Anda di halaman 1dari 14

BAB I

BAB IIPENDAHULUAN

II.1 Latar Belakang

Menjadi narapidana adalah stresor kehidupan yang berat bagi pelakunya.

Perasaan yang dirasakan narapidana setelah menerima hukuman yaitu seperti rasa

bersalah, hilangnya kebebasan, perasaan malu, sangsi ekonomi dan sosial serta

kehidupan dalam penjara yang penuh dengan tekanan psikologis dapat

memperburuk dan mengintensifkan stresor sebelumnya. Keadaan tersebut bukan

saja mempengaruhi penyesuaian fisik tetapi juga psikologis individu (Hairina &

Komalasari, 2017, pp. 97). Jika dilihat secara psikologis, keadaan yang demikian

menyebabkan narapidana menjadi tertekan jiwanya sehingga akan berdampak

pada segi psikologisnya berupa penurunan harga diri.

1
Harga diri yang rendah dapat menyebabkan perasaan kosong dan terpisah dari orang lain,

terkadang menyebabkan depresi, rasa gelisah atau cemas yang berkepanjangan. Rasa

ketidakmampuan untuk memenuhi harapan orang tua dan kritikan yang tajam merupakan hal

yang dapat menurunkan harga diri (Nelfice, Elita & Dewi, 2013, pp. 2). Stresor-stresor itulah

yang menjadikan aspek spiritual yang berfungsi memberi ketenangan, perbaikan perilaku dan

pengharpan juga menjadi tidak berarti. Spiritualitas berhubungan dengan fungsi psikologis,

keyakinan tentang akhirat, meningkatkan kesadaran akan keterhubungan dengan individu.

Individu yang dengan tingkat spiritualitas tinggi memiliki sikap yang lebih baik, merasa puas

dalam hidup, lebih sedikit mengalami pengalaman traumatik dan lebih sedikit mengalami

kesepian (Mariah, Manurung & Halim, 2013, pp.193).

Selain harga diri rendah seseorang narapidana harus menghadapi penyesuaian diri yang

berat. Seorang narapidana akan kehilangan kebebasan fisik, kehilangan kontrol atas hidup,

kehilangan keluarga, kehilangan barang dan jasa, kehilangan keamanan dan kehilangan

hubungan heteroseksual (Juniarta, Ruspawan & Sipahutar, 2011, pp.1). Seorang narapidana

dapat tetap berhubungan atau berinteraksi dengan keluarga mereka melalui kunjungan di

penjara. Dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga bisa dengan pemenuhan kebutuhan

psikis yang meliputi kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan, dan

menanamkan rasa percaya diri (Nelfice, Elita & Dewi, 2013, pp. 2-3).

Jumlah narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Mojokerto yang dilansir

dari sistem database pemasyarakatan diakses pada tanggal 4 Maret 2019 terdapat total 717

orang yang terbagi 334 narapidana dan sisanya adalah berstatus tahanan. Penelitian yang

dilakukan oleh (Kusuma, 2017, pp. 62) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Mojokerto

bahwa 8 (66,7 %) dari 12 narapidana mengalami harga diri rendah, sisanya 4 (33,3%)

mengalamai harga diri tinggi. seperti halnya penelitian oleh Kusuma penelitian yang

dilakukan oleh (Juniarta, Ruspawan & Sipahutar, 2011) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

2
II A Denpasar dengan responden 64 narapidana wanita didapatkan hasil tingkat harga diri

rendah dialami oleh 16 orang (25%), harga diri sedang dialami oleh 36 orang (56,2%) dan

harga diri tinggi dialami oleh 12 orang (18,8%). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di

Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Mojokerto pada tanggal 4 Januari 2019 didapatkah hasil,

11 (53%) dari 21 narapidana menggalami harga diri rendah. Hasil dari pengisian kuisioner di

dapatkan 5 (50%) dari 10 narapidana memilih jika mereka jarang berdoa dan sholat untuk

mendapatkan ketenangan, 7 (70%) memilih bahwa keluarga kadang-kadang

menyembunyikan informasi tentang keadaan rumah, sedangkan hasil pengisian kuisioner

dukungan keluarga yaitu 6 (60%) dari 10 narapidana memilih keluarga kadang-kadang

menyempatkan waktu untuk menjenguk mereka dan 5 (50%) merasa hidupnya sendiri

didalam penjara.

Eksistensi harga diri seseorang bersifat dinamis karena dipengaruhi oleh sejumlah

faktor dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pada hakikatnya, faktor yang

mempengaruhi harga diri itu tergolong ke dalam faktor internal seperti jenis kelamin,

intelegensi, dan kondisi fisik individu, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan

keluarga dan lingkungan sosial (Candra, Harini & Sumirta, 2017, p. 264-266). Menurut

McLoed & Owens, Powell, (2004) dalam (Suhron, 2017, p. 31,32) menambahkan harga diri

juga dapat dipengaruhi oleh usia, ras, etnis, pubertas, berat badan dan keterlibatan dalam

kegiatan fisik. Seorang narapidana secara mental tidak siap menghadapi realitas kehidupan di

dalam Lembaga Pemasyarakatan. Dalam batinnya, mereka sangat menyesali perbuatan dosa

dan kesalahannya, dan berulang kali menolak serta membenci (Mariah, Manurung & Halim,

2013, pp. 193). Harga diri seseorang dapat dilihat dari penerimaan terhadap dirinya yang apa

adanya, dengan mempunyai keyakinan bahwa dirinya layak, mampu, dan berguna dalam

segala sesuatu yang telah, sedang, dan yang akan terjadi dalam hidupnya (Candra, Harini &

Sumirta, 2017, p. 260).

3
Keyakinan merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang individu.

Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan kepercayaan

yang ia ikuti (Mariah, Manurung & Halim, 2013, pp. 193). Keyakinan tak lepas dari suatu

istilah dari spiritual individu. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang

menurut (Hamid, 2009) adalah tahap perkembangan, keluarga, agama, pengalaman hidup

sebelumnya, krisis perubahan, isu moral terkait dengan terapi, dan asuhan keperawatan yang

kurang sesuai. Spiritualitas mengacu pada bagaimana menjadi manusia yang mencari makna

melalui hubungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal (Husna & Linda, 2014, pp.

64). Spiritual melibatkan keyakinan dalam hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan alam,

hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan dirinya sendiri (Kozier, Berman &

Snyder, 2009). Jika spiritual seseorang terpenuhi akan muncul perasaan aman, damai, dan

tentram, serta membebaskan manusia dari perasaan cemas, hampa, dan takut. Tak salah

apabila ada manusia untuk menguatkan resiliensi dirinya dari sebuah ancaman atau bahaya

adalah dengan memperkaya kebermaknaan spiritual dalam kehidupannya (Mariah, Manurung

& Halim, 2013, pp. 193). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Husna & Linda,

2014, pp.1) bahwa ada hubungan spiritual dengan peningkatan harga diri. Sependapat dengan

penelitian husna, penelitian yang dilakukan oleh (Hayman et al., 2007, pp. 64) juga

mendapatkan hasil bahwa spiritualitas berhubungan positif dengan harga diri.

Harga diri salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Keluarga merupakan

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, anak atau ayah, ibu dan anaknya.

Dukungan keluarga yang baik dapat memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan jiwa

anggota keluarganya. (Hartanti, 2016, pp. 79). Faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga terbagi menjadi 2 ada faktor internal yang meliputi tahap perkembangan atau usia,

tingkat pengetahuan, faktor emosi dan faktor spiritual. Dukungan keluarga juga dapat

dipengaruhi oleh faktor eksternal yang meliputi praktek dikeluarga, faktor sosial ekonomi

4
atau pekerjaan, dan latar belakang budaya (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat

berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian (appraisal) dan

dukungan emosional (Setiadi., 2008, p. 22). Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian

dari (Setyoadi & Supriati, 2018, pp. 6) yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat harga diri. Penelitian yang sama yang

dilakukan oleh (Hartanti, 2016, pp. 83) bahwa adanya hubungan antara dukungan keluarga

dengan harga diri.

Narapidana dapat menjadikan spiritual sebagai kekuatan yang menggerakan, prinsip

hidup, atau esensi yang menembus kehidupan dan diekspresikan dalam hubungan aneka segi

dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan atau kekuatan hidup (Potter & Perry, 2010).

Aktifitas yang terkait dengan spiritualitas terbukti dapat mempengaruhi kesehatan individu

dan perasaan sejahtera yang meningkatkan harga diri (Husna & Linda, 2014, pp. 63). Selain

spiritual narapidan juga dapat memperoleh harga diri dari dukungan keluarga. Pemberian

dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu dengan

memberikan dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota

keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial (A, P. P., & Griffin, 2005, p. 621).

II.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut:

1. “Adakah hubungan spiritual dengan harga diri narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II B Kabupaten Mojokerto?”

2. “Adakah hubungan dukungan keluarga dengan harga diri narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II B Kabupaten Mojokerto?”

5
a. Tujuan Penelitian

II.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan spiritual dan dukungan keluarga dengan harga diri narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Mojokerto.

II.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi spiritual narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B

Mojokerto

2. Mengidentifikasi dukungan keluarga narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II B Mojokerto

3. Mengidentifikasi harga diri narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B

Mojokerto

4. Menganalisis hubungan spiritual dengan harga diri narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II B Mojokerto

5. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan harga diri narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Mojokerto

6. Menganalisis hubungan spiritual dan dukungan keluarga dengan harga diri

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Mojokerto

a. Manfaat Penelitian

II.2.3 Bagi Narapidana

Diharapkan dapat menjadi wawasan dalam pemecahan masalah salah satunya dalam

mendapatkan harga dirinya kembali saat proses menjalani masa hukuman.

6
II.2.4 Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan pada keluarga yang menjalani masa

hukuman agar mereka masih dapat merasakan begitu berharganya mereka meskipun berada

didalam lapas.

II.2.5 Bagi Lembaga Pemasyarakatan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II B Mojokerto dalam membantu proses asuhan keperawatan komprehensif pada narapidana

yang mengalami gangguan harga diri.

II.2.6 Bagi Peneliti

Menjadi pengalaman berharga dan menambah pengetahuan peneliti tentang harga diri

narapidana dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pengembangan penelitian tentang harga

diri narapidana.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini disajikan dari hasil penelitian untuk menjawab pertanyaan serta saran

yang sesuai dengan simpulan yang diambil

II.3 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul hubungan spiritual dan dukungan keluarga

dengan harga diri narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Mojokerto pada 84

responden di dapatkan hasil bahwa :

1. Sebagian besar responden memiliki spiritual yang tinggi yaitu sebanyak 51,2%

karena mereka tetap berhubungan baik pada tuhan, lingkungan, orang lain maupun

dirinya sendiri. Meskipun narapidana berada didalam Lembaga Pemasyarakatan

mereka tetap dapat menjalin hubungan baik dengan narapidana lain maupun

7
dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan tersebut, dengan begitu seorang

narapidana merasa bahwa dirinya tidak sendiri dalam menjalani hukumannya.

2. Setengah dari responden juga memiliki dukungan keluarga yang baik yaitu 50%

yaitu didapatkan dari kunjungan keluarga, meskipun kunjungan keluarga ini

dibatasa waktunya tetapi mereka masih dapat menjenguk anak, suami ataupun

saudara mereka selama keluarga mereka berada di Lembaga Pemasyarakatan.

3. Sebagian besar responden memiliki harga diri tinggi sebanyak 85,7% karena

meskipun mereka menalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan mereka merasa

tidak sendiri dalam menjalani masalah ini, mereka masih mendapatkan dukungan

dari orang-orang yang dicintainya, mereka juga menerima dirinya yang saat ini

bersetatus sebagai narapidana.

4. Ada hubungan spiritual dengan harga diri narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II B Kabupaten Mojokerto yang dibuktikan dengan nilai p-value = 0,001

dengan hasil EXP (B) sebesar 0,824 yaitu memiliki hubungan yang sangat kuat.

Artinya semakin tinggi tingkat spiritual, maka semakin tinggi harga diri

narapidana, dengan korelasi yang sangat kuat

5. Ada hubungan dukungan keluarga dengan harga diri narapidana di Lembaga

Permasyarakatan Kelas II B Mojokerto yang dibuktikan dengan nilai p-value =

0.001 dengan hasil dari EXP (B) pada dukungan keluarga sebesar 0,873 yaitu

memiliki hubungan yang kuat. Artinya semakin baik dukungan keluarga maka

semakin tinggi harga diri narapidana, dengan korelasi sangat kuat.

6. Ada hubungan spiritual dan dukungan keluarga dengan harga diri narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Mojokerto dengan p-value = 0,000 dengan

hasil dari EXP (B) 0,164 yang artinya korelasi sangat lemah. Tidak ada perbedaan

yang signifikan (p = 0,929) antara spiritual dan dukungan keluarga terhadap harga

8
diri narapidana, jika dilihat dari EXP (B) didapatkan bahwa dukungan keluarga

lebih berpengaruh terhadap harga diri narapidana dibandingkan dengan spiritual

dengan mendapatkan nilai EXP (B) 0,878 sedangkan spiritual mendapatkan nilai

EXP ((B) 0,849.

a. Saran

II.3.1Saran Untuk Narapidana

Saran ini ditujukan untuk responden yaitu narapidana untuk lebih meningkatkan

spiritualnya dalam hal ini lebih mendekatkan diri kepada tuhan, seperti sering menikuti

pengajian rutin, sholat berjamaah yang diadakan petugas, lebih bersosialisasi dengan

teman sesama narapidana, dengan begitu harga dirinya akan tetap tinggi. Responden

juga agar lebih baik lagi selama menjalani masa tahanan sehingga keluarga mau

memberikan dukungan yang maksimal selama responden menjalani masa tahanan.

II.3.2Saran Untuk Keluarga

Keluarga diharapkan lebih memotivasi dan rutin melakukan kunjungan lapas

secara rutin sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh petugas dengan mencukupi

kebutuhannya dan menjalin komunikasi yang baik, sehingga responden tetap

mendapatkan perhatian dari keluarga meskipun masih dalam masa tahanan. Keluarga

juga dapat membawakan peratalatan sholat dan Al-quran sehingga narapidana masih

dapat mendekatakan diri pada Allah SWT.

II.3.3Saran Untuk Lembaga Pemasyarakatan

Saran bagi Lembaga Pemasyarakatan untuk memberikan penyuluhan kepada

narapidana maupun keluarga serta memberikan konseling kepada narapidana yang

mengalami gangguan harga diri rendah tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.

9
II.3.4Saran Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Untuk peneliti selanjutnya mungkin penelitian ini masih banyak kekurangan,

diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi dengan variabel

atau eksperimen penelitian tentang hubungan spiritual dan dukungan keluarga

dengan harga diri narapidana.

2. Perlu adanya penambahan penjelasan kuesioner disetiap poin pertanyaan.

3. Masih perlu pembaharuan tentang kuesioner spiritual dan dukungan keluarga

seiring dengan tahun penelitian.

BAB III

10
BAB IVDAFTAR PUSTAKA

A, P. P., & Griffin, P. A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Azizah, L, M., Akbar, A., Zainuri, I. (2018). Development of Empowerment Model of Pople

with Mental Health Disorders in Community and Prison, to Improve Productivity and

Quality of Live, in Indonesia, Vol. 9,No.10.,163-166.

Azizah, L, M., Akbar. A., Zainuri, I. (2018). Efectiveness of Stress Management to Reduce

Level Stress and Emotional Coping Focused in Convict at Class II B Penitentiary of

Mojokerto City, Vol. 2(2)., 98-105.

Azizah, L, M., Melawati, R. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Lanjut

Usia Mengunjungi Posyandu Lansia. Keperawatan Bina Sehat, Vol. 3 No., 85–91.

Azizah, L. M., Zainuri, I., Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa-Teori

dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Azwar, S. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Candra, I. W., Harini, I. G. A., Sumirta, I. N. (2017). Psikologi Landasan Keilmuan Praktik

Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: ANDI.

Ciarrochi, J., Bilich, L. (2006). Acceptance and Commitment Therapy. Measures Package

Process measures of potential relevance to ACT.

Damiyanti, M., I. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. In Edisi

11
5. Jakarta: EGC.

Hairina, Y., Komalasari, S. (2017). Kondisi Psikologis Narapidana Narkotika Di Lembaga

Permasyarakatan Narkotika Klas II Karang Intan Martapura, Kalimantan Selatan. Jurnal

Studia Insania, Vol.5(1), 94–104. https://doi.org/10.18592/jsi.v5i1.1353

Hamid, A. Y. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Hartanti, I. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Harga Diri Pasien Skizofrenia

Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur, Vol.1 No.1, 78–85.

Hayman, J. W., Kurpius, S. R., Befort, C., Nicpon, M. F., Hull-Blanks, E., Sollenberger, S., &

Huser, L. (2007). Spirituality Among College Freshmen: Relationships to Self-Esteem,

Body Image, and Stress, Vol.52(October), 55–70.

Hidayat, A. A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika.

Hidayat, A. A. A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan ; Paradigma Kuantitatif. Surabaya:

Health Books Publishing.

Husna, C., Linda, C. N. (2014). Hubungan Spiritual Dengan Harga Diri Pasien Ulkus

Diabetik Di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh Tahun 2014, Vol.V No.(Dm), 61–68.

Indonesia, R. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan (1995).

Juniarta, I.G.N., Ruspawan, I.D.M., Sipahutar, I. E. (2011). Hubungan Antara Harga Diri

( Self-Esteem ) Dengan Tingkat Stres Narapidana Wanita Di Lapas Klas IIA Denpasar,

12
(2006).

Kasih. (2012). Etika Kerja Dan Kecerdasan Spiritual Serta Kepuasan Kerja Jururawat.

Jakarta: EGC.

Keliat, B. A. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S. J. (2009). Buku Ajar Fundametal Keperawatan.

(L. E, W, Ningsih., D, Yuliati., Y, Yuningsih., A, Ed.). Jakarta: EGC.

Kusuma, Y. L. H. (2017). Pengaruh Bimbingan Metode Diskusi Terhadap Perubahan Harga

Diri Narapidana Di Lapas Kelas Ii B Kota Mojokerto, Vol. 7 No.(November 2015).

Mariah, L., Manurung, I., Halim, A. (2013). Aspek Spiritual Narapidana Narkoba Yang

Menjalani Masa Tahanan Di Lembaga Permasyarakatan, Vol. IX(2), 192–196.

Marnis, P. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. (T. Chandra, Ed.). Sidoarjo: Zifatama

Publisher.

Mc Ewan, M. (2004). Analysis of Spiritual Content in Nursing Textbooks.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI.

Nelfice, Elita, V., Dewi, Y. I. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri

Remaja Di Lembaga Pemasyarakatan, Vol. 1 No., 1–10.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian (Edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. In Edisi 4.

Jakarta: Salemba Medika.

13
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,

dan Praktik, Vol. 1. In Edisi 4. Jakarta: EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan Vol.2. In Edisi 7. Jakarta:

Salemba Medika.

Sari, K. D. A. (2018). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Pada

Penderita TB Paru. STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.

Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Setyoadi, Supriati, L., S. D. R. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Harga

Diri Orang Dengan HIV/AIDS Di Yayasan Sadar Hati Malang, Vol.3 No.(August).

Sugiono. (2016a). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiono, P. D. (2016b). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhron, M. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self Esteem. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Suprajitno. (2016). Pengantar Riset Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Suprajitno, S. K. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai