Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

ANEMIA APLASTIK

Nama Mahasiswa : MELYANI TUTI


Nim : R014192021

Preseptor Akademik

Dr.Suni Hariati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN KASUS ANEMIA
APLASTIK DI RUANG PERAWATAN ANAK LONTARA 4 ATAS DEPAN
RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

I. Biodata

1. Identitas Klien :

1. Nama/Nama Panggilan : An. M


2. Tgl Lahir / Usia : 17 Juni 2006/ 8 Tahun 10 Bulan 3 Hari
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku : Bajo
6. Pendidikan : SD Kelas III
7. Alamat : Desa Puupi, Kecamatan Puupi, Kendari
8. Tgl. Masuk : 03/04-2015
9. Tgl. Pengkajian : 20/04-2015
10. Diagnose Medis : Anemia Aplastik Rencana Therapi
: Transfusi PRC 1 unit
Transfusi Trombosit 12 unit

2. Identitas Orang Tua

1. Ayah

a. Nama : Tn. R
b. Usia : 42 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan / Sumber Penghasilan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Desa Puupi, Kendari

2. Ibu

a. Nama : Ny. S
b. Usia : 37 Tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan / Sumber Penghasilan : Ibu Rumah Tangga
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Desa Puupi, Kendari
3. Identitas Saudara Kandung

Status
No Nama Usia Hubungan
Kesehata
n
1 An. MA 13 Kakak Seha
tahun Kandung t

II. Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit :

Anak MRS dengan keluhan gusi sering berdarah, epistaksis, muntah darah, dan BAB

hitam, wajah terlihat pucat, sclera anemis, telapak tangan dan kaki tampak pucat.

III. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang :

Saat ini anak tampak lemas, pucat, ibu klien mengatakan anaknya demam. Suhu

39,50 C. Klien juga mengeluh nyeri perut dan mual. Klien mengeluh nyeri perut.

Klien tampak meringis, nyeri hilang timbul. Skala nyeri 3.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Pada umur 7 tahun klien pernah menderita Varicella. Klien pernah mengalami

batuk, pilek dan demam pada saat masih kecil..

2. Anak diare 4 hari sebelumnya

3. Anak tidak pernah menderita penyakit serius

4. Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, minuman, zat kimia,

dan udara.

5. Tidak ada riwayat komsumsi obat-obatan bebas.

6. Menurut Ibunya perkembangan anaknya tidak mengalami keterlambatan.


3. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien

2. Genogram

Keterangan :
Laki-laki

Perempuan

Meninggal

Anak (klien)

Tinggal serumah

IV. Riwayat Imunisasi

Reaksi
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian
Setelah
Pemberian
1 BCG Umur 1 bulan Demam
2 DPT (I, II, III, IV) Umur 2, 3, 4 bulan. Demam
3 Polio (I, II, III, IV,V) Umur 1, 2, 3, 4, 9 Tidak
bulan. ada
4 Campak 9 -
Bulan
5 Hepatitis 1 hari, 2 bulan-4 -
Bulan
V. Riwayat Tumbuh Kembang

1. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan lahir : 4,9 kg


2. Panjang badan : Ibu mengatakan lupa
3. Waktu tumbuh gigi : sekitar umur 4 bulan dan pertama kali tanggal ibu
mengatakan lupa

2. Perkembangan Tiap Tahap

Usia anak saat :


1. Beguling : 4 bulan
2. Duduk : 6 bulan
3. Merangkak : Anak tidak merangkak
4. Berdiri : 12 bulan
5. Berjalan : 1,8 tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : Ibu mengatakan lupa
7. Bicara pertama kali : 8 bulan
8. Berpakaian tanpa bantuan : 2 tahun

VI. Riwayat Nutrisi

1. Pemberian ASI

1. Pertama kali disusui : Sejak lahir


2. Cara pemberian : Setiap kali nangis
3. Lama pemberian : ASI ekslusif sampai 6 bulan dan dilajutkan hingga usia 2
tahun.

2. Pemberian Susu Formula

1. Alasan pemberian : tidak diberikan susu formula


2. Jumlah pemberian :-
3. Cara pemberian :-
3. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini :

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


0 – 4 bulan ASI 0-6 bulan (eksklusif) dan
dilanjutkan hingga 2 tahun.

4 – 12 bulan ASI, Makanan pendamping ASI ASI eksklusif dan pemberian


MP-ASI dimulai umur 6
bulan
Saat ini Klien makan makanan seperti
biasa yaitu nasi, sayur, lauk pauk
dan tak ada pantangan

VII. Riwayat Psikososial


1. Anak tinggal serumah bersama dengan keluarganya dan neneknya di rumah sendiri.

2. Klien tinggal bersama keluarganya di desa Puupi.

3. Di rumah klien tidak memiliki tangga

4. Ibu klien mengatakan bahwa anak mempunyai tempat bermain sepak bola di

lapangan dekat balai desa.

5. Saat ini hubungan antar anggota keluarga harmonis.

6. Ibu klien mengatakan bahwa saat ini anaknya tidak memiliki pengasuh atau

pembantu, dan klien hanya diasuh oleh kedua orang tuanya dan neneknya.

VIII. Riwayat Spiritual

1. Keluarga klien beragama Islam, taat beribadah.

2. Orang tua klien memberikan support pada anaknya dan membantu setiap

kebutuhan anaknya, berdoa untuk kesembuhan anaknya, dan berharap semoga

anaknya lekas sembuh dan berkumpul dengan keluarga dan teman-temannya.


IX. Reaksi Hospitalisasi

1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

1. Ibu membawa anaknya ke rumah sakit karena khawatir akan keadaan anaknya

dan karena anjuran pihak RSUD Kendari untuk dirujuk ke Rumah Sakit

Wahidin.

2. Dokter yang merawat telah menceritakan kondisi anaknya.

3. Perasaan orang tua saat ini cemas dan khawatir memikirkan kondisi anaknya.

4. Orang tua selalu menjaga anaknya baik di rumah sakit dan dibantu oleh 1 orang

keponakan.

5. Klien tinggal bersama kedua orang tuanya dan satu orang saudara/kakak

kandung dan juga neneknya.

2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

1. Klien menganggap dirinya sakit sehingga dibawa berobat di rumah sakit.

2. Klien mengatakan ia dirawat di rumah sakit karena anemia.

3. Klien mengatakan dokter telah menceritakan kondisi penyakitnya kepada

kedua orang tuanya.

4. Klien mengatakan senang namun kadang merasa bosan di rumah sakit karena

tidak bisa main bersama dengan saudara dan teman-temannya.


X. Aktivitas Sehari-Hari

1. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Selera makan Baik Selera makan berkurang

2. Menu makanan Nasi, sayur, ikan, Nasi, sayur, ayam, nasi


telur, dan buah. goreng, buah

3. Frekwensi makan 3-4 kali sehari 2-3 kali sehari

4. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada


5. Pembatasan pola makan Tidak ada Tidak ada
6. Cara makan Makan sendiri Disuapi

7. Ritual saat makan Klien membaca Klien membaca Basmalah


Basmalah

2. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Jenis minuman air putih, minuman air putih, teh
kemasan
2. Frekuensi minum 6-8 gelas per hari 6-8 gelas per hari

3. Kebutuhan cairan Saat haus ±2000 - 2500 ml per hari

4. Cara pemenuhan Minum Minum menggunakan gelas/ botol


menggunakan gelas dengan sedotan
3. Eliminasi (BAB dan BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Buang Air Besar
1. Tempat pembuangan BAB di WC BAB di WC

2. Frekuensi (waktu) 1 kali setiap 1 kali setiap hari

3. Konsistensi hari lembek lembek Tidak

4. Kesulitan Tidak ada ada


5. Obat pencahar Tidak pernah Tidak pernah
digunakan digunakan
Buang Air Kecil (BAK)
1. Tempat pembuangan BAK di WC BAK ditampung di
botol air kemasan 4-5
2. Frekuensi 4-5 kali sehari kali sehari Kuning
3. Warna dan bau Kuning dan dan pesing
4. Volume pesing Tidak ±2000 - 2500 ml per hari
terukur
Tidak ada
5. Kesulitan Tidak ada

4. Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Jam tidur
- Siang Jam 13.00 – 14.00 Jam 10.00 - jam 13.00

- Malam Jam 19.00 – 05.00 Jam 19.00 – 06.00

(Sering terbangun karena


2. Pola tidur Teratur
demam tinggi)
3. Kebiasaan sebelum
Berdoa Tidak Teratur Berdoa
tidur

4. Kesulitan tidur Klien sulit untuk tidur


Tidak ada
nyenyak karena sering
demam
5. Olahraga

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Program olah raga Teratur Main sepak Tidak dilakukan
2. Jenis dan frekuensi Bola setiap hari 1-2 Tidak pernah
jam
3. Kondisi setelah olah Tidak pernah olahraga
Terasa lelah
raga

6. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Mandi
- Cara Mandi sendiri Washlap basah dengan air

- Frekuensi 2-3 kali sehari hangat pada pagi hari, dan


dengan tisu basah pada
- Alat mandi Sabun mandi sore hari 2 kali sehari
Washlap/tisu basah
2. Cuci rambut

- Frekuensi Setiap hari Cuci sendiri Setiap hari Hanya dibasahi


- Cara memakai shampo saat diwashlap

3. Gunting kuku
- Frekuensi Sekali seminggu Sekali seminggu
- Cara Digunting sendiri Digunting oleh ibu

4. Gosok gigi
- Frekuensi 2-3 kali sehari 2 kali sehari
- Cara Mengunakan pasta Hanya dibersihkan dengan
gigi cotton buds saat selesai
makan
7. Aktivitas / Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Kegiatan sehari-hari Sekolah dan Istirahat total di
tempat tidur Tidak
2. Pengaturan jadwal bermain ada
harian
3. Penggunaan alat Tidak ada Tidak ada
bantu aktifitas
Tidak ada
4. Kesulitan pergerakan Tidak ada
tubuh

8. Rekreasi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Perasaan saat sekolah Klien senang/nyaman Sementaraa izin
saat disekolah sekolah
2.Waktu luang Bermain dengan -
teman
3. Perasaan setelah Klien merasa senang -
rekreasi
4. Waktu senggang Kumpul bersama -
keluarga keluarga
5. Kegiatan hari libur Kadang rekreasi -
bersama keluarga
XI. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum Klien

- Klien tampak lemas, klien tampak sakit berat, GCS 15

2. Tanda-Tanda Vital

- Suhu : 39,5 0C

- Nadi : 96 x/menit

- Respirasi : 21 x/menit

- Tekanan darah : 90/70 mmHg

3. Antropometri

- Tinggi Badan : 134 cm

- Berat Badan :31 kg. IMT/U=17,3–16,0= 1,3= 0,72 Normal


17,8 – 16,0 1,8
- Lingkar lengan atas : 19 cm

- Lingkar kepala : 52 cm (Normosefal)

- Lingkar dada : 63,5 cm

- Lingkar perut : 62 cm

- Skin fold : Tidak dilakukan

4. Sistem Pernafasan

1. Hidung : simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret polip
dan epistaksis.
2. Leher : pembesaran kelenjar thyroid, tonsil, dan vena jugularis tidak teraba

3. Dada :Bentuk dada normochest. Gerakan dada simetris, tidak terlihat


retraksi intracostal dan pergerakan otot- otat bantu pernapasan. Suara
napas kesan normal (vesikuler) dan tidak ada bunyi napas tambahan.

4. Tidak ada Clubbing finger.


5. Sistem Cardio Vaskuler

1. Conjungtiva anemis, arteri carotis kuat berisi, tekanan vena jugularis kesan
normal.
2. Ukuran jantung normal, IC/apex tidak nampak.
3. Suara jantung S1 dan S2 kesan normal. Bising aorta, murmur dan Gallop tidak
terdengar.
4. Capillary Refilling Time <4 detik.

6. Sistem Pencernaan

1. Sklera anemis. Bibir kering, pecah-pecah, dan tidak ada labio skizis.
2. Tidak ada stomatitis, palato skizis. Kemampuan menelan baik.
3. Tidak ada keluhan kembung dan nyeri lambung. Peristaltik kesan normal (8
kali permenit).
4. Tidak teraba pembesaran hati ginjal dan lien.
5. Anus tidak lecet dan tidak ada haemoroid

7. Sistem Indera

1. Mata

a. Kelopak mata : tidak ada ptosis, bulu mata panjang, alis simetris.
b. Pemeriksaan visus tidak dilakukan
c. Lapang pandang kesan normal

2. Hidung
a. Penciuman baik, tidak ada perih dihidung, tanda-tanda trauma dan mimisan
tidak ada.
b. Tidak ada sekret yang menghalangi penciuman

3. Telinga
a. Keadaan daun telinga bentuk normal simetris kiri dan kanan, liang telinga
nampak bersih.
b. Fungsi pendengaran baik.
8. Sistem Saraf

1. Fungsi Cerebral
a. Status mental : oreintasi, daya ingat, perhatian, kemampuan perhitungan
dan bahasa baik.
b. Kesadaran : Eyes 4 (membuka mata spontan), Motorik 6 (bergerak
mengikuti perintah), Verbal 5 (berbicara normal).
2. Fungsi cranial : Tidak ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan saraf
cranial mulai dari N I sampai N XII.
3. Fungsi motorik : massa otot tidak ditemukan adanya atropi/hipertropi,
tonus otot kesan normal, kekuatan otot : 5 (kekuatan kontraksi yang penuh).
4. Fungsi sensorik : klien mampu merasakan sensasi nyeri dan getaran.
5. Fungsi cerebellum : fungsi koordinasi dan keseimbangan tidak dikaji.
6. Refleks : Bisep, trisep, patella hasilnya positif (normal).
7. Iritasi meningen : Tidak ditemukan adanya kaku kuduk, laseque sign,
Brudzinki I/II

9. Sistem Muskulo Skeletal

1. Kepala : bentuk kepala mesonsephal, gerakan aktif

2. Vertebrae : tidak ada scoliosis, lordosis, kyposis. Gerakan aktif dan tidak ada

kekakuan dan tidak ditemukan adanya Spina bifida, ROM aktif, fungsi gerak

baik.

3. Pelvis : tidak ada kelainan, gerakan aktif, ROM aktif.

4. Lutut : simetris, kaku dan pergerakan ada hambatan karena ada luka/hematom

di betis kaki kiri.

5. Kaki : ada bengkak, gerakan terbatas, kemampuan berjalan terganggu, terdapat

lebam/hematom dan luka/bengkak pada betis kaki kiri. Ibu klien mengatakan

klien tidak dapat berjalan karena sakit di daerah luka. Nyerinya hilang timbul
dengan skala Nyeri 3.

6. Tangan : ada bengkak di lengan atas pada tangan kiri, gerakan terbatas. Klien

mengatakan merasa nyeri di daerak yang bengkak. Nyeri hilang timbul. Skala

nyeri 3.

10. Sistem Integumen

1. Rambut : Warna hitam dan tidak mudah dicabut.

2. Kulit : Warna sawo matang, teraba hangat, agak kering, ada ruam/ sedikit

petekie di lengan dan perut/badan klen.

3. Kuku : Warna putih, permukaan kuku rata, tidak mudah patah, dan nampak
bersih.

11. Sistem Endokrin

1. Kelenjar thyroid : tidak teraba adanya pembesaran.

2. Tidak ada ekskresi urine berlebihan.

3. Klien mengalami peningkatan suhu tubuh yang tidak seimbang (panas yang

naik turun) dan keringat berlebihan.

4. Klien tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut

12. Sistem Perkemihan

1. Tidak ada oedema palpebra, moon face dan oedema anasarka.

2. Tidak teraba distensi kandung kemih.

3. Tidak ada riwayat nocturia, dysuria dan kencing batu.

13. Sistem Reproduksi

- Tidak dikaji
14. Sistem Imun

- Tidak ada riwayat alergi.

- Klien pernah mengalami batuk, pilek dan demam.

XII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

1. Perkembangan Kognitif :
Ibu klien mengatakan klien cerdas dan memiliki prestasi yang baik, klien mengatakan
meraih juara 2 di kelas.

2. Perkembangan psiko seksual : tidak dikaji

3. Perkembangan Psikososial :
Ibu klien mengatakan klien mempunyai banyak teman dan mudah
bergaul/bersosialisasi dengan orang lain.

XIII. Test Diagnostik

Laboratorium (tanggal 23/04- 2015)

Pemeriksaan Hasil Nilai


Rujukan
- WBC 2,59 x 103/uL 4,00 – 10,00
- RBC 2,80 x 106/mm3 4,00 – 6,00
- HGB 8,1 gr/dL 12 - 16
- HCT 22,5 % 37 - 48
- MCV 80,4 µm3 80 - 97
- MCH 28,9 pg 26,5 – 35
- MCHC 36,0 g/Dl 31,5 - 36
- PLT 4 x 103/mm3 150 – 400
- RDW-SD 34,4 fl 37 – 54
- RDW-CV 11,7 % 10 - 15
- Neutrofil 0,03 x 103/uL 11,8 % 52 – 75
- Lymphosit 2,54 x 103/uL 81,6 % 20 – 40
- Monosit 0,02 x 103/uL 6,6 % 2–8
- Eosinofil 0,00 103/uL 0,0 % 1–3
- Basofil 0,00 x 103/uL 0,0 % 0 – 0,10
- TG 0,00 x 103/uL 0,0 % 0,00 – 0,90
Kesan : Pansitopenia

Saran : Evaluasi Apusan Darah Tepi

Darah Rutin
Hasil tanggal
Pemeriksaan 15April 17April 20April 22April Rujukan
Haemoglobin 7,6 10,1 8,3 7,8 13-16 gr %
Trombosit 30.000 111.000 14.000 2.000 2 – 4 x 106 µ/L
Leukosit 2.000 1.900 1.160 2.300 4 – 10 x 103µ/L
Eritrosit 2,62 3,46 2,98 2,66 3,7 – 5,7 x
106/ml
Hematokrit 22,6 29,9 24,7 22,3 37- 43 %
Hasil tanggal
Pemeriksaan 15April 17April 20April 22April Rujukan

MCV 86 86 82,9 84 72 - 88 fL
MCH 29 29,2 27,9 29,1 23 – 31 pg
MCHC 33,7 33,8 33,6 34,8 32 – 36 g/dl
Jadwal tranfusi

Tanggal 15/04-2015 : Transfusi PRC (Packed Red Cell) 300 cc


Transfusi trombosit 12 unit
Tanggal 21/04-2015 : Transfusi PRC 150 cc
Transfusi trombosit 12 unit
Tanggal 22/04-2015 : Transfusi Trombosit 300 cc (Setara dengan 12 unit)
Tanggal 23/04-2015 : Transfusi trombosit 12 unit
Tanggal 2404-2015 : Transfusi PRC 150 cc
Tanggal 25/04-2015 : Transfusi PRC 150 cc

XIV. Therapi Saat Ini


- IVFD Dextrose 0.5% 34 tpm
adalah obat yang membantu memenuhi kebutuhan gula di dalam tubuh. Biasanya,
obat ini diberikan pada pasien penderita hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah.
- Meropenem 300 mg/8 Jam/iv
Meropenem adalah antibiotik yang digunakan untuk menangani berbagai kondisi
yang diderita akibat adanya infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara mencegah
pertumbuhan bakteri dan membunuh penyebab infeksi tersebut.
- Ondanostron 0,2 mg/kgBB/8 Jam/iv
Ondansetron adalah obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati mual dan
muntah yang bisa disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau
operasi
- Leukokuin 150 mg/12 jam/oral
obat ini buat menjaga kadar leukosit tubuh tidak drop
- Sandimun 100 mg/12 jam/oral
Sandimmun Neoral kapsul digunakan untuk mencegah terjadinya penolakan organ
yang baru ditransplantasikan seperti sumsum tulang.
- Zink 20 mg/24 jam/oral
obat yang digunakan sebagai terapi tambahan pada kasus diare dan untuk memenuhi
kebutuhan mineral.
- Bactroban Zalf oles pagi sore
adalah salep antibiotik golongan karbepenem berifat bakteriostatik. Obat ini
dmerupakan antibiotik topikal yang digunakan untuk mengatasi penyakit kulit
impetigo, atau infeksi kulit lainnya yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pyogenes.
DATA FOKUS DAN ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1 DS :
 Ibu klien mengatakan anaknya demam
 Klien mengalami peningkatan suhu tubuh yang
tidak seimbang (panas yang naik turun) dan
keringat berlebihan Hipertermi
 Klien sulit untuk tidur nyenyak karena sering b.d proses penyakit
demam (imunosupresi)
DO :
 Suhu : 39,5 0C
 Kulit teraba hangat
 Klien tampak lemas dan pucat
2 DS :
 Klien mengeluh nyeri perut. Nyeri hilang timbul.
Skala nyeri 3
 Ibu klien mengatakan klien tidak dapat berjalan
karena sakit di daerah kaki kiri. Nyerinya hilang
timbul dengan skala Nyeri 3
 Klien mengatakan merasa nyeri di daerah tangan Nyeri
yang bengkak. Nyeri hilang timbul. Skala nyeri 3 b.d agen cedera biologis
(inflamasi)
DO :
 Klien tampak meringis
 Terdapat lebam/hematom dan luka/bengkak pada
betis kaki kiri
 Ada bengkak di lengan atas pada tangan kiri,
gerakan terbatas
3 DS :
 Terdapat luka/hematom di betis kaki kiri
DO :
 Pemberian obat Meropenem 300 mg/8 Jam/iv
 Pemberian obat Bactroban Zalf oles pagi sore
 Pemberian terapi trasfusi PRC dan trombosit 12
Unit/IV Risiko infeksi
 Hasil laboratorium 23 April kesan pansitopenia Faktor risiko pertahanan
dgn : sekunder tidak adekuat
- HGB : 8,1 gr/dL (punurunan Hb dan leukopenia)
- HCT : 22,5 %
- Neutrofil : 0,03 x 103/uL 11,8 %
- Monosit : 0,02 x 103/uL 6,6 %
- Eosinofil : 0,00 103/uL 0,0 %
 Darah rutin per 20 April/saat pengkajian :
- Leukosit : 1.160/uL
- Eritrosit : 2,98 juta/uL
- Hematokrit : 24,7 %
4 DS :
 Klien MRS dengan keluhan gusi sering berdarah,
epistaksis, muntah darah, dan BAB hitam
DO :
 wajah terlihat pucat, sclera anemis, telapak tangan
dan kaki tampak pucat
 Ada luka/hematom di betis kaki kiri
 Kulit : agak kering, ada ruam/ sedikit petekie di Risiko perdarahan
lengan dan perut/badan klien Faktor risiko gangguan
 Kuku : Warna putih, permukaan kuku rata, tidak koagulasi (trombositopenia)
mudah patah, dan nampak bersih
 Hasil laboratorium 23 April kesan pansitopenia
dgn :
- HCT : 22,5 %
 Darah rutin 20 April/saat pengkajian :
- Trombosit : 14.000/uL
- Hematokrit : 24,7 %
5 DS :
 Klien mengeluh nyeri perut dan mual
 Klien mengatakan selera makan berkurang
 Ibu mengatakan Anak diare 4 hari sebelumnya
DO :
 Sklera anemis Ketidakseimbangan nutrisi
 Bibir kering dan pecah-pecah kurang dari kebutuhan tubuh
 Hasil laboratorium 23 April kesan pansitopenia b.d faktor biologi (nyeri
dgn : abdomen, diare, dan anemia) &
- RBC : 2,80 x 106/mm3 faktor psikologis (napsu makan
- HGB : 8,1 gr/dL kurang)
- HCT : 22,5 %
 Pemberian obat Ondanostron 0,2 mg/kgBB/8
Jam/iv
 Pemberian Zink 20 mg/24 jam/oral
 Pemberian IVFD Dextrose 0.5% 34 tpm
6 DS :
 Klien tampak lemas
 Tekanan darah : 90/70 mmHg
 Klien Istirahat total di tempat tidur
 Lutut : kaku dan pergerakan ada hambatan karena Intoleransi aktivitas
ada luka/hematom di betis kaki kiri b.d imobilisasi dan kelemahan
 Kaki : ada bengkak, gerakan terbatas, kemampuan
berjalan terganggu
 Tangan : ada bengkak di lengan atas pada tangan
kiri dan gerakan terbatas
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 HIPERTERMI b.d proses Thermoregulasi Monitor suhu :
penyakit (imunosupresi) Setelah dilakukan  Monitor suhu sesering
DS : tindakan keperawatan mungkin
 Ibu klien mengatakan Selama 1x24 jam pasien  Monitor warna dan suhu
anaknya demam menunjukkan : kulit
 Klien mengalami Suhu tubuh dalam batas  Monitor tekanan darah, nadi
peningkatan suhu tubuh normal dengan kreiteria dan RR
yang tidak seimbang hasil:  Monitor penurunan tingkat
(panas yang naik turun) 1. Suhu normal 360C– kesadaran
dan keringat berlebihan 370C  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 Klien sulit untuk tidur 2. Nadi normal 70-120x  Monitor intake dan output
/mnt
nyenyak karena sering  Pemberian Antibiotik :
demam 3. RR dalam rentang Meropenem 300 mg/8
DO : normal 14-12x/mnt Jam/iv dengan prinsip 6
4. Tidak ada perubahan
 Suhu : 39,5 0C benar pemberian obat dgn
warna kulit
 Kulit teraba hangat tetap pertahankan teknik
5. Klien dpt beristirahat
 Klien tampak lemas dan di malam hari dgn
aseptik
pucat  Kompres pasien pada lipat
tenang
paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Kolaborasi pemberian intake
cairan dan nutrisi
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
 Anjurkan menggunakan
pakaian dengan bahan yang
sejuk dan tidak mengiritasi
kulit
2 NYERI b.d agen cedera Tingkat nyeri Manajemen nyeri
biologis (inflamasi) Setelah dilakukan  Lakukan pengkajian nyeri
DS : tindakan keperawatan komprehensif yang meliputi
 Klien mengeluh nyeri selama 1x24 jam, pasien lokasi, karateristik,
perut. Nyeri hilang mengalami penurunan onset/durasi, frekuensi,
timbul. Skala nyeri 3 nyeri, dengan kriteria kualitas, intensitas atau
 Ibu klien mengatakan hasil: beratnya nyeri dan faktor
klien tidak dapat 1. Nyeri yang pencetus
berjalan karena sakit di dilaporkan berkurang  Observasi ketidaknyamanan
daerah kaki kiri. dari skala 3 menjadi non verbal
Nyerinya hilang timbul skala 0-2  Bantu dan beri posisi yang
dengan skala Nyeri 3 2. Ekspresi wajah tidak
 Klien mengatakan meringis nyaman agar nyeri berkurang
merasa nyeri di daerah 3. Menyatakan rasa  Kaji kenyamanan lingkungan
tangan yang bengkak. nyaman setelah nyeri yang dapat mempengaruhi
Nyeri hilang timbul. berkurang respon pasien
Skala nyeri 3 4. Tanda vital dalam  Kolaborasi : pemberian
DO : rentang normal Analgetik sesuai indikasi
 Klien tampak meringis 5. Kulit Inflamasi dan
 Terdapat bengkak berkurang
lebam/hematom dan
luka/bengkak pada betis
kaki kiri
 Ada bengkak di lengan
atas pada tangan kiri,
gerakan terbatas
3 RISIKO INFEKSI F. Status imun Pencegahan infeksi
risiko pertahanan sekunder Setelah dilakukan  Pertahankan teknik aseptif
tidak adekuat (punurunan tindakan keperawatan  Batasi pengunjung bila perlu
Hb dan leukopenia) selama 2x24 jam, pasien  Cuci tangan setiap sebelum
DS : tidak mengalami infeksi, dan sesudah tindakan
 Terdapat luka/hematom dengan kriteria hasil: keperawatan
di betis kaki kiri 1. Klien bebas dari  Gunakan baju, sarung tangan
DO : tanda dan gejala sebagai alat pelindung
 Pemberian obat infeksi  Perhatikan kebersihan dan
Meropenem 300 mg/8 2. Menunjukkan kepatenan selang cairan IV
Jam/iv kemampuan untuk  Monitor tanda dan gejala
 Pemberian obat mencegah timbulnya infeksi sistemik dan lokal
infeksi
Bactroban Zalf oles  Inspeksi kulit dan membran
pagi sore 3. Jumlah Hb terkoreksi mukosa terhadap kemerahan,
 Pemberian terapi meningkat/normal : panas, drainase
11-13 gr/dl dan
trasfusi PRC dan  Ajarkan pasien dan keluarga
trombosit 12 Unit/IV leukosit
tanda dan gejala infeksi
 Hasil laboratorium 23 meningkat/dalam
akibat penyakit
batas normal 4.000-
April kesan  Berikan dan Jelaskan
pansitopenia dgn : 12.000 sel/uL darah
manfaat pemberian
- HGB : 8,1 gr/dL 4. Mempertahankan
terapi/obat sesuai dosis
- HCT : 22,5 % perilaku sehat yang
- Neutrofil : 0,03 x mengurangi risiko
103/uL 11,8 % infeksi
- Monosit : 0,02 x 5. Status imun,
103/uL 6,6 % gastrointestinal,
- Eosinofil : 0,00 genitourinaria dalam
103/uL 0,0 % batas normal
 Darah rutin per 20
April/saat pengkajian :
- Leukosit : 1.160/uL
4 RISIKO PERDARAHAN Risiko perdarahan Observasi tanda perdarahan
F. risiko gangguan Setelah dilakukan  Observasi tanda vital, tanda-
koagulasi (trombositopenia) tindakan keperawatan tanda perdarahan seperti
DS : 2x24 jam risiko petechiae, ekimosis,
 Klien MRS dengan Perdarahan tidak terjadi perdaran gusi, rembesan
keluhan gusi sering dengan kriteria: pada luka penusukan yang
berdarah, epistaksis, 1. kulit dan mukosa berlebihan, melena, hematuri
muntah darah, dan BAB meningkat dengan  Berikan trasfusi PRC dan
hitam tanda : Petechiae (-), trombosit 12cc/unit/iv untuk
DO : Ekimosis (-), meningkatkan faktor
 wajah terlihat pucat, Perdarahan gusi (-), koagulasi
sclera anemis, telapak epitaksis (-)  Evaluasi pasca pemberian
tangan dan kaki tampak 2. gastointestinal dan trasfusi dan nilai keefektifan
pucat genitoria meningkat terapi yakni kadar trombosit
 Ada luka/hematom di dengan tanda: untuk mengantisipasi
betis kaki kiri Melena (-), perdarahan
 Kulit : agak kering, ada hematemesis (-),
ruam/ sedikit petekie di Hematuri (-)
lengan dan perut/badan 3. luka mengalami
klien peningkatan
 Kuku : Warna putih, kesembuhan
permukaan kuku rata, 4. warna dan turgor
tidak mudah patah, dan kulit meningkat/
nampak bersih normal
 Hasil laboratorium 23 5. Kada Hb dan
April kesan trombosit
pansitopenia dgn : terkoreksi/normal :
- HCT : 22,5 % 150.000- 450.000
trombosit/uL darah
 Darah rutin 20
April/saat pengkajian :
- Trombosit:
14.000/uL
- Hematokrit: 24,7 %
5 KETIDAKSEIMBANGA Status nutrisi Managemen nutrisi
N NUTRISI KURANG Setelah dilakukan  Kaji adanya alergi makanan
DARI KEBUTUHAN tindakan keperawatan  Kolaborasi dengan ahli gizi
TUBUH b.d faktor biologi selama 1x24 jam nutrisi untuk menentukan jumlah
(nyeri abdomen, diare, dan kurang teratasi dengan kalori dan nutrisi yang
anemia) & faktor psikologis indikator: dibutuhkan pasien.
(napsu makan kurang) 1. Mual muntah  Anjurkan pasien untuk
DS : berkurang meningkatkan intake Fe
 Klien mengeluh nyeri 2. Napsu makan  Anjurkan pasien untuk
perut dan mual meningkat meningkatkan protein dan
 Klien mengatakan 3. Sklera dan vitamin C
selera makan berkurang konjungtiva  Berikan substansi gula
 Ibu mengatakan Anak berwarnah cerah seperti cairan dextrosa 0.5%
diare 4 hari sebelumnya 4. Nilai laboratorium sesuai anjuran
DO : darah rentang normal  Yakinkan diet yang dimakan
 Sklera anemis seperti HCT normal : mengandung tinggi serat
 Bibir kering dan pecah- 33-38 %, Glukosa 70- untuk mencegah konstipasi
pecah 150 mg/dl  Berikan makanan yang
 Hasil laboratorium 23 terpilih (sudah
April kesan dikonsultasikan dengan ahli
pansitopenia dgn : gizi)
- RBC : 2,80 x  Ajarkan pasien bagaimana
106/mm3 membuat catatan makanan
- HGB : 8,1 gr/dL harian.
- HCT : 22,5 %  Monitor jumlah nutrisi dan
 Pemberian obat kandungan kalori
Ondanostron 0,2  Berikan informasi tentang
mg/kgBB/8 Jam/iv kebutuhan nutrisi
 Pemberian Zink 20  Kaji kemampuan pasien
mg/24 jam/oral untuk mendapatkan nutrisi
 Pemberian IVFD yang dibutuhkan
Dextrose 0.5% 34 tpm
6 INTOLERANSI Toleransi Aktivitas Menejemen aktivitas
AKTIVITAS b.d Setelah dilakukan  Observasi adanya
imobilisasi dan kelemahan tindakan keperawatan pembatasan klien dalam
DS : selama 2x24 jam, pasien melakukan aktivitas
 Klien tampak lemas dapat meningkatan  Monitor nutrisi dan sumber
 Tekanan darah : 90/70 aktivitas, dengan kriteria energi yang adekuat
mmHg hasil:  Monitor respon
 Klien Istirahat total di 1. Berpartisipasi dalam kardivaskuler terhadap
tempat tidur aktivitas fisik tanpa aktivitas (takikardi,
 Lutut : kaku dan disertai peningkatan disritmia, sesak nafas,
pergerakan ada tekanan darah, nadi diaporesis, pucat, perubahan
hambatan karena ada dan RR hemodinamik)
luka/hematom di betis 2. Mampu melakukan  Monitor pola tidur dan
kaki kiri aktivitas mandiri atau lamanya tidur/istirahat
 Kaki : ada bengkak, dgn bantuan orang pasien
gerakan terbatas, lain  Kolaborasikan dengan
kemampuan berjalan 3. Keseimbangan Tenaga Rehabilitasi Medik
terganggu aktivitas dan istirahat dalam merencanakan
 Tangan : ada bengkak progran terapi yang tepat.
di lengan atas pada  Bantu untuk memilih
tangan kiri dan gerakan aktivitas konsisten yang
terbatas sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Sediakan penguatan positif
yang aktif
 Pastikan tempat tidur/side
bed terpasang
 Pastikan lingkungan aman
sebelum mekulan aktivitas
PRINSIP ETIK KEPERAWATAN DALAM KASUS

1. Autonomy (Kemandirian)

Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri,
dan perawat haruslah bisa menghormati dan menghargai kemandirian ini. Salah satu contoh yang
tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal
terdapat gangguan atau penyimpangan. Harus dijelaskan bahwa anemia aplastik merupakan
kelainan darah yang membutuhkan penangan sedini mungkin salah satunya dengan transplantasi
sumsum tulang dan trasfusi darah. Klien dan keluarga berhak memilih mengikuti kedua terapi
atau salah satunya atau tidak keduanya.

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk pengobatan sebagai
alternatif tindakan serta berkembangnya teknologi yang memungkinkan orang untuk mencari
jalan sesuai dengan kondisi dan keinginannya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat
saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat
sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan
keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih,
menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu
dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga
menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

2. Beneficence (Berbuat Baik)

Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu dan kiat
keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan. Contoh perawat menasehati klien dengan
penyakit anemia aplastik untuk meningkatkan gerak untuk memperbaiki kesehatan secara umum,
tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko kelelahan dan risiko cidera
dapat terjadi. Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun memperbaiki
kesehatan secara umum adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko kelelahan dan cidera
adalah prioritas kebaikan yang haruslah dilakukan.

3. Justice (Keadilan)

Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan
memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku. Contoh ketika perawat
dinas sendirian dan 2 klien dengan anemia aplastik rawat inap memerlukan bantuan, maka
perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai
dengan asas keadilan seperti jika klien memiliki resiko lebih besar harus ditangani lebih dulu

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)

Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan ilmu dan kiat
keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh
ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfusi
darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk
dan dokter harus menginstrusikan pemberian transfusi darah. Akhirnya transfusi darah ridak
diberikan karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan
prinsip non-maleficence.

5. Veracity (Kejujuran)

Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar
membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.

Contoh Anak. M masuk rumah sakit dengan berbagai macam tanda risiko perdarahan karena
trombosit yang kurang. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran dimana harus
mengatakan kejujuran mengenai risiko perdarahan yang dimiliki yang dapat mengancam nyawa.

6. Fidelity (Menepati Janji)

Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus
memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

Contoh setelah melakukan trasfusi darah pada Anak M. Perawat berjanji akan kembali untuk
mengecek kondisi anak dalam 15 menit. Maka perawat harus menepati janji dan datang tepat
waktu.

7. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang
keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan, upaya peningkatan
kesehatan klien dan atau atas permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan
harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam
berbagai kondisi tanpa terkecuali.

Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesama teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi kantong darah kepada klien/ anak M
yang menyebabkan anak shock dan komplikasi sampai kematian terjadi perawat dapat digugat
oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional.

Anda mungkin juga menyukai