METODE PENDINGINAN
Disusun oleh :
Aulia Azkia (P07131219003)
Atikah Adiratna (P07131219004)
Candra Selvia (P07131219006)
Inayah Safwah (P07131219019)
Siti Khurata A’yuni (P07131219044)
Yunisari Putri Nesa (P07131219048)
Pertama-tama Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas
limpahan berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya lah Saya dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Konsep Teknologi Pangan”. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan
kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Serta kepada para keluarga, sahabat dan
pengikut beliau hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, baik secara moril maupun materil sehingga
tersusunlah makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami mengharapkan semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat, bagi pembaca pada umumnya dan untuk kami pada khususnya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap
pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju
maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman
dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan
pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Dengan demikian, teknologi yang ada itu dapat memproduksi tepung singkong secara
massal dalam jumlah besar, tepung singkong yang sudah kering kandungan zat patinya tetap,
lebih mudah disimpan, mudah untuk dikonsumsi dan lebih awet. Lebih awet yang dimaksud
di sini adalah tepung singkong tentu akan lebih awet dibandingkan dengan singkongnya
sendiri, demikian juga sirup glukosa siap dikonsumsi untuk bahan campuran pembuatan
permen atau pembuatan gula fruktosa ini tentu juga lebih mudah disimpan dibandingkan
dengan umbinya secara langsung. Jika tepung singkong sudah diolah dengan baik maka
perlu dipasarkan dan perlu dikonsumsi oleh masyarakat. Masyarakat mudah berkreasi dengan
tepung singkong untuk membuat produk yang bermacam macam, petani singkong terangkat
derajat hidupnya. Karena harga tepung singkong tentu lebih tinggi dibandingkan dengan
singkongnya. Untuk mencapai ini diperlukan manajemen yang handal sehingga manfaat tidak
hanya oleh konsumen, tetapi juga oleh petani singkong sebagai produsen.
Selain Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang bernaung di bawah
Departemen Kesehatan, pengawasan dan pengendalian juga dilakukan oleh Departemen
Pertanian, Departemen Perdagangan, dan Departemen Perindustria rekonstruksi budaya
Selain itu diperlukan juga adanya rekonsruksi budaya guna merubah kebiasaan dan
memberikan pemaham kepada masyarat akan pentingnya gizi bagi keberlangsungan
kehidupan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana proses pembekuan yang terjadi pada makanan?
B. Bagaimana proses pengolahan dan pengawetan makanan dengan suhu rendah?
C. Apa saja perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya
dengan aktivitas mikroba?
D. Apa keuntungan dan kerugian penyimpanan suhu rendah?
E. Bagaimana pengawetan dengan suhu tinggi?
F. Apa saja macam – macam pengawetan suhu tinggi?
1.3 TUJUAN
A. Mengetahui proses pembekuan yang terjadi pada makanan.
B. Mengetahui proses pengolahan dan pengawetan makanan dengan suhu rendah.
C. Mengetahui perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya
dengan aktivitas mikroba.
D. Mengetahui keuntungan dan kerugian penyimpanan suhu rendah.
E. Mengetahui pengawetan dengan suhu tinggi.
F. Mengetahui macam – macam pengawetan suhu tinggi.
A.
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan bahan sampai membeku tidak terjadi sekaligus dari cairan ke padatan.
Contohnya sebotol susu yang disimpan pada ruang pembeku (freezer), maka cairan yang
paling dekat dengan dinding botol akan membeku lebih dahulu. Kristal yang terjadi mula-
mula ialah air murni (H2O). Ketika air terus berkristal, susu menjadi lebih pekat terutama
pada komponen protein, lemak, laktosa, dan mineral. Pekatan ini akan berkristal secara
perlahan-lahan sebanding dengan proses pembekuan yang berlangsung pada makanan.
Mula-mula terjadi pembentukan kristal es yang biasanya berlangsung cepat pada suhu
dibawah 0oC. Kemudian diikuti proses pembesaran dari kristal-kristal es yang berlangsung
cepat pada suhu -2oC sampai -7oC. Pada suhu yang lebih rendah lagi, maka pembesaran
kristal-kristal es dihambat karena kecepatan pembentukan kristal es meningkat.
Pembekuan secara cepat akan menghambat kecepatan difusi air ke ruang ekstra seluler,
akibatnya air akan berkristal di ruang intra seluler, sehingga massa kristal es akan terbagi rata
dalam seluruh jaringan. Kristal es yang terbentuk berukuran kecil-kecil. Keadaan ini
mengakibatkan kehilangan air pada waktu “thawing” akan berkurang.
Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan, antara lain
kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis. Pada
pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginan dan pembekuan. Pendinginan
dan pembekuan merupakan salah satu cara pengawetan yang tertua.
Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang masih di atas
titik beku. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara -1 oC sampai +4oC. Pada suhu
tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat. Pendinginan biasanya
akan mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung
kepada jenis bahan pangannya. Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rumah tangga
adalah dalam lemari es yang mempunyai suhu -2oC sampai +16oC.
Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan, jadi bahan
disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira –
17oC atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti.
Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara -12 oC sampai -24oC. Dengan
pembekuan, bahan akan tahan sampai bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa
tahun.
1) Dapat menahan kecepatan reaksi kimia dan enzimatis, juga pertumbuhan dan
metabolisme mikroba yang diinginkan. Misalnya pada pematangan keju.
2) Mengurangi perubahan flavor jeruk selama proses ekstraksi dan penyaringan
3) Mempermudah pengupasan dan pembuangan biji buah yang akan dikalengkan.
4) Mempermudah pemotongan daging dan pengirisan roti
5) Menaikkan kelarutan CO2 yang digunakan untuk “soft drink”
Tujuan Blansing
a) Holding Pasteurization
Merupakan proses pasteurisasi paling tua dan pertama kali digunakan. Disebut
juga LTLT ( low temperature,long time) pasteurization. Pemanasannya dilakukan di
dalam tangki besar pada suhu 61-63°C selama 30 menit. Untuk menjaga agar panas
tetap konstan dan merata maka dilakukan pengadukan terhadap susu selama proses
berlangsung.
b) HTST Pasteurization
High Temperature Short Time (HTST) Pasteurization dilakukan pada
temperature tinggi dan waktu singkat, yaitu pada temperature 71,7-75,0°C selama
15-16 detik. Prosesnya menggunakan metode kontinyu dengan pelat pemindah
panas. Produknya tahan maksimal selama 2 minggu dalam lemari es.
c) UHT Pasteurization
Perkembangan lebih lanjut dari teknik pasteurisasi adalah dengan teknik pemanasan
suhu sangat tinggi (UHT) yang dilakukan pada temperatur sangat tinggi dan waktu
sangat singkat, yaitu pada temperatur 131 – 150 °C selama 0,5 – 1 detik untuk
mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas. Produk dapat tahan dalam
suhu ruangan hingga beberapa bulan jika dikemas dengan baik.
3) Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda
dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan pembebasan semua organisme-
organisme yang hidup, termasuk bakteri dan sporanya,secara kimia atau secara fisika.
(sumber : Sterilisasi merupakan proses mematikan semua organisme termasuk bakteri-
bakteri,spora bakteri,kapang dan virus.
Metode- metode sterilisasi :
a) Metode sterilisasi panas
Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan autoklaf atau pemanasan
kering dengan oven.
b) Sterilisasi uap tekanan tinggi :
Metode sterilisasi yang efektif untuk mensterilkan instrumen dan alat- alat lain
yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Sterilisasi panas kering (oven) :
Membutuhkan listrik terus-menerus, kurang efektif di daerah
terpencil,digunakan pada benda-benda gelas atau logam,karena akan melelehkan
bahan lainnya.
d) Sterilisasi dengan cara penguapan:
Pertama, uap pekat adalah sebuah kendaraan energi termal yang sangat efektif.
Kedua,uap adalah sterilan yang efektif karena lapisan luar mikroorganisme bersifat
protektif dan resistan dapat dilemahkan oleh uap,sehingga terjadi koagulasi pada
bagian mikroorganisme yang sensitif.
e) Sterilisasi kimia
Digunakan apabila dengan sterilisasi panas kering atau sterilisasi tekanan tinggi
akan merusak objek tersebut atau peralatan tidak tersedia.
Macam-macam sterilasasi :
a) Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya
larutan enzim dan antibiotic.
b) Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran.
c) Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan anatara lain
alcohol
d) Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi). Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan
untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atau mudah
menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan kesuatu saringan (ditekan
dengan gaya setrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang
cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.
e) Sterilisasi dengan udara panas (dry heat sterilization). Sterilisasi dengan metode ini
biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur dan labu
Erlenmeyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul
kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
Kelebihan sterilisasi
a) Dapat memformulasi dan mengalengkan berbagai jenis makanan.
b) Mutunya baik dan stabil (tetap) baik pada skala besar dan kecil.
c) Kemasan kaleng melindungi isi dari segala bentuk benturan fisiksehingga bentuk isi
tetap utuh.
d) Daya awet makanan menjadi lebih lama.
e) Dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja (cocok untukmakanan siap saji.
f) Ukuran kemasan bebas.
g) Harga kemasan lebih murah.
h) Produktivitas tinggi karena dapat diproses secara otomatis.
i) Energi lebih efisien dengan proses pasteurisasi.
Kekurangan sterilisasi
a) Hydrogen Swell. Hydrogen swell terjadi karena adanya tekanangas hydrogen yang
dihasilkan dari reaksi antara asam padamakanan dengan logam pada kaleng
kemasan.
b) Interaksi antara bahan dasar kaleng dengan makanan. Kerusakanmakanankaleng
akibat interaksi antara logam pembuat kalengdengan makanan kehilangan zat gizi
yang menyebabkantercampurnya zat tersebut dengan makanan.
c) Kerusakan biologis.
d) Botulisme (kontaminasi oleh spora C. botulinum).
e) Biaya operasional yang tinggi.
f) Pengolahan lebih kompleks.
g) Metode UHT harus dilengkapi dengan peralatan sterilisasikemasan, kondisi
lingkungan dan mesin pengisi yang steril.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pangan secara umum bersifat mudah rusak, karena kadar air yang terkandung di
dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar
air suatu pangan akan semakin besar kemungkinan kerusakannya, baik sebagai akibat
aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. Meski begitu,
kualitas makanan tetap saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya yaitu
berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun sifat-sifat lain dari makanan tersebut.
B. Saran
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah gizi yang diperoleh dari
makanan sehari-hari. Jenis dan cara pengolahan bahan pangan sangat menentukan kadar gizi
hasil olahan makanan tersebut. Kebutuhan pangan dan gizi keluarga dapat terpenuhi dari
ketersediaan pangan setempat. Untuk itu pengawetan makanan harus dilakukan dengan
berbagai cara untuk menjaga keamanan pangan, seperti metode pengawetan suhu rendah dan
suhu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA