Anda di halaman 1dari 4

MARWAN SHIDDIQ

B011171401

Ulasan Lengkap

Untuk mengetahui apakah Keputusan Presiden (Keppres) termasuk keputusan


Tata Usaha Negara (TUN) yang dapat digugat atau tidak pada pengadilan TUN,
terlebih dahulu kita memahami apa yang dimaksud dengan Keputusan
TUN. Keputusan TUN disebutkan dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara (“UU 51/2009”) yang berbunyi:
 
“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang
berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.”
 
Indroharto dalam bukunya yang berjudul Perbuatan Pemerintahan Menurut
Hukum Publik dan Hukum Perdata mengatakan bahwa suatu penetepan tertulis
(beschikking) itu selalu merupakan salah satu bentuk dari Keputusan Badan atau
Jabatan TUN yang merupakan suatu tindakan hukum TUN (administratieve
rechtschandeling) (hal. 117).

Sedangkan Keputusan Presiden (Keppres) adalah norma hukum yang bersifat


konkret, individual, dan sekali selesai (contoh: Keppres No. 6/M Tahun 2000
tentang Pengangkatan Ir. Cacuk Sudarijanto sebagai Ketua Badan Penyehatan
Perbankan Nasional). Kecuali untuk Keputusan Presiden yang sampai saat ini
masih berlaku dan mengatur hal yang umum contohnya Keppres No. 63 Tahun
2004 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional, maka berdasarkan Pasal 100 UU
No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU
12/2011”), Keppres tersebut harus dimaknai sebagai peraturan. Selengkapnya
mengenai Kepres dapat Anda simak dalam artikel Perbedaan antara Keputusan
Presiden dengan Peraturan Presiden.

Berdasarkan pengertian Keputusan TUN dan pendapat Indroharto di atas dapat


disimpulkan bahwa Keppres merupakan suatu tindakan hukum TUN yang
dikeluarkan oleh Presiden dalam bentuk penetapan tertulis sehingga merupakan
suatu Keputusan TUN. Dengan catatan, Keppres tersebut bersifat konkret,
individual, dan final sehingga tidak dimaknai sebagai peraturan yang mengatur hal
umum seperti yang kami sebutkan di atas.

Untuk menjawab pertanyaan Anda apakah Keppres dapat digugat di pengadilan


TUN, kami perlu menguraikan terlebih dahulu sifat-sifat sebuah keputusan TUN
yang menjadi kewenangan pengadilan TUN (penjelasan Pasal 1 Angka 3 UU UU
No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU PTUN”)

1. Konkret dan Individual

Bersifat konkret, artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha
Negara itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan,
umpamanya keputusan mengenai sumah si A, Izin usaha bagi si B, pemberhentian
si A sebagai pegawai negeri.

Keppres harus bersifat konkret, yakni Keppres itu harus berwujud dan berupa hal
tertentu, seperti misalnya pengangkatan seseorang sebagai pegawai negeri.

Bersifat individual artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditujukan untuk
umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju itu
lebih dari seorang, tiap-tiap nama orang yang terkena keputusan itu disebutkan.
Umpamanya, keputusan tentang perbuatan atau pelebaran jalan dengan lampiran
yang menyebutkan nama-nama orang yang terkena keputusan tersebut.

Dalam Keppres perlu jelas pula termuat nama orang yang terkena Keppres
tersebut, di sinilah pentingnya sifat individual yang dimaksud.

2. Final
Bersifat final artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat
hukum. Keputusan yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan atau
instansi lain belum bersifat final karenanya belum dapat menimbulkan suatu hak
atau kewajiban pada pihak yang bersangkutan. Umpamanya, keputusan
pengangkatan seorang pegawai negeri memerlukan persetujuan dari Badan
Administrasi Kepegawaian Negara.

Keppres tersebut juga harus berlaku tanpa harus menunggu persetujuan dari badan
atau pejabat lain. Keppres yang Anda tanyakan memiliki sifat-sifat seperti di atas.
Dengan demikian, Keppres tersebut merupakan keputusan TUN yang dapat
digugat ke pengadilan TUN oleh pihak yang berkepentingan untuk dimintakan
putusan pengadilan.

Mengenai gugatan terhadap keputusan yang dikeluarkan oleh badan/pejabat tata


usaha negara (TUN) ini, maka kita merujuk pada peraturan-peraturan yang terkait,
yaitu UU PTUN sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
(“UU 9/2004”), dan terakhir dengan UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU
51/2009”).

Selanjutnya, kami kurang memahami maksud pertanyaan Anda “kalau dapat


digugat, dalam jabatan apa?”. Oleh karena itu, kami berasumsi bahwa yang Anda
maksud adalah siapa pihak-pihak yang dapat menggugat Keputusan TUN
(penggugat), apakah penggugat tersebut harus memiliki suatu jabatan tertentu atau
tidak.

Hal ini berkaitan dengan legal standing para penggugat yang pengaturannya
terdapat dalam Pasal 53 ayat (1) UU 9/2004 berbunyi:

“Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada
pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi.”
Menurut penjelasan Pasal 53 ayat (1) UU 9/2004, hanya orang atau badan hukum
perdata yang berkedudukan sebagai subyek hukum saja yang dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan TUN untuk menggugat Keputusan Tata Usaha Negara.
Badan atau Pejabat TUN tidak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN
untuk menggugat Keputusan TUN.

Selanjutnya hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya terkena
oleh akibat hukum Keputusan TUN yang dikeluarkan dan karenanya yang
bersangkutan merasa dirugikan dibolehkan menggugat Keputusan TUN.

Jadi, yang dapat menggugat suatu Keppres adalah orang atau badan hukum
perdata yang merasa kepentingannya dirugikan. Undang-undang ini tidak
menyebutkan jabatan apa yang harus dimiliki oleh orang tersebut untuk dapat
menggugat suatu Keppres. Sepanjang orang tersebut merasa kepentingannya
dirugikan karena terkena akibat hukum Keppres yang dikeluarkan, maka ia dapat
mengajukan gugatan ke pengadilan TUN.

Contoh teranyar Keppres yang digugat ke pengadilan TUN adalah dibatalkannya


Keppres pengangkatan Patrialis Akbar dan Maria Farida sebagai Hakim
Konstitusi. Pengadilan TUN Jakarta menilai Keppres tersebut bertentangan
dengan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi yang terakhir diubah dengan UU
Nomor 8 Tahun 2011. Selengkapnya, Anda dapat membaca artikel YLBHI dan
ICW 'Kalahkan' Presiden di PTUN Jakarta.

Dasar hukum:

UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan terakhir dengan UU No. 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara

Referensi:

Indroharto. 1995. Perbuatan Pemerintahan Menurut Hukum Publik dan Hukum


Perdata. LPP-HAN: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai