD Dextrose 0.5% 34 tpm
6 DS :
Klien tampak lemas
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Klien Istirahat total di tempat tidur
Lutut : kaku dan pergerakan ada hambatan karena Intoleransi aktivitas
ada luka/hematom di betis kaki kiri b.d imobilisasi dan kelemahan
Kaki : ada bengkak, gerakan terbatas, kemampuan
berjalan terganggu
Tangan : ada bengkak di lengan atas pada tangan
kiri dan gerakan terbatas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Autonomy (Kemandirian)
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri,
dan perawat haruslah bisa menghormati dan menghargai kemandirian ini. Salah satu contoh yang
tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal
terdapat gangguan atau penyimpangan. Harus dijelaskan bahwa anemia aplastik merupakan
kelainan darah yang membutuhkan penangan sedini mungkin salah satunya dengan transplantasi
sumsum tulang dan trasfusi darah. Klien dan keluarga berhak memilih mengikuti kedua terapi
atau salah satunya atau tidak keduanya.
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk pengobatan sebagai
alternatif tindakan serta berkembangnya teknologi yang memungkinkan orang untuk mencari
jalan sesuai dengan kondisi dan keinginannya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat
saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat
sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan
keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih,
menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu
dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga
menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu dan kiat
keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan. Contoh perawat menasehati klien dengan
penyakit anemia aplastik untuk meningkatkan gerak untuk memperbaiki kesehatan secara umum,
tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko kelelahan dan risiko cidera
dapat terjadi. Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun memperbaiki
kesehatan secara umum adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko kelelahan dan cidera
adalah prioritas kebaikan yang haruslah dilakukan.
3. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan
memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku. Contoh ketika perawat
dinas sendirian dan 2 klien dengan anemia aplastik rawat inap memerlukan bantuan, maka
perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai
dengan asas keadilan seperti jika klien memiliki resiko lebih besar harus ditangani lebih dulu
Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan ilmu dan kiat
keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh
ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfusi
darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk
dan dokter harus menginstrusikan pemberian transfusi darah. Akhirnya transfusi darah ridak
diberikan karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan
prinsip non-maleficence.
5. Veracity (Kejujuran)
Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar
membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Contoh Anak. M masuk rumah sakit dengan berbagai macam tanda risiko perdarahan karena
trombosit yang kurang. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran dimana harus
mengatakan kejujuran mengenai risiko perdarahan yang dimiliki yang dapat mengancam nyawa.
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus
memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
Contoh setelah melakukan trasfusi darah pada Anak M. Perawat berjanji akan kembali untuk
mengecek kondisi anak dalam 15 menit. Maka perawat harus menepati janji dan datang tepat
waktu.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang
keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan, upaya peningkatan
kesehatan klien dan atau atas permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan
harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam
berbagai kondisi tanpa terkecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesama teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi kantong darah kepada klien/ anak M
yang menyebabkan anak shock dan komplikasi sampai kematian terjadi perawat dapat digugat
oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional.