Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PERGAULAN DI KALANGAN

REMAJA MILLENIAL

Oleh Kelompok 3 :

Muhamad Rafi Muharrom, Marisa Puspita, Gildan Muslim Mutaqien, Hervina Eka Angelina,
Muhamad Fadlillah Akbar, Muhamad Prawira Santosa

Abstrak

Di era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih. Selain itu,
penyebaran informasi serta akses telekomunikasi dan transportasi semakin cepat dan mudah. Internet
merupakan salah satu hasil dari kecanggihan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi buatan
manusia. Internet memiliki berbagai fungsi, salah satunya sebagai wadah komunitas jejaring sosial
dunia maya. Jejaring sosial adalah layanan dari sistem perangkat lunak internet yang memungkinkan
pengguna berinteraksi dan berbagi data dengan pengguna lain dalam skala besar. Situs jejaring sosial
di internet bermacam-macam jenis dan bentuknya, namun yang paling dikenal dan banyak digunakan
remaja saat ini adalah Twitter, Instagram (IG), Youtube, Pinterest, Whastsapp Tumblr, dan situs
jejaring sosial lainnya.

Dengan situs jejaring ini kita dapat memperluas pertemanan secara kekerabatan maupun dengan
masyarakat luas, bukan hanya dalam ruang lingkup lingkungan tempat tinggal saja tetapi dari
berbagai macam kalangan lingkungan maupun status sosial. Sekaligus kita juga bisa dengan mudah
bergaul tanpa ada batasan ruang dan waktu. Hal tersebut menjadi suatu kewajiban bagi remaja untuk
memilikinya. Media sosial bagi para remaja merupakan hal yang penting, tidak hanya sebagai tempat
memperoleh informasi yang menarik tetapi juga sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup. Banyak
pelajar yang tidak ingin dianggap ketinggalan zaman karena tidak memiliki akun media sosial. Media
sosial bagi para pelajar biasanya di gunakan untuk mengekspresikan diri, berbagai segala tentang
dirinya kepada banyak orang terutama teman-teman dan media sosial juga bisa dijadikan sebagai
tempat untuk menghasilkan uang.

Kini sosial media sudah menjadi faktor penting interaksi bagi manusia. Namun dengan adanya media
sosial ini, menjadikan seseorang terlalu terbuka akan dirinnya dihadapan orang lain ataupun dengan
orang yang belum dikenalnya, khususnya para kaum remaja. Ditambah lagi dengan munculnya
smartphone yang menyediakan kebebasan bersosial media dan provider yang menyediakan murahnya
layanan sosial media. Hal ini jelas mengakibatkan remaja melupakan akan batasan-batasan pergaulan
yang seharusnya mereka ketahui. Besarnya dampak media sosial tidak hanya memberikan dampak
postif tetapi juga memberikan dampak negatif kepada manusia terutama dampaknya bagi interaksi
sesama manusia yang saat ini telah di pengaruhi media sosial. Media sosial sedikit demi sedikit
membawa kita ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir kita. Media sosial
dapat membuat seseorang menjadi ketergantungan.

Kata-kata Kunci:

Media sosial, pergaulan, milenial


Pendahuluan

Perkembangan zaman yang semakin pesat seiring diikuti dengan peningkatan kemajuan teknologi
yang memberikan berbagai banyak kemudahan dalam mengakses segala informasi dan tatanan pola
kehidupan pada masyarakat yang merupakan kunci utama dari perubahan globalisasi. Pada era
millenial ini, perubahan yang signifikan memiliki dampak untuk semua kalangan. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi akar terciptanya era globalisasi, kini
kemajuan teknologi telah menciptakan dunia baru, yaitu dunia non-material namun memiliki
jangkauan yang tak terbatas. Salah satu hasil karya teknologi komunikasi dan informasi seperti sosial
media dapat membuat seorang anak menjadi “orang asing” yang begitu leluasa hadir di tengah-tengah
keluarga, mengajari penggunanya apa saja setiap saat, mengubah pola hidup, mendatangkan
kebiasaan-kebiasaan baru bahkan dikatakan bahwa kebutuhan akan teknologi sebagai bentuk orang
hipnotis canggih yang mampu mengubah perilaku dan cara para remaja berkomunikasi dengan orang
lain.

Kemudahan mengakses perangkat teknologi informasi yang ada sekarang ini menjadikan perangkat
tersebut sebagai kebutuhan primer yang setiap hari keberadaannya harus ada hampir setiap waktu
dalam kegiatan sehari-hari. Dalam berkomunikasi pun tidak perlu mengeluarkan energi serta biaya
yang terlalu besar karena tidak perlu bertatap muka dan pergi ke suatu tempat khusus secara langsung.
Teknologi yang menghadirkan aplikasi sosial media ini memudahkan kita untuk bisa berkomunikasi
dengan orang-orang sampai ke pelosok penjuru dunia manapun dalam waktu yang sangat singkat dan
sangat mudah. Anak-anak usia sekolah dasar pun sudah cepat memahami hal tersebut sehingga ada
dampak bawaan dari teknologi yang ada berupa dampak positif maupun negatif terutama yang
mempengaruhi aktifitas bersosialisasi mereka.

Hasil dan Pembahasan

Kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat semua kalangan harus mampu menghadapinya.
Manusia seakan ditantang untuk beradaptasi secara cepat terhadap perubahan zaman, kemajuan ilmu
pengetahuan, kemajuan teknologi, kemajuan ekonomi, dan lain-lain. Dalam peran kemajuan
teknologi, media sosial menjadi salah satu bukti nyata dari kemajuan di era globalisasi. Media sosial
memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang terutama kalangan anak-anak, remaja bahkan
dewasa. Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial adalah sebuah
kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi web, dan
yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Media sosial pula dapat di
definisikan sebagai media online dengan para penggunanya agar mudah berinteraksi, berbagi dan
menciptakan suatu karya.

Para remaja menggunakan media sosial sebagai tempat atau wadah untuk mengekspresikan diri
seperti memposting tentang kegiatan pribadinya, curhatannya, foto-foto selfie nya. Pengguna sering
kali memposting apapun tanpa batas, bahkan mereka bebas, dan lupa bahwa media sosial termasuk
pada ruang publik yang akan dilihat oleh khalayak banyak. Dalam hal ini pengguna media sosial bisa
beranggapan apa yang telah diposting dan dibagikanya adalah wajar, tetapi kalau hal tersebut tidak
sesuai dengan nilai- nilai dan norma yang ada maka dianggap sebagai perbuatan yang tidak beradab.
Selain itu media sosial digunakan untuk sarana membangun hubungan atau relasi, sebagai sarana
mencari informasi, untuk berkomunikasi jarak jauh, sebagai penghibur dikala bosan, dan digunakan
juga sebagai media untuk berbisnis karena sebagaimana yang kita tahu bahwa masyakarat terutama
remaja merupakan manusia yang konsumtif.

Akan tetapi pada saat ini, remaja seringkali beranggapan bahwa semakin dirinya aktif di dunia maya,
maka mereka akan semakin dianggap keren dan gaul. Padahal mereka yang tidak menggunakan media
sosial biasanya mereka lebih produktif karena mereka tidak mempunyai waktu untuk bermain media
sosial, sebagai fakta di lapangan bahwa mereka yang sering menggunakan media sosial merupakan
mereka yang tidak mempunyai kegiatan sehingga mereka melampiaskan kegiatan nya dengan bermain
media sosial. Seharusnya paradigma yang salah seperti ini diperbaiki karena akan menimbulkan suatu
persepsi yang salah.

Kaum remaja saat ini sangat ketergantungan terhadap media sosial. Mereka begitu identik dengan
smartphone yang hampir 24 jam berada di tangan dan sangat sibuk berselancar di dunia online yang
seakan tidak pernah berhenti. Apalagi kini untuk mengakses instagram atau twitter misalnya, bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian
cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus
informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media
sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan
berita-berita.

Daya tarik internet dan media sosial inilah yang kemudian memegang peranan penting dalam
membangun kemampuan berkomunikasi seseorang. Remaja millenial saat ini begitu peka dengan
perubahan yang terjadi dalam teknologi sosial, mereka mengikuti perkembangan tersebut dan
menguasainya dengan proses belajar menggunakan metode “Trials and Error” (Rasmita Kalasi, 2014).

Penggunaan media sosial sebagai sarana komunikasi harus memperhatikan unsur etika agar tidak
terjadi kerugian bagi pihak-pihak tertentu dan berujung pada tindakan pelanggaran hukum. Etika
berkomunikasi di internet yang dikenal dengan istilah Netiquette yang merupakan aturan dan tata cara
penggunaan internet sebagai alat komunikasi atau pertukaran data antar-sekelompok orang dalam
sistem yang termediasi. Sama seperti aturan etika di dunia nyata, netiquette juga mendorong para
pengguna untuk taat pada aturan etis dan moral yang meskipun tidak tertulis untuk menciptakan ruang
bersama yang nyaman, tentram, dan damai. Berkomunikasi di media sosial dan dunia nyata tidak ada
bedanya, tentu harus memperhatikan norma dan aturannya. Namun, tidak semua penggunanya
menerapkan etika tersebut dalam menggunakan media sosial. Media sosial dijadikan tempat
mengungkapan amarah, kebencian, caci-maki, penghinaan, cyber bullying, masalah pornografi,
SARA, dan bahkan masalah yang berkaitan dengan eksistensi diri turut meramaikan media sosial.

Menurut Wahyudin dan Karimah (2016) etika berkomunikasi di media sosial. Pertama, sebaiknya
memposting konten yang bermanfaat atau berfaedah untuk kepentingan bersama. Kedua, sebelum
memposting sebaiknya memeriksa dan mempertimbangkan kembali hal-hal yang akan diposting, Dan
hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari konten yang akan menimbulkan konflik seperti
kekerasan, hoax, pornografi dan isu SARA. Ketiga, dapat membedakan hal yang termasuk ranah
ruang pribadi dan ranah publik, sehingga sebelum memposting perlu mempertimbangkan yang
seharusnya tidak untuk di publikasikan. Ke empat, berkomunikasi dengan santun. Kelima,
memberikan komentar secara bijak dan sopan. Keenam, gambar yang mempunyai hak cipta tidak
boleh ditiru serta memberikan komentar dengan bahasa santun.

Hal-hal di bawah ini merupakan beberapa faktor yang menyebabkan remaja millenial menggunakan
jejaring sosial sebagai salah satu gaya hidup :

1. Eksistensi. Setiap manusia butuh diakui keberadaannya, terutama para remaja millenial millenial
yang sedang mencari jati diri tentu butuh diakui lebih keberadannya. Dengan aktif di sosial media
remaja millenial millenial dapat dengan mudah diakui keberadaannya.
2. Perhatian. Setiap manusia membutuhkan perhatian baik secara langsung maupun tidak langsung.
Perhatian dapat diberikan dalam bentuk kata-kata maupun tindakan. Perhatian yang paling
sederhana dan mudah adalah melalui kata-kata. Oleh karena itu para remaja millenial yang sedang
dalam masa pertumbuhan menuju dewasa yang tentunya membutuhkan perhatian lebih cenderung
ingin mendapatkan perhatian secara instan dan terus menerus memilih sosial media sebagai sarana
mendapatkan perhatian.
3. Pendapat. Pendapat adalah pikiran orang lain mengenai suatu hal. Pendapat merupakan persepsi
seseorang dan pendapat setiap orang dapat berbeda-beda. Pendapat dibutuhkan dalam kehidupan
seseorang, baik untuk memperluas sudut pandang, memilih sesuatu, atau mendapatkan pemikiran-
pemikiran positif untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu para remaja millenial kerap
menggunakan media online dan menggunakan fitur chatting untuk saling bertukar pendapat.
4. Menumbuhkan citra. Setiap orang ingin mendapatkan citra baik. Terutama para remaja millenial
yang cenderung labil dan ingin dilihat setiap orang menginginkan pencitraan yang baik. Melalui
sosial media remaja millenial dapat dengan mudah menunjukan kelebihan mereka untuk
mendapatkan pencitraan yang instan.
5. Komunikasi dan Sosialisasi. Setiap menusia membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya
baik secara verbal maupun non verbal. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut para remaja millenial
cenderung mencari jalan pintas untuk dapat terus berhubungan dengan keluarga, teman-teman,
bahkan mencari teman baru melalui sosial media.
6. Ajang untuk Berprestasi. Selain untuk hiburan semata media social juga banyak menyediakan
berbagai perlombaan online. Bagi remaja millenial yang masih giat berkarya dan memiliki bakat
di bidang teknologi, mereka membutuhkan media social untuk bisa mengasah kemampuannya
melalui ajang tersebut. Contohnya saja perlombaan membuat blog, menulis cerpen, dan lain
sebagainya, yang tidak jarang publikasinya melalui social media.
7. Menambah Wawasan. Tidak sedikit akun-akun contohnya saja di twitter yang berisikan tentang
wawasan umum, seperti tempat – tempat bersejarah, peristiwa – peristiwa penting, hal – hal unik
dan lain-lain. Bagi remaja millenial yang pada dasarnya menyukai hal – hal yang baru dan belum
ia ketahui sebelumnya, hal tersebut juga bisa menjadi jalan pintas untuk mereka bisa
mengetahuinya.
8. Mengeluarkan Apa yang Dirasakan. Terkadang seseorang hanya ingin menyampaikannya tanpa
mendapat komentar dari lawan bicaranya. Apalagi dalam usia remaja millenial, sisi sensitif dan
mudah tersinggung terlihat sedang mendominasi diri. Oleh sebab itulah mereka memilih media
social untuk mencurahkan apa yang mereka rasakan, karena jika di dunia maya mereka bebas
mengutarakan apa yang mereka rasakan karena memang itu lah dunia yang mereka buat sendiri.
Terlepas dari apa tanggapan orang yang membacanya nanti.

