Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf adalah ilmu yang dilahirkan dari persentuhan umat
Islam dengan berbagai masalah sosiocultural yang dihadapi oleh masyarakat yang sedang
berkembang kala itu mencari dan mempertahankan kebenaran. Dari itu pula lahirlah para
pakar dunia yang telah berhasil mempertahankan kebenaran mereka masing – masing,
walaupundengan cara atau jalan yang berbeda. Maka dari itu pada makalah ini akan
membahas hakekat Ilmu Kalam, Tasawuf dan Filsafat beserta hubungan ketiganya.

B.             Rumusan Masalah


1.     Apa Hakekat Ilmu Kalam itu?
2.     Apa Hakekat Ilmu Tasawuf itu?
3.     Apa Hakekat Ilmu Filsafat itu?
4.     Bagaimana hubungan Ilmu Kalam, Tasawuf dan Filsafat?

C.             Tujuan
1.     Mengetahui dan memahami hakekat ilmu kalam
2.     Mengetahui dan memahami hakekat tasawuf
3.     Mengetahui dan memahami hakekat Filsafat
4.     Mengetahui dan memahami hubungan Ilmu Kalam, Tasawuf dan Filsafat

Pengertian Ilmu Kalam


Ilmu Kalam ialah Ilmu berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan –
kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap
orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan – kepercayaan aliran golongan salaf dan
ahli sunnah.[1]
Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa Ilmu Kalam ialah ilmu yang
membicarakan baagaimana menetapkan kepercayaan – kepercayaan keaagamaan dengan
bukti yang meyakinkan.[2] Di dalam ilmu ini dibahas tentang car ma’rifat (mengetahui secara
mendalam) tentang sifat-sifat Allah dan para Rasul-Nya dengan menggunakan dalil-dalil
yang pasti guna mencapai kebahagiaan tentang hidup abadi. Ilmu ini termasuk induk ilmu
agama yang paling utama. Bahkan paling mulia, karena berkaitan dengan Zat Allah, Zat para
Rasul-Nya. [3]
B.             Pengertian Ilmu Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti
ilmu atau hikmah. Dalam hubungan ini, Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah
hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya,
memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk ini ia
mengatakan bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan
akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman – pengalaman manusia.[4]
[1] A. Hanafi, Theologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), cet. III, hlm. 10
[2] Husain Bin Muhammad Al-Jassar, l-Hushun al-hamidiyah li al-Muhafadzah ‘Ala al- ‘Aqaid al-Islamiyah, (Bandung : Syirkah al-
Ma’arif), hlm. 7
[3] Ibid., hlm. 7
[4] Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafat Pendidikan Islam, (terj.) Hasan Langgulung dari judul asli Falsafat al-Tarbiyah al-
Islamiyah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), cet. I, hlm. 25

C.             Pengertian Ilmu Tasawuf


Tasawuf dapat diartikan mencari jalan untuk memperoleh kecintaan dan
kesempurnaan rohani. Selain itu dapat pula diartikan berpindah dari kehidupan biasa menjadi
kehidupan shufi (yang di sucikan) yang selalu tekun beribadah dan jernih, bersih jiwa dan
hatinya, ikhlas karena Allah SWT semata-mata. [5]
Timbulnya ilmu tasawuf adalah disebabkan karena orang senantiasa kekal
mengerjakan amal ibadah, mendekatkan hati kepada Allah, dan berpaling dari kemegahan,
tidak menaruh perhatian terhadap dunia.
D.             Titik Persamaan
Ilmu Kalam, Filsafat dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian
ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian
filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang
ada. Sementara itu, objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya – upaya pendekatan
terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang
berkaitan dengan ketuhanan. [6]
Baik ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang
Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha
menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat di
jangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas jangkauannya), atau tentang
Tuhan. Sementara itu, Tasawuf -juga dengan metodenya yang tipikal- berusaha menghampiri
kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan.
  Titik Singgung antara Ilmu Kalam dan Ilmu Tasawuf
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang mengedepankan pembicaraan
tentang persoalan – persoalan kalam Tuhan. Persoalan – persoalan kalam ini biasanya
mengarah pada perbincangan yang mendalam dengan dasar – dasar argumentasi, baik
rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksudkan adalah
landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosofis, sedangkan
argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi berupa dalil – dalil Qur’an dan
Hadits. Ilmu kalam sering menempatkan dirinya pada kedua pendekatan ini (aqli dan naqli),
suatu metode argumentasi yang dialektik. Jika pembicaraan ilmu kalam hanya berkisar pada
keyakinan – keyakinan yang harus di pegang oleh umat Islam, tanpa argumentasi rasional,
ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu aqa’id.
[10]

Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defiisinya, kekufuran dan
manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Adapun pada ilmu tasawuf ditemukan
pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta
upaya menyelamatkan diri dari kemunafikan. Tidaklah cukup bagi seseorang yang hanya
mengetahui batasan – batasannya. Hal ini karena terkadang seseorang yang sudah tahu
batasan – batasan kemunafikan pun tetap saja melaksanakannya.
Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul
suatu aliran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang
bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan penyimpangan atau
penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh ulama’ – ulama’ salaf, hal itu harus di tolak. [11]
Selain itu, Ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah
dalam perdebatan – perdebatan kalam. Sebagaimana di sebutkan bahwa ilmu kalam dalam
dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional di samping
muatan naqliyah. Jika tidak di imbangi oleh kesadaran rohaniyah, ilmu kalam dapat bergerak
kearah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan
rohaniah sehingga ilmu kalam tidak di kesani sebagai dialektika keislaman belaka, yang
kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qabliyah (hati).
Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara ilmu tasawuf dan ilmu kalam, alangkah
baiknya menengok paparan Al-Ghazali. Dalam bukunya yang berjudul Asma al-Husna, Al-
Ghazali menjelaskan dengan baik persoalan tauhid kepada Allah, terutama ketika
menjelaskan nama – nama Allah, materi pokok ilmu tauhid. Menurutnya nama Tuhan Ar-
Rahman dan Ar-Rahim, pada aplikasi rohaniyahnya merupakan sebuah sifat yang harus
diteladani. Jika sifat Ar-Rahman diaplikasikan, seseorang akan memandang orang yang
durhaka dengan kelembutan bukan kekasaran, melihat orang dengan rahim, bukan dengan
mata yang menghina, bahkan ia mencurahkan ke-rahim-annya kepada orang yang durhaka
agar dapat diselamatkan. Jika melihat orang lain menderita atau sakit, orang yang rahim akan
[12]
segera menolongnya. Nama lain Allah yang patut di teladani ialah Al-Qudus (Mahasuci).
Seorang hamba akan suci kalau berhasil membebaskan pengetahuan dan kehendaknya dari
[13]
khayalan dan segala persepsi yang dimiliki binatang, Dengan ilmu tasawuf, semua
persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih
dinamis dan aplikatif.
Kesimpulan
       Ilmu Kalam ialah Ilmu berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan –
kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap
orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan – kepercayaan aliran golongan salaf dan
ahli sunnah.
       Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau
hikmah. Dalam hubungan ini, Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu
sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk ini ia mengatakan
bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan
berusaha menafsirkan pengalaman – pengalaman manusia.
       Tasawuf dapat diartikan mencari jalan untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan
rohani. Selain itu dapat pula diartikan berpindah dari kehidupan biasa menjadi kehidupan
shufi (yang di sucikan) yang selalu tekun beribadah dan jernih, bersih jiwa dan hatinya, ikhlas
karena Allah SWT semata-mata.
       Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi rasional dan
teologi tradisional. Filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri. Sains berkembang
menjadi sains kealaman, sosial, dan humaniora sedangkan filsafat berkembang menjadi
filsafat klasik, pertengahan, dan filsafat modern. Tasawuf selanjutnya berkembang menjadi
tasawuf praktis dan tasawuf teoritis.

Anda mungkin juga menyukai