ADITYA IMANSYAH
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Sains dan Teknik,
Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
Jl. Mayjen Sungkono Km. 5 Blater, Purbalingga 53371
E-mail: adityaimansyah@gmail.com
Sari
Petrografi batubara adalah ilmu yang mempelajari komponen-komponen organik (maceral) dan
anorganik (mineral matter) secara mikroskopik. Seperti pada petrografi mineral, petrografi
batubara memerikan komponen-komponen penyusun batubara secara kualitatif dan kuantitatif
untuk mengetahui asal mula dan genesa pembentukkan batubara.
Kata kunci: petrografi batubara, maseral, asal mula dan genesa batubara
Abstract
Coal petrography is the study of organic components (maceral) and inorganic (mineral matter) are
microscopic. As in the mineral petrography, coal petrographic detail the constituent components of
coal are qualitatively and quantitatively to determine the origin and genesis of coal formation.
Keywords: Coal petrography, maceral, origin and genesis of coal formation.
1. Pendahuluan
Lahirnya ilmu petrografi batubara sering dihubungkan dengan dua nama tokoh
penting, yaitu M. Stope (1919) dan Thiessen (1920) (dikutip dari Nining, N.S., 2001). Keduanya
adalah ahli paleobotani. Selain itu,
mereka juga adalah dua ahli dari Jerman yaitu
H. Potonie (1920) yang banyak memberikan pemikiran penting dalam ilmu ini.
Stope dan Thiessen mengembangkan
ide-ide dalam hal terminalogi dan klasifikasi batubara dengan menggunakan mikroskop
cahaya tembus, tetapi kemudian Stope lebih
lanjut memperdalam pengamatannya menggunakan cahaya pantul. Pemikiran Thiessen mengenai
klasifikasi batubara berdasarkan sistem U.S. Bureau of Mines. Salah satu hasil penelitian mereka
yang sangat penting adalah informasi mengenai tanaman asal pembentuk batubara.
Awal tahun 1930, Thiessen, Stopes dan beberapa peneliti dari Perancis dan
Jerman, yang tergabung dalam ahli-ahli
mineral dan tanaman, menyelidiki komponen- komponen batubara dengan metoda petrografi. Untuk
memadukan pemikiran-pemikiran yang berbeda latar belakang keahlian, maka
1
Jurnal Geologi Batubara
Purbalingga, 12 Maret 2012
diadakan konferensi di Heerlen – Netherland pada tahun 1935. Salah satu keputusan penting
konferensi tersebut adalah terbentuknya suatu sistem penamaan sistem Stope-Heerlen.
Pada tahun 1932 diperkenalkan teknik baru mengenai pengukuran reflektan yang digunakan
sebagai petunjuk peringkat batubara. Tokoh yang pertama kali memperkenalkan metoda ini adalah
Hoofmann dan Jenker dari Jerman.
Di tahun 1930-an, para peneliti memulai penelitian mengenai hubungan antara
komposisi petrografi dengan karakteristik batubara dalam suatu proses pengolahan. Salah
satu hasil penelitian menyatakan bahwa dalam batubara yang kaya vitrinit dan eksinit
mempunyai perbedaan karakteristik dalam proses pencairan, gasifikasi dan ekstrasi, dibandingkan
dengan batubara yang kaya
inertinit.
Selanjutnya, pada tahun 1950 dibentuk komite yang bertujuan menstandarkan metoda
dan terminalogi petrologi batubara (coal
petrology) yaitu International Commite for
Coal Petrology (ICCP). Kemudian di tahun
1965, petrologi batubara mulai digunakan untuk memprediksi kualitas kokas. Pada
2
periode tahun 1960 hingga 1969 ditemukan komponen-komponen yang reaktif dan inert dalam
batubara, penemuan ini diperoleh dari pengamatan terhadap sifat-sifat batubara selama proses
karbonisasi. Sejak penemuan tersebut, jumlah peneliti yang turut berpartisipasi dalam petrologi
batubara semakin meningkat, sehingga cakupan penelitian juga semakin melebar, diantaranya
mempelajari sifat-sifat kimia dan fisika maseral, hubungan langsung dengan teknologi
pemanfaatan batubara.
Dua teknik terbaru yang dipakai dalam petrografi batubara ditemukan pada tahun
1970-an, yaitu teknik penggunaan mikroskop
otomatis dan pemakaian sinar fluorence untuk mengidentifikasi maseral tertentu, terutama
kelompok maseral liptinit/eksinit.
2. Metodologi
Suatu lapisan maceral batubara cukup sulit untuk dideskripsi maupun diamati langsung di
lapangan karena terdapat cara perhitungannya melalui mikroskop, yang hanya bisa dilakukan di
dalam laboratorium. Pada saat mengamati maseral batubara, yang diperhatikan pada mikroskop,
yaitu reflektan cahaya yang dipantulkan dari maseral tersebut.
1. Kelompok Vitrinite
Vitrinite berasal dari tumbuh- tumbuhan yang mengandung serat kayu
(woody tissue)
seperti batang, akar, dahan dan serat daun, umumnya merupakan bahan pembentuk utama
batubara (>50%), melalui pengamatan
mikroskop refleksi, kelompok ini berwarna coklat kemerahan hingga gelap, tergantung
dari tingkat ubahan maseralnya.
Kelompok Vitrinit dibagi menjadi 3 sub grup maseral, yaitu Telovitrinit, Detrovitrinit,
dan Gelovitrinit.
Sub grup Telovitrinit memiliki 4 macam maseral batubara, yaitu :
• Tekstinite,
• Tekto-ulminite,
• Eu-ulminite, dan
• Telocolinite.
Kemudian sub grup Detrovitrinit memiliki 3 macam maseral batubara, antara lain :
• Attrinite,
• Densinite, dan
• Desmocolinite.
Sub grup Gelovitrinit juga memiliki 3 macam maseral batubara, antara lain :
• Corpogelinite,
• Porigelinite, dan
• Eugelinite.
3. Kelompok Inertinite
Inertinite berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar (charcoal) dan sebagian lagi
diperkirakan berasal dari maseral lain yang
telah mengalami proses oksidasi atau proses dekarboksilasi yang disebabkan oleh jamur atau
bakteri (proses biokimia). Kelompok ini berwarna kuning muda, putih sampai kekuningan bila
diamati dengan mikroskop sinar pantul, karakteristik lainnya adalah reflektansi dan reliefnya tinggi
dibanding maseral yang lain.
Kelompok Inertinite memiliki 3 sub grup maseral batubara, yaitu Telo-inertinite,Detro- inertinite, dan Gelo-
inertinite.
Sub grup Telo-inertinite memiliki 3 maseral batubara, antara lain :
• Fusinite
• Semi Fusinite
• Seklerotinite
Kemudian, sub grup Detro-inertinite memiliki 2 maseral batubara, antara lain :
• Inertodetrinite
• Mikrinite
Textinite(Tx)
Jaringan serat batang kayu, A (gelap)
cabang, daun dan akar. III dan
Struktur sel utama masih B (terang)
dapat dibedakan.
Gambar 1a. Maseral Textinite.
memantulkan cahaya dan imersi minyak.
Texto-ulminite (TU)
Jaringan serat batang TU(gelap)
III
kayu,cabang-cabang. Dinding dan Ph (terang)
sel terlihat.
Gambar 1b. Maseral Tekto-ulminite.
memantulkan cahaya dan imersi minyak.
Phlobaphinite (Ph)
Tabel 1c) Maseral Eu-ulminite
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Eu-ulminite(Eu)
Jaringan serat batang III
kayu,cabang-cabang. Dinding
sel tertutup.
Telocolinite (TC)
Woody jaringan batang,
cabang, daun dan akar. III
Dinding sel primer. Homogen
dan banded.
Gambar 1d. Maseral Telocolinite
(TC); memantulkan cahaya, imersi minyak.
Attrinite (A)
Terdiri dari campuran
partikel huminitic halus (<10
µm) dari bentuk yang III
berbeda dan spons untuk
berpori, zat amorf ungelified
huminitic
Gambar 2a. Maseral Attrinite (A);
memantulkan cahaya, imersi minyak..
Tabel 2b) Maseral Densinite
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Densinite(D)
Degradasi produk padat dari III
macerals huminite lainnya.
Desmocolinite (DC)
Diendapkan gel humat.
Groundmass vitrinit. Sedikit
lebih gelap dan sedikit lebih III
rendah reflektifitasnya
dibandingkan dengan
telocollinite.
Gambar 2c) Maseral Desmocollinite
(DC); memantulkan cahaya, imersi minyak..
