Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI
PERTEMUAN VI
METODE UJI AKTIVITAS ANTIDIARE

OLEH

NAMA : ENDANG SIREGAR

NPM : 1943057059

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2020
METODE UJI AKTIVITAS ANTIDIARE

I.Tujuan

1. Untuk mengetahui adanya aktivitas obat antidiare yang bekerja


menghambat diare pada hewan percobaan

II. Dasar Teori

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak
pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal
(Daldiyono, 1990).
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air  besar yang
terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau
memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare
menyerang balita dan anak-anak.  Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa
terjangkit diare. Jenis  penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya
(Anne, 2011).
Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut. Ada
lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:
1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-
tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut,
penderita akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan  jika tidak
diberika makan dam minum.
2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.
3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat,
diare ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi
bakteri dalam darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.
4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan
bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam
usus tetapi menyebar hingga keluar usus.
5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang
lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau
menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral.
Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National Digestive
Diseases Information Clearinghouse, 2007) :
- Infeksi bakteri  
beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman,
contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli (E.
coli).
- Infeksi virus
beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,
cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.
- Intoleransi makanan
beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya pemanis
buatan dan glukosa.
- Parasit
parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap
di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya
Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.
- Reaksi atau efek samping pengobatan
antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung magnesium
yang mampu memicu diare.
- Gangguan intestinal
- Kelainan fungsi usus besar
Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat  berbahaya. Bila
penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa
berakibat fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan
kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak
jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama
bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel
yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang
dewasa (Adnyana, 2008).

Mekanisme timbulnya diare.


Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa
menyebabkan diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare
dan muntah, disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh
mikroba. Pada tulisan ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang
disebabkan oleh mikroba melalui  pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah
diare digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja
yang dihubungkan dengan peningkatan berat atau volume tinja dan
frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif berat tinja per-
24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari
tiga kali sehari (Anne, 2011).
Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan  beberapa
mekanisme. Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit,
seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi
garam dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini
tidak terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus
sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai
diare sekretory. Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan diare yang
disebabkan oleh enterotoxigenic E coli (Anne, 2011).
Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya
dorong pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara
permukaan absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini
mungkin secara langsung distimu-lasi oleh proses  patofisiologis yang diaktivasi
oleh patogen, atau oleh peningkatan tekanan luminal karena adanya akumulasi
fluida. Pada umumnya,  peningkatan daya dorong tidak dianggap sebagai
penyebab utama diare tetapi lebih kepada faktor tambahan yang kadang-kadang
menyertai akibat-akibat patofisiologis dari diare yang diinduksi oleh  patogen
(Anne, 2011).
Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan
mukosa dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran,
karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan  bervariasi antar organisme.
Kerusakan mukosa yang terjadi bisa  berupa difusi nanah oleh pseudomembran
sampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi secara mikroskopik.
Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas tidak hanya menyebabkan
pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga mengganggu kemampuan mukosa
usus untuk melakukan proses absorbsi yang efisien karena terjadinya difusi balik
dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare jenis ini dikenal sebagai diare
eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen  penyebab infeksi yang bersifat
invasive (Shigella, Salmonella) (Anne, 2011).
Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai
kerusakan mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan  pencernaan dan
penyerapan karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada
permukaan membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau
kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam luminal
karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat dan terjadi
difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa
dihambat dengan berpuasa (Anne, 2011).
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus (Anne, 2011).
Penggolongan obat diare :
1) Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa
pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan
oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat
mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran
toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri
penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan
amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon) (Harkness, 1984).
2) Zat penekan peristaltik usus
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan
alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik
(atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI,
2007).
3) Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta
melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak
dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk
kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam
bismut, dan garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi
UI, 2007).
Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan
antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri
dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja.
Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon
aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).
Contoh Uraian obat Diare
1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk
terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak
menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang  pertama kali dipasarkan di
Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut. Berdasarkan
uji klinis didapatkan bahwa anti diare ini memberikan hasil klinis yang
baik dan dapat ditoleransi oleh tubuh. Produk ini juga merupakan anti
diare pertama yang cara kerjanya mengembalikan keseimbangan sistem
tubuh dalam mengatur  penyebaran air dan elektrolit ke usus. Selain itu,
Hidrasec pun mampu menghambat enkephalinase dengan baik. Dengan
demikian, efek samping yang ditimbulkannya sangat minimal.
2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid
dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai ialah kolik
abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali
terjadi.
3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal
terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal
pada saluran pencernaan.
- Aktifitas antimikroba Nifuroxazide lebih besar dari obat anti infeksi
intestinal biasa seperti kloroyodokuin.
- Pada konsentrasi encer (1 : 25.000) Nifuroxazide masih memiliki daya
bakterisidal.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.
coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik,  baik
digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
4. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik  berstruktur
filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi  barrier mukosa usus
dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat
fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh
bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang
terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan
diare akut (Anne, 2011).
III.Alat dan Bahan
a. Alat
 Alat bedah
 Penggaris
 Sonde oral
 Timbangan
b. Bahan
 Loperamide HCl (0,24 mg/ 20g BB dan 0,48 mg/ 20g BB)
 Suspensi PGA 2% (diwarnai hitam dengan tinta cina/norit 0,1
ml/ 10 gram sebagai marker)
 Tinta cina
c. Hewan uji
 Mencit

IV. Prosedur Kerja


Timbang mencit

Kelompokkan secara acak menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol


diberi PGA 2% kelompok uji loperamide dosis I dan dosis II di berikan
secara per oral.

Pada waktu ke – 45 menit, semua kelompok hewan diberikan tinta


cina 0,1 ml/10g mencit secara per oral

Pada waktu ke – 65 menit semua hewan dikorbankan dengan cara


dislokasi tulang leher.

Usus dikeluarkan secara hati-hati sampai usus teregang

Ukur panjang usus yang dilalui tinta cina mulai dari pilorus sampai
rektum kemudian hitung rasionya
V. Hasil penelitian
2
 PGA 2% x 10 ml=0,2 g/10 ml
100

20 g
Vp = x 0,5 ml=0,5 ml
20 g
 Tinta cina

20 gram
Vp x 0,1 ml=0,2ml
10 gram
x 23
Rasio = =0,34
y 67
 Loperamide 2mg (bobot tablet 124 mg)

0,48 mg
x 124 mg=29,76 mg=297 mg/10 ml
2 mg
25 gram
Vp loperamide x 0,5 ml=0,625 ml
20 gram
25 gram
Vp tinta cina x 0,1 ml=0,25ml
10 gram
x 4,9
Rasio = =0,07
y 63
Loperamide 2 mg (bobot tablet 124 mg)
0,24 mg
x 124 mg=14,88 mg=148 mg/10 ml
2 mg
22 gram
Vp loperamide x 0,5 ml=0,55 ml
20 gram
22 gram
Vp tinta cina x 0,1ml=0,22 ml
10 gram
x 5,5
Rasio = =0,10
y 53,5
Pemberian Jarak tinta cina Jarak usus Rasio x/y
keselruhan
Kontrol PGA 2% 23 cm 67 cm 0,34
Loperamide 0,48 4,9 cm 63 cm 0,07
mg
Loperamide 0,24 5,5 cm 53,5 cm 0,10
mg
V. Pembahasan

Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare yaitu diapet dapat menghambat diare dengan metode proteksi.
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret)
dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya
rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek
yang mempercepat peristaltic sehingga timbul diare.
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal,
serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada
dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk untuk mengeluarkan zat-
zat racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare
akan berhenti dengan sendirinya.
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare
hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak
digunakan diantaranya adalah diapet yang daya kerjanya dapat menormalisasi
keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang
berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Diapet
dengan khasiat obstipansi yang 2-3 lebih kuat tanpa khasiat SSP, jadi tidak
mengakibatkan ketergantungan.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit.
Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiplogi manusia, juga
karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian
dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit
dipuasakan selama 18jam sebelum percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal
tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan
peristaltic.
Tiap kelompok diberi 3 ekor mencit. Prosedur pertama dilakukan adalah
menimbang masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis sediaan uji
yang akan diberikan pada tiap mencit, yang sebelumnya sudah diberi tanda pada
tiap ekor mencit.
Kelompokkan secara acak menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol diberi
PGA 2% kelompok uji loperamide dosis I dan dosis II di berikan secara per oral. Pada
waktu ke – 45 menit, semua kelompok hewan diberikan tinta cina 0,1 ml/10g mencit
secara per oral. Pada waktu ke – 65 menit semua hewan dikorbankan dengan cara
dislokasi tulang leher. Usus dikeluarkan secara hati-hati sampai usus teregang. Ukur
panjang usus yang dilalui tinta cina mulai dari pilorus sampai rektum kemudian hitung
rasionya
Kontrol PGA 2% Jarak tinta cina 23 cm Jarak usus keseluruhan 67 cm Rasio 0,34,
Loperamide 0,48 mg Jarak tinta cina 4.9 cm Jarak usus keseluruhan 63 cm Rasio 0.07,
Loperamide 0,24 mg Jarak tinta cina 5.5 cm Jarak usus keseluruhan 53.5 cm Rasio 0.10

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pemberian obat antidiare pada mencit baik


secara metode transit intestinal dan metode proteksi dapat disimpulkan sebagai
berikut:

1. Meningkatnya frekuensi defekasi, konsistensi feses akan menurun dan


bobot feses yang meningkat menunjukkan keadaan diare.
2. Pemberian Loperamide 0,48 mg menghasilkan ratio 0,07
3. Pemberian Loperamide 0,24 mg menghasilkan ratio 0,10
4. Pemberian loperamid terbukti sebagai obat antidiare dimana dengan dosis
0,48 mg menghasilkan ratio 0,07 dan dengandosis 0,24 mg menghasilkan ratio
0,10

VII. Daftar pustaka


Adnyana, Ketut. 2004. Sekilas Tentang Diare.
http://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/.htm
Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut. http://www.anneahira.com/diare-
akut.htm. 
Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal :
14-4.
Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan
Terapi ed 5. Jakarta : Penerbit UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat . Bandung : Penerbit ITB.
National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2007.

Anda mungkin juga menyukai