Anda di halaman 1dari 45

PERTEMUAN 1

1. BUKU:
Buku Pidana Lamintang
Asas2 hukumpidana moeljatno
2. Definisi setiap hukum pidana, tetapi ada 3 hal yang sama, ada unsur perbuatan,
orang, dan pidana
3. Perbuatan bisa aktif dan pasif

Aktif ะ berbuat sesuatu untuk melakukan tindak pidana


Pasif: dia tidak berbuat tapi dianggap sebagi suatu perbuatan pidana
4. Orang:
-yang melakukan tindakan melanggar UU
-melakukan kesalahan
-yang bertanggung jawab secara pidana
- yang melakukan, siapa yang dapat di piana
5.. Sanksi Pidana
Pidana itu sendiri (straaf) (sanksi) (Membalas pd hakekatnya)
Pidana (Tindakan) (Di rehab/balikin ke ortu).Tidak membalas
6. 3 Ciri2 Hk. Pidana
-Sebagai Hk. Publik
-Mengatur hubungan Lembaga negara
BIU
"pidana"
4. Pidana adalah hukum public,penegakannya bukan pada diri korban kecuali delik
aduan insiatif pengaduannya ada pada korban
Cnoth : pencurian dalam keluarga, perzinahan (karna siapa tau malah lebih membuat
kerugian lebih besar terhadap korban karna suami sudah tidak bisa menafkahi
keluarga dll, sehingga fungsi hukum tidak menjadi untuk melindungi lagi)
5. kewenangan untuk menegakkan hukum itu ada pada penegak hukum(negara) bukan
korban,berbeda dengan perdata harus ada inisiatif dari korban maka dapat
ditegakkan
6. hukum pidana bersifat subsidair : Hakim harus mempertimbangkan setelah sarana2
lain (hukum adm ,perdata,dll)dianggap tidak akan mampu menyelesaikan masalah,
baru kita mempertimbangkan menggunakan hukum pidana karena Hukum pidana
resikonya lebih besar. Kalau dengan sarana lebih kecil resikonya sudah cukup, maka
tidak boleh menggunakan sarana yg lebih besar dengan resiko kerugian yang besar.
Karena hukum pidana mempunyai resiko kerugian yang tajam dan besar. Sehingga
kita harus hemat dalam menggunakan hukum pidana.
7. Pasal 333 : melindungi kemerdekaan korban , untuk melindungi kemerdekaan,
hukum pidana mencabut kemerdekaan
Pasal 340:melindungi nyawa dengan cara mencabut nyawa (pedang bermata 2)
8. maksud dari normative adallah Membahas norma yang ada di dalam uu
9. Marital Rape adalah pemerkosaan pada pernikahan tidak akan pernah dibahas
karena tidak ada norma nya di UU, tapi bisa di bahas dalam kriminologi.
10. Yang kita Bahasa adalah asas2 hukum pidana, yang ada di buku 1 KUHP
11. BACA BAB 1 dan 2 buku lamintang dan moeljatno
PERTEMUAN II
1. over kriminalisasi : terlalu byk ketentuan pidana, uu yg tidak perluu hukum pidana
pun ada hukum pidana .dan itu terjadi di Indonesia. Padahal dengan adanya hukum
pidana belum tentu org taat.. Yang mendorong orang menjadi taat adalah tingginya
peluang orang kena hukum meskpun hukumnya tidak berat. .
2. Sumber hukum pidana Indonesia:
Sumber hukum dalam arti formal : dimana kita dapat menemukan kaidah hukum
positif yang berlaku
 hukum tertulis : perundang2an (peraturan paling tinggi sampe pertauran
paling rendah) harus dibuat oleh pejabat yang berwenang.
1. Sumber hukum utama karena Indonesia punya asas legalitas Pasal 1 ayat
1 : tidak ada suatu perbuatan yang dapat dipindana kecuali berdasarkan
kekuatan ketentuan perundang2an pidana yang telah ada . JADI
PENJATUHAN PIDANA HARUS BERDASARKAN HUKUM TERTULIS.
Hukum tertulis Ada 2 : tertulis yg dikodifikasi oleh KUHP (indo dr hukum
pidana Indonesia ) dan tidak dikodifikasi (diluar KUHP)….. kenapa disebut
indo dr hukum pidana indonesia karena KUHP( yang ada 3 buku yaitu
berisi buku1 ketentuan umum buku2 kejahatan buku3 pelanggaran)
mempunyai ketentuan umum dalam buku 1 , yang berlaku bagi buku 2
dan buku 3 dan UU Pidana diluar KUHP seperti narkotika,
tipikor,terorisme .

Pasal 53 (buku 1 ketentuan umum)

Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena
kehendaknya sendiri.

Dari pasal diatas , percobaan mencuri dan membunuh seperti dibawah ,dapat dipidana.

Pasal 362 (buku 2)

Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah

Pasal 338 (buku 2)

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Kesimpulan : sehingga apa yang diatur dalam ketentuan umum dapat berlaku disemua
seperti buku 2 dan UU Pidana diluar KUHP/

Pasal 56 (buku1 ketentuan umum)

Dipidana sebagai pembantu kejahatan:

mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;


sehingga apa yang diatur dalam buku 2 atau UU Pidana diluar KUHP tentang adanya
pembantuan , maka dapat dipidana.karena diatur dalam buku 1 ketentuan umum

DASARNYA: Pasal 103 (sering disebut pasal jembatan)

Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-
perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali
jika oleh undang-undang ditentukan lain. (Artinya boleh mengatur secara berbeda dari buku 1
ketentuan umum)

Contoh : UU Tipikor , kalau niatnya percobaan tipikor tidak dipidana maka harus
dicantumkan dalam uu tipikornya, tetapi apabila niatnya percobaan tipikor dipidana, maka
tidak harus dicantumkan karena sudah diatur dalam Pasal 53 KUHP buku 1. (pokoknya kalo
ada perbedaan dalam buku 1 harus ditulis)

 hukum tidak tertulis : berlaku seperti hukum meskipun tidak tertulis. Ada 2 :
yaitu hukumm adat karena dia berlaku dan ditaaati oleh orang2 yang ada di
masy itu, yg kedua adalah hukum kebiasaan
karena ada pasal 1 ayat 1 , apakah hukum tidak tertulis tetap berlaku?, maka
solusinya ada dalam pasal 5 ayat 3 sub b UNDANG-UNDANG DARURAT
REPUBLIK INDONESIA (UUDRT) NOMOR 1 TAHUN 1951 (1/1951
“Hukum materiil sipil dan untuk sementara waktu pun hukum
materiil pidana sipil yang sampai kini berlaku untuk kaula-kaula daerah
Swapraja dan orang-orang yang dahulu diadili oleh Pengadilan Adat, ada
tetap berlaku untuk kaula-kaula dan orang itu, dengan pengertian ..”
sehingga hukum pidana adat tetap berlaku meskipun ruang lingkup sangat
sempit dan sekarang jarang dilakukan.
Selain itu hukum tidak tertulis juga dapat berlaku sebagai dasar untuk
menghapus pidana

Pasal 338

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun (dasar menjatuhkan
pidana)

Pasal 48

Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana. (dasar untuk
menghapus pidana )

PERTEMUAN III
1. penafsiran undang undang pidana
pada prinsipnya sama dengan penafsiran undang2 pada umumnya,tetapi yg pidana
ada beberapa catatan khusus karena berlakunya pasal1 ayat 1 kuhp yg berlakunya
asas legalitas sehingga dilarang melakukan analogi.
2. Menafsir adalah mencari makna atau maksud ttg sesuatu yang sedang kita tafsir

Kenapa uu harus ditafsirkan? Karena uu tidak mungkin sangat jelas termasuk uu pidana,
karena itu sehingga harus ditafsir. Contoh pasal 362: Barang siapa mengambil barang sesuatu,
yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah (didalam KUHP lain 60 gulden) adanya perbedaan penerjemahan
antar orang orang, karna naskah yang resmi adalah Bahasa belanda. Sejarahnya yang 900 setelah indo
merdeka, yg 60 gulden saat masih dijajah dan kalo diberlakuin ke indo di kali 15

3. Pasal 362 kelihatan seperti pasal yang jelas


4. Dalam kasus electrical arrest , ada seseorang digugat karna mencuri lirstrik, tetapi
dalam pasal 362 yang dapat dianggap pencurian adalah barang. Sehingga terjadi
perdebatan apakah listrik barang atau tidak? Jadi kata barang dalam 362 dianggap
tidak jelas
5. Dalam kasus sumanto yang mencuri mayat, apakah mayat barang atau tidak,
masing2 pihak punya argumennya sendiri, pihak sumanto menganggap mayat bukan
barang karena barang yang dimaksud dalam pasal itu adalah harta (karena pasal atas
dan bawahnya menganggap barang itu adalah harta.)

6. Pasal 351 : (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (tidak dijelaskan atau
definsisikan atau diberikan unsur2 apa itu penganiayaan) sehingga kita harus menafsir apa yg
dimaksud oleh pembuat uu

7. UU tidak mungkin sangat jelas dan sangat lengkap, sehingga terdapat kemungkinan
adanya kekosongan hukum

8. Menafsir:Undang undangnya ada yg ditaksir tetapi tidak jelas, sehingga kalo gaada
UU nya gabisa ditafsir, tetapi kita harus bisa menyelesaikan kasus itu karena
pengadilan tidak boleh menolak, dengan cara teknik konstruksi

9. Menafsir : UU ada tapi tidak jelas……Konstruksi: UU nya gaada (ada kekosongan


hukum)

10. Penafsiran otentik mengikat tapi belum tentu jelas jadi tetap dapat dilakukan
penafsiran lagi

11. Pasal 363 ayat 1 : (tidak jelas apa yang dimaksud ternak) karna tidak jelas sehingga
harus ditafsirkan dan ternyata dalam pasal 101 ada tafsir otentik ttg pasal ini yaitu
Pasal 101 :Yang disebut ternak yaitu semua binatang yang berkuku satu, binatang
memamah biak, dan babi. . sehingga ayam dianggap bukan ternak dan apabila ada
pencurian ayam maka masuk dalam pasal 362. Dalam pasal 101 adalah penafsiran
otentik yang dipersempit
12. Pasal 363 ayat 5: pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk
sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau
dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. Adanya
penafsiran otentik yang diperluas oleh Pasal 100:

Yang disebut anak kunci palsu termasuk juga segala perkakas yang tidak dimaksud untuk membuka
kunci

13. Sehingga penghalusan hukum dan agrio contario selalu restriktif (dipersempit)
Sedangkan analogi selalu ekspensif (diperluas)

14. Analogi dilarang oleh hukum pidana, karna analogi bersifat memperluas,sehingga
memungkinkan perbuatan yang sebenarnya tidak diatur atau tidak dapat dipidana
menjadi dapat dipidana dan bertentangan dengan asas legalitas karna tidak diatur UU

15. Wajib membaca bab 5 dan bab 6 buku lamintang dan satunya lagi

Pertemuan IV
1. Pasal 1 ayat 1 : asas legalitas:menjujung tinggi kepastian hukum dan keadilan
diabaikan dan hukum tidak tertulis diabaikan sehingga dapat dikatakan pasal ini asas
legalitas formal

Fondasi dalam hukum pidana

 Tiada perbuatan dapat dipidana kecuali ada undangundang pidana yang


mengatur hal tersebut (Nulla Poena sine lega)

 Asas Culpabilitas: tidak dapat dipidana kecuali ada kesalahan

2. Jadi kalo gaada aturannya tidak bisa dipidana meskipun tidak adil di masyarakat karna
asas legalitas mengutamakan kepastian hukum.. con : kumpul kebo tidak bisa di
pidana karna ga diatur

3. Tidak berlaku asas berlaku surut (retroaktif): dilarang oleh pasal 1 ayat 1 yaitu tidak
boleh retroaktif karena mungkin orang melakukan hal tersebut karna belum diatur
oleh Undang2 , kalo berlaku surut menjadi mengganggu kepastian hukum

4. Contoh : UU Pidana korupsi 99 junto 2001 yg berlaku skrng, sebelum nya yg berlaku
adalah uu 1971. Pada saat berlakunya UU 71 byk org yg korupsi tapi baru diadili
tahun 2005. Pada tahun 2005 ridak berlaku uu 1971. Tetapi org2 tersebut tetap diadili
berdasarkan uu 1971 , hal ini adalah asas lex temporis delicti

5. Analogi juga dilarang oleh pasal ini

6. Dan asas lex certa:Hukum pidana itu harus jelas


7. Hukum pidana yg tidak tertulis masih tetap berlaku sebagai alasan untuk menghapus
pidana tetpi tidak untuk menjatuhkan pidana

8. Asas legaltitas sangat menjunjung tinggi kepastian hukum, tetapi bagaimana dengan
keadilan? Dipasal ini memang yg ditunjung tinggi adalah kepastian hukum bukan
keadilan. Asas legalitas merupakan anak kandung daeu aliran legisme , yang dimana
hukum identic dengan undangundang yg berlaku hanya undang undang dasar
menjatuhkan pidana hanya boleh hukumharus tertulis sehingga kepastian hukum
sanagat tinggi

9. Ilustrasi : pak budi membuat aturan kelas apabila ada mahasiswa yg melakukan
bertingkahlaku tidak menyenangkan akan dikeluarkan. Bertingkahlaku tidak
menyenakngkan adalah menyisir, ngobrol, tidur, ngerokok ,dll perilaku yg tidak
menyenangkan sangat luas dan kejelasan perbuatan apa aja yg tidak menyenangkan ,
hal ini menimbulkan ketidakpastian karena ada ketidakjelasan norma, sehingga kita
bisa menafsirnya .kritik :oleh karena itu UU pidana harus menggunakan asas lex certa
atau hukum pidana harus dirumuskan relative jelas karena hukum pidana sangat
menjunjung tinggi kepastian hukum

10. Dalam pasal 2 RKUHP : orang dapat dipidana kalo melanggar hukum tertulis dan
tidak tertulis sehinnga dapat disebut asas legalitas material karna hukum tidak tertulis
juga diakui..

Pertermuan V
1. 1.Pasal 1 ayat 2 : (2) Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah
perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling
menguntungkannya. (Aturan yang mengatur hukum mana yg berlaku pada saat ada perubahan
uu=hukum transitoir)

2. Sehingga bertentangan dengan Pasal 1 ayat 1 non retroaktif dimana tidak boleh
berlaku surut, kemudia diturunkan lex temporis delicti yaitu uu yg diberlakukan
adalah uu yang lama atau hukum yg berlaku pada saat perbuat dilakukan

3. jadi pasal 1 ayat 2 membuka untuk retroaktif…….. jadi pada prinsipnya tidak boleh
retroaktif /berlaku yg lama(pasal 1ayat 1 ) kecuali (ada dua syarat dalam pasal 2 ayat
1)

 Setelah perbuatan dilakukan terjadi perubahan uu

 Perubahan itu bersifat menguntungkan terdakwa

4. ada 3 ajaran ttg perubahan UU Pidana

 Ajaran formal : dianggap ada perubahan UU apabila ada perubahan teks pada
UU pidana (indo tidak mengikuti
 Ajaran material terbatas : ada perubagan uu teks pidana ,atau mengakui ada
perubahan pada uu lain yang membawa perubahan pada penilaian dalam
hukum uu pidana meskipun teks uu pidana tidak berubah. Dianggap tidak ada
perubahan apabila yang berubah undang undang pidana yang memang
dimaksudkan berlaku untuk sementara waktu.

Con:1 ada perubahan umur dewasa pada kuhper , yang membawa perubahan
pada penilaian dalam hukum pidana apabila perbuatan cabul dibawah umur
atau tidak dibawah umur

2. Apabila ada aturan perang tidak boleh keluar malam (bersifat sementara),
trus ada yg keluar malam, dan dia diadili pada saat keadaan normal,
maka… yg berlaku adalah asas temporis delicti karena tidak memenuhi
pasal 1 ayat 2 yaitu tidak ada perubahan.

 Ajaran material tidak terbatas : perubahan digunakan untuk kepentingan terdakwa


(baik uu pidana yg bersifat sementara atau tidak)

Pertemuan VI
1. kalo materi sebelumnya asas legilitas adalah berlakunya hukum pidana menurut
waktu , sekarang kita membahas berlakunya hukum pidana menurut tempat.

2. Prinsip pokok dalam hukum pidana : Hakim atau pengadilan pidana dari suatu negara
tidak boleh menerapkan hukum pidana asing karena ini merupakan manifestasi dari
kedaulatan negara atas suatu wilayah sehingga negara mempunyai kewenangan untuk
menerapkan hukumnya …… sehingga dalam hukum pidana tidak dimungkinkan
adanyanya pilihan hukum seperti HPI.

3. Apabila dalam suatu tindak pidana ada unsur asing , dan diadili Indonesia, pasti
menggunakan hukum pidana Indonesia meskipun perbuatannya diluar negri. Jadi
dimana tempat mengadili, memakai hukum tempat mengadili (tidak ada choice of
law)

4. Akan tetapi dalam mengadili perkara yg ada unsur asing, hakim Indonesia harus
memperhatikan substansi hukum pidana asing (bukan menerapkan) karena substansi
hukum pidana asing tsb dapat membawa pengaruh dalam penerapan hukum pidana
Indonesia

5. Pasal 5 KUHP : (1) Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi
warga negara Indonesia yang di luar Indonesia melakukan:

 salah satu perbuatan yang oleh suatu ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut perundang-undangan negara dimana
perbuatan dilakukan diancam dengan pidana.
Artinya : Hukum pidana Indonesia mengikuti warga negaranya kemanapun
warga negaranya pergi dengan syarat di indo adalah kejahatan, dan di negara
tempat melakukan harus diancam pidana
Contoh : ada perempuan mengandung dan ingin mengggurkannya , menurut hukum
pidana indo hal ini merupakan kejahatan , maka perempuan ini pergi ke belanda dan
melakukan aborsi, setalah selesai perempuan ini pulang ke indo , Jawabannya
tergantung : kalo di belanda perbuatan tersebut di perbolehkan , maka perempuan ini
tidak bisa dipidana tetapi kalau di belanda hal itu dilarang maka perempuan ini dapat
dipidana. Hal inilah mengapa hakim pidana harus memperhatikan substansi hukum
pidana asing

(2) Penuntutan perkara sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dapat dilakukan juga jika
tertuduh menjadi warga negara sesudah melakukan perbuatan.

6. Pasal 6
Berlakunya pasal 5 ayat 1 butir 2 dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak dijatuhkan pidana
mati, jika menurut perundang-undangan negara dimana perbuatan dilakukan, terhadapnya
tidak diancamkan pidana mati
Jadi apabila menurut hukum pidana Indonesia diancam pidana mati , tetapi ditempat
perbuatan dilakukan tidak diancam mati, maka didalam pengadilan Indonesia tidak
boleh diancam hukuman mati.
7. Pasal 340
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
Kasus nyata : WNI OPI bekerja di amerika, ternyata di amerika si OPI membunuh pacarnya
seorang WNI, membunuh adiknya , membunuh dua orang India yang berhubungan bisnis
dengannya. Semua pembunuhan dia merencanakan terlebih dahulu , kemudia tertangkap. OPI
bisa diadili di amerika maupun di Indonesia berdasarkan pasal 5 ayat 1…. Tetapi akhirnya
indo minta untuk OPI diadili di Indonesia dan di pengadilan indo OPI terkena pasal 340 tetapi
ini tergantung pada hukum pidana amerika apakah diancam hukuman mati atau tidak(pasal 6),
ternyata di amerika tidak diacam pidana mati tapi penjara seumur hidup… maka akhirnya OPI
tidak bisa dihukum mati tapi dipenjara seumur hidup

8. Asas berlakunya hukum pidana menurut tempat


 Asas territorial
 Asas kebangsaan dan nasionalitas aktif
 Asas perlindungan dan nasionalitas pasif
 Asas universalitas/persamaan

Pertemuan VII
1. Asas territorial (Pasal 2 KUHP): Hukum pidana suatu negara berlaku untuk
tindak pidana yang terjadi di wilayah negaranya. Hal ini merupakan
konsekuensi dari prinsip kedaulatan

2. Menurut hukum international, wilayah suatu negara adalah darat laut dan
udara

3. Pasal 2 KUHP: Ketentuan pidana dalam perundang-undangan dangan Indonesia


diterapkan bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di wilayah
Indonesia.
4. Pasal 3
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang
yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan air
atau pesawat udara Indonesia.
Kenapa diluar Indonesia? Karena kalo yg didalam Indonesia sudah diatur
dalam pasal 2…. Pasal ini menghindari kekosongan yuridiksi di wilayah
laut /udara bebas atau juga dapat menyebabkan terhdap suatu tindak pidana
berlaku lebih dari satu yurisdiksi yaitu asas territorial WNA dan pasal 3
KUHP…penyelesaian hal ini dapat dilakukan dengan diplomasi dan atau
ekstradisi

5. Asas nasionalitas aktif : hukum pidana suatu negara mengikuti atau melekat
pada warganegaranya. (apabila menurut negara tersebut adalah tindak pidana)

6. Pasal 5 ayat 1 KUHP: (1) Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia


diterapkan bagi warga negara yang di luar Indonesia melakukan:

 Tindak pidana yang disebut secara limitatif (salah satu kejahatan tersebut
dalam Bab I dan II Buku Kedua dan pasal-pasal 160, 161, 240, 279, 450, dan
451. )

 salah satu perbuatan yang oleh suatu ketentuan pidana dalam perundang-
undangan Indonesia dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut
perundang-undangan negara dimana perbuatan dilakukan diancam dengan
pidana. (menurut pasal 6 pasal ini dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak
dijatuhkan pidana mati, jika menurut perundang-undangan negara dimana
perbuatan dilakukan, terhadapnya tidak diancamkan pidana mati. )

(2) Penuntutan perkara sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dapat dilakukan juga
jika tertuduh menjadi warga negara sesudah melakukan perbuatan. Tujuan pasal
ini untuk menghindari orang tsb tidak dapat dipidana oleh yuridiksi
manapun\

7. Nasionalitas Pasif (Pasal 4 KUHP)


Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap
orang yang melakukan di luar Indonesia: (yang menyerang kepentingan hukum
Indonesia)
1. salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104, 106, 107,108,dan 131.
2. suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh
negara atau bank, ataupun mengenai meterai yang dikeluarkan dan merek yang
digunakan oleh Pemerintah Indonesia.
3. pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas tanggungan Indonesia, atas
tanggungan suatu daerah atau bagian daerah Indonesia, termasuk pula pemalsuan
talon, tanda dividen atau tanda bunga, yang mengikuti surat atau sertifikat itu, dan
tanda yang dikeluarkan sebagai pengganti surat tersebut, atau menggunakan surat-
surat tersebut di atas, yang palsu atau dipalsukan, seolah-olah asli dan tidak dipalsu;
4. salah satu kejahatan yang tersebut dalam pasal-pasal 438, 444 sampai dengan 446
tentang pembajakan laut dan pasal 447 tentang penyerahan kendaraan air kepada
kekuasaan bajak laut dan pasal 479 huruf j tentang penguasaan pesawat udara secara
melawan hukum, pasal 479 huruf I, m, n, dan o tentang kejahatan yang mengancam
keselamatan penerbangan sipil.

8. Asas Universalitas
Hukum pidana suatu negara bertujuan untuk melindungi kepentingan kemanusiaan
(kepentingan bangsa2) . hukum pidana suatu negara berlaku untuk tindak pidana yang
dilakukan oleh siapapun ,dimanapun yang dikategorikan sebagai tindak pidana
internasional oleh konvensi international. Tindak pidana tersebut adalah: perompakan
,perbudakan,pelanggaran HAM berat, narkotikam pembajakan…jadi negara manapun
yg menampaknya maupun dimanapun tempatnya, maka dapat diberlakukan
pidananya (tidak datur secara ekplisit oleh KUHP tetapi berlaku)

9. Pengecualian dalam Hukum International : Pasal 9 KUHP berlakunya pasal 2-


5, 7 dan 8 KUHP dibatasi oleh pengecualian yang diakui dalam hukum
international dan imunitas kantor kedutaan besar, imunitas duta besar dan
staff diplomatic (sehingga apabila kedutaan besar yg berada di Jakarta
melakukan tindak pidana , maka hukum indo tidak berlaku tetapi yg berlaku
adalah hukum negara kedutaan besar tersebut)

Pertemuan VIII
1. Strafbaarfeit
Straf (pidana ) Baar (dapat dipidana) Feit (perbuatan/peristiwa)
Perbuatan/persitiwa yang dapat dipidana
Beda beda istilahnya tergantung penulis (ada di slide) tetapi artinya sama

Peretemuan IX
1. Syarat syarat pemidanaan /org dapat dipidana,dibedakan menjadi dua kelompok yg
berlaku kumulatif yaitu perbuatan dan orang:
a. Perbuatan (actus reus)
-Perbuatan aktif (melakukan sesuatu) con: menembak membacok
mengambil
-perbuatan pasif (tidak melakukan sesuatu) con: ibu yg membunuh
anaknya dengan cara tidak merawatnya atau tidak melakuakan
apapun

Perbuatan tersebut harus memenuhi syarat yaitu (Asas legalitas = Nulla Poena Sine Lege)

1. perbuatan harus bersifat melawan hukum (Pasal 1 ayat 1)

2. harus tidak ada alasan yang menghapus sifat melawan hukum (karena kalo perbuatan itu
dihapus menjadi tidak melawan hukum sehingga menjadi tidak dapat dipidana con: Pasal
333 “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum merampas kemerdekaan seseorang, atau
meneruskan perarnpasan kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara paling lama
delapan tahun. “ apabila polisi menahan seseorang demi melakukan penyidikan , maka polisi tersebut
dapat dikatakan merampas kemerdekaan seseorang, tetapi polisi tersebut tidak dapat dipidana atau
dihapus yang menjadi perbuatan tsb tidak melawan hukum karena dalam rangka menjalankan
peraturan perundang2an yg tercantum dalam Pasal 50 “Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana.”) contoh lainnya : apabila org diperkosa ,
terus dia nusuk pelaku, perbuatan tersebut memenuhi syarat pertama yaitu perbuatan melawan
hukum . tetapi syarat kedua tidak terpenuhi karena berdasarkan Pasal 49 “Tidak dipidana, barang
siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain,
kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman
serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum”. Apabila org tersebut menusuk
pelaku didada sehingga pelaku tersebut pingsan sehingga sudah tidak ada lagi serangan…. Tapi
karena dia panik (guncangan jiwa hemat)dia tetap menusuk sampai 100 tusuk, sehingga meninggal
dunia,orang tersebut tetap tidak dapat dipidana karena pasal 49 ayat 2 yaitu “ Pembelaan terpaksa
yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa yang hebat karena serangan
atau ancaman serangan itu, tidak dipidana. “

b. Orang (mens rea) (Asas Culpabilitas =Nulla Poena Sine Culpa)

3.Memiliki kesalahan atau pertanggungjawaban (orang gila tidak bisa disalahkan atas
perbuatannya meskipun perbuatan tersebut melanggar hukum karena tidak mempunyai
kemampuan untuk bertanggungjawab)

4. tidak ada alasan yang menghapus kesalahan (karena kalo ada alasan yang menghapus
kesalahan, maka kesalahannya hilang dan menjadi tidak salah sehingga tidak dapat dipidana)
(salaha atau tidaknya seseorang dilihat dari keadaan jiwa/sikap batin orang tsb bukan dari
perbuatannya)

Fondasi Hukum Pidana

Asas legalitas = Nulla Poena Sine Lege Asas Culpabilitas =Nulla Poena Sine Culpa

*sengaja = masuk dalam sikap batin/orang

2. Hakekat Tindak Pidana / Strafbaarfeit

a) Aliran monistis : disebut tindak pidana / strafbaarfeit apabila memenuhi


seluruh syarat pemidanaan (perbuatan&orang ada 4 syarat yg diatas) sehingga
semua tindak pidana dapat dipidana ….. pidana =tindak pidana “aneh masa
tindak pidana tidak bisa dipidana”org yg menganut monistis

b) Aliran dualistis: disebut tindak pidana apabila dipenuhi syarat pemidanaan


yang menyangkut perbuatan (ada dalam syarat 1 dan 2 diatas) sehingga tidak
semua tindak pidana dapat dipidana karena untuk dapat disebut tindak pidana
hanya memenuhi syarat 1 dan 2 …..pidana =tindak pidana +3+4 “orang ini
melakukan tindak pidana tetapi tidak bisa dipidana”orang yg menganut
dualistis

Jadi untuk pidana ,kedua aliran ini sama harus dipenuhi syarat 1234 tetapi
untuk tindak pidana/ Strafbaarfeit baru berbeda

*kuhp mengandung aliran monistis

Pertemuan X
1. Contoh konkret dari tindak pidana adalah semua pasal yang ada di buku dua dan buku
tiga dan diluar KUHP sepanjang mengatur ttg tindak pidana

2. Tindak pidana , selalu terdiri dari unsur2.


3. Contoh : Pasal 338 Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. (tindak pidana
pembunuhan yang unsur2nya adalah sengaja merampas nyawa orang lain, maupun kualifikasi
tindak pidananya yaitu pembunuhan)

Pasal 362 Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah. ( tindak pidana pencurian yang unsur nya adalah mengambil barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, maupun kualifikasi tindak
pidananya yaitu pencurian)

Pasal 351 (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah (hanya menyebut
kualifikasinya saja yaitu penganiayaan tetapi tidak menyebutkan unsurnya2. Cara kita
mengetahui usnurnya adalah dengan penafsaran)

Pasal 333 (1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum merampas kemerdekaan
seseorang, atau meneruskan perarnpasan kemerdekaan yang demikian, diancam dengan
pidana penjara paling lama delapan tahun (hanya menyebutkan unsurnya , tetapi tidak
menyebutkan kualifikasinya apa)

4. Unsur2 tindak pidana dapat dibedakan menjadi


a. Unsur obyektif : unsur yang berhubungan dengan perbuatan dan dinilai dr
perbuatan (akibat dan keaadaan yang berkaitan dengan perbuatan)
Con: Pasal 338 Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

b. Unsur subyektif : unsur yang berkaitan dengan sikap batin orangnya con:
sengaja ,culpa,niat, alpha,perasaan takut
Con: Pasal 341 Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
Pasal 338 Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

c. Unsur tertulis : unsur yang dirumuskan scr tertulis dalam tindak pidana, contohnya pasal2
yg ada di KUHP…dan harus dibuktikan oleh penuntut umum, kalau penuntut umum
gagal, maka hakim harus memutus bebas
d. Unsur tidak tertulis : dia unsur tetapi tidak ditulis dalam rumusan tindak pidana, yang
diketahui dari syarat2 pemidanaan (4 syarat pemidanaan yg diatas)… Jadi semua
tindak pidana harus memennuhi syarat2 pemidanaan. (tidak harus dibuktikkan karna
uu menganggap semua terpenuhi sampai dibuktikkan oleh penasihat hukum
sebaliknya.con: orang dianggap dapat bertanggung jawab sampai penasihat hukumnya
membuktikkan sebaliknya dan putusannya lepas)
Jadi dalam melihat tindak pidana agar dapat dipidana ,kita harus melihat dan memenuhi
unsur tertulisnya dan unsur tidak tertulisnya.

5. Jenis jenis tindak pidana


a. Kejahatan : pembunuhan , pemerkosaan
b. Pelanggaran: Gapake helm (ada di hp fotonya lainnya)
6. Tindak pidana formal : tindak pidana yang perumusannya menitikberatkan pada perbuatan
yang dilarang (melarang melakukan sesuatu perbuatan) misal: diatur tentang tindak pidana
yang melarang penghasutan. Dianggap lengkap apabila pelaku sudah melakukan perbuatan
yang dilarang , jadi seperti contoh diatas, apabila pelaku melakukan penghasutan dianggap
selesai tanpa harus terjadi akibat .. contoh lain : dalam uu lingkungan hidup barangsiapa
yang membuang limbah yg tidak diolah terlebih dahulu akan pidana, ini adalah delik formal,
meskipun tidak ada akibat dianggap selesai/dapat dipidana apabila melakukan hal yg dilarang
tsb( tidak diperlukan teori kausalitas)
7. tindak pidana material : menitikberatkan akibat yg dilarang… uu tidak melarang
perbuatannya tetapi yg dilarang adalah akibatnya.apabila akibat yg diatur uu benar terjadi
maka tindak pidana dianggap selesai/ dapat dipidana.contoh : pembunuhan sehingga kibat
merupakan unsur esensial.. contoh : uu lingkungan hidup “barang siapa melakukan
pencemaran dapat dipidana” hal ini adalah delik material.. karena pencemaran adalah akibat
dari suatu tindakan, sehingga kalo orang membuang limbah tetapi tidak tercemar , tindak
pidana dianggap tidak selesai , dan dianggap sebagai percobaan/poging.
Lebih susah membuktikkan tindak pidana material karena harus membuktikkan akibat dan
perbuatan yang mengabitkan akibat tersebut dan kausalitas (hubungan sebab akibat antara
akibat dan perbuatan melawan hukum)
8. Baca teori2 di buku lamintang
9. MATERI UTS SAMPAI STRAFBAARFEIT

SENIN LIBUR.UTS HARI SELASA JAM 2. SHARE SOAL LEWAT GOOGLE


CLASSROM.WAKTU 2 JAM. JADI JAM 16.00 HARUS SUDAH MENGIRIM
JAWABAN. DIKUMPULKAN DI GOOGLE CLASSROM . HARUS DALAM
BENTUK PDF.

Pertemuan XI
1. Alasan yg menghapus perbuatan melawan hukum= alasan pembenar, sehingga
berkaitan dengan perbuatan
Alasan yg menghapus kesalahan/pertanggungjawaban=alasan pemaaf, sehingga
berkaitan dengan orang atau sikap batin orangnya
2. Bab 8 lamintang: Dolus dan culpa bentuk dari kesalahan (orang)
Dolus: sengaja
Culpa: lalai
Jadi buku lamintang membahas orang terlebih dahulu baru perbuatan, menurut pak
budi ini keliru karena seharusnya yg diperiksa terlebih dahulu adalah
perbuatannya apakah melawan hukum atau tidak, apabila tidak,tidak harus
memeriksa orangnya(karena kesalahan hanya diperiksa saat ada perbuatan
melawan hukum) karena apabila tidak melawan hukum maka tidak dapat dipidana
3. Pasal 49

(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun
untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada
serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum. (Perbuatan)

(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa
yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana. (orang)
4. Oleh karena itu kita membahas bab 9 terlebih dahulu yaitu tentang perbuatannya,
melawan hukum atau tidak
5. Sifat melawan hukum adalah penilaian terhadap perbuatan. Dan apabila kita
menyelidiki perbuatan maka jawabannya melawan hukum atau tidak melawan hukum.
Bukan salah atau tidak salah, karna kalo itu adalah tentang orang
6. Melawan hukum dapat dikatakan sebagai: bertentangan dengan hukum, melanggar
hak orang lain, tidak berdasarkan hukum, bertindak tanpa ijin, menyalahgunakan
wewenang jabatan atau kedudukan

7. Pasal 338 Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun (melawan hukum
merupakan salah satu unsur syarat pemidanaan yang selalu merupakan unsur dari setiap
tindak pidana , melawan hukum merupakan unsur yang tidak tertulis dari setiap tindak pidana
karna tidak tertulis dalam pasal ,tetapi selalu ada dalam tindak pidana)

8. Pengecualian/ melawan hukum menjadi unsur tertulis ada didalam

 Pasal 179 “Barang siapa dengan sengaja menodai kuburan atau dengan sengaja dan
melawan hukum menghancurkan atau merusak tanda peringntan di tempat kuburan,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan. “(ahli waris yang
membongkar untuk memperbaiki tidak dapat dipidana)

 Pasal 180 “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menggali atau
mengambil jenazah atau memindahkan atau mengangkut jenazah yang sudah digali
atau diambil, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

 Pasal 333 (1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum merampas
kemerdekaan seseorang, atau meneruskan perampasan kemerdekaan yang demikian,
diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. (polisi ,sipir penjara,
penyidik yang melakukan perampasan kemerdekaan dapat tidak melawan hukum
karna mempunyai wewenang demi menjalankan uu)

Sehingga perbedaannya ada pada beban pembuktian dan putusan. Kalau unsur
melawan hukumnya tertulis, beban pembuktian ada pada jaksa/penuntut
umum. Sehingga pelaku tidak dibebani beban pembuktian.. tetapi apabila
unsur melawan hukum tidak tertulis , maka beban pembuktiannya ada pada
pelaku.

3. Pengecualian unsur melawan hukum yang tertulis bertujuan untuk menjamin


orang yang berwenang melakukan perbuatan tersebut tidak dipidana

4. 3 ajaran Sifat Melawan Hukum

 Ajaran SMH formal : melawan hukum tertulis /bertentang dengan uu,


dasar alasan menghapus sifat melawan hukum adalah undang2 jadi alasan
pembenar adalah undang2.

 Ajaran SMH Material : mengakui berlakunya hukum tidak tertulis.


 Dalam fungsi positif: mengakui hukum tidak tertulis dan
digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan bersifat melawan
hukum (bertentangan asas legalitas)

 Dalam fungsi negative: mengakui hukum tidak tertulis dan


digunakan untuk menghapus sifat melawan hukum yang sudah
dirumuskan dalam undangundang.. contoh : pertandingan tinju
membuat sampai luka parah atau sampai mati yang memenuhi
pasal 351 ayat 1/2/3…. Tetapi petinju yang menang tadi mendapat
hadiah bukan masuk penjara karena ada alasan pembenar/
alasan menghapus Sifat Melawan Hukum yang tidak diatur
undang-undang (tidak tertulis)hukum yg hidup
dimasyarakat… contoh arrest dokter hewan: yang menghapus
sifat melawan hukum/alasan pembenar adalah hukum yg berlaku
bagi para dokter….kalau alasan penghapusan sifat melawan
hukum tidak dapat ditemukan dalam undang-undang maka dapat
dicari diluar undang2 seperti hukum tidak tertulis. Tidak
bertentangan dengan alasan legalitas karena asas legalitas hanya
melarang hukum tidak tertulis untuk menyatakan perbuatan
bersifat melawan hukum

Pertemuan XII
1. Sifat melawan hukum adalah perbuatan. Kalo perbuatan bersifat melawan hukum,
apakah langsung dapat dipidana? Tentu tidak karena untuk memidana syaratnya tidak
hanya tentang perbuatan yang bersifat melawaan hukum, tetapi harus dipenuhi syarat
kesalahan tentang orang.

2. Seseorang dapat dikatakan melawan hukum apabila

a. Bertentangan dengan hukum

b. Melanggar hak orang lain

c. Tidak berdasarkan hukum

3. Kalo berbicara tentang kesalahan, maka yang kita bicarakan tentang orang.

4. Kita selidiki terlebih dahulu perbuatannya melawan hukum atau tidak. Kalau tidak
maka langsung selesai tidak usah diperiksa kesalahannya. Tetapi apabila ternyata
melawan hukum, maka harus diperiksa/dibuktikkan bahwa ada kesalahan pada diri
orangnya, apabila ada kesalahan maka dapat dipidana , kalau tidak, maka tidak dapat
dipidana

5. Strict liability dan vicarious liability, tidak berlaku/dikenal di hukum pidana. Karena
bertentangan dengan asas kesalahan (Nulla Poena Sine Culpa)…… strict liability
langsung dianggap adanya kesalahan pada orang tersebut dan ini bertentangan dengan
asas kesalahan
6. Apabila seseorang dianyatakan bersalah,berarti perbuatan hukum yang dilakukan
olehnya dapat dicelakan terhadap sikap batinnya

7. Kesalahan harus dalam pengertian yuridis bukan etis. Kesalahan berdasarkan


pengertian etis seperti contohnya : merasa bersalah karna tidak memberitahu B bahwa
ada A disana sehingga B terbunuh , atau A mencuri kalung B, kemudian B dipenjara,
kemudian A merasa bersalah .

8. Dikatakan ada kesalahan secara yuridis kalau unsur2nya dipenuhi yaitu :

a. Harus ada kemampuan bertanggungjawab pada diri orang tersebut

b. Harus ada hubungan batin antara pelaku dan perbuatan (dapat dalam bentuk
dolus/kesengajaan dan culpa/ketidaksengajaan)

c. Harus tidak ada alasan yang menghapus kesalahan/alasan pemaaf.Karena kalo ada
kesalah dapat dihapus

9. Kesalahan adalah unsur subyektif dan syarat mutlak untuk dapat dipidana.

10. Bagaimana membuktikkan kesalahan?kesalahan kan subyektif, melekat pada


orangnya /sikap batinnya, sehingga hanya orang itu yang tahu hal tsb. Kesalahan
harus dibuktikkan, tetapi tidak bisa mengandalkan “pengakuan” tetapi harus di
obyektifkan (disimpulkan atau dinilai dari fakta/keadaan yang obyektif) dan
dinormatifkan(disimpulkan dengan pandangan normative pada orang umumnya).
Apabila A mengaku bahwa dia tidak sengaja, tetapi keadaan menunjukkan bahwa dia
mempunyai tujuan untuk membunuh dilihat dari dia membawa pistol dengan peluru
(keadaan), maka hakim dapat menyimpulkan bahwa A memiliki kesengajaan atas
matinya orang lain…. Sehingga kesimpulannya dibuktikkan bukan berdasarkan
subyektif atau pengakuan orang tersebut, tetapi keadaan atau pendapat orang
banyak/obyektif

Petermuan XIII

Kesalahan :-Pencelaan terhadap sikap batin. kita harus membuktikkan kalo sudah
dipastikan bahwa perbuatannya melawan hukum.

-Kesalahan untuk menjatuhkan pidana harus berdasarkan yuridis. Yang syarat2nya ada di
laptop.

-kemampuan bertanggungjawab tidak dapat ditemukan dalam KUHP syarat atau


definisinya... yg ada di dalam pasal 44 KUHP berbicara tentang hal sebaliknya yaitu tidak
mampu bertanggungjawab (ditafsir secara a contrario) = perbuatan melawan hukum tidak
dapat dipertanggungjawabkan kpd dirinya sehingga tidak dapat dipidana karena jiwa nya
cacat atau terganggu karna penyakit sehingga tidak dapat dipidana (dalam pasal ini
mengenai keadaan kejiwaan.. siapa yg bakal tau tentang adanya gangguan kejiwaan yaitu
dokter atau ahli kejiwaan bukan ahli hukum, ini termasuk penilaian deskriptif atau
melihat dr keadaan .. tetapi penilaian tentang kesalahan secara normatif ditentukan oleh
hakim)..
-ketidakmampuan bertanggung jawab berdasarkan p.44 sehingga ditafsir secara a
contrario apa artinya kemampuan bertanggungjawab. Yaitu : Jiwanya tidak tidak cacat
dalam tumbuhnya dan jiwanya tidak terganggu karena penyakit

-karena terlalu sempit, menurut doktrin kemampuan bertanggungjawab adalah mampu


menyadari arti dan akibat dari perbuatannya, pelaku mempunyai kehendak bebas untuk
melakukan atau tidak melakukan hal tsb (contoh:hipnotis,dll) sehingga penafsiran doktrin
lebih luas. Sehingga ketidakmampuan bertanggungjawab menurut doktrin adalah : pelaku
tidak menyadari arti dari perbuatan maupun akibat dari perbuatannya dan pelaku tidak
memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak melakukan

-karena kemampuan bertanggung jawab merupakan unsur tidak tertulis maka setiap orang
dianggap mampu bertanggungjawab, kecuali dibuktikkan sebaliknya yang bebannya ada
pada terdakwa. Kalo gagal dianggap dapat bertanggungjawab. Kalo berhasil berarti
tidakan tersebut tidak dapat dipidana (putusan lepas)karna unsur yang tidak terpenuhi
adalah unsur tidak tertulis

-ada keadaan2 jiwa seseorang yang tidak bisa dibilang mampu atau tidak mampu yaitu:
1.tidak mampu bertanggungjawab sebagian yaitu penyakit jiwa yang berhubungan dengan
perilaku tertentu (ada penyakit jiwa tertentu yaitu kleptomania/mencuri kepunyaan orang
lain , yang hanya berhubungan dengan tindakpidana pencurian, sehingga tidak dapat
dikenakan terhadapnya pidana atas tindakan pencurian(berhubungan dengan sikap batin
dan perlakuannya). Dikualifikasikan tidak mampu bertanggungjawab apabila ada
hubungan kausal antara penyakit jiwa dan perbuatannya

-contoh apabila seseorang berbuat tindak pidana, dan dia beranggapan kalo itu bukan
dirinya yang melakukan, maka hal ini harus di buktikan deskriptif oleh ahli jiwa,
kemudian hakim yang memutuskan apakah orang tsb dapat dipidana atau tidak (normatif)

2.keadaan kurang mampu bertanggungajawab: dikualifikasikan sebagai mampu sehingga


dapat disalahkan

3.keraguan dalam kegangguan kejiwaan: apabila hakim ragu2 antara mampu atau tidak
maka dianggap tidak mampu bertanggung jawab(putusan harus menguntungkan
terdakwa)tetapi ada pendapat harus dianggap mampu karena pada dasarnya semua orang
dianggap mampu bertangungjawab. 4.mampu dapat bertanggung jawab 5.tidak mampu
bertanggungjawab

-Bagaimana dengan orang yang melakukan perbuatan melawan hukum dengan keadaan
mabuk? Maka hal ini dapat dinilai dengan menurut doktrin.. tetapi takut salah digunakan
yaitu sebelum orang melakukan tindak pidana mabuk dulu... sehingga muncul suatu teori
culpa bla2: orang yang melakukan tindak pidana pada saat mabuk, dilihat pada situasi
awal apakah dia masuk dalam situasi mabuk secara sukarela atau tidak, kalau sukarela
maka dia dianggap mampu bertanggungjawab untuk semua akibat yang dia lakukan pada
saat mabuk, kalo org tersebut mabuk dalam tidaksukarela maka perbuatan pmh nya
dianggap tidak bersalah.. sama seperti hipnotis

-kemampuan bertanggung jawab selalu ada dalam unsur tidak tertulis


Pertemuan XIV ( yang dolus ke skip karna kesiangan)
1. Bentuk Kesalahan: DOLUS DAN CULPA
- Dolus = Opzet = Sengaja
- Culpa= Alpa= Lalai
- Culpa bentuk kesalahan yang bukan Dolus
- Culpa berbeda dengan tidak sengaja
- Kalo tidak sengaja, bisa jadi culpa atau bahkan tidak ada kesalahan, sehingga kalo
engga ada kesalahan tidak bisa dipidana dengan 338 atau 369
SENGAJA/OPZET/IDOLUS
Menurut MvT
- Sengaja- Menghendaki (Willens) dan mengetahui (Wetens)
Kesengajaan adalah apabila pelaku menghendaki untuk menyelesaikan tindak
pidana atau menimbulkan akibat yang dilarang
Kesengajaan adalah apabila pelaku mengetahui perbuatan dapat menyelesaikan
tindak pidana atau menimbulkan akibat yang dilarang
- Dalam rumusan tindak pidana sering digunakan istilah: Sengaja, mengkehendaki,. Atau
mengetahui. Tapi kadang-kadang tidak ditulis sehingga keberadaannya harus
disimpulkan dari keseluruhan rumusan tindak pidana.
Sengaja meliputi semua unsur tindak pidana yang terletak di belakang unsur sengaja.
Semua unsur di belakang unsur sengaja HARUS DIKEHENDAKI atau DIKETAHUI
oleh pelaku
Kehendak ditujukan terhadap perbuatan. Pengetahuan diajukan terhadap akibat dan
keadaan-keadaan yang melingkupinya.
BENTUK BENTUK OPZET
- Sengaja sebagai maksud (Opzet Als Oogmerk) (Sengaja sebagai maksud)
Disebut ada kesengajaan apabila pelaku menghendaki melakukan perbuatan
yang dilarang atau timbulnya akibat yang dilarang
- Merupakan bentuk kesengajaan yang paling "tebal"
- Kesengajaan sebagai sadar kepastian (Opzet Bij Zekerheidsbewustzijn) (Kepastian
akan kesadaran)
Dalam hal ini terjadi dua akibat, yaitu:
Akibat yang dihendaki
Akibat yang tidak dihendaki, tetapi harus terjadi supaya akibat yang dihendaki
terjadi
Sengaja sebagai sadar kepastian ditjukan terhadap akibat yang ke Il
- Sengaja sebagai sadar kemungkinan (Opzet Bij Mogelijkheidsbewustzijn) (Dolus
Eventualis)
- Pelaku pernah memikirkan tentang kemungkinan terijadinya suatu akibat yang
dilarang undang undang dan akibat tersebut kemudian benar-benar terjadi
- LALAI/ALPA/CULPA
- Pada prinsipnya pidana dijatuhkan (terutama untuk kejahatan) karena ada
kesengajaan. Pemidanaan terhadap culpa merupakan pengecualian
Oleh karena itu culpa selalu menjadi unsur tertulis
Culpa merupakan bentuk kesalahan yang bukan opzet
Culpa adalah kesalahan yang lebih ringan dari opzet, tetapi Culpa bukan opzet
yang ringan
Culpa merupakan bentuk kesalahan sehingga untuk ada culpa juga harus ada
kemampuan bertanggungjawab, dann tidak ada alasan pemaaf.
- Kapan ada Culpa?
Pelaku tidak melakukan tindakan penghati-hati sebagaimana seharusnya
Pelaku tidak melakukan tindakan penduga-duga sebagaimana seharusnya
Keharusan melakukan tindakan penghati-hati dan penduga-duga tersebut dapat
timbul dari
Per-uu-an
Hukum tidak tertulis

