Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf adalah ilmu yang dilahirkan dari persentuhan umat
Islam dengan berbagai masalah sosiocultural yang dihadapi oleh masyarakat yang sedang
berkembang kala itu mencari dan mempertahankan kebenaran. Dari itu pula lahirlah para
pakar dunia yang telah berhasil mempertahankan kebenaran mereka masing – masing,
walaupundengan cara atau jalan yang berbeda. Maka dari itu pada makalah ini akan
membahas hakekat Ilmu Kalam, Tasawuf dan Filsafat beserta hubungan ketiganya.
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami hakekat ilmu kalam
2. Mengetahui dan memahami hakekat tasawuf
3. Mengetahui dan memahami hakekat Filsafat
4. Mengetahui dan memahami hubungan Ilmu Kalam, Tasawuf dan Filsafat
Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defiisinya, kekufuran dan
manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Adapun pada ilmu tasawuf ditemukan
pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta
upaya menyelamatkan diri dari kemunafikan. Tidaklah cukup bagi seseorang yang hanya
mengetahui batasan – batasannya. Hal ini karena terkadang seseorang yang sudah tahu
batasan – batasan kemunafikan pun tetap saja melaksanakannya.
Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul
suatu aliran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang
bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan penyimpangan atau
penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh ulama’ – ulama’ salaf, hal itu harus di tolak. [11]
Selain itu, Ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah
dalam perdebatan – perdebatan kalam. Sebagaimana di sebutkan bahwa ilmu kalam dalam
dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional di samping
muatan naqliyah. Jika tidak di imbangi oleh kesadaran rohaniyah, ilmu kalam dapat bergerak
kearah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan
rohaniah sehingga ilmu kalam tidak di kesani sebagai dialektika keislaman belaka, yang
kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qabliyah (hati).
Untuk melihat lebih lanjut hubungan antara ilmu tasawuf dan ilmu kalam, alangkah
baiknya menengok paparan Al-Ghazali. Dalam bukunya yang berjudul Asma al-Husna, Al-
Ghazali menjelaskan dengan baik persoalan tauhid kepada Allah, terutama ketika
menjelaskan nama – nama Allah, materi pokok ilmu tauhid. Menurutnya nama Tuhan Ar-
Rahman dan Ar-Rahim, pada aplikasi rohaniyahnya merupakan sebuah sifat yang harus
diteladani. Jika sifat Ar-Rahman diaplikasikan, seseorang akan memandang orang yang
durhaka dengan kelembutan bukan kekasaran, melihat orang dengan rahim, bukan dengan
mata yang menghina, bahkan ia mencurahkan ke-rahim-annya kepada orang yang durhaka
agar dapat diselamatkan. Jika melihat orang lain menderita atau sakit, orang yang rahim akan
[12]
segera menolongnya. Nama lain Allah yang patut di teladani ialah Al-Qudus (Mahasuci).
Seorang hamba akan suci kalau berhasil membebaskan pengetahuan dan kehendaknya dari
[13]
khayalan dan segala persepsi yang dimiliki binatang, Dengan ilmu tasawuf, semua
persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih
dinamis dan aplikatif.
Kesimpulan
Ilmu Kalam ialah Ilmu berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan –
kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap
orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan – kepercayaan aliran golongan salaf dan
ahli sunnah.
Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau
hikmah. Dalam hubungan ini, Al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu
sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk ini ia mengatakan
bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan
berusaha menafsirkan pengalaman – pengalaman manusia.
Tasawuf dapat diartikan mencari jalan untuk memperoleh kecintaan dan kesempurnaan
rohani. Selain itu dapat pula diartikan berpindah dari kehidupan biasa menjadi kehidupan
shufi (yang di sucikan) yang selalu tekun beribadah dan jernih, bersih jiwa dan hatinya, ikhlas
karena Allah SWT semata-mata.
Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi rasional dan
teologi tradisional. Filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri. Sains berkembang
menjadi sains kealaman, sosial, dan humaniora sedangkan filsafat berkembang menjadi
filsafat klasik, pertengahan, dan filsafat modern. Tasawuf selanjutnya berkembang menjadi
tasawuf praktis dan tasawuf teoritis.