Anda di halaman 1dari 24

Definisi

Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak

menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan

terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang

khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini

dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat

berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan

ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. (Harold I. LIEF)

“Anenvous condition of unrest” (Leland E. HINSIE dan Robert S Campbell).

Ansietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh

dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan

membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu

atau kelompok biososialnya. (J.J GROEN)

B. Gejala Ansietas

1. Gejala psikologik

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut ”gila”,

takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

2. Gejala fisik:

Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing,

ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal,

gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien

dengan ansietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-

kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan

dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa

kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak
terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret;

kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik

untuk penyakit tertentu.

Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada

pasien dengan gangguan ansietas kronik, melainkan seseorang dapat saja

mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman

penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya

dirasakan cukup gawat.

C. Faktor Predisposisi

1. Teori Psikoanalitik

Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu “ID,

EGO Dan SUPER EGO”. Ego melambangkan dorongan insting dan

impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego

digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.

2. Teori Interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal

ini juga dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti

kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai harga diri rendah

biasanya sangat mudah mengalami ansietas yang berat.

3. Teori Perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal

kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan

menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa

dewasanya.

D. Klasifikasi Ansietas

1. Ansietas ringan

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda

dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan

membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak,

menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri.

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa

kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan

individu akan berhati-hati dan waspada.

a. Respon Fisiologis

1) Sesekali nafas pendek

2) Nadi dan tekanan darah naik

3) Gejala ringan pada lambung

4) Muka berkerut dan bibir bergetar

5) Ketegangan otot ringan

6) Rileks atau sedikit gelisah

10
b. Respon Kognitif

1) Mampu menerima rangsang yang kompleks

2) Konsentrasi pada masalah

3) Menyelesaikan masalah secara efektif

4) Perasaan gagal sedikit

5) Waspada dan memperhatikan banyak hal

6) Terlihat tenang dan percaya diri

7) Tingkat pembelajaran optimal

c. Respon Perilaku dan Emosi

1) Tidak dapat duduk tenang

2) Tremor halus pada tangan

3) Suara kadang-kadang meninggi

4) Sedikit tidak sabar

5) Aktivitas menyendiri

2. Ansietas Sedang

Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada

sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi.

Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam

beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda.

Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya

menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan

menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan

mengesampingkan hal yang lain.

a. Respon fisiologis

1) Ketegangan otot sedang

2) Tanda-tanda vital meningkat


3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat

4) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan

5) Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi

6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat

7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung

b. Respon kognitif

1) Lapang persepsi menurun

2) Tidak perhatian secara selektif

11

3) Fokus terhadap stimulus meningkat

4) Rentang perhatian menurun

5) Penyelesaian masalah menurun

6) Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan

c. Respon prilaku dan emosi

1) Tidak nyaman

2) Mudah tersinggung

3) Kepercayaan diri goyah

4) Tidak sadar

5) Gembira

3. Ansietas berat

Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu

yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan

distres. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat,

semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami

respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya,


tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat

melakukan sesuatu.

a. Respon fisiologis

1) Ketegangan otot berat

2) Hiperventilasi

3) Kontak mata buruk

4) Pengeluaran keringat meningkat

5) Bicara cepat, nada suara tinggi

6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

7) Rahang menegang, menggetakkan gigi

8) Kebutuhan ruang gerak meningkat

9) Mondar-mandir, berteriak

10) Meremas tangan, genetar

b. Respon kognitif

1) Lapang persepsi terbatas

2) Proses berfikir terpecah-pecah

3) Sulit berfikir

12

4) Penyelesaian masalah buruk

5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi

6) Hanya memerhatikan ancaman

7) Preokupasi dengan pikiran sendiri

8) Egosentris

c. Respon prilaku dan emosi

1) Sangat cemas

2) Agitasi
3) Takut

4) Bingung

5) Merasa tidak adekuat

6) Menarik diri

7) Penyangkalan

8) Ingin bebas

E. Bentuk Gangguan Ansietas

Ada dua kriteria gangguan panik: gangguan panik tanpa agorafobia dan

gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada

serangan panic.

Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens,

dan meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami

ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.

Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu mengalami serangan

panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir yang

menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami

serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik,

atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat

gejala-gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan

jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu dengangangguan panik

mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan.

Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia

atau karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf

pusat dan menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama,

yamg terjadi pada serangan panik. Setengah dari individu yang mengalami

serangan panik juga mengalami agorafobia.


13

F. Gambaran Klinis

Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan

panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan

kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi

harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering

mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala

yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah

ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien

biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin

merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian.

Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien

seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung

20 sampai 30 menit.

Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi

dimana ia akan sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa

mereka harus ditemani setiap kali mereka keluar rumah.

G. Gejala Penyerta

Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan

agorafobia, pada beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-

sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko

bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih
tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

H. Diagnosa Banding

1. Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark iniokardium, dsb.

2. Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli paru-paru.

3. Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, inigrain, tumor,

dsb.

4. Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme, hipoglikemi, sindroma

pramestruasi, gangguan menopause, dsb. intoksikasi obat, putus obat.

5. Kondisi lain: anafilaksis, gangguan elektrolit, keracunan logam berat,

uremia dsb

14

Pedoman Diagnosis Agrafobia

1. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana

kemungkinan sulit meloloskan diri

2. Situasi dihindari, misal jarang bepergian

3. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain,

misal fobia sosial

Pedoman Diagnostik Gangguan Panik

1. Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan

2. Sekurangnya satu serangan, diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap

akan mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan,

perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan

3. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi

medis umum

4. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
misal gangguan obsesif - kompulsif.

5. Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia.

Terapi

1. Konseling dan medikasi.

Konseling: ajari pasien untuk diam di tempat sampai serangan panik

berlalu, konsentrasikan diri untuk mengatasi ansietas bukan pada gejala

fisik, rileks, latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan.

Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan

jantung, hanya panik, akan berlalu.

Medikasi: banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak

membutuhkan medikasi. Bila serangan sering dan berat, atau secara

bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan (imipramin 25 mg

malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam selama 2 minggu). Bila

serangan jarang dan terbatas beri anti ansietas, jangka pendek (lorazepam

0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian

jangka panjang dan pemberian medikasi yang tidak perlu.

I. Gangguan Fobik

Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10 persen

populasi menderita gangguan ini. FOBIA adalah suatu ketakutan yang tidak

15

rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap obyek,

aktivitas, atau situasi yang ditakuti.

1. Fobia spesifik: takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit,


cedera, dsb.

2. Fobia sosial: takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan

sosial seperti berbicara di depan umum, dsb.

Pedoman Diagnostik

1. Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek/

situasi)

2. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan

3. Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan

4. Situasi fobik dihindari

Terapi

Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan,

membuat daftar situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara

menghadapi rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak pasien tidak

membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin

50 150 mg/ hari. Bila ada ansietas beri antiansietas dalam waktu singkat,

karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat mengurangi

gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.

J. Gangguan Obsesif – Kompulsif

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi

umum diperkirakan adalah 2-3 persen.

1. OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa

dihilangkan dan tidak dikehendaki.

2. KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan

dan tidak dikehendaki.

Pedoman Diagnosis
= Pikiran, impuls, yang berulang

= Perilaku yang berulang

= Menyadari bahwa obsesif-kompulsif adalah berlebihan atau tidak beralasan

16

= Obsesif-kompulsif menyebabkan penderitaan

= Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.

Terapi

Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang

berulang dapat mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi

perilaku kompulsif. Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan

pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari perkuat hal yang berhasil

mengatasi situasi. Bila diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg, atau

golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.

K. Ganguan Stres Pasca – Trauma

Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres pasca-trauma,

bila mereka mengalami suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir

semua orang. Trauma bisa berupa trauma peperangan, bencana alam,

penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.

Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali

trauma melalui mimpi dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita

terhadap trauma dan penumpulan responsivitas pada penderita tersebut,

kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang sering dan gangguan

stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh

pemusatan perhatian yang buruk)

Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan I


sampai 3 persen populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk

gangguan yang subklinis. Walaupun gangguan stres pasca-trauma dapat

terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling menonjol pada usia dewasa

muda.

Pedoman Diagnostik

1. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:

2. Mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa

ancaman kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang

serius, atau ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain

3. Respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya

4. Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih

cara berikut:

5. Rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian

17

6. Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian

7. Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali

8. Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau

eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian

traumatik

9. Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal

yang menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik

10. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma

11. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran, seperti dua atau lebih

berikut: kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan

berlebihan, respon kejut yang berlebihan.


12. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.

13. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

L. Gangguan Stres Akut

Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada

seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons

terhadap stres fisik maupun mental yang luar biasa dan biasanya menghilang

dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik

yang luar biasa . Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri

memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya suatu reaksi stres akut.

Pedoman Diagnostik

Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya

pengalaman stresor luar biasa dengan onset dan gejala. Onset biasanya setelah

beberapa menit atau bahkan segera setelah kejadian. Selain itu ditemukan (a)

terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala

permulaan berupa keadaan “ terpaku”, semua gejala berikut mungkin tampak:

depresif, ansietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan penarikan diri, akan

tetapi tidak satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi gambaran

klinisnya untuk waktu lama. (b) pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dan

stresomya, gejala-gejalanya dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa

jam); dalam hal dimana stres tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru

mulai mereda setelah 24 - 48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari.

18

M. Gangguan Ansietas Menyeluruh


Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya ansietas yang

menyeluruh dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat

bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan

otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan

epigastnik adalah keluhankeluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa

dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami

kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali

diungkapkan.

Pedoman Diagnostik

Pasien harus menunjukan gejala primer ansietas yang berlangsung

hampir setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai beberapa

bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut : kecemasan

tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas otonomik

Terapi

Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir

keduanya mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk

mengurangi dampak stres merupakan pertolongan yang paling efektif.

Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang berlebihan dapat

mengurangi gejala ansietas. Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran

yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi

merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala

menetap. Medikasi ansietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih

dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati gejala fisik,

antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila ansietas berat dan

berlangsung lebih dan 3 bulan.


19

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

ANSIETAS

A. Pengkajian

Pengkajian fokus ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan

perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap

kecemasan.

1. Kaji faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:

a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan

krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan

kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu

berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan.

d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep

diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres

akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang

dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari

dalam keluarga.

g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi

respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.

h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan

yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan

20

neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol

aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan

kecemasan.

2. Kaji Stressor Presipitasi

Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan

yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi

kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:

a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam

integritas fisik meliputi:

1) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system

imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil)

2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya


tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal

dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.

Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam

harga diri.

2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.

3. Kaji Perilaku

Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respon

fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan

mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.

a. Respon fisiologis.

Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis)

b. Respon psikologologis.

Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun

personal.

21

c. Respon kognitif.

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses

pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu

memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya

lapangan persepsi, bingung.


d. Respon afektif.

Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga

berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

4. Kaji penilaian terhadap stressor

5. Kaji sumber dan mekanisme koping

6. Rentang perhatian menurun

7. Gelisah, iritabilitas

8. Control impuls buruk

9. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya

10. Deficit lapangan persepsi

11. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal

B. Diagnosa Keperawatan

1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan

gagal mengambil keputusan.

2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.

3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.

4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian

saudara kandung.

5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.

6. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

C. Intervensi Keperawatan

DX 1: Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan

gagal mengambil keputusan.

Kriteria hasil:

1. Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.


22

2. Klien akan berkomunikasi dengan efektif.

3. Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.

4. Klien akan mengungkapkan rasa pengendalian diri.

Intervensi:

1. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas

secara ritmik.

2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.

3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi

seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.

4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan

sebelumnya dan telah terlatih.

5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi

yang menimbulkan ansietas.

DX 2: kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.

Kriteria hasil:

1. Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.

2. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.

3. Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.

Intervensi:

1. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang

hangat, menjadi pendengar yang baik.

2. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.

3. Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic

yang ringan.
4. Bantu klien mengidentifikasi respon terhadap sters.

DX 3: Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian

saudara kandung

Kriteria hasil:

1. Klien memiliki koping terhadap ancaman.

23

2. Strategi koping positif.

3. Untuk mengetahui sebab biologis.

4. Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.

Intervensi:

1. Dorong klien untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah

berhasil digunakan pada masa lampau.

2. Bantu klien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.

3. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.

4. Konseling dan penyuluhan keluarga ataupun orang terdekat tentang

penyebab biologis.

5. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan

membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak

adekuat.

DX 4: ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.

Kriteria hasil:

1. Meningkatkan kesadaran diri klien.

2. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.


3. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.

Intervensi:

1. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan

cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang

dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi

kecemasan klien.

2. Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan

membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan

penyebab stresnya.

3. Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek

yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan

batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek

lain.

24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ganggauan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi

gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku,

emosional dan fisiologis. Gangguan ansietas memiliki banyak manifestasi,

tetapi ansietas adalah gambaran utama pada gangguan berikut ini (DSM-IV-

TR, 2000):

1. Gangguan panik dengan atau tanpa agrofobia.

2. Gangguan fobia: sosial atau spesifik.


3. Gangguan obsesif-kompulsif (ocd).

4. Gangguan stres pascatrauma.

5. Gangguan stres akut.

6. Gangguan ansietas umum.

7. Gangguan ansietas akibat kondisi medis.

8. Gangguan ansietas akibat zat.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara

subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di

kaji dengan melihat stresos predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang

lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan proses

keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.

Dalam memberikan asuhan keperawatan kecemasan, beberapa

diagnosis yang sering muncul diantaranya:

1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan

gagal mengambil keputusan.

2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.

3. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan financial.

4. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian

saudara kandung.

25

5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan dampak anak sakit.

6. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

B. Saran
Dalam makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Selain itu, berdasarkan teori yang kami cantumkan dalam makalah ini,

kami berharap agar dalam praktek pelaksanaan pemberian suhan

keperawatan pada klien dengan ansietas dapat dilaksanakan sesuai

dengan SOP yang berlaku dan perawat dapat lebih berinovasi dalam

memberikan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah

ansietas.

Anda mungkin juga menyukai