Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

TA4116 - GEOFISIKA PASIF PERTAMBANGAN

MODUL D

PENGOLAHAN DATA EKSPLORASI RADIOAKTIF

Oleh :

Nama: Fakhmi Imanuddin Prakasa


NIM: 12116075

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019

I. Tujuan Percobaan
1. Melakukan interpretasi dari data berupa peta kontur radioaktif dan peta
gelogi daerah penelitian.

II. Teori Dasar

Pengukuran geofisika untuk keperluan eksplorasi radioaktif permukaan


relatif mudah terutama dengan menggunakan pengukuran radiometrik
menggunakan airborne karena lebih murah dan efektif. Terdapat beberapa hal
yang penting dipahami mengenai radioaktif, antara lain:
 Atom. Bagian terpnting dari sebuah unsur dimana terdapat inti
atom (nukleus) yang berisi proton dan neutron lalu dikelilingi oleh
elektron.
 Isotop. Merupakan unsur-unsur yang memiliki nomor atom yang
sama tapi memiliki massa berbeda.
Pada unsur radiaktif akan terjadi peluruhan/radiasi dimana dalam
peluruhan ini akan dihasilkan 3 gelombang, yaitu alpha, beta, dan gamma. Ketiga
elemen itu membentuk 3 efek yang berbeda yaitu:
- Mempengaruhi emulsi fotografi sama seperti cahaya dan gelombang X.
- Mengionisasi gas, membuatnya jadi koduktif terhadap listrik.
- Menghasilkan kilap pada beberapa mineral dan ikatan kimia tertentu.
Ketiga efek itu yang digunakan dalam eksplorasi geofisika dengan metode
radioaktif. Alpha, beta, dan gamma memiliki karakteristik kekuatan penetrasi
yang berbeda. Dimana sinar alpha dapat dihentikan oleh hanya selembar kertas,
sinar beta memiliki penetrasi beberapa millimeter, dan sinar gamma memiliki
penetrasi sampai sekitar 50 s.d. 75 centimeter pada batuan.
Tabel 1. Isotop radiaktif yang hadir secara natural.

Energi maksimum dalam peluruhan energi nuklir alamiah umumnya


kurang dari 3 MeV. Berikut ini persamaan yang menunjukkan transisi unsur X ke
Y dengan emisis/pelepasan sinar alpha dan beta serta elektron.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa U, Th, dan K merupakan unsur
yang signifikan dalam prospeksi. Berikut ini daftar mineral beserta unsur
radioaktif yang terkandung di dalamnya serta
Tabel 2. Mineral radioaktif.

Tabel 3. Nilai radioaktif pada batuan dan air.

Waktu paruh (T½) adalah waktu yang diperlukan oleh suatu radionuklida
untuk meluruh sehingga jumlahnya tinggal setengahnya. Berikut persamaan untuk
menghitung waktu paruh.

dimana t merupakan lama waktu peluruhan, No banyak atom radiaktof mula-


mula, dan Nt banyak atom radioaktif tersisa setelah peluruhan. Laju pancaran
radiasi dalam satuan waktu disebut konstanta peluruhan (l) dan secara matematik
hubungan antara l dan t½ dinyatakan dengan
l = 0,693/ T½
Survei yang digunakan pada metode radioaktif bisa dengan pesawat udara, namun
umumnya dikombinasi dengan metode magnetic dan EM terkadang. Adapun alat-
alat yang digunakan pada metode radioaktif adalah:
a. Geiger-Muller Counter
b. Scintillation Meter
c. Gamma-Ray Spectrometer.

III. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan dari praktikum Modul D ini adalah sebagai


berikut.

1. Mempersiapkan kertas kalkir dan pensil.


2. Mempersiapkan peta kontur radioaktif dan peta geologi.
3. Menjiplak peta geologi dan peta kontur radioaktif pada 1 kertas kalkir
yang sama.
4. Melakukan interpretasi hasil overlay kedua peta tersebut.

IV. Pengolahan Data

Data yang akan diolah pada praktikum modul D ini diperoleh berdasarkan
hasil overlay peta geologi dan kontur radioaktif (Gambar 1 terlampir pada
lampiran). Setelah itu, dilakukan analisis mengenai data radioaktif dan informasi
geologi (litologi) yang ada untuk menjukkan ada atau tidaknya korelasi antar
keduanya. Daerah anomali dapat berupa kontur yang nilai radioaktifnya tinggi
atau rendah bergantung dari tujuan eksplorasi itu sendiri.

V. Analisis

Pada praktikum kali ini, dilakukan beberapa hal penting mengenai


interpretasi anomali unsur radioaktif terkait geologi yang ada. Data ini merupakan
hasil survey radiometrik menggunakan airborne. Pada data tersrbut terlihat
beberapa litologi, seperti granit biotit porfiritik, granit, gneiss dan schist, batuan
sedimen dan vulkanik, dan syenite. Secara umum, liologi ini merupakan endapan
pegmatit yang berasosiasi secara spasial dengan plutonik (dapat berupa stock
maupun dike) dengan komposisi granitik. Endapan ini muncul pada tahapan akhir
kristalisasi magma dan biasanya terjadi pengkayaan mineral radioaktif seperti Be,
Li, U, REE, Th, dll. Sedangkan unsur K umum terdapat pada batuan sedimen.
Terdapat 2 jenis pegmatit, yaitu granitic pegmatite dan gabbroic pegmatite.

Batuan granit terdapat pada bagian northeast, southeast, dan southwest


peta. Pada bagian southeast dan northeast peta terdapat anomali radioaktif yang
bernilai tinggi sedangkan pada bagian southwest tidak menunjukkan demikian.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena granit pada bagian southeast dan
northeast Kota Concord terjadi mineralisasi unsur-unsur radioaktif sehingga
menunjukkan nilai radiasi radioaktif yang tinggi. Berdasarkan ilmu genesa, batuan
granit umumnya terdapat mineralisasi Uraninite, Monazite, dan Thorite. Granite
yang terjadi pengkayaan unsur radioaktif ini disebut complex pegmatites
sedangkan yang tidak terjadi pengkayaan unsur radioaktif disebut simple
pegmatites. Selain faktor mineralisasi, granite yang memiliki nilai radioaktif kecil
ini bisa jadi karena ketebalan overburden yang besar sehinggal bisa menurunkan
nilai radioaktif yang terbaca pada alat ukur.

Batuan granite biotote porfiritik pada bagian utara Kota Concord


menunjukkan nilai radioaktif sedang sampai tinggi. Namun, pada bagian
northwest peta, atau di sekitar kontak dengan gabbro, nilai radioaktif granite biotit
porfiritik ini rendah. Batuan gabbro menunjukkan nilai radioaktif yang kecil
terutama pada bagian northwest, south, dan tengah peta. Hal berbeda terjadi pada
batuan syenite yang menunjukkan nilai radioaktif yang tinggi. Secara genesa,
Syenite dan Granite merupakan batuan intrusif asam yang termasuk endapan
pegmatit dan umumnya terdapat pengkayaan unsur jarang dan radioaktif.

Pada batuan gneiss dan schist umumnya memiliki nilai radioaktif yang
tinggi juga karena biasanya terdapat unsur Thorium yang berupa mineral
monazite. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh injeksi dari magma yang berupa
batuan granite di sekitar gneiss dan schist tersebut. Untuk batuan sedimen dan
volkanik, umumnya hanya mempunyai unsur potasium dengan nilai radioaktif
yang kecil karena umumnya terdapat di permukaan sehingga tidak terjadi
pengkayaan unsur radioaktiif seperti halnya batuan intrusif lainnya.
Berdasarkan hasil ini, dapat dipetakan daerah-daerah anomali sesuai
keperluan. Misalnya, jika ingin dieksplorasi daerah yang berpotensi untuk
dijadikan sumber energi listrik tenaga nuklir maka batuan syenite di tengah peta,
granite di bagian northeast-southeast, serta batuan gneiss dan schist bagian timur
peta bisa dijadikan sebagai sumberdaya untuk sumber energi tenaga nuklir. Dari
ketiga unsur radioaktif (U, Th, dan K) maka Thorium merupakan unsur radioaktif
ramah lingkungan yang memiliki energi terbesar sekitar 0,03 s.d. 2,62 MeV dan
memiliki waktu paruh yang lama untuk meluruh. Area anomali ini bisa menjadi
petunjuk untuk pemetaan lebih detail selanjutnya.

VI. Kesimpulan

Anomali nilai radioaktif yang tinggi terdapat pada batuan granite bagian
northeast dan southeast, syenite pada bagian tengah peta, serta batuan gneiss dan
schist pada bagian timur peta. Hal ini menunjukkan mineralisasi atau pengkayaan
unsur radioaktif dominan terdapat pada batuan yang terbentuk dari magma asam
(felsik) dan intrusif.

VII. Daftar Pustaka

 Sulistijo, Budi dkk. 2002. TE-6222 Geofisika Cebakaan Mineral II. ITB;
Bandung.
 Telford,W.M., Goldrat, L.P., danSheriff, R.P., 1990, Applied Geophysics
2nd ed, Cambridge University Press, Cambridge.

Lampiran
Gambar 1. Hasil overlay peta geologi dan kontur radioaktif.

Anda mungkin juga menyukai