Berikut merupakan dampak positif dan negatif dari media sosial :

No. Dampak positif Dampak negatif


1. Memudahkan untuk bertransaksi dan Mengganggu kegiatan belajar remaja
berbisnis dalam bidang perdagangan dan malas melakukan kegiatan
sehingga tidak perlu pergi ke tempat tertentu karena asyik saat
penawaran atau penjualan sehingga menggunakan sosial media
dapat menghemat waktu dan tenaga
2. Dampak memperluas jaringan Meningkatnya penipuan dan juga
pertemanan dan tumbuhnya rasa kejahatan cyber karena salah dalam
sudah diakui sehingga meningkatkan menyalah gunakan kemudahan dan
rasa percaya diri kecangihan teknologi sehingga
muncul banyak tindakan kejahatan.
3. Kemudahan dalam berbagi informasi, Konsumtif, karena penggunaan sosial
baik dalam memberi maupun media secara terus menerus
menerima informasi membutuhkan biaya contohnya
adalah pulsa. Selain itu maraknya
penjualan online melalui sosial media
membuat para remaja millenial dapat
dengan mudah membeli berbagai
barang yang tidak begitu penting
4. Tempat mencari informasi yang Tidak semua pengguna media sosial
bermanfaat dan menumbuhkan bersifat sopan dan mudahnya
pemikiran kritis mendapatkan pengaruh buruk dari
informasi yang dimuat akun – akun
yang belum diketahui kebenarannya,
yang masuk kedalam pikiran tanpa
disaring terlebih dahulu
5 Sebagai media untuk hiburan, Pola interaksi antarmanusia yang
beberapa teknologi telah berubah. Kehadiran komputer
menciptakan fasilitas game, audio maupun telpon genggam pada
dan video sebagai media hiburan di kebanyakan rumah tangga golongan
kalangan remaja. menengah ke atas telah merubah pola
interaksi keluarga.
Para remaja millennial mudah peka terhadap perubahan yang terjadi disekitar lingkungannya,
biasanya para millennial ini akan mengikuti suatu hal yang sedang trend saat ini seperti contohnya
tiktok. Banyak para remaja millennial yang menggunakan aplikasi ini karena memang aplikasi ini
meningkat drastis jumlah pengunduh di play store maupun APP Store. Hal ini mengakibatkan suatu
perubahan pada pola kehidupan dimasa remaja para generasi millennial ini yang ntah itu membawa
pada perubahan positif atau negatif tergantung dari individu remaja itu sendiri. Biasanya millennial
yang setiap harinya berteman dengan media sosial mereka akan lebih update terhadap informasi
terbaru. Sehingga generasi millennial ini akan lebih responsive terhadap hal yang terjadi. Akan tetapi
jika jika mereka lebih condong terhadap hal negatif dari media sosial ini mereka akan lebih malas
karena mereka telah menjadi budak dari kemajuan teknologi ini, selain itu mereka lebih apatis dan
tidak peka terhadap lingkungan sekitar sehingga hal ini merupakan suatu hal yang akan menjauhkan
dari ciri bangsa Indonesia yaitu keramah tamahannya.

Faktanya telah terlihat di lingkungan kita semua seperti sering kita menjumpai para generasi
millennial ini di berbagai tempat pasti mereka sedang memainkan smartphone, entah itu dijalana di
kendaraan, atau bahkan saat makan sekaligus mereka dengan asiknya tidak ingin lepas dari gawai
mereka padahal terkadang tidak ada notifikasi apapun, bahkan tak jarang penyebab kecelakan
diakibatkan oleh smartphone. Apalagi jika kita menengok dunia pendidikan kita ketika para
pelajarnya lebih asik bermain smartphone dari pada memperhatikan sang guru yang sedang
menerangkan, bukankah hal ini telah merubah perilaku seorang pelajar menjadi tidak sopan. Sehingga
generasi millennial lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain gawai.

Seperti banyak sekali bentuk-bentuk jenis pergaulan yang di akibatkan oleh kemajuan pesatnya
teknologi seperti :

1. Meminum minuman keras (Haram) dan Merokok


Banyaknya informasi yang tidak bisa di filter oleh generasi millennial membuat mereka
ingin mencoba-coba suatu hal baru yang belum pernah mereka lakukan seperti merokok
mencoba meminum minuman keras yang awalnya mungkin hanya coba-coba tapi lama
kelamaan akan menjadi pecandu. Dan mudahnya di dapatkan barang tersebut membuat
mereka lebih mudah dalam melakukan hal yang tidak baik ini.
2. Seks Bebas
Dampak negative dari media sosial selanjutnya yaitu seks bebas dimana mereka mungkin
awalnya tidak sengaja melihat iklan yang biasa muncul tiba-tiba di smartphone sehingga
mereka mencari tau lebih dalam mengenai hal tersebut dari segi tontonan atau pun browsing
an. Ditambah lagi tidak adanya penguatkan agama dari segi spiritualnya yang sudah menjadi
hal lumrah saat ini dimana banyak para remaja yang sudah pacaran bahkan tingkat anak SD
pun sudah mengenal yang namanya pacaran. Sehingga dari tontonan tadi mereka menjadi
penasaran dan melakukan hal di luar kebolehan bersama pacar mereka. Sehingga perlu sekali
bijak dalam menggunakan media sosial serta harus mampu memfilter informasi-informasi
yang masuk dan juga sangat di perlukan sekali penguatan dari segi spiritual serta pengawasan
kontrol dari orang tua. Dimana orang tua sebaik harus sering mengecek keadaan smartphone
anak-anak mereka.
Perbuatan seks bebas ini tentunya membuat resah karena perbuatan tersebut akan melahirkan
dampk sosial, seperti misalnya jadi pergunjingan masyarakat, hidupnya pun menjadi tidak dan
selanjutnya akan melahirkan suatu tindak kejahatan baru.
Jika menilik pada perspektif islam tentunya seks bebas ini merupakan suatu tindakan yang di
murkai Allah, sudah sangat jelas dalam Al quran surat Al isra ayat 32 “Allah melarang
mendekati perbuatan zina karena zina itu suatu perbuatan keji dan jalan yang buruk”. Dari
ayat tersebut sudah sangat jelas mendekatinya pun haram apalagi sampai melakukannya.
3. Tawuran atau Konflik antar remaja
Dengan adanya media sosial saat ini remaja lebih nyaman curhat atau bahakan saling
singgung di media sosial yang terkadang maksud dan tujuan menyinggung kesiapa tapi
malah orang lain yang tersinggung, sehingga hal ini bisa menjadi penyebab awal konflik antar
remaja, tak jarang tindak kriminalitas pun bermula dari cuitan media sosial.
4. Cyber-bullying
Pembullyan di media sosial bukan lah menjadi hal yang aneh lagi di zaman ini, mereka yang
melakukan pembullyan bertujuan untuk menakuti, membuat marah, atau memperlakukan
mereka yang menjadi target. Dengan cara seperti menyebarkan hoax atau kebohongan tentang
seseorang tersebut atau memposting foto ‘aib’ di media sosial, mengirim pesan text ancaman,
menuliskan kata-kata tidak pantas pada kolom komentar, menggunakan akun palsu dan
mengirim pesan jahat atas nama orang tersebut, membuat situs untuk menebar kebencian
terhadap seseorang dengan cara menghasutnya.
Banyak sekali dampak dari perilaku bullying bagi korban. Dampak bagi korban ialah mudah
depresi, marah, tidak percaya diri, menyakiti diri sendiri, menarik diri dari lingkungan dan
keluarganya, penurunan prestasi akademik, murung, atau bahkan percobaan bunuh diri.
Dampak bagi yang menyaksikan pembullyan ialah orang yang hanya melihat memiliki
pandangan bahwa cyberbullying merupakan perilaku yang dapat diterima secara sosial.
Mereka berpikiran sudah tidak aneh lagi menemukan kasus pembullyan maka dari itu orang-
orang cenderung akan bergabung dengan penindas atau pelaku agar tidak menjadi sasaran
selanjutnya.

Ke efektivan serta kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi ini dalam memperlancar
urusan sehari-hari membuat orang menjadi ketergantungan. Semakin mudah dan cepatnya akses
internet yang di peroleh akan meningkatkan jumlah pengguna internet di Indonesia atau bahkan
samapai mengakibatkan kecanduan internet. Menurut para ilmuan yang meneliti di Hass School of
Business UC Barkeley memaparkan bahwa suatu informasi dapat merangsang sistem dopamine yang
ada di otak kita sehingga kita menjadi ketergantungan dengan smartphone tidak bisa jauh dari
smartphone da nada selalu rangsangan untuk selalu membukanya padahal tidak ada suatu hal yang
penting. Dopamin ini sama halnya seperti mengkonsumsi alcohol, mendapatkan uang, sehingga ada
suatu rasa ketertagihan.

Dopamin merupakan suatu zat kimia yang ada di otak (neutrotransmiter) berperan untuk
mempengaruhi suatu gerakan, rasa emosi, rasa sakit dan sensasi rasa senang. Dopamin ini mempunyai
pengaruh yang sangat penting di dalam tubuh manusia. Untuk otak suatu informasi merupakan
hadiah. Maka mungkin hal ini yang mengakibatkan banyak generasi millennial yang kecanduan
gadget. Tapi semua itu kembali lagi kepada diri masing-masing dimana diri kita sendiri yang akan
bertanggung jawab akibat apa yang kita lakukan, tapi disamping dampak negative tersebut tidak
sedikit juga anak muda yang berhasil sukses dari internet khususnya media sosial. Banyak anak muda
yang mulai berkarya lewat media sosial tapi tidak jarang juga mereka terlalu over sehingga
mengundang tindak bulliyan di media sosial. Dampak yang ditimbulkan akibat bulliyan media sosial
ini sungguh besar hingga ada yang sampai bunuh diri akibat tidak tahannya di bully. Maka dari itu
mengedukasi untuk menggunakan media sosial dengan bijak merupakan suatu hal yang harus
dilakukan atau bahkan perlu edukasi ini dikampanyekan langsung oleh pemerintah kita.

Banyak juga generasi millennial saat yg mulai gencar belajar bisnis sedari muda dan lagi-lagi media
sosial ini sebagai wadah yang sangat banyak digunakaan untuk memulai bisnis. Kreativitas generasi
millennial pun diasah sejak dini karena persaingan dagang di media sosial sangat ketat sekali sehingga
perlu ilmu-ilmu baru untuk mempelajari algoritma penjual lewat media sosial. Maka dari itu media
sosial tergantung kita sebagai objek untuk mengendalikannya sehingga apabila kita bisa
mengendalikannya maka kentungan dan skill-skill baru yang akan kita dapat akan tetapi jika kebalik
malahin kita yang dikendalikan media sosial justru yang akan kita dapat bukannya untuk malahan
rugi, banyak sekali kerugian yang akan kita dapat selain yang telah dipaparkan diatas yang paling
sangat tidak bisa di kembalikan yaitu, waktu kita yang seharusnya bisa kita pakai untuk kegiatan yang
lebih produktif ini malah terbuang sia-sia.

Kesimpulan

Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial adalah sebuah kelompok
aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi web, dan yang
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.

Dalam hal ini pengguna media sosial bisa beranggapan apa yang telah diposting dan dibagikanya
adalah wajar, tetapi kalau hal tersebut tidak sesuai dengan nilai- nilai dan norma yang ada maka
dianggap sebagai perbuatan yang tidak beradab.

Selain itu media sosial digunakan untuk sarana membangun hubungan atau relasi, sebagai sarana
mencari informasi, untuk berkomunikasi jarak jauh, sebagai penghibur dikala bosan, dan digunakan
juga sebagai media untuk berbisnis karena sebagaimana yang kita tahu bahwa masyakarat terutama
remaja merupakan manusia yang konsumtif.

Etika berkomunikasi di internet yang dikenal dengan istilah Netiquette yang merupakan aturan dan
tata cara penggunaan internet sebagai alat komunikasi atau pertukaran data antar-sekelompok orang
dalam sistem yang termediasi.

Sama seperti aturan etika di dunia nyata, netiquette juga mendorong para pengguna untuk taat pada
aturan etis dan moral yang meskipun tidak tertulis untuk menciptakan ruang bersama yang nyaman,
tentram, dan damai.

Media sosial dijadikan tempat mengungkapan amarah, kebencian, caci-maki, penghinaan, cyber
bullying, masalah pornografi, SARA, dan bahkan masalah yang berkaitan dengan eksistensi diri turut
meramaikan media sosial.

Sebelum memposting sebaiknya memeriksa dan mempertimbangkan kembali hal-hal yang akan
diposting, Dan hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari konten yang akan menimbulkan
konflik seperti kekerasan, hoax, pornografi dan isu SARA.

Meminum minuman keras (Haram) dan Merokok Banyaknya informasi yang tidak bisa di filter oleh
generasi millennial membuat mereka ingin mencoba-coba suatu hal baru yang belum pernah mereka
lakukan seperti merokok mencoba meminum minuman keras yang awalnya mungkin hanya coba-coba
tapi lama kelamaan akan menjadi pecandu.

Dampak negative dari media sosial yaitu seks bebas dimana mereka mungkin awalnya tidak sengaja
melihat iklan yang biasa muncul tiba-tiba di smartphone sehingga mereka mencari tau lebih dalam
mengenai hal tersebut dari segi tontonan atau pun browsing an.
Tawuran atau Konflik antar remaja Dengan adanya media sosial saat ini remaja lebih nyaman curhat
atau bahakan saling singgung di media sosial yang terkadang maksud dan tujuan menyinggung
kesiapa tapi malah orang lain yang tersinggung, sehingga hal ini bisa menjadi penyebab awal konflik
antar remaja, tak jarang tindak kriminalitas pun bermula dari cuitan media sosial.

Cyber-bullying Pembullyan di media sosial bukan lah menjadi hal yang aneh lagi di zaman ini,
mereka yang melakukan pembullyan bertujuan untuk menakuti, membuat marah, atau
memperlakukan mereka yang menjadi target.

Menurut para ilmuan yang meneliti di Hass School of Business UC Barkeley memaparkan bahwa
suatu informasi dapat merangsang sistem dopamine yang ada di otak kita sehingga kita menjadi
ketergantungan dengan smartphone tidak bisa jauh dari smartphone da nada selalu rangsangan untuk
selalu membukanya padahal tidak ada suatu hal yang penting.

Tapi semua itu kembali lagi kepada diri masing-masing dimana diri kita sendiri yang akan
bertanggung jawab akibat apa yang kita lakukan, tapi disamping dampak negative tersebut tidak
sedikit juga anak muda yang berhasil sukses dari internet khususnya media sosial.

Banyak anak muda yang mulai berkarya lewat media sosial tapi tidak jarang juga mereka terlalu over
sehingga mengundang tindak bulliyan di media sosial.

Maka dari itu media sosial tergantung kita sebagai objek untuk mengendalikannya sehingga apabila
kita bisa mengendalikannya maka kentungan dan skill-skill baru yang akan kita dapat akan tetapi jika
kebalik malahin kita yang dikendalikan media sosial justru yang akan kita dapat bukannya untuk
malahan rugi, banyak sekali kerugian yang akan kita dapat selain yang telah dipaparkan diatas yang
paling sangat tidak bisa di kembalikan yaitu, waktu kita yang seharusnya bisa kita pakai untuk
kegiatan yang lebih produktif ini malah terbuang sia-sia.

Anda mungkin juga menyukai