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Corpogelinite (Cg) Cg
Tubuh ovoid gel humat III
diendapkan. (terang)
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Porigelinite (Pg)
Larutan humat koloid yang Pg(gelap)
telah bermigrasi ke rongga III
dan diendapkan sebagai
butiran gel humat.
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Eugelinite (Eg)
Larutan humat koloid yang
telah bermigrasi ke rongga III
dan diendapkan sebagai gel
humat yang tidak berstruktur.
Gambar 3c) Maseral Eugelinite (Eg);
memantulkan cahaya, imersi minyak..
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Sporinite (S)
Tanaman spora dan serbuk II
sari.
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Cutinite (Cu)
Lilin kutikula dari II
daun tanaman
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Resinite (R)
Resin, lemak dan II
minyak dari kulit tanaman,
batang dan daun
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Liptodetrinite (Ld)
Fragmen detrital liptinite II
lainnya
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Alginite (Ag)
Ganggang laut dan air
tawar. Sub-macerals
termasuk Telalginite
I
(ganggang individu dan
kolonial) dan
Lamalginite (tipis,
ganggang laminar)
Gambar 5. Maseral Alginite (Ag);
memantulkan cahaya, imersi minyak.
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Suberinite (Sb)
Kulit tanaman
menunjukkan dinding sel II
(tampilan mirip dengan
gabus)
Gambar 6. Maseral Suberinite (Sb);
memantulkan cahaya, imersi minyak.
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Flourinite (Fl)
Liptinite sekunder,
II
kemungkinan berasal dari
resinite
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Exsudanite (Ex)
Liptinite sekunder dibuat dari
II
"sweating" dari liptinites
lainnya
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Bituminite (B)
Liptinite sekunder,
kemungkinan berasal dari II
ganggang atau kerusakan
bakteri (belum pasti).
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Fusinite (F)
Jaringan batang kayu
diaromatisasi selama awal IV
coalification (charring,
oksidasi, dll)
Gambar 1a. Maseral Fusinite (F);
memantulkan cahaya, imersi minyak.
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Semi-Fusinite (SF)
Sebagian jaringan kayu
IV
diaromatisasi selama awal
coalification.
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Sclerotinite (Sc)
Miselia jamur (spora). IV
Kemungkinan produk
oksidasi macerals liptinite.
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Inertodetrinite (I)
Fragmen detrital inertinite IV
lainnya
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Micrinite (Mi)
Sebuah variasi inertinite
granular buram dengan IV
kekerasan medium tidak
menunjukkan struktur sel
tumbuhan
Gambar 2b. Maseral Micrinite (Mi);
memantulkan cahaya, imersi minyak.
3) Sub kelompok Gelo-inertinite
TYPE MACERAL
MACERAL MACERAL EXAMPLE
KEROGEN VARIETY
Macrinite (Ma)
Kemungkinan produk IV
oksidasi gel
4. Kesimpulan
a) Kelompok Maseral Vitrinite umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat
kayu dan maseral ini sebagai bahan pembentu utama suatu batubara. Tipe kerogen Vitrinite, yaitu tipe
ketiga dimana tipe ini memiliki kandungan hydrogen yang sedikit. Jadi, tipe kerogen ini merupakan
bahan bakar yang sangat baik.
b) Kelompok Maseral Liptinite umumnya berasal dari organ-organ tumbuhan, serbuk sari, dan
getahnya. Tipe kerogen Liptinite pada umumnya, yaitu tipe kedua, tetapi ada satu macam maseral
Liptinite yang merupakan tipe kerogen pertama, yaitu Alginite. Tipe kerogen kedua dan pertama
ini memiliki kandungan hydrogen yangsangat tinggi dan memiliki kandungan oksigen yang lebih
rendah itu diakibatkan material lemak saat terbentuk miskin oksigen. Tipe kerogen pertama
kecenderungan besar menghasilkan hidrokarbon cair atau minyak.
c) Kelompok Maseral Inertinite umumnya terbentuk berasal dari tumbuhan yang sudah
terbakar atau berasal dari maseral lain yang telah mengalami proses oksidasi. Tipe kerogen inertinite ,
yaitu memiliki tipe kerogen yang keempat dimana tipe kerogen pada kelompok maseral inertinite
tidak memiliki kecenderungan menghasilkan hidrokarbon sehingga terkadang dianggap bukan sebagai
kerogen yang sebenarnya. Kerogen ini hanya tersusun atas senyawa aromatik.
5. Daftar Pustaka