1. Unsur sengaja merampas nyawa orang lain yang ada di pasal 338, harus
menghendaki dan mengetahui bahwa yang dirampas adalah nyawa orang lain, karena
kata2 tsb terletak di belakang unsur sengaja…(unsur sengaja mengikuti unsur yang
dibelakangnya)
2. Kalo mau membuktikkan kesengajaan dalam pasal 338, maka harus membuktikkan
bahwa pelakunya menghendaki perbuatan melawan hukum tsb yaitu merampas
nyawa orang lain, pelaku mengetahui bahwa yang dirampas adalah nyawa,
mengetahui bahwa nyawa yang dirampas adalah nyawa orang lain
3. Sehingga kalo kata sengaja tsb terletak di blkng kata2 maka, artinya menjadi berbeda .
4. Corak kesengajaan/dolus/opzet
a. Kesengajaan sebagai maksud:
b. Kesengajaan sebagai sadar kepastian
c. Kesengajaan sebagai sadar kemungkinan(dolus eventualis)
5. Kesengajaan sebagai maksud = kesengajaan apabila ada kehendak dari pelaku
melakukan perbuatan melawan hukum/dilarang atau timbulnya akibat yang dilarang.
Kesengajaan ini merupakan yang paling tebal.
6. Kesengajaan sebagai sadar kepastian= terjadi kalau ada 2 akibat dalam sebuah
peristiwa. Akibat yang pertama adalah akibat yang dikehendaki, akibat yang kedua
tidak dikehendaki tapi harus terjadi supaya akibat pertama bisa terjadi.. Cntoh: ada
orang yang mau membunuh salah satu dari kita, membawa senapan dan datang
kerumah saudara, kemudian mengintip dari jendela ternyata saudara sedang kelas
online , kemudian pelaku membidik saudara dari luar tempat dia mengintip dan
menembak . Mati…… maka pelaku menghendaki perbuatan itu (menembak) dan
jendela nya pecah (pelaku sengaja tetapi sebenarnnya tidak dikehendaki dan hal itu
harus terjadi agar akibat pertama terjadi. )Akibat 1 : sengaja merampas nyawa orang
lain(kesengajaan sebagai maksud) Akibat 2: sengaja merusak barang (dengan sadar
kepastian)

7. Kesengajaan sebagai sadar kemungkinan(dolus eventualis)= Syarat nya adalah pelaku


sudah pernah memikirkan tentang kemungkinan terjadinya akibat yang dilarang uu,
dan kemungkinan tsb benar2 terjadi…( tidak dikehendaki dan akkibat tsb belum tentu
terjadi) contoh : Arrest tentang kue beracun : Ali tinggal di kota A, dia mempunyai
musuh Badu yang tinggal di kota B,, Ali ingin membunuh Badu dan berpikir
bagaimana cara membunuh Badu,, dia teringat bahwa badu mau ulangtahun,, akhirnya
ia membawa kue beracun untuk Badu.. selama di perjalanan di kereta ke rumah
badu,ali berfikir “ohiya entar kalo istri dan anaknya makan juga gimana ya” (hal ini
tidak dikehendaki oleh Ali dan merupakan suatu kemungkinan akibat yang tidak pasti
bahwa anak dan istrinya makan kue tsb)……kemudian kue tsb diberi kepada badu,
dan badu memakannya kemudian mati. (adanya kesengajaan sebagai maksud)… kue
tsb ternyata dimakan juga oleh anak dan ibunya kemudianmati (adanya kesengajaan
sebagai sadar kemungkinan /dolus eventualis, hal ini tidak dikehendaki dan akibatnya
tidak pasti terjadi karna bisa aja anak istrinya tidak makan kue tsb)…. Contoh lain :
Brimo sebagai supir bus , ngebut2an dijalan dan sempat memikirkan bahwa kemungkinan
adanya akibat kecelakaan.. ternyata benar2 terjadi dan dia sempat menyelematkan diri. Hal itu
menyebabkan matinya orang lain.
8. Persoalan dalam kesengajaan sebagai sadar kemungkinan(dolus eventualis) adalah
bagaimana membuktikkan bahwa pelaku pernah berpikir tentang kemungkinan suatu
akibat, karena perbuatan berpikir hanya ada dalam diri pelaku?
9. Culpa
Pada prinsipnya pidana dijatuhkan karena ada kesengajaan(terutama kejahatan).
Pemidanaan terhadap culpa merupakan pengecualian.oleh karena itu culpa selalu
menjadi unsur tertulis.
Culpa adalah kesalahan yang lebih ringan dari opzet(ancamannya lebih ringan). tetapi
bukan opzet yang ringan (karena culpa mempunyai konsep yang berbeda dengan
konsep opzet)
Meskipun perbuatan dilakukan dengan culpa/tidak sengaja, tetap dapat dipidana
apabila bertentangan dengan kepentingan umum

Untuk dinyatakan culpa merupakan bentuk kesalahan maka pelaku dapat


bertanggungjawab dan tidak ada alasan pemaaf.
10. Kapan ada culpa? Pelaku tidak melakukan tidakan penghati2 sebagaimana
seharusnya, dan pelaku tidak melakukan tindakan penduga duga sebagaimana
seharusnya
11. Orang harus melukan tindak penghati-hati dan penduga2 yang timbul dari
perundang2an dan apabila tidak melakukkanya dapat dipidana.
12. Keharusan melakukkan tindakan penghati hati dan peduga duga dapat timbul dari
perundang undangan atau hukum tidak tertulis

Pertemuan XV
1. Alasan pembenar(yang menghapus sifat melawan hukum dan alasan pemaaf
(alasan pemaaf kesalahan) =alasan penghapus pidana
2. Pasal 49 ayat 1 adalah alasan pembenar
Pasal 49 ayat 2 adalah alasan pemaaf

(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun
untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada
serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum.

(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa
yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.

3. Alasan penghapus pidana dan alasan penghapus penuntutan mirip tapi hakikatnya
beda.
4. Alasan penghapus pidana adalah alasan yang kalo ada,menjadikan tidak dapat
dipidana…. Sedangkan Alasan penghapus penuntutan adalah alasan yang kalo ada
menjadikan tidak dapat dilakukan penuntutan (dalam hukum acara pidana penuntut
umum berwenang untuk menuntut semua tindak pidana ,akan tetapi kalo ada syarat2
yg tidak terpenuhi maka kewenangan penuntut umum bisa menjadi hilang) Karena
tidak dapat dilakukan penuntutan maka perkara tidak sampai pengadilan, diadili, dan
tidak dipidana
5. perbedaan alasan menghapus pidana dan alasan penghapus penuntutan

alasan penghapus penuntutan


1) Contohnya :tidak adanya aduan dari delik aduan :terjadi
perzinahaan,pencurian dalam keluarga…
Jenis jenis Alasan penghapus penuntutan:
-tidak ada pengaduan untuk delik aduan (pasal 72-75)
-ne bis in idem (pasal 76) perkara yang sudah ada putusan akhir
tidak dapat diadili lagi karna hakim sudah melakukan
pemeriksaan pokok perkara sebelumnya
-terdakwa meninggal dunia (Pasal 77) kecuali korupsi untuk
memutus dari status harta korupsi
-daluarsa(pasal 78)
Alasan penghapus pidana yang menilai hakim, sedangkan alasan
penghapus penuntutan dinilai oleh penuntut umum
2) Kalau penuntut umum tetap menuntut meskipun ada alasan
penghapus penuntutan, maka pengadilan akan menyatakan
dakwaan tidak dapat diterima (NO) bukan putusan akhir karna
belum menyangkut pokok perkara. Kalau putusan sudah
menyangkut pokok perkara(putusan akhir: pidana,bebas,lepas)
tidak dapat dituntut lagi, sehingga kalo NO dapat diterima apabila
dituntut lagi.
alasan penghapus pidana (alasan pembenar dan alasan pemaaf)= alasan penghapus pidana
diatur dalam buku1 sehingga berlaku untuk umum. Tetapi ada juga yg diatur dalam buku2
maka berlaku khusus hanya untuk pasal itu saja

Tidak melawan hukum secara materiil atau ajaran sifat melawan hukum materiil negative
adalah tidak melawan hukum berdasarkan hukum tidak tertulis (adat,hukum kebiasaan)
atau hanya untuk mengahapus tindak pidana, bukan menjatuhkan pidana contoh : petinju

5. Apabila unsur tidak tertulis tidak dipenuhi maka putusan lepas, sedangkan apabila
unsur tertulis tidak dipenuhi maka putusan bebas
Pertemuan XVI
1. Alesan penghapus pidana yang umum yang berasal dari undang2 (ada di buku 1)

Pasal 44 ( jiwa cacat)

(1) Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungkan kepadanya karena
jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.

(2) Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan kepada pelakunya karena
pertumbuhan jiwanya cacat atau terganggu karena penyakit, maka hakim dapat memerintahkan
supaya orang itu dimasukkan ke rumah sakit jiwa, paling lama satu tahun sebagai waktu
percobaan.

(3) Ketentuan dalam ayat 2 hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan
Pengadilan Negeri.

Meskipun perbuatananya melawan hukum ,tidak dapat dipidana kalo tidak mampu
bertanggungjawab sepertinya jiwanya cacat dalam tumbuhkan atau terganggu karena
penyakit sehingga tidak bisa disalahkan , dan tidak bisa dipidana (alasan pemaaf)

Pasal 48 (overmacht) daya paksa

Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana

(perbuatan yang dimaksud dalam pasal ini adalah perbuatan melawan hukum, ini adalah
unsur tidak tertulis…..

tidak ada penjelasaan apa itu daya paksa/overmacht dalam uu, tetapi ada dalam… yang
syaratnya

1.harus ada dorongan /paksaan/tekanan : bisa berupa paksaan fisik ,dan bisa juga
paksaan psikis.. yang bisa bersifat absolut (vis absoluta) yang terjadi kalau orang
yang mendapat paksaan itu tidak memiliki kesempatan/kebebasan akan berbuat
sesuai dengan paksaan atau tidak . hanya dianggap sebagai alat saja sehingga
disebut manus ministra sehingga tidak bisa dipidana contoh: hipnotis atau
relative(vis compulsive) pasal 48 bersifat relative con:kasir bank ditodong penjahat
untuk menyerahkan uang bank, kewajiban kasir untuk melindungi uang tsb dan dia
mempunyai kesempatan untuk menyerahkan kepada penjahat(pmh) atau tidak .
akhirnya dia menyerahkan karna ada daya paksa.

2.yang datang dari luar diri org tsb : bisa paksaan yang datang dari orang lain atau
keadaan . pasal 48 adalah overmacht dalam arti luas yaitu yang terdiri dari overmacht arti
sempit(orang lain) dan noodtoestand(keadaan). sehingga paksaan yang datang dari dalam diri
org tsb bukan overmacht. Con : klepto bukan termasuk overmacht karena berasal dari dalam
diri org tsb, tetapi tidak bisa dipidana karena pasal 44
Keadaan nootoestand pembenturan dua kepentingan hukum contoh : perahu kandas
dan akan tenggelam, untuk menyelematkan diri penumpang harus loncat agar tidak ikut
tenggelam. A loncat dan bepegangan di papan sehingga selamat, B loncat dan ingin
berpegangan di papan A. A dalam situasi pembenturan ingin melindungi nyawanya atau
nyawa B, karena tidak mungkin melingdungi nyawa dua duanya. Akhirnya A mendorong B
sehingga B mati. Ini melawan hukum tetapi tidak dipidana karena A dalam situasi
pembenturan dua kepentingan hukum dan tidak mungkin melindungi dua2nya. Contoh lain
adalah dokter yang menangani ibu mengandung. Kalo ibu diselamatkan anak mati, kalo anak
diselamatkan ibunya mati, sehingga ada benturan kepentingan hukum. Perbuatan ini tidak
dapat dipidana.

Keadaan nootoestand pembenturan dua kewajiban hukum, dia harus memilih diantara
kewajiban2 . dan apabila tidak dipenuhi salah satu,itu adalah tindak pidana contoh. Tetapi
tidak bisa dipidana karena dalam keadaan noodtoestand : orang yang dipanggil menjadi saksi
harus hadir, kalau tidak hadir itu adalah tindak pidana. Suatu hari a dipanggil menjadi saksi di
dua tempat sekaligus pada saat yang sama. A tidak mungkin menghadiri keduanya jadi dia
harus memilih satu dan mengabaikan yang lain .

Keadaan nootoestand pembenturan kepentingan hukum dan kewajiban hukum.


Contoh : disuatu daerah diberlakukan jam malam , sehingga apabila ada toko yang buka pada
saat malam merupakan tindak pidana, suatu hari ada seseorang datang pada malam hari
karena kacamatanya hilang yang memungkinkannya tidak dapat melanjutkan perjalanannya,
dengan keadaan sebagaimana rupa dia mempunyai benturan kewajiban hukum (taat pada jam
malam ) dan kepentingan hukum ( dapat membahayakan org tersebut karena tidak dapat
melihatan)

Dalam memilih satu dan mengorbankan yang lain harus berdasarkan prinsip
subsidiaritas (benar2 dalam keadaan tidak mungkin melindungi/menjalani keduanya) dan
juga ukuran asas proposionalitas (harus memilih nilai yang lebih tinggi dan mengorbankan
nilai yang lebih rendah con: melindungi manusia dari hewan, melindungi manusia dari harta
kekayaan)
Paksaan datang dari orang lain adalah alasan pemaaf, paksaan datang dari keadaan
adalah alasan pembenar

3.yang menurut sifatnya tidak dapat ditahan : memakai ukuran orang pada umurnya .
apabila menurut orang pada umumnya bisa ditahan , maka dapat dipidana

Pertemuan XVII
1. Pasal 48 (overmacht) merupakan pasal yang paling singkat
,dan karena singkat menjadi tidak jelas.
2. Overmacht dalam pasal ini merupakan overmacht dalam arti luas yang artinya terdiri
dari overmachtarti sempit dan nootoestand
3. Pasal ini belum diketahui merupakan alasan pemaaf atau alasan pembenar, sehingga
nanti di KUHP yang baru akan dipisah antara overmacht sempit dan nootoestand,
dan alasan pembenar dan alasan pemaaf

4. Alasan penghapus pidana :

Pasal 49 ayat 1 (NOODWEER ,pembelaan terpaksa) alasan pembenar

(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun
untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada
serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum

Perbuatan
dalam pasal ini merupakan perbuatan melawan hukum, tetapi perbuataan ini
dilakukan untuk pembelaan . Pasal ini seperti mengijinkan orang yang mendapat
serangan untuk melakukan pembelaan dengan cara melakukan PMH(main hakim
sendiri), tetapi pada prinsipnya main hakim sendiri dilarang , tetapi karena negara
berkewajiban melindungi setiap orang termasuk serangan yang melawan hukum
maka dibolehkan /dibenarkan apabila dengan keadaan2 dan syarat2nya dipenuhi.
Dengan pertimbangan karena negara tidak mungkin bisa hadir memberikan
perlindungan di setiap waktu dan tempat saat diperlukan dan tidak manusiawi
menuntut orang untuk menyerah terhadap serangan. Maka UU membenarkan
perbuatan pembelaan tersebut terhadap orang yang mendapat serangan,sepanjang
syarat2nya dipenuhi.
Syarat2nya adalah :
1. Harus ada serangan yang memenuhi syarat
 Serangan itu harus bersifat melawan hukum. Con: pencuri memukul
polisi pas mau ditangkap karena merasa itu ancaman, maka perbuatan
polisi tsb merupakan bukan serangan melawan hukum karena ada
aturannya dalam uu… contoh lain : anjing polisi ditugaskan untuk
menangkap A, kemudian A memukul anjing tersebut untuk pembelaan,
maka perbuatan A tidak dapat dibenarkan dan melawan hukum karena
anjing tersebut telah dihasut/ditugaskan oleh polisi
 Serangan saat itu juga “sedang dan masih berlangsung”. kita belum
boleh melakukan pembelaan kalau serangan atau ancaman serangannya
belum ada.kita juga tidak boleh melakukan pembelaan setelah serangan
atau ancaman serangan sudah berakhir karena ini masuknya kedalam
pembalasan. Cont : A blg ke B kalo C ingin memukul B ,kemudian B
mengajak2 teman2nya untuk memukul C, maka perbuatan ini tidak dapat
dibenarkan karena perbuatan serangan atau ancaman serangan belum
ada.
 Serangan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain ,
kehormatan diri sendiri atau orang lain , harta benda diri sendiri atau
orang lain (tidak harus diri sendiri)

Putatieve noordware =orang merasa ada serangan padahal sebenarnya tidak ada serangan
(salah sangka) BERBEDA DENGAN NOODWEER, dan ini perbuatannya tetap merupakan
melawan hukum. Con : A sedang acting dengan B dengan cara memukul B, C melihat dan
melakukan pembelaan yang melawan hukum untuk melindungi B . Perbuatan C tetap
melawan hukum
2. Harus ada pembelaan yang memenuhi syarat
 Bersifat perlu dan pantas

Perlu : tidak ada acara lain untuk menghadapi serangan itu kecuali dengan cara melakukan
perbuatan melawaan hukum(pembelaan). Sehingga apabila ada cara lain dan masih sempat
dalam melakukan pembelaan yang bukan perbuatan melawan hukum con: lapor polisi, maka
harus dilakukan itu terlebih dahulu berdasarkan prinsip subsidiaritas dan asas
proposionalitas…. Con: suami dan istri sedang jalan di pasar, C tbtb mencuri dompet istri
,dan suami melihat, suami langsung menembak mati si C. perbuatan pembelaan yang
dilakukan suami melanggar prinsip subsidiaritas dan asas proposionalitas dan pembelaan
melampaui batas sehingga bukan merupakan alasan pembenar/penghapus pidana untuk pasal
49 ayat 1.. pembelaan melampui batas tidak dapat dibenarkan dan tetap merupakan perbuatan
melawan hukum .

Jadi pada prinsipnya pembelaan terpaksa tidak boleh melampaui batas, Tetapi ada Pasal 49
(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa
yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana. Pasal ini dapat menjadi
penghapus pidana utuk pembelaan yang melampaui batas . tetapi tidak semua perbuatan yang
melampaui batas dapat memakai pasal ini. Harus memenuhi syarat yaitu: harus ada
keguncangan jiwa yang hebat yang diakibatkan dari serangan (harus ada hubungan kausal
antara keguncangan jiwa yang hebat dan serangan)…. Keguncangan jiwa yang hebat diukur
secara normatif/menurut orang pada umumnya (kasus suami istri copet diatas tidak memenuhi).
Pasal ini merupakan alasan pemaaf karena menyangkut tentang kegoncangan jiwa
5. Meskipun baru ancaman(belum serangan nyata) tetap dapat melakukan perlawanan
atau perbuatan pembelaan
6. Dalam hal anjing menyerang A, maka A memukul anjing tersebut , maka itu masuk
dalam pasal 48 overmacht dalam arti keadaan (nood) yang perbenturan antara dua
kepentingan hukum. Ingin menyelamatkan nyawanyanya , atau nyawa anjingnya.
Disini dilakukan asas proposionalitas yaitu harus memilih nilai yang lebih tinggi dan
mengorbankan nilai yang lebih rendah con: melindungi manusia dari hewan

Pertemuan XVIII
1. Pasal 50 ( melaksanakan ketentuan undang2)
Pasal 50 (alasan pembenar,menghapus sifat melawan hukum)
Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak
dipidana.
 Perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan melawan hukum yang
dilakukan untuk melaksanakan UU .Contoh : polisi menahan dan
menangkap tersangka tindak pidana, jelas polisi tsb merampas
kemerdekaan org yg ditangkap, perbuatan polisi ini melanggar hukum
pasal 333 KUHP.. tetapi polisi tsb tidak dipidana karena dilakukan dalam
rangka melaksanakan ketentuan UU (KUHAP ), contoh lain: seorang
anggota regu tembak yang menembak hukuman mati jelas perbuatannya
melanggar pasal 338 atau 340, tetapi tidak dipidana karena perbuatannya
dilakukan dalam rangka menjalankan UU (UU eksekusi pidana mati)
 Kata UU dalam pasal ini ada dua tafsir yaitu dalam arti sempit “hukum
tertulis yang namanya UU yang hanya dibuat oleh presiden dan dpr. Arti
“luas” undang2 dibaca dengan perundang2an artinya semua aturan
tertulis ,bisa peraturan yg dibawah Undang2. Praktek penegakkan hukum
belanda dan indo mengarah ke dalam arti luas.
2. Undang2 selalu memberi perintah ke pejabat khusunya pejabat publik. Yang dibagi 2:
1) Undang2 memberikan perintah tegas kepada pejabat untuk
melakukan perbuatan tertentu. Artinya pejabat tersebut tidak dapat
melakukan yang tidak diperintahkan kepadanya. Dan
berkewajiban untuk melakukan perintah tersebut, yang kalo tidak
dilakukan artinya melanggar undang2
2) Undang2 memberikan kewenangan kepada pejabat. Artinya dapat
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pejabat itu. Yang
dimana wewenangnya diserahkan kepada pejabat.Con: dalam
KUHAP, penyidik diberi wewenang untuk menahan seorang
terdakwa. Apakah penyidik akan menahan atau tidak ,diserahkan
pertimbangan penyidik atau penuntut umum.

Sehingga yang dimaksud dalam pasal 50 adalah Undang2 memberi perintah secara
tegas kepada pejabat, maupun memberi kewenangan kepada pejabat.

Dalam melakukan pasal 50 atau pelaksanaan perintah undang2 harus :

 Memenuhi syarat2 dan prosedur yang diatur dalam undang2 , con: penyidik
berwenang untuk menahan, tapi harus syarat dan prosedur yang dipenuhi,
yaitu kepada terdakwa dan keluarganya harus diberikan surat tembusan
penahanan. Kalo tidak ada surat tersebut, perbuatan tersebut menjadi melawan
hukum dan tidak dibenarkan oleh pasal 50
 Tidak bertentangan dengan kepantasan/kepatutan

3. Pasal 51
Pasal 51 ayat 1(alasan pembenar,menghapus sifat melawan hukum)
(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang
diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana.
Undang2 memberikan kewenangan kepada pejabat tertentu(pasal 50), kemudian
pejabat itu tidak melaksanakannya sendiri, tetapi bawahannya yang melakukan atas
perintahnya (Pasal 51).. maka bawahannya tidak dapat berlindung di pasal 50 tetapi
di pasal 51. Jadi asal kewenangan dari bawahan pejabat itu adalah dibenarkan dari
undang2, tetapi melalui kewenangan dari pejabat atasan. Maka perbuatannya menjadi
dibenarkan dan tidak brsifat melawan hukum
Pasal 51 ayat 2 (alasan pemaaf, karena berkaitaan dengan orangnya sehingga menghapus
kesalahan)

(2) Perintah jabatan yang tidak sah, tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika
yang diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa perintah diberikan dengan
wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.

Tidak setiap menjalankan perbuatan yang tidak sah menjadi tidak dapat dipidana,
karena ada syarat yang harus dipenuhi yaitu :

a.yang diperintah dengan etikad baik mengira bahwa perintah tersebut sah

b.pelaksanaan perintah tersebut termasuk dalam ruang lingkup pekerjaannya

Sehingga kesimpulannya , pasal 51 ayat 1 dan 2 tidak melindungi taat butanya bawahan.
Contohnya : kepala pariwisata Jakarta yang menyelenggarakan Jakarta grate sale dipidana
karena dianggap korupsi memindahkan anggaran lain ke dalam Jakarta grate sale, karena
diperintahkan oleh gubernur(atasannya) . Hal ini bertentangan dengan perintah UU ,untuk
merubah anggaran harus mendapat persetujuan dr drpd. Kalau tidak dianggap korupsi.
Pertimbangan hakim pada saat itu tidak mungkin kepala pariwisata Jakarta yang berjabat
tinggi tidak mungkin tidak mengetahui peraturan untuk merubah anggaran.
Contoh ke dua : Kasus kor upsi bupati ciamis, kalo ada tamu dr Jakarta dia meminta uang 25
juta untuk tamu tsb, trs kalo dia ma uke luar negri dia meminta uang 25 jt , dll kepada
bawahannya (bendahara) . meskipun tidak ada anggarannya, bupati tsb meminta untuk cari
dr anggaran. Disini bawahannya menuruti hal tersebut karena takut pada atasannya
padahal tau itu tidak sah(taat buta) .pasal 51 ayat 1 dan 2 tidak melindungi bawahannya
tersebut.
Ada atau tidaknya etikad baik berkaitan dengan sikap batinnya, sehingga perbuatannya
tetap melawan hukum tetapi kesalahannya dihapuskan. Sehingga ini disebut alasan pemaaf.

Pertemuan XIX
1. Percobaan
Pasal 53
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya
permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan
karena kehendaknya sendiri.
Percobaan kejahatan itu dipidana. Cirinya : tidak selesai ( karena kalo selesai adalah
tindak pidana selesai bukan percobaan) meskipun tidak selesai tapi dapat dipidana.
Pada prinsipnya orang dapat dipidana kalo org tsb telah selesai melakukan tindak
pidana(delik formil: menyelesaikan perbuatan yang dilarang, delik
materil:menimbulkan akibat yang dilarang)

Ciri dari percobaan /poging adalah tindak pidana tidak selesai, tapi menurut pasal 53 ayat 1
meskipun tidak selesai dapat dipidana. Yang cirinya kalo delik formal : tidak menyelesaikan
perbuatan yang dilarang , untuk delik materiil :tidak menimbulkan akibat yang
dilarang.sehingga disebut tindak pidana dalam bentuk khusus karena merupakan
pengecualian terhadap syarat pemidanaan yang umum no.1 yaitu harus menyelesaikan
perbuatan/akibat yang dilarang
Kan pada prinsipnya perbuatan/akibat yang telah selesai baru dapat dipidana, sehingga
muncul pertanyaan “mengapa tidak selesai tapi dipidana??”
Ada 3 teori
1.teori subjektif: meskipun tidak selesai tapi sudah menunjukkan adanya sikap batin jahat
pada pelakunya (orang yg menganut teori ini mudah untuk mengambil kesimpulan karna
syaratnya tidak terlalu berat)
2. teori obyektif formil : meskipun tidak selesai , percobaan bisa dipidana karena dengan
perbuatan tersebut sudah membahayakan tata hukum( sudah menunjukkan ketidaktaatan
pelaku terhadap hukum)
3.teori obyektif materiil : meskipun tidak selesai, tapi sudah membahayakan kepentingan
yang dilindungi hukum. Con : nyawa,kesusilaan,harta benda,nama baik,dll

Apakah semua percobaan tindak pidana di pidana?

Selain kejahatan, tindak pidana ada juga pelanggaran. Sehingga untuk pasal 53 ayat 1 hanya
untuk percobaan kejahatan karena ditulis secara tegas. Dan percobaan pelanggaran tidak
dapat dipidana. Yang dipertegas dalam pasal 54 “melakukan pelanggaran tidak dipidana” untuk
menegaskan dalam pasal 53. Ketentuan ini juga berlaku bagi tindak pidana diluar KUHP. Karena
pasal ini diatur dalam buku 1 ketentuan umum yang berlaku untuk semuanya baik didalam atau diluar
KUHP.

Ada beberapa percobaan kejahatan yang tidak dapat dipidana yaitu pasal 184 ayat 5,pasal 302 ayat
4,pasal 351 ayat 5,dan pasal 352 ayat 2 KUHP

Dalam pasal 53 tidak memuat definisi percobaan, tetapi ada syarat2nya


1.harus ada niat
2.harus ada permulaan pelaksanaan
3. pelaksanaan tidak selesai bukan karena kehendak sendiri

Niat :
 merupakan unsur subyektif
 artinya sama dengan kesengajaan
bedanya :untuk tindak pidana selesai, sikap batinnya disebut sengaja,
sedangkan untuk tindak
pidana tidak selesai, sikap
batinnya disebut niat .
sehingga tidak mungkin
ada pecobaan untuk delik
culpa;maka pembuktian
unsur niat sama dengan
pembuktian kesengajaan
yaitu diobyektifkan dan
dinormatifkan… (niat
sama dengan corak kesengajaan sbg maksud atau sengaja sebagai sadar kepastian
tetapi tidak untuk dolus eventualis karena tidak mungkin ada percobaan untuk delik
culpa DITULIS TADI MALAM)

Permulaan pelaksanaan :
 pelaku harus sudah melakukan perbuatan pelaksanaan untuk melakukan niat
 sulit menentukan batas antara perbuatan persiapan dan permulaan pelaksanaan.
Contoh perbuatan persiapan : a sedang membeli pistol untuk membunuh b,
kemudian mengisi peluru, setelah itu ketempat yang sering dilewatin b setelah itu
ditangkap polisi.(tidak bisa dipidana) Contoh permulaan pelaksanaan : a sedang
membeli pistol untuk membunuh b, kemudian mengisi peluru, setelah itu ketempat
yang sering dilewatin b , kemudia membidikkan pistolnya kepada b , kemudian
ditangkap polisi atau a menembak tapi pelurunya meleset . sehingga sulit untuk
menentukan batas antara perbuatan persiapan dan perbuatan pelaksanaan.
Sehingga hoograad (mahkamah agung bld) memberikan kriteria yaitu: perbuatan
pelaksanaan adalah perbuatan yang secara langsung dapat menimbulkan akibat .
dan tidak diperlukan perbuatan lain lagi (jadi kalo cuman membidik ,bukan termasuk
perbuatan pelaksanaan, harus menembak /menarik pistolnya). Contoh lain arrest
percobaan pembakaran rumah : A ingin membakar rumahnya untuk mendapat uang
asuransi ,kemudian dia menyiram bensin pada rumahnya dan mengikatkan tali
sampai jalan rumahnya sehingga kalo ada yang menarik tali itu rumahnya terbakar.
Menurut hakim, perbuatan A adalah perbuatan persiapan karena diperlukan
perbuatan lain lagi yaitu menarik talinya sendiri . . kritiknya: batasnya terlalu jauh
hampir tidak ada. Akhirnya moeljatno mebuat kriteria sendiri (byk dianut di indo)
yaitu

Kritik pada pendapat moeljatno juga kuheng karena harus seberapa dekat?

Tindak pidana tidak selesai bukan karena kehendak sendiri


 tidak selesai karena kehendak sendiri maka tidak dipidana seperti penyesalan atau
melakukan pengunduran diri secara sukarela
 untuk mendorong supaya orang yang sudah mulai melakukan tindak pidana agar
tidak menyelesaikannya
 con : kalo a ingin membunuh b, kemudian a menusuk b, b kesakitan, a kasian,
akhirnya a membawa b ke rumah sakit untuk disembuhkan…. Maka a tidak dapat
dipidana karena percobaan pelaksanaan….. tetapi dapat terkena pasal
penganiayaan.
 Unsur ini masuk dalam surat dakwaan yang harus dibuktikkan oleh penuntut umum
Pasal 103

Kuliah berikutnya tes formatif tentang Bab delneming

Delneming/penyertaan:
Adapun bentuk-bentuk penyertaan terdapat dalam Pasal 55 dan 56 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya disingkat KUHP) adalah
sebagai berikut:

a)    Orang yang melakukan (pleger), orang yang sendirian telah berbuat
mewujudkan segala anasir atau elemen dari tindak pidana.
b)   Orang yang menyuruh melakukan (doen plegen), sedikitnya ada dua
orang, yang menyuruh (doen plegen) dan yang disuruh (pleger). Jadi bukan
orang itu sendiri yang melakukan tindak pidana, akan tetapi ia menyuruh
orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana.
c)    Orang yang turut melakukan (medepleger), Sedikitnya harus ada dua
orang yaitu orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut
melakukan (medepleger) tindak pidana itu. Disini diminta, bahwa kedua
orang itu semuanya melakukan perbuatan pelaksanaan jadi melakukan
anasir atau elemen dari tindak pidana itu.
d)   Orang yang sengaja membujuk (uitlokker), Orang yang dengan sengaja
membujuk orang lain untuk melakukan tindak pidana dengan memberikan
sesuatu, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau pengaruh, kekerasan,
ancaman dan tipu daya.

e)    Orang yang membantu melakukan (medeplichting), Orang membantu


melakukan jika ia sengaja memberikan bantuan pada waktu atau sebelum
(jika tidak sesudahnya) kejahatan itu dilakukan.

-Berdasarkan ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan penyertaan adalah apabila orang yang tersangkut untuk terjadinya suatu
perbuatan pidana atau kejahatan itu tidak hanya satu orang saja, melainkan lebih dari satu
orang.
-tidak setiap orang yang tersangkut terjadinya perbuatan pidana itu dinamakan sebagai
peserta yang dapat dipidana, karena mereka harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana telah
ditentukan dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP sebagai orang yang melakukan (pleger), atau
turut serta melakukan (medepleger), atau menyuruh melakukan (doenpleger), atau
menganjurkan untuk melakukan perbuatan pidana (uitlokker), atau membantu melakukan
perbuatan pidana (medeplichtige)
- dalam delik penyertaan setidaknya ada dua kemungkinan status keterlibatan seseorang,
yaitu : (1) adakalanya keterlibatan seseorang itu sebagai pembuat delik (dader); dan (2) ada
kalanya keterlibatan seseorang itu hanya sebagai pembantu bagi pembuat delik
(medeplictiger).1
Semua syarat tindak pidana terpenuhi tidak oleh perbuatan satu peserta, akan tetapi
oleh rangkaian peristiwa perbuatan semua peserta.

Pertemuan XX
1. Delneeming,satu tindak pidana melibatkan lebih dari satu orang/banyak
orang, dan setiap orang itu bisa memiliki peran yang berbeda beda.
Pasal 55 / Pembuat (Dader)
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. mereka yang melakukan /pleger, yang menyuruh melakukan/doen pleger, dan yang
turut serta melakukan perbuatan /medepleger;
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu (menganjurkan/membujuk)
uitlokkerdengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan
orang lain supaya melakukan perbuatan.
(2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang
diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

Pasal 56 /Pembantu (Medeplichtigheid)

Dipidana sebagai pembantu kejahatan:

1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan; (saat
kejahatan dilakukan)

2.mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau ke- terangan untuk
melakukan kejahatan. (sebelum kejahatan)

artinya pembantuan pelanggaran tidak dapat dipidana, yang dapat dipidana hanya
pembantuan kejahatan saja. Karena pembantuan bukan tindak pidana.
Contohnya :turut serta atau menganjurkan atau menyuruhlakukan . Seseorang dapat
dipidana meskipun dia tidak melakukan tindak pidana secara lengkap, tidak
menyelesaikan pidana atau tidak melakukan sama sekali. Oleh karena itu maka
deelneming merupakan tindak pidana dalam bentuk khusus

2. Pasal 59
Dalam hal-hal di mana karena pelanggaran ditentukan pidana terhadap pengurus, anggota-
anggota badan pengurus atau komisaris-komisaris, maka pengurus, anggota badan pengurus
atau komisaris yang ternyata tidak ikut campur melakukan pelanggaran tidak dipidana.
Dalam KUHP hanya mengenal yang dapat dipidana hanya orang bukan
badan hukum , yang dijelaskan dalam pasal ini . Tetapi dalam
pengkembangan yang ada di luar KUHP (seperti uu tipikor uu LH UU
tpe)dikenal pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi .

3. Pelaku/Pleger
Seorang yang perbuatannya dan sikap batinnya memenuhi rumusan
pidana.Yang perbuatannya lengkap baik delik formal maupun delik materil.

4. Menyuruhlakukan (Doenplegen)
Ada 2 pihak : yaitu pihak pertama yang menyuruhlakukan pihak ke dua untuk melakukan
tindak pidana. Sehingga yang sebenarnya melakukan perbuataan pelaksanakan tindak
pidana adalah pihak kedua . Tetapi pihak pertama tetap bisa dipidana. Meskipun pihak
kedua yang melakukan pelaksanaan tindak pidana tetapi pihak kedua hanya sebagai alat
bagi pihak pertama untuk melakukan tindak pidana/manus ministra. Manus domina
menggunakan manus ministra /pihak kedua sebagai alat sehingga pihak kedua dalam
keadaan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Keadan2 yang menyebabkan pihak kedua
tidak dapat dipetanggungjawabkan.

Cari contohnya
Pasal 44: jiwa cacat
Dwaling : kekhilafan/kekeliruan

5. Turut serta melakukan / medeplegen


Ada dua orang atau lebih melakukan tindak pidana secara bersama sama , setiap
orang merupakan medepleger terhadap peserta yang lain.
Syarat:
a. Harus menyadari kalo mereka sedang bekerjasama untuk menyelesaikan tindak
pidana (tidak harus ada kesepekatan yg penting mereka menyadari sedang
bekerjasama untuk tindak pidana)
b. Harus ada kerjasama secara fisik untuk selesainya tindak pidana

6. Penganjur /uitlokker
Dalam penganjur ada 2 pihak , yang dimana pihak pertama (actor intelektual)
menganjurkan pihak kedua (pelaku material) untuk melakukan tindak pidana..
Dalam penganjuran ,pihak kedua adalah orang yang mampu bertanggungjawab, itu
adalah perbedaan dengan menyuruhlakukan.
Pasal 55 ke-2. “mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi
kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. “

- Contoh kedua :Sehingga apabila a menganjurkan b untuk menganiaya c,


kemudian b menganiaya c sampai mati, maka a dapat dipidana 351 ayat 3 karena
matinya c akibat penganiayaan yang dianjurkan oleh a.
- Contoh ketiga : tidak memenuhi syarat ke 4, yang dimaana h tindak melakukan
tindak pidana yang dianjurkan oleh g.
- Contoh keempat : merupakan penganjuran yang gagal karena tidak memenuhi
syarat penganjuran karena k tidak melakukan perbuatan pidana tersebut.
Sehingga tidak dapat dipidana memakai pasal ini

Bagaimana apbila mengajuran yang gagal?


Diatur dalam pasal 163 bis, diatur dalam buku kedua, yang diatur sebagai
kejahatan yang berdiri sendiri

Pasal 163 bis

(1) Barang siapa dengan menggunakan salah satu sarana tersebut dalam pasal 55 ke-2
berusaha menggerakkan orang lain supaya melakukan kejahatan, dan kejahatan itu atau
percobaan untuk itu dapat dipidana tidak terjadi, diancam dengan pidana penjara paling lama
enam tahun atau pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah, tetapi dengan pengertian
bahwa sekali-kali tidak dapat dijatuhkan pidana yang lebih berat daripada yang dapat
dijatuhkan karena percobaan kejahatan atau apahila percobaan itu tidak dapat dipidana karena
kejahatan itu sendiri.

(2) Aturan tersebut tidak berlaku, jika tidak mengakibatkan kejahatan atau percobaan
kejahatan disebabkan karena kehendaknya sendiri.
Pertemuan XXI
1. Pasal 56 (Pembantuan)

Dipidana sebagai pembantu kejahatan:

1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;

2. mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau ke- terangan untuk melakukan kejahatan.

Pembantuan ada dua yaitu

 pada saat kejahatan dilakukan ,(mirip dengan turut serta)


 Pada sebelum kejahatan dilakukan , (mirip dengan menganjurkan/uitlokking)
Tetapi tidak sama dan menentukannya tidak mudah
Contoh : kasus pencurian , seorang bendahara kantor mengatakan pada pencuri kalo
mau mencuri uang ntar malem aja lewat jendela dekat kursi saya soalnya jendela
gabisa ditutup. Kemudian dia datang sesuai dengan yang dikatakan oleh bendahara.
Yang membedakan dengan dua poin diatas adalah pembantuan ,secara subyektif
atau secara sikap batin hanya untuk membantu bukan selesainya tindak pidana
itu , seperti contoh diatas bendahara hanya berniat untuk membantu. Secara
objektif perbuataannya hanya bersifat membantu bukan untuk selesainya
tindak pidana

Menurut pasal 57 : Pidana untuk pembantuan dikurangi sepertiga


Pembantuan setelah kejahatan dilakukan, dirumuskan sebagai tindak pidana yang berdiri
sendiri.

2. Pembarengan tindak pidana /samenloop/concursus terjadi karena pelaku melakukan


lebih dari satu tindak pidana .seluruh tindak pidana harus memenuhi syarat syarat
pemidanaan, oleh karena itu samenloop bukan tindak pidana khusus. Yang diatur
dalam samenloop adalah mengatur tentang pemidanaannya : strafmaat khususnya
pidana maksimum yang dapat dijatuhkan. Contoh : A membunuh b hari Januari,
membunuh c hari febuari , membunuh d hari maret.. maka A diadili langsung atas
ketiga kasus pembunuhan yang dia lakukan , bukan satu2 kasus.
Concorsus berbeda dengan recidive… dalam Concurcus belum ada putusan
pengadilan diantara tindak pidana yang satu dengan tindak pidana yang lain,
sedangkan Recidive antara tindak pidana yang satu dengan tindak pidana yang lain
pernah ada putusan pengadilan. Dalam KUHP dibedakan antara recidive kejahatan
( buku II KUHP) dan recidive pelanggaran (Buku III KUHP). Tidak dipelajari dalam
buku lamintang karena buku lamintang hanya membahas prinsip2 pidana yang diatur
dalam buku I.
Jenis-Jenis Concursus:
1. Concursus Idealis/perbarengan peraturan
2. Voortgezette hendeling/ perbuatan berlanjut
3. Concursus Realis/ Perbarengan perbuatan

Concursus Idealis/perbarengan peraturan (Pasal 63)

Pasal 63

(1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah
satu di antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana
pokok yang paling berat.

(2) Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula dalam aturan
pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang diterapkan

Dengan satu perbuatan, masuk dalam pelanggaran lebih dari satu aturan pidana. Contoh A
memerkosa B yang masih dibawah umur dipinggir jalan raya. A telah melanggar pasal 285
(pemerkosaan,12 tahun),281(melanggar kesusilaan dimuka umum,2 tahun 8 bulan), Pasal 290
(melakukan perbuatan asusila terhadap orang dibawah umur,7 tahun).. maka ancaman pidana
yang dijatuhkan berdasarkan Pasal 63

(1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah
satu di antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana
pokok yang paling berat.

Ancaman pidana system absorbsi, salah satu yang paling berat

(2)Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur pula dalam aturan
pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang diterapkan

Satu perbuatan masuk aturan umum sekaligus masuk aturan khusus , maka diterapkan yang khusus
(lex spesialis derograt legi generali) /// contoh pasal 338 dan pasal 340 KUHP, kalau ada org
membunuh dengan rencana lebih dulu maka pasal yang cocok adalah 340, tetapi juga memenuhi pasal
338 juga, org tsb diterapkan pasal 340 karena lebih khusus/ spesialis.

Sehingga apabila satu perbuatan tindak pidana diatur lebih dari satu peraturan, lihat dulu
apakah ada aturan yang lebih khusus , apabila tidak kemudian lihat ayat 1.

Perbuatan berlanjut/ Voortgezette Handeling (Pasal 64)

Pelaku melakukan beberapa perbuatan, yang masing masing merupakan kejahatan atau
pelanggaran yang ada hubungan sedemikian rupa:

-merupakan pelaksanaan satu keputusan kehendak

-perbuatan perbuatan tsb harus sejenis

-jangka waktu perbuatan yang satu dengan yang lain tidak terlampau lama

Contoh : A ingin mencuri beras digudang bulok , kemudian dia membongkar pintunya dan
mengambil satu karung kemudian membawa pulang (p.363). Setelah itu ia balik lagi dan
mencuri satu karung lagi tanpa membongkar karena sudah dibongkar pintunya (p.362)

Ancaman pidana yang dikenakan adalah ancaman pidana system absorbsi atau dikenakan
satu yang terberat.

Pemalsuan atau perusakan mata uang , merupakan dua kehendak yang


berbeda/bukan perbuatan berlanjut ( memalsukan&memakai uang) tetapi oleh
undangundang dianggap sebagai perbuatan berlanjut.

Concursus realis/ perbarengan perbuatan (Pasal 65 s/d 71 KUHP)


Contoh : A mencuri pada januari , kemudian mencuri lagi pada febuari, kemudian
maret mencuri lagi , maka itu adalah beberapa perbuatan yang berdiri sendiri2.

Pasal 65

(1) Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri
sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis,
maka dijatuhkan hanya satu pidana.

(2) Maksimum pidana yang dijatuhkan ialah jumlah maksimum pidana yang diancam terhadap
perbuatan itu, tetapi boleh lebih dari maksimum pidana yang trerberat ditambah sepertiga.

Contoh tgl 1 januari dia membunuh, tgl 1 febuari dia mencuri, tgl 1 maret dia
memperkosa, tgl 1 april dia tertangkap dan diadili… kalo ketiga2nya terbukti
maka pidana maksmial yang dapat dijatuhkan adalah 20 tahun (yang terberat
ditambah 1/3) karena lebih ringan dari dijumlahkan seluruhnya 35 tahun

Contoh a dipidana 7 tahun untuk tindak pidana pertama , kemudian dipidana 4


tahun untuk tindak pidana kedua, maka dia dipidana 11 tahun ( dari 7 tahun + 4
tahun) karena lebih ringan dari kumulatif
BELAJAR LAGIII LIEUR

Pasal 71

Jika seseorang telah dijatuhi pidana, kemudian dinyatakan bersalah lagi karena melakukan kejahatan
atau pelanggaran lain sebelum ada putusan pidana itu, maka pidana yang dahulu diperhitungkan pada
pidana yang akan dijatuhkan dengan menggunakan aturan-aturan dalam bab ini mengenai hal perkara-
perkara diadili pada saat yang sama.
Tahun 2015 a membunuh, tahun 2019 a membunuh, kemudia a ditangkap atas kasus
pembunuhan dengan ancaman 15 tahun, kemudian diketahui dia pernah memperkosa di 2015,
akhirnya diadili pada tahun 2020 atas kasus pemerkosaan 2015, maka dijatuhkan 5 tahun
karena sebelumnya sudah dikenakan 15 tahun untuk pembunuhan , orang ini melakukan
concocus realis pembunuhan 15 tahun dan pemerkosaan 12 tahun , kalo diadili bareng
terkena 20 tahun, tapi karena diadilinya tidak bareng maka karena sudah terkena 15 tahun
sebelumnya, kemudian ditambah 5 tahun pada tahun 2020.

Intinya tindakan separah apapun paling maksimal 20 tahun penjara atau pidana
mati. Jadi dilihat apakah lebih ringan yang kumulatif atau yg maksimal. Yg paling
ringan yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai