BAB IIPENDAHULUAN
Perasaan yang dirasakan narapidana setelah menerima hukuman yaitu seperti rasa
bersalah, hilangnya kebebasan, perasaan malu, sangsi ekonomi dan sosial serta
saja mempengaruhi penyesuaian fisik tetapi juga psikologis individu (Hairina &
Komalasari, 2017, pp. 97). Jika dilihat secara psikologis, keadaan yang demikian
1
Harga diri yang rendah dapat menyebabkan perasaan kosong dan terpisah dari orang lain,
terkadang menyebabkan depresi, rasa gelisah atau cemas yang berkepanjangan. Rasa
ketidakmampuan untuk memenuhi harapan orang tua dan kritikan yang tajam merupakan hal
yang dapat menurunkan harga diri (Nelfice, Elita & Dewi, 2013, pp. 2). Stresor-stresor itulah
yang menjadikan aspek spiritual yang berfungsi memberi ketenangan, perbaikan perilaku dan
pengharpan juga menjadi tidak berarti. Spiritualitas berhubungan dengan fungsi psikologis,
Individu yang dengan tingkat spiritualitas tinggi memiliki sikap yang lebih baik, merasa puas
dalam hidup, lebih sedikit mengalami pengalaman traumatik dan lebih sedikit mengalami
Selain harga diri rendah seseorang narapidana harus menghadapi penyesuaian diri yang
berat. Seorang narapidana akan kehilangan kebebasan fisik, kehilangan kontrol atas hidup,
kehilangan keluarga, kehilangan barang dan jasa, kehilangan keamanan dan kehilangan
hubungan heteroseksual (Juniarta, Ruspawan & Sipahutar, 2011, pp.1). Seorang narapidana
dapat tetap berhubungan atau berinteraksi dengan keluarga mereka melalui kunjungan di
penjara. Dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga bisa dengan pemenuhan kebutuhan
psikis yang meliputi kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan, dan
menanamkan rasa percaya diri (Nelfice, Elita & Dewi, 2013, pp. 2-3).
dari sistem database pemasyarakatan diakses pada tanggal 4 Maret 2019 terdapat total 717
orang yang terbagi 334 narapidana dan sisanya adalah berstatus tahanan. Penelitian yang
dilakukan oleh (Kusuma, 2017, pp. 62) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Mojokerto
bahwa 8 (66,7 %) dari 12 narapidana mengalami harga diri rendah, sisanya 4 (33,3%)
mengalamai harga diri tinggi. seperti halnya penelitian oleh Kusuma penelitian yang
dilakukan oleh (Juniarta, Ruspawan & Sipahutar, 2011) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
2
II A Denpasar dengan responden 64 narapidana wanita didapatkan hasil tingkat harga diri
rendah dialami oleh 16 orang (25%), harga diri sedang dialami oleh 36 orang (56,2%) dan
harga diri tinggi dialami oleh 12 orang (18,8%). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Mojokerto pada tanggal 4 Januari 2019 didapatkah hasil,
11 (53%) dari 21 narapidana menggalami harga diri rendah. Hasil dari pengisian kuisioner di
dapatkan 5 (50%) dari 10 narapidana memilih jika mereka jarang berdoa dan sholat untuk
menyempatkan waktu untuk menjenguk mereka dan 5 (50%) merasa hidupnya sendiri
didalam penjara.
Eksistensi harga diri seseorang bersifat dinamis karena dipengaruhi oleh sejumlah
mempengaruhi harga diri itu tergolong ke dalam faktor internal seperti jenis kelamin,
intelegensi, dan kondisi fisik individu, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan
keluarga dan lingkungan sosial (Candra, Harini & Sumirta, 2017, p. 264-266). Menurut
McLoed & Owens, Powell, (2004) dalam (Suhron, 2017, p. 31,32) menambahkan harga diri
juga dapat dipengaruhi oleh usia, ras, etnis, pubertas, berat badan dan keterlibatan dalam
kegiatan fisik. Seorang narapidana secara mental tidak siap menghadapi realitas kehidupan di
dalam Lembaga Pemasyarakatan. Dalam batinnya, mereka sangat menyesali perbuatan dosa
dan kesalahannya, dan berulang kali menolak serta membenci (Mariah, Manurung & Halim,
2013, pp. 193). Harga diri seseorang dapat dilihat dari penerimaan terhadap dirinya yang apa
adanya, dengan mempunyai keyakinan bahwa dirinya layak, mampu, dan berguna dalam
segala sesuatu yang telah, sedang, dan yang akan terjadi dalam hidupnya (Candra, Harini &
3
Keyakinan merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang individu.
Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan kepercayaan
yang ia ikuti (Mariah, Manurung & Halim, 2013, pp. 193). Keyakinan tak lepas dari suatu
istilah dari spiritual individu. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang
menurut (Hamid, 2009) adalah tahap perkembangan, keluarga, agama, pengalaman hidup
sebelumnya, krisis perubahan, isu moral terkait dengan terapi, dan asuhan keperawatan yang
kurang sesuai. Spiritualitas mengacu pada bagaimana menjadi manusia yang mencari makna
melalui hubungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal (Husna & Linda, 2014, pp.
64). Spiritual melibatkan keyakinan dalam hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan alam,
hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan dirinya sendiri (Kozier, Berman &
Snyder, 2009). Jika spiritual seseorang terpenuhi akan muncul perasaan aman, damai, dan
tentram, serta membebaskan manusia dari perasaan cemas, hampa, dan takut. Tak salah
apabila ada manusia untuk menguatkan resiliensi dirinya dari sebuah ancaman atau bahaya
& Halim, 2013, pp. 193). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Husna & Linda,
2014, pp.1) bahwa ada hubungan spiritual dengan peningkatan harga diri. Sependapat dengan
penelitian husna, penelitian yang dilakukan oleh (Hayman et al., 2007, pp. 64) juga
Harga diri salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Keluarga merupakan
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, anak atau ayah, ibu dan anaknya.
Dukungan keluarga yang baik dapat memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan jiwa
anggota keluarganya. (Hartanti, 2016, pp. 79). Faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga terbagi menjadi 2 ada faktor internal yang meliputi tahap perkembangan atau usia,
tingkat pengetahuan, faktor emosi dan faktor spiritual. Dukungan keluarga juga dapat
dipengaruhi oleh faktor eksternal yang meliputi praktek dikeluarga, faktor sosial ekonomi
4
atau pekerjaan, dan latar belakang budaya (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat
dukungan emosional (Setiadi., 2008, p. 22). Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian
dari (Setyoadi & Supriati, 2018, pp. 6) yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat harga diri. Penelitian yang sama yang
dilakukan oleh (Hartanti, 2016, pp. 83) bahwa adanya hubungan antara dukungan keluarga
hidup, atau esensi yang menembus kehidupan dan diekspresikan dalam hubungan aneka segi
dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan atau kekuatan hidup (Potter & Perry, 2010).
Aktifitas yang terkait dengan spiritualitas terbukti dapat mempengaruhi kesehatan individu
dan perasaan sejahtera yang meningkatkan harga diri (Husna & Linda, 2014, pp. 63). Selain
spiritual narapidan juga dapat memperoleh harga diri dari dukungan keluarga. Pemberian
dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu dengan
keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial (A, P. P., & Griffin, 2005, p. 621).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
5
a. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan spiritual dan dukungan keluarga dengan harga diri narapidana di
Mojokerto
Kelas II B Mojokerto
Mojokerto
a. Manfaat Penelitian
Diharapkan dapat menjadi wawasan dalam pemecahan masalah salah satunya dalam
6
II.2.4 Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan pada keluarga yang menjalani masa
hukuman agar mereka masih dapat merasakan begitu berharganya mereka meskipun berada
didalam lapas.
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas
Menjadi pengalaman berharga dan menambah pengetahuan peneliti tentang harga diri
narapidana dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pengembangan penelitian tentang harga
diri narapidana.
Pada bab ini disajikan dari hasil penelitian untuk menjawab pertanyaan serta saran
II.3 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul hubungan spiritual dan dukungan keluarga
1. Sebagian besar responden memiliki spiritual yang tinggi yaitu sebanyak 51,2%
karena mereka tetap berhubungan baik pada tuhan, lingkungan, orang lain maupun
mereka tetap dapat menjalin hubungan baik dengan narapidana lain maupun
7
dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan tersebut, dengan begitu seorang
2. Setengah dari responden juga memiliki dukungan keluarga yang baik yaitu 50%
dibatasa waktunya tetapi mereka masih dapat menjenguk anak, suami ataupun
3. Sebagian besar responden memiliki harga diri tinggi sebanyak 85,7% karena
tidak sendiri dalam menjalani masalah ini, mereka masih mendapatkan dukungan
dari orang-orang yang dicintainya, mereka juga menerima dirinya yang saat ini
dengan hasil EXP (B) sebesar 0,824 yaitu memiliki hubungan yang sangat kuat.
Artinya semakin tinggi tingkat spiritual, maka semakin tinggi harga diri
0.001 dengan hasil dari EXP (B) pada dukungan keluarga sebesar 0,873 yaitu
memiliki hubungan yang kuat. Artinya semakin baik dukungan keluarga maka
6. Ada hubungan spiritual dan dukungan keluarga dengan harga diri narapidana di
hasil dari EXP (B) 0,164 yang artinya korelasi sangat lemah. Tidak ada perbedaan
yang signifikan (p = 0,929) antara spiritual dan dukungan keluarga terhadap harga
8
diri narapidana, jika dilihat dari EXP (B) didapatkan bahwa dukungan keluarga
dengan mendapatkan nilai EXP (B) 0,878 sedangkan spiritual mendapatkan nilai
a. Saran
Saran ini ditujukan untuk responden yaitu narapidana untuk lebih meningkatkan
spiritualnya dalam hal ini lebih mendekatkan diri kepada tuhan, seperti sering menikuti
pengajian rutin, sholat berjamaah yang diadakan petugas, lebih bersosialisasi dengan
teman sesama narapidana, dengan begitu harga dirinya akan tetap tinggi. Responden
juga agar lebih baik lagi selama menjalani masa tahanan sehingga keluarga mau
secara rutin sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh petugas dengan mencukupi
mendapatkan perhatian dari keluarga meskipun masih dalam masa tahanan. Keluarga
juga dapat membawakan peratalatan sholat dan Al-quran sehingga narapidana masih
mengalami gangguan harga diri rendah tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.
9
II.3.4Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi dengan variabel
BAB III
10
BAB IVDAFTAR PUSTAKA
A, P. P., & Griffin, P. A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Cipta.
Azizah, L, M., Akbar, A., Zainuri, I. (2018). Development of Empowerment Model of Pople
with Mental Health Disorders in Community and Prison, to Improve Productivity and
Azizah, L, M., Akbar. A., Zainuri, I. (2018). Efectiveness of Stress Management to Reduce
Azizah, L, M., Melawati, R. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Lanjut
Usia Mengunjungi Posyandu Lansia. Keperawatan Bina Sehat, Vol. 3 No., 85–91.
Azizah, L. M., Zainuri, I., Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa-Teori
Candra, I. W., Harini, I. G. A., Sumirta, I. N. (2017). Psikologi Landasan Keilmuan Praktik
Ciarrochi, J., Bilich, L. (2006). Acceptance and Commitment Therapy. Measures Package
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. In Edisi
11
5. Jakarta: EGC.
Hamid, A. Y. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Hartanti, I. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Harga Diri Pasien Skizofrenia
Hayman, J. W., Kurpius, S. R., Befort, C., Nicpon, M. F., Hull-Blanks, E., Sollenberger, S., &
Hidayat, A. A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Husna, C., Linda, C. N. (2014). Hubungan Spiritual Dengan Harga Diri Pasien Ulkus
Diabetik Di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Pemasyarakatan (1995).
Juniarta, I.G.N., Ruspawan, I.D.M., Sipahutar, I. E. (2011). Hubungan Antara Harga Diri
( Self-Esteem ) Dengan Tingkat Stres Narapidana Wanita Di Lapas Klas IIA Denpasar,
12
(2006).
Kasih. (2012). Etika Kerja Dan Kecerdasan Spiritual Serta Kepuasan Kerja Jururawat.
Jakarta: EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S. J. (2009). Buku Ajar Fundametal Keperawatan.
Mariah, L., Manurung, I., Halim, A. (2013). Aspek Spiritual Narapidana Narkoba Yang
Marnis, P. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. (T. Chandra, Ed.). Sidoarjo: Zifatama
Publisher.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI.
Nelfice, Elita, V., Dewi, Y. I. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri
13
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan Vol.2. In Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.
Sari, K. D. A. (2018). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Pada
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Setyoadi, Supriati, L., S. D. R. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Harga
Diri Orang Dengan HIV/AIDS Di Yayasan Sadar Hati Malang, Vol.3 No.(August).
Suhron, M. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self Esteem. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Suprajitno. (2016). Pengantar Riset Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
14