Anda di halaman 1dari 32

PERAN PT KPC DALAM KEGIATAN COMMUNITY DEVELOPMENT SEBAGAI

BENTUK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI KAB. KUTAI TIMUR

Diserahkan guna memenuhi tugas mata kuliah TA4202 Kebijakan Pertambangan

Oleh:
Kelompok 4
Kurnia Septriadi 12116011
Fakhmi Imanuddin Prakasa 12116075
Elvira Mutiara Saumi 12116019
Sangap Angantason Berutu 12116042
Mudzakir Nur Awal 12116070

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK


PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI
BANDUNG 2019/2020
PRAKATA

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat dan karuniaNya sehingga Makalah dengan topik “Tantangan yang
dihadapi setelah pemberian izin pertambangan” dapat diselesaikan sesuai harapan.

Laporan ini penulis susun dengan mengerahkan segala daya dan upaya yang ada,
termasuk bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof., Dr., Ir., Made Astawa Rai, DEA. dan Bapak Dr.-Ing., Ir., Aryo Prawoto
Wibowo, M.Eng., sebagai dosen Mata Kuliah Kebijakan Pertambangan yang telah
dengan sabar membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi yang demikian
bermakna dalam keberjalanan kuliah Kebijakan Pertambangan;
2. Rekan-rekan seangkatan program studi Teknik Pertambangan di Institut Teknologi
Bandung yang mengambil Mata Kuliah Kebijakan Pertambangan yang dengan
karakternya masing-masing telah banyak berkontribusi membentuk laporan kuliah
lapangan ini;
3. Semua pihak yang telah berkontribusi terhadap penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh
keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan, mencari sumber dan pengalaman,
sehingga tulisan ini banyak kekurangan. Semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan
dan bermanfaat bagi para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga laporan yang
sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Bandung, 15 November 2019


Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepertinya sudah tidak asing lagi mendengar kata CSR atau Corporate Social
Responsibility di dalam suatu dunia usaha ataupun organisasi. CSR sangat penting
kaitannya dengan perusahaan atau organisasi dikarenakan memang setiap perusahaan
memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya melalui
berbagai kegiatan yang tujuannya untuk mengembangkan lingkungan serta memperbaiki
kehidupan masyarakat sampai pada proses pembangunan ekonomi.
Sebelum menjabarkan lebih jauh mengenai pentingnya CSR di dalam sebuah
perusahaan atau organisasi, perlu diketahui dulu apa pengertian dari CSR (Corporate
Social Responsibility) atau biasa disebut Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Berdasarkan The World Business Concil for Sustainable Development (WBCSD) dan
World Bank, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan, bekerja sama dengan karyawan,
keluarga karyawan dan masyarakat setempat (local) dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan.
Oleh karena itu, seberapa pentingkah peran CSR untuk suatu perusahaan? CSR
(Corporate Social Responsibility) memiliki peran yang sangat penting baik itu bagi
masyarakat maupun untuk perusahaan itu sendiri. Kenapa bisa demikian? Karena dengan
adanya CSR, selain menguntungkan bagi masyarakat dengan adanya kegiatan yang
mendorong pemberdayaan masyarakat, dengan adanya CSR juga turut andil membantu
perusahaan dalam memperlancar operasional perusahaan sehingga bebas gangguan.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa definisi dan tujuan dari pengembangan masyarakat sebagai salah satu bentuk
tanggung jawab social perusahaan?
b. Bagaimana peraturan yang berlaku mengenai pengembangan masyarakat sebagai
salah satu bentuk tanggung jawab social perusahaan di Indonesia?
c. Bagaimana peran yang telah dilakukan perusahaan batubara dalam pengembangan
masyarakat sekitar daerah operasi pertambangan PT Kaltim Prima Coal di Kabupaten
Kutai Timur dan sekitarnya?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian serta manfaat dari Corporatie Social Responsibility bagi
perusahaan dan masyarakat di sekitar perusahaan.
b. Mengetahui peraturan tentang pengembangan masyarakat sebagai salah satu bagian
Corporate Social Responsibility di Indonesia.
c. Mengetahui peran perusahaan tambang batubara (PT KPC) dalam pengembangan
masyarakat sekitar sebagai salah satu usaha CSR di Kabupaten Kutai Timur.
1.4. Batasan Masalah
Penulis melakukan mengenai pembatasan studi kasus, di mana pembahasan studi
mengenai pengembangan masyarakat sebagai bagian dari tanggung jawab social
perusahaan kasus pengamatannya di lakukan untuk PT Kaltim Prima Coal di Kabupaten
Kutai Timur.
1.5. Manfaat Penulisan
a. Memberikan pengetahuan lebih mengenai pengertian dan tujuan pengembangan
masyarakat sebagai rangka tanggung jawab social perusahaan.
b. Mengetahui dampak dilaksanakan CSR terhadap kondisi masyarakat di sekitar
perusahaan pertambangan.
c. Memperdalam keilmuan mengenai pertambangan khususnya terkait ilmu yang
mengenai tanggung jawab social perusahaan/Corporate Social Responsibility (CSR).
1.6. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan melakukan studi
literatur/penggunaan data sekunder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Masyarakat Sekitar Tambang dan Corporate Social Responsibility
2.1. Pengertian Masyarakat
a. Menurut UU No. 30 Tahun 2014 pada Pasal 1 menjelaskan bahwa Warga Masyarakat
adalah seseorang atau badan hukum perdata yang terkait dengan keputusan dan/atau
tindakan.
b. Menurut Soerjono Soekanto, pengertian masyarakat adalah proses terjadinya interaksi
social.
c. Menurut Selo Sumardjan, pengertian masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan suatu kebudayaan.
2.2. Pengertian Pertambangan
Disadur dari Undang-Undang Mineral dan Batubara Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 1
menyatakan bahwa Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruki, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
2.3. Pengertian Masyarakat Sekitar Tambang
Berdasarkan uraian pengertian dari dua kata penyusunnya, yaitu masyarakat dan
pertambangan, dapat ditarik benang merah terhadap pengertian masyarakat tambang
secara sudut pandang wilayah adalah sekumpulan orang yang tinggal, bermukim, serta
hidup bersama-sama di sekitar Kawasan pertambangan.
2.4. Konsep Corporate Social Responsibility
2.4.1. Pengertian Corporate Social Responsibility
a. Wibisono (2007:7)
Menurut Wibisono dalam bukunya berjudul "Membedah Konsep dan Aplikasi
CSR (Corporate Social Responsibility)", Wibisono menjabarkan bahwa Corporate
Social Responsibility (CSR) adalah suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha
untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari
komunitas setempat atau masyarakat luas, bersaman dengan peningkatan taraf hidup
pekerja beserta keluarganya.
b. Suharto (2007:16)
Melalui bukunya berjudul "Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat
Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Rensposibility)", Suharto
menyatakan bahwa CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetap juga untuk pembangunan
sosial ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Dalam
konteks pemberdayaan, CSR adalah bagian dari policy perusahaan yang dijalankan
secara profesional dan melembaga. CSR kemudian identik dengan CSP (corporate
social policy), yakni roadmap dan strategi perusahaan yang mengintegrasikan
tanggung jawab ekonomis korporasi dengan tanggung jawab social, legal dan etis.
c. The World Business for Sustainable Council
Menurut The World Business Council for Sustainable Development didalam
Rahman (2009:10) menjabarkan pengertian CSR sebagai suatu komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan
perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (lokal) dan
masyarakat secara keseluruhan dalam rangka memperbaiki kualitas hidup.
2.4.2. Manfaat Corporate Social Responsibility menurut Rudito (2004:42) dalam hal
pengembangan masyarakat.
a. Tujuan
- Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah terutama pada
tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, budaya
yang lebih baik di sekitar wilayah kegiatan perusahaan.
- Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.
- Membantu pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengembangan
ekonomi wilayah.
b. Sasaran
- Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi masyarakat
dan pihak-pihak terkait yang berada disekitar wilayah perusahaan.
- Pengembangan dan peningkatan sarana atau fasilitas umum didasarkan pada skala
prioritas dan potensi wilayah tersebut.
- Mendorong dan mengembangkan potensi-potensi kewirausahaan yang didasarkan
pada sumber daya lokal.
- Pengembangan kelembagaan lokal disekitar wilayah operasi perusahaan.
2.4.3. Kendala yang dihadapi dalam pelakasanaan Corporate Social Responsibility menurut
Susiloadi (2008:129).
a. Gangguan keamanan.
b. Kurangnya kreativitas dan inovasi.
c. Timbulnya ketergantungan masyarakat.
d. Kemungkinan korupsi.
e. Peraturan yang membingungkan.
f. Pemerintah masih belum memberikan situasi yang kondusif bagi perusahaan
dalam menjalankan program CSR.
2.4.4. Unsur-unsur yang terdapat di dalam suatu kegiatan CSR menurut Rahman (2009:13).
a. Continuity dan Sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan
merupakan unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasar trend ataupun
incidental bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada long term
perspective bukan instant, happening atau pun booming. CSR adalah suatu
mekanisme kegiatan yang terencanakan, sistematis dan dapat dievaluasi.
b. Communit Empowerment atau pemberdayakan komunitas. Membedakan CSR
dengan kegiatan yang bersifat charity atau pun philantrophy semata. Tindakan-
tindakan kedermawanan meskipun membantu komunitas, tetapi tidak
menjadikannya mandiri. Salah satu indikasi dari suksesnya sebuah program CSR
adalah adanya kemandirian yang lebih pada komunitas, dibandingkan dengan
sebelum program CSR hadir.
c. Two ways yaitu program CSR bersifat dua arah. Korporat bukan lagi berperan
sebagai komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari
komunitas. Ini dapat dilakukan untuk mengetahui needs, desires dan wants dari
masyarakat atau komunitas di sekitar daerah operasi perusahaan.
2.5. Peran Community Development Sebagai Bagian dari Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan.
PBB (1955) merumuskan definisi Community Development sebagai suatu proses
yang dirancang untuk menciptakan kemajuan kondisi ekonomi dan social bagi warga
komunitas dengan partisipasi aktif dan sejauh mungkin menumbuhkan prakarsa
komunitas itu sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan (Najiati dkk, 2005:54):
a. Prinsip Kesetaraan
Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat
adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat
dengan lembaga yang melakukan program-program pemberdayaan
masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Dinamika yang dibangun
adalah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagai
pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing
saling mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling
belajar.
b. Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat
adalah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan,
diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk sampai pada tingkat
tersebut perlu waktu dan proses pendampingan yang melibatkan pendamping
yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat.
c. Keswadayaan dan Kemandirian
Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan
masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang
miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan (the have not), melainkan
sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit (the have little). Mereka
memiliki kemampuan untuk menabung, pengetahuan yang mendalam tentang
kendala-kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki
tenaga kerja dan kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang
sudah lama dipatuhi. Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi
proses pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil harus
dipandang sebagai penunjang, sehingga pemberian bantuan tidak justru
melemahkan tingkat keswadayaannya.
d. Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada
awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi
secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan
akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya
sendiri.
Sektor energi dan sumber daya mineral di Indonesia sampai saat ini masih
memberikan kontribusi yang tinggi terhadap proses pembangunan nasional. Melalui
UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
pemerintah telah mewajibkan kegiatan CSR dan community development kepada
semua perusahaan (PT).
Dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah juga mengatur
bahwa program community development harus dikoordinasikan dengan pemerintah
dan masyarakat setempat, bahkan masyarakat pun bisa mengajukan usulan kegiatan
melalui pemerintah daerah. Program-program community development yang
dilaksanakan oleh perusahaan tersebut selain merupakan bagian dari tanggung jawab
perusahaan, juga dalam kerangka mempersiapkan kemandirian masyarakat pasca
kegiatan pertambangan (life after mining/operation). Sasaran pokok yang dalam
program Community Development dilakukan perusahaan adalah:
a. Sektor Ekonomi
prioritas sektor ekonomi ditujukan untuk peningkatan ekonomi mikro
melalui usaha mandiri (home industry) dan peningkatan belanja lokal
yang menjadi dasar untuk mencapai tujuan bersama dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan;
b. Sektor Pendidikan
prioritas yang diberikan di sektor pendidikan ialah peningkatan
kualitas sumber daya manusia, melalui bantuan-bantuan sarana
pendidikan dan pemberian beasiswa bagi masyarakat yang kurang
mampu;
c. Sektor Infrastruktur
sektor ini menjadi sasaran pokok program karena salah satu
kesuksesan peningkatan ekonomi adalah ketersediaan infrastruktur, hal
konkrit yang dilakukan adalah pembangunan fasilitas umum/sosial
yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat;
d. Sektor Kesehatan
program yang diberikan antara lain pemeriksaan dan pengobatan gratis
bagi warga yang tidak mampu serta perbaikan sarana kesehatan.
2.6. Peraturan Pemerintah yang Terkait dengan Corporate Social Responsibility
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember
1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha konomi Lemah dan Koperasi melalui
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba BUMN sebesar
1%-5% (dari laba setelah pajak). Nama program saat itu lebih dikenal dengan
Program Pegelkop (Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi).
b. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Konsep CSR yang terdapat dalam UU Perseroan Terbatas juga mencakup
lingkungan. Jadi, secara resmi, UU ini menggunakan istilah Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan (TJSL). UU ini mengatur kewajiban bagi perseroan yang berkaitan
dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Pasal 74 ayat (1) UU PT berbunyi, “Perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.” Bila ketentuan ini tidak
dijalankan, maka ada sanksi yang akan dijatuhkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
c. PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas
Pemerintah menerbitkan PP No. 47 Tahun 2012 sebagai peraturan pelaksana
dari Pasal 74 UU PT di atas. PP No. 47 Tahun 2012 yang ditandatangani oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini hanya berisi sembilan pasal. Salah satu
yang diatur adalah mekanisme pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
perseroan. Pasal 4 ayat (1) PP No. 47 Tahun 2012 menyebutkan, “Tanggung jawab
sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan
Perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan
anggaran dasar Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-
undangan.”
d. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
UU Penanaman Modal juga menyelipkan satu pasal yang mengatur CSR.
Pasal 15 huruf b berbunyi: “Setiap penanam modal berkewajiban: melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan.” Penjelasan Pasal 15 huruf menambahkan bahwa
yang dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab
yang melekat pada setiap perusahaan penanam modal untuk tetap menciptakan
hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat.
e. UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
UU Minyak dan Gas Bumi memang tidak secara tersurat mengatur tanggung
jawab sosial perusahaan. Namun, bila dibaca secara seksama, ada satu aturan yang
secara tersirat menyinggung mengenai CSR. Ketentuan itu adalah Pasal 11 ayat (3)
huruf p, yang berbunyi, “Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib memuat palin sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu: pengembangan
masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.”
f. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU Minerba tidak menyebut tanggung jawab sosial secara tersurat, tetapi
menggunakan istilah program pengembangan dan pemerdayaan masyarakat. Pasal
108 ayat (1) UU Minerba menyebutkan bahwa “Pemegang IUP (Izin Usaha
Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) wajib menyusun
program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.”
Pasal 1 angka 28 UU Minerba mendefinisikan pemberdayaan masyarakat
sebagai “usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara individual
maupun kolektif, agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.”
g. PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara
PP No. 23 Tahun 2010 merupakan aturan pelaksana dari UU Minerba. PP ini
menjelaskan lebih lanjut mengenai pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
yang telah disinggung oleh UU Minerba. Ada satu bab khusus, yakni BAB XII, yang
terdiri dari empat pasal yang mengatur pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat.
Salah satunya adalah Pasal 108 yang berbunyi, “Setiap pemegang IUP Operasi
Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan laporan realisasi program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setiap 6 (enam) bulan kepada menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.” Pelanggaran terhadap
kewajiban ini dapat dikenakan sanksi administratif.
h. UU No. 21 Tahun 2014 tentang Panasbumi
UU Panas Bumi juga memiliki satu pasal yang mengatur mengenai tanggung
jawab sosial perusahaan. UU ini menyebutkan istilah tanggung jawab sosial
perusahaan dan pengembangan masyarakat sekaligus. Pasal 65 ayat (2) huruf b
berbunyi: “Dalam pelaksanaan pelenyelenggaraaan Panas Bumi masyarakat berhak
untuk: memperoleh manfaat atas kegiatan pengusahaan Panas Bumi melalui
kewajiban perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan dan/atau
pengembangan masyarakat sekitar.”
i. UU No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
Setidaknya ada dua pasal yang menyinggung CSR dalam UU No. 13
Tahun 2011. Pertama, Pasal 36 ayat (1) huruf c yang menyatakan bahwa
salah satu sumber pendanaan dalam penanganan fakir miskin, adalah dana
yang disisihkan dari perusahaan perseroan. Ketentuan ini ditegas oleh Pasal
36 ayat (2) yang berbunyi, “Dana yang disisihkan dari perusahaan perseroan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan sebesar-besarnya
untuk penanganan fakir miskin.”
Selain itu, ada pula Pasal 41 yang menggunakan istilah pengembangan
masyarakat. Pasal 41 ayat (3) menjelaskan bahwa pelaku usaha berperan
serta dalam menyediakan dana pengembangan masyarakat sebagai
perwujudan dari tanggung jawab sosial terhadap penanganan fakir miskin.
j. PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil
Penjelasan Pasal 16, lembaga pembiayaan menyediakan dukungan modal
untuk pembinaan dan pengembangan usaha kecil antara lain meliputi sekema modal
awal, modal bergulir, kredit usaha kecil, kredit program dan kredit modal kerja usaha
kecil, kredit kemitraan, modal ventura, dana dari bagian laba Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), anjak piutang dan kredit lainnya.
Sebagai tindak lanjut dari PP No. 32 Tahun1998 ini dikeluarkanlah Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN No.Kep-
216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan BUMN.
k. UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN
Pada Pasal 2 poin 1 dalam maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah
memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya
dan penerimaan negara pada khususnya.
Pada Pasal 88 ayat 1 disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian
laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan
masyarakat sekitar BUMN.
l. UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pada Pasal 21 ayat 2 disebutkan bahwa Badan Usaha Milik Negara dapat
menyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan
kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan,
hibah, dan pembiayaan lainnya.
m. PP RI No. 23 Tahun 2010
PP ini membahas tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara, pemerintah juga mengatur bahwa program community development
harus dikoordinasikan dengan pemerintah dan masyarakat setempat, bahkan
masyarakat pun bisa mengajukan usulan kegiatan melalui pemerintah daerah.
n. Permensos RI No. 13 Tahun 2012 tentang Forum Tanggun Jawab Dunia Usaha dalam
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
Kementrian Sosial memandang penting dibentuknya forum CSR pada level Provinsi,
sebagai sarana kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha. Rekomendasi
Permensos adalah dibentuknya Forum CSR di tingkat provinsi beserta pengisian
struktur kepengurusan yang dikukuhkan oleh Gubernur.
Catatan Regulasi:
1. Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah terkait CSR tersebut di atas pada
dasarnya mengarahkan perusahaan agar dalam melaksanakan kegiatan usahanya
tidak hanya berorientasi pada tanggung jawab ekonomi (profit) saja, melainkan
juga legal, moral dan etis.
2. Pemaknaan kegiatan CSR harusnya tidak sekedar sebagai “perlakuan” tertentu
pada inside stakeholders (karyawan), atau outside stakeholders yang terdiri dari
pelanggan, pemasok, pemerintah, dan kelompok masyarakat setempat atau yang
lebih luas.
3. CSR/TJSL seyogyanya dimaknai yang lebih “luas”, yaitu kegiatan perusahaan
yang dibuatdalam rencana jangka panjang dan juga memiliki efek jangka panjang
(sustainability development) sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat maupun masyarakat pada
umumnya.
4. Penggunaan istilah yang berbeda didapati dalam UU No. 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal dan Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2011 yang
menggunakan istilah “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” (TSP); dan UU No. 40
Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas yang menggunakan istilah “Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan” (TJSL)/CSR.
5. Perbedaan ini berlanjut dengan penggunaan istilah CSR yang mengacu pada UU
No. 25 / 2007, dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang
mengacu pada UU No 40 Tahun 2007. Istilah CSR dan PKBL belakangan ini
cenderung disamakan, padahal sebenarnya berbeda.
6. Program Kemitraan (PK) terkait dengan hubungan kemitraan antara usaha maju
dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berorientasi pada
pengembangan usaha di antara yang bermitra. Bina lingkungan pada dasarnya
sama dengan CSR. Perbedaan PK dan BL ini juga dikuatkan oleh UU Nomor 20
Tahun 2008 Tentang UMKM.

2.7. Informasi Kabupate Kutai Timur, Kalimantan Timur, Indonesia.

Lokasi Kab. Kutai Timur, Kalimantan Timur


Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu wilayah hasil pemekaran dari
Kabupaten Kutai yang dibentuk berdasarkan UU No. 47 Tahun 1999, tentang Pemekaran
wilayah Provinsi dan Kabupaten. Diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 28
Oktober 1999. Dengan luas wilayah 35.747,50 km², Kutai Timur terletak di wilayah
khatulistiwa dengan koordinat di antara 115°56'26"-118°58'19" BT dan 1°17'1" LS-
1°52'39" LU. Kabupaten Kutai Timur dibatasi oleh Kabupaten Berau di Utara, Selat
Makassar di Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontan di Selatan, dan
Kabupaten Kutai Kertanegara di Barat. Kutai Timur memiliki keadaan topografi yang
bervariasi, mulai dari daerah dataran seluas 536.200 ha, lereng bergelombang (1,42 juta
ha), hingga pegunungan (1,6 juta ha), tersimpan potensi batu bara 5,35 miliar ton.

Luas Wilayah dan Jarak dari Samarinda

Luas Wilayah Menurut Kelas Ketinggian dari Permukaan Laut

Luas Wilayah Menurut Kelas Lereng/Kemiringan

Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah


BAB III
PEMBAHASAN
3. Peran Perusahaan Batubara dalam Community Development di Kabupaten Kutai Timur,
Kalimantan Timur.
3.1. Program Pengembangan dan Permberdayaan Masyarakat oleh PT Kaltim Prima Coal
Pembangunan berkelanjutan melalui program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat (PPM) merupakan komitmen KPC yang kami laksanakan setiap tahunnya.
Sebagai katalisator pembangunan daerah KPC berkolaborasi dengan para pemangku
kepentingan termasuk pemerintah dan masyarakat untuk mencapai hasil yang memberi
manfaat bagi masyarakat dengan upaya maksimal dan tepat sasaran. Sesuai dengan apa
yang tertuang dalam Rencana Penutupan Tambang (RPT) maka program pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh KPC sekaligus mendorong
terciptanya kemandirian masyarakat melalui potensi local yang ada, menumbuhkan agen
perubahan yang memacu keberlanjutan dengan menggalang partisipasi masyarakat,
mendorong terciptanya lapangan pekerjaan melalui tumbuhnya unit usaha baru,
meningkatkan berkembangnya potensi sumberdaya terbarukan demi kehidupan
masyarakat mandiri.
Acuan kriteria program pengembangan masyarakat berkelanjutan yang dijalankan
oleh PT Kaltim Prima Coal yaitu:
1. Mempunyai nilai manfaat bagi pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
2. Memiliki nilai strategis bagi perusahaan, pemerintah, dan masyarakat.
3. Kelanjutan program tahun sebelumnya (multi-year program).
4. Kesesuaian dengan Grand Strategy Pembangunan Wilayah Kutai Timur
(RTRW & RPJMD Kabupaten)
5. Kesesuaian dengan Strategi Pembangunan Desa (RPJMDes dan RPKDes).
6. Rencana Penutupan Tambang KPC.
Visi, misi, dan bidang program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan
oleh PT Kaltim Prima Coal adalah sebagai berikut:
Visi
Menjadi mitra pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Misi
1. Menjalin hubungan yang harmonis dengan pemangku kepentingan
berdasarkan prinsip saling percaya dan saling menghormati.
2. Mendorong pertumbuhan perekonomian local yang saling menguntungkan
untuk menuju masyarakat yang mandiri dan sejahter.
3. Menjaga tatanan masyarakat dengan memelihara kelestarian alam dan
budaya.
Program Pengembangan Masyarakat
1. Pengembangan Agribisnis
2. Peningkatan Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat
3. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
4. Peningkatan Infrastruktur.
5. Pelestarian Alam dan Budaya
6. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Desa dan Masyarakat
3.2. Rencana Strategis Pengembangan Masyarakat
Mengacu pada Skenario CSR KPC dalam Rencana Penutupan Tambang, maka
seluruh program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh KPC ditujukan untuk
mendukung percepatan kemandirian masyarakat melalui penguatan pemerintah desa agar
produktivitas seluruh komponen masyarakat dapat dioptimalkan dalam membangun
desa. Hal ini sesuai dengan UU No. 6 tahun 2014 Tentang Desa.
Membangun kolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan
merupakan strategi utama KPC dalam mengimplementasiokan berbagai program
pemberdayaannya. Kolaborasi dan sinergi ini dilakukan oleh KPC dari tingkat
pemerintahan desa sampai dengan kabupaten, provinsi, dan bahkan sampai ke tingkat
kementrian. Hal ini dibangun dengan harapan pemerintah desa dan kelompok masyarakat
mampu mengakses berbagai sumberdaya yang ada, untuk meningkatkan produktifitas
desa dalam mendukung program pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
KPC juga terlibat aktif dalam Forum Multi Stakeholder for CSR (MSH CSR)
Kutai Timur sebagai wadah bagi seluruh perusahaan di Kutai Timur untuk
menyelaraskan dan melaksanakan berbagai program pemberdayaannya secara bersama-
sama. Tujuannya adalah untuk mendukung pemerintah dalam membangun Kabupaten
Kutai Timur di wilayah operasional perusahaan terkait, sehingga pembangunan di
berbagai wilayah dapat dipercepat dengan keterlibatan perusahaan yang menjadi anggota
Forum MSH CSR.
3.3. Program Pengembangan Masyarakat oleh PT KPC
3.3.1. Pengembangan Agribisnis
Kegiatan yang dilakukan yaitu memberikan pelatihan, pendampingan,
stimulan kepada masyarakat, serta mendorong terbangunnya tataniaga yang baik
di bidang usaha agribisnis dengan memaksimalkan potensi lokal. Dengan
demikian ketergantungan terhadap produksi dari luar daerah dapat dikurangi
dengan meningkatkan produktifitas masyarakat.
Program pemanfaatkan lahan pascatambang untuk agribisnis masih
meneruskan program pada tahun-tahun sebelumnya berupa peternakan sapi,
peternakan ayam petelur, perikanan ditambah dengan uji coba penanaman jagung
dan kedelai serta sejumlah tanaman Hijauan Makanan Ternak baik sebagai kebun
pangkas maupun rumput untuk padang gembala.
a. Pemanfaatan Lahan Pascatambang
- Peternakan Sapi Terpadu – PESAT
PESAT mempunyai visi “Menjadi Percontohan Pemanfaatan
Lahan Pascatambang Melalui Peternakan Sapi Terpadu untuk
Pembangunan Berkelanjutan”. Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun
2016, PESAT terus melakukan berbagai pembenahan dan berbagai
inovasi untuk untuk mengoptimalkan keberadaannya bagi semua
pemangku kepentingan KPC.
Hingga akhir tahun 2016, total populasi sapi yang ada di
PESAT ada sebanyak 102 ekor terdiri dari 6 ekor sapi pembibitan, 36
ekor perah, dan 60 ekor penggemukan. Jumlah sapi penggemukan
yang terjual sepanjang tahun 2016 ada sebanyak 55 ekor, sementara
rata-rata produksi susu dari sapi perah laktasi 4,7 liter/hari masih
rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional 10 liter/hari/ekor.
Namun deminikan ada peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
b. Peternakan Ayam Petelur di Pit J
Kegiatan yang dilakukan adalah pemeliharaan ayam petelur yang
berjumlah 1443 ekor.

c. Prima Agri
Kegiatan pengelolaan Prima Agri sebagai fasilitas kegiatan
pengembangan masyarakat di Rantau Pulung. Pengelolaan lahan
Prima Agri untuk tanaman seperti buah naga, jeruk Borneo Prima,
jagung pipil, dan sayuran serta rumput gajah.
Luasan lahan yang ada di sekitar Prima Agri juga
diproduktifkan dengan perawatan sejumlah tanaman seperti buah
naga, jeruk Borneo Prima, jagung pipil, dan sayuran. Dilakukan juga
pemeliharaan kebun rumput gajah yang hasilnya digunakan sebagai
sumber pakan 5 ekor sapi bali yang terdapat di Prima Agri.
Pemeliharaan sapi tersebut bertujuan sebagai percontohan budidaya
sapi pembibitan serta menambah pasokan pupuk kandang dan
percontohan pertanian terpadu.
Pemeliharaan demoplot singkong gajah juga terus dilakukan
sekaligus untuk sumber bibit bagi masyarakat terkait dengan pasokan
bahan baku pabrik tapioka yang telah didirikan di Desa Pulung Sari,
Kecamatan Rantau Pulung.
d. Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Tanaman Semusim
Dukungan untuk program GERMAS TANAM PADI (Gerakan
Masyarakat Tanam Padi) pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Bantuan
sarana produksi pertanian, bibit, dan pupuk.

Bantuan Sarana Produksi Pertanian

Panen Semangka Kelompok Tani Aneka Karya


e. Pengembangan Budidaya Perkebunan Tahunan
Bantuan Pupuk, pembasmi hama, dan bibit.
Panen Bersama Padi Sawah Kelompok Tani Projasam

Tabel Kegiatan dan Lokasi Budidaya Perkebunan


f. Pengembangan Usaha Budidaya Perikanan
Bantuan stimulant bibit ikan, pakan, dan sarana budidaya serta
alat tangkap.

Bantuan Berupa Bibit Ikang.


g. Pengembangan Budidaya Unggas Lokal
Pada pengembangan usaha budidaya peternakan, fokus
program ditujukan untuk peternakan unggas, kambing, dan sapi. Selain
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak, program yang
digulirkan sekaligus merupakan dukungan terhadap program
swasembada daging pemerintah daerah.

Pelatihan Peternakan Kambing

Distribusi dan Serah Terima Ternak Kambing


h. Bantuan Infrastruktur Pertanian
Sejalan dengan Program Pemerintah Daerah Gerbang Desa
Madu (Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Terpadu), KPC kembali
memberikan bantuan pembangunan pabrik tepung tapioka di Rantau
Pulung. Pabrik tepung tapioka ini dimiliki oleh 7 BUMDesa di Rantau
Pulung dengan kapasitas produksi maksimum mencapai 5 ton/jam.
3.3.2. Peningkatan Kesehatan dan Sanitasi Masyarakat
Sebagai katalisator pembangunan di daerah, Kaltim Prima Coal memberikan
dukungan dan kerjasama dalam meningkatkan ketercapaian dan kesehatan masyarakat
yang ada di Kutai Timur, terkhusus di empat kecamatan yang letaknya di sekitar
lokasi operasi pertambangan Kaltim Prima Coal menjadi perhatian utama. Dukungan
yang diberikan dan kerjasama yang dilakukan dalam berbagai rupa, baik itu yang
secara langung maupun dalam bentuk program kesehatan yang melibatkan banyak
pihak yang diselaraskan bersama prioritas pembangunan yang digaungkan pemerintah
termasuk juga kedalamnya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Program yang dilaksanakan mayoritasnya adalah program dengan jangka
waktu Panjang, seperti Penanggulangan Penyakit Menular, Peningkatan Kesehatan
Ibu dan Anak, Bantuan Kesehatan bagi Masyarakat Tidak Mampu, Peningkatan
Kesadaran Masyarakat terhadap Isu Kesehatan, dan Bantuan Sarana dan Prasarana
Kesehatan.
a. Pengendalian Tuberkulosis
Kegiatan penyuluhan, sosialisasi, dan konseling terkait penyakit
menular. Penguatan kapastitas kader TB melalui pelatihan. Kemudian
dilakukan peringatan Hari Tuberkulosis seduani. Melakukan studi banding
untuk kader dan staf PPTI (Perkumpulan Pemberantas Tuberkulosis
Indonesia).
b. Pengendalian dan Pencegahan HIV/AIDS
KPC bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Timur, Puskemas, dan Komisi Penanggulangan AIDS Kutai Timur untuk
turut berperan aktif dalam pelaksanaan program pencegahan pnularan
HIV/AIDS dari kelompok berisiko tinggi ke masyarakat umum.

c. Peningkatan Keshatan Ibu dan Anak


Adanya kasus balita gizi buruk dan kurang dari data pemantauan
khususnya di klinik gizi Puskesmas, menjadikan kesehatan ibu dan anak
sebagai perhatian dari KPC. Klinik gizi ini memberikan pelayanan
pemeriksaan dan pemantauan anak balita gizi buruk dan kurang yang tidak
dapat terjangkau oleh Posyandu yang melakukan Program Pergizi.
d. Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Isu Kesehatan
Tingkat kualitas kesehatan di dalam suatu masyarakat erat
kaitannya langsung dengan tangkat pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tersebut terhadap isu kesehatan. KPC telah melakukan
kegiatan penyuluhan terkait kesehatan, baik itu secara kolektif maupun
secara individu. Salah satu kegiatan penyuluhan yagn dilakukan adalah
penyuluhan kesehatan melalui radio. KPC bekerjasama dengan radio
Gema Wana Prima (GWP) untuk menyiarkan info seputar kesehatan setiap
hari Rabu dan Sabtu. Info yang disampaikan adalah tentang isu kesehatan
yang sedang marak saat itu serta ada juga info terkait program yang
dilaksanakan KPC.
e. Bantaun Pengobatan bagi Masyarakat Tidak Mampu
Operasi Katarak
KPC mengadakan operasi katarak gratis di Kutai Timur dalam
rangka mendukung program pemerintah, yaitu Vision 2020 yang
dicanangkan oleh WHO serta Rencana Strategi Nasional Penanggulangan
Gangguan Penglihatan dan Kebutaan sesuai Kepmenkes RI
no.1473/Menkes/SK/X/2005. KPC bekerjasama dengan Balai Kesehatan
Olahraga dan Mata Masyarakat (BKMOM) dan Dinas Kesehatan Kutai
Timur.

Peserta Operasi Katarak di Puskesmas Sangatta Utara


f. Bakti Sosial Donor Darah
Kegiatan donor darah merupakan agenda rutin yang dilaksanakan
bersamaan dengan memperingati Hari Ulang Tahun KPC.

Kegiatan Donor Darah


g. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan
Peningkatan kualitas serta kuantitas sarana dan prasarana kesehatan
terus dilakukan. Hal tersebut guna mendukung pemerintah daerah dalam
memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bantuan yang telah
diberikan berupa posyandu serta bantuan peralatan pendukung pelayanan
kesehatan untuk Puskesmas dan Poskesdes. Selain itu, KPC juga
memberikan dukungan terhadap program pemerintah daerah yang
memiliki rencana untuk mendirikan unit pengelolaan air minum di tingkat
desa. Dukungan tersebut berupa pelatihan Pengelolaan Air Minum
Pedesaan Berbasis Masyarakat untuk sebelas perwakilan desa di Kutai
Timur.

Posyandu

Bantuan Peralatan Pendukung Pelayanan Kesehatan


3.3.3. Pemberdayaan di Bidang Lingkungan dan Budaya
Kutai Timur merupakan Kawasan dengan sumberdaya alam dan budaya yang
tidak ternilai harganya. Sumberdaya ini masih belum cukup tergali untuk menjadi
penggerak ekonomi di Kutai Timur. Sejumlah objek wisata minat khusus di Kutai
Timur telah terpetakan, baik yang berada di wilayah Taman Nasional Kutai, Hutan
Lindung Wehea, Kawasan Karst maupun wilayah pesisir yang merupakan kekayaan
yang tak ternilai.
Memelihara kelestarian alam dan budaya setempat merupakan bagian penting
dari CSR KPC. Karena kekayaan ala mini merupakan asset yang tak ternilai harganya,
oleh karena itu KPC memberikan perhatian khusus dalam usaha-usaha pengembangan
serta pelestariannya bekerjasama dengan berbagai pihak agar dapat berkontribusi
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat secara social, ekonomi, dan lingkungan.
Bidang Program Pelestarian Alam dan Budaya cakupannya sangat luas dengan
isu yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Pada bidang program ini, selain
pengembangan wisata di areal pascatambang, KPC juga berkolaborasi dengan
berbagai pihak untuk menangani isu pengelolaan lingkungan khususnya sampah
domestik, pelestarian Taman Nasional Kutai serta pengembangan wisata di Kutai
Timur.
Bidang Program Pelestarian Alam dan Budaya cakupannya sangat luas dengan
isu yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Pada bidang program ini, selain
pengembangan wisata di areal pascatambang, KPC juga berkolaborasi dengan
berbagai pihat untuk menangani isu pengelolaan lingkungan khususnya sampah
domestik, pelestarian Taman Nasional Kutai serta pengembangan wisata di Kutai
Timur.
Berikut adalah program-program yang dicanangkan oleh KPC dalam upaya
pelestarian Alam dan Budaya di Kawasan Kutai Timur:
a. Wisata Alam Telaga Batu Arang
Areal Telaga Batu Arang merupakan area bekas tambang seluas
200 ha, pada tahun 2011 bertepatan dengan Hari Bumi ditetapkan sebagai
Kawasan wista berbasis komunitas sesuai dengan aturan yang berlaku.
Dalam dokumen Rencana Penutupan Tambang (RPT) KPC wilayah ini
termasuk ke dalam zona Penyangga Taman Nasional Kutai sehingga
penetapannya disesuaikan dengan indicator yang telah disetujui
pemerintah di dalam dokumen RPT yang dimaksud.
Meskipun pemanfaatan wilayah ini masih terbatas karena
kepentingan aspek keselamatan, tapi TBA telah memberikan keuntungan
sesuai dengan konsep pengelolaan wisata berbasis komunitas yang
sebelumnya telah direncanakan.
Telaga Batu Arang http://www.suarakutim.com/
b. Pengembangan Ekowisata Kutai Timur
Kutai Timur memiliki pesona alam khususnya di wilayah pesisir
serta wilayah sekitarnya yang menarik untuk dikembangkan sebagai
daerah tujuan wisata. Objek-objek yang bisa termasuk ke dalam wilayah
tersebut adalah Pulau Birah-Birahan, daerah Pesisir Kecamatan Sandaran,
serta gua karst dengan situs telapak tangan purba. Perlu pengelolaan yang
baik sesuai dengan agenda pembangunan pemerintah agar wilayah tersebut
dapat menjadi sector usaha yang menjadi penggerak ekonomi sector
nontambang.

Pulau Birah-Birahan https://www.wisatakalimantan.com/


Karst Sangkulirang https://www.kutaitimurkab.go.id/
c. Mitra Taman Nasional Kutai
Program utama Mitra TNK adalah pendampingan pilot project desa
konservasi di Desa Kandolo, Teluk Pandan, yang pelaksanaannya
dilakukan oleh sekretariat Mitra TNK bekerja sama dengan LSM Lokal.
Kegiatan lainnya adalah penghijauan di kawasan TNK pada tanggal 20
Desember 2016.
KAMPUNG PINANG – Pada tahun 2016, secara resmi seluruh
fasilitas yang ada di Kampung Pinang telah terdaftar sebagai aset negara,
di bawah pengawasan Balai TNK. Selanjutnya KPC bersama dengan Balai
TNK akan mengelola fasilitas tersebut dengan tujuan memberikan manfaat
seoptimal mungkin untuk masyarakat dan pelestarian TNK, termasuk di
dalamnya kegiatan konservasi berbagai Keanekaragam Hayati melalui
kegiatan pembibitan.

Kegiatan Outbond di Kampung Pinang (Sumber: Laporan Implementasi


CSR KPC 2016)
d. Gerakan Komunitas Bersih Sehat Mandiri - GERAK BERSEMI
Composting Training Centre (CTC) yang diinisiasi pada tahun
2010 sebagai model pengelolaan sampah organik dan non organik masih
terus berjalan. Sampai saat ini Remaja Kreatif Peduli Lingkungan (RKPL)
terus bekerjasama dengan Yayasan Sangatta Baru (YSB) melakukan
pengambilan dan pengolahan sampah di Perumahan Panorama Swarga
Bara dan rumah kompos yang ada di Pasar Swarga Bara.
USAHA DAUR ULANG – pendampingan pengembangan
kerajinan daur ulang sampah non organik terus dilakukan, selain
mengurangi volume sampah yang dihasilkan, usaha ini juga memberikan
nilai tambah secara sosial, ekonomi, dan lingkungan kepada pelakunya.
Jenis bahan baku yang dimanfaatkan antara lain adalah sampah plastik,
koran, dan bahan lain sesuai dengan kreatifitas pelaku. Jumlah sampah
yang terserap kurang lebih dari 1,7 ton dengan rincian sebagai berikut :

Tabel Pengelolaan Sampah dan Produk yang Dihasilkan oleh Kelompok


Dampingan KPC Tahun 2016

Promosi Produk ke Instansi Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Sumber:


Laporan Implementasi CSR KPC 2016)

Kelompok Kerajinan Plastik (Sumber: Laporan Implementasi CSR KPC 2016)


e. Kontribusi dalam Kegiatan Seni dan Budaya
KPC juga memberikan bantuan seacara langsung untuk kegiatan
seni dan budaya di Kutai Timur. Beberapa bantuan yang mendapatkan
bantuan antara lain adalah Parade Seni dan Budaya Pelajar Mahasiswa
Kutai Timur, Pawai Budaya Nusantara Kesenian Hudoq PDKT di TMII
Jakarta, Festival Lampion Kutai Tmur yang diselenggarakan oleh Pemuda
Peduli Potensi Wisata, Pesta Ada Pelas Tanah 2017, dan Kegiatan Pawai
budaya dalam acara Pesona Budaya Kutai Timur 2017.

Tarian Hudoq di Festival Mahakam 2017 (Sustainability Report KPC 2017)


3.3.4. Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan
KPC sebagai mitra pembangunan pemerintah turut serta
memberikan kontribusinya dalam meningkatkan akses dan kualitas
pendidikan formal dan non formal masyarakat guna mensukseskan
Program Kutim Cemerlang, Melalui program pendidikan dan pelatihan,
KPC turut serta menyiapkan sumber daya manusia Kutai Timur yang
mampu menjadi penggerak pembangunan yang berkelanjutan di masa
yang akan datang dalam menyongsong era pascatambang.
Program dan kegiatan yang dilakukan antara lain
a. Beasiswa – Meretas Warna Meraih Asa
Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian beasiswa
umum, pemberian beasiswa lanjutan, pemberian beasiswa khusus,
serta pemberian beasiswa khusus lanjutan. Pemangku kepentingan
yang terlibat antara lain Dinas Pendidikan Kutim, Sekolah Tinggi
Perikanan (STP) Jakarta, Young Enterpreneur Academic (YEA).
Penerima manfaat dari program ini ada 75 penerima beasiswa
umum tingkat D3/S1, S2, S3; 159 penerima beasiswa umum
lanjutan, 2 penerima beasiswa khusus di STP Jakarta, 2 penerima
beasiswa khusus di YEA Bandung, 1 Penerima beasiswa khusus
lanjutan di STP Jakarta.
b. Pelatihan Guru Produktif untuk SMK se-Kutai Timur –
Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
Adanya kegiatan pelaksanaan pelatihan lanjutan untuk
guru SMK jurusan Teknik Kendaraan Ringan yang melibatkan
6 trainer dari KPC

Anda mungkin juga menyukai