PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang
mempunyai peran strategis dalam menyelaraskan, menyerasikan, serta
menyeimbangkan berbagai unsur pembangunan. Peran yang strategis
tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu
lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat
secara efektif dan efisien, yang dengan berdasarkan asas demokrasi
ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan dalam rangka
meningkatkan pemerataan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Peranan lembaga perbankan yang strategis dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional, mengakibatkan perlu adanya pembinaan dan
pengawasan yang efektif, sehingga lembaga perbankan di Indonesia
mampu berfungsi secara efisien, sehat dan wajar, serta mampu melindungi
secara baik dana masyarakat yang dititipkan kepadanya, serta mampu
menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif
bagi pencapaian sasaran pembangunan.
Bank sebagai suatu perusahaan atau entitas ekonomi juga membuat
laporan keuangan untuk menunjukkan informasi dan posisi keuangan yang
disajikan untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Standar
Akuntansi
Keuangan (SAK) Tahun 2004 No 1, tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas
perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber-
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Salah satu pengguna informasi laporan keuangan adalah investor.
Kepentingan pokok investor terhadap laporan keuangan perusahaan
adalahuntuk mengetahui seberapa menguntungkan suatu perusahaan
dikaitkan dengan investasi mereka pada perusahaan tersebut. Investor
lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham karena
saham menjanjikan tingkat keuntungan yang tinggi baik finansial maupun
non finansial. Keuntungan finansial yag didapat berupa dividend dan
capital gain, sedangkan keuntungan non finansial berupa memperoleh hak
suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Investasi saham selain menjanjikan tingkat keuntungan yang tinggi
juga mengandung tingkat resiko yang tinggi pula. Investor akan selalu
mengharapkan mendapat keuntungan yang memadai dengan tingkat resiko
yang dapat dipastikan dari investasi yang ditanamkannya. Akan tetapi
didalam dunia usaha yang sebenarnya, semua investasi mengandung
ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu pasti hasil yang akan
diperoleh dari investasinya, akan tetapi investor dapat memperkirakan
berapa keuntungan yang diharapka dari investasinya tersebut, serta berapa
jauh penyimpangan hasil yang sebenarnya dengan hasil yang diharapkan.
Risiko dalam suatu investasi saham dapat dikurangi dengan dibutuhkannya
informasi yang akurat, aktual, dan transparan berkenaan dengan
perusahaan. Investor dalam melakukan jual beli saham dipengaruhi faktor
makro maupun mikro perusahaan. Faktor makro merupakan faktor
eksternal perusahaan, antara lain tingkat inflasi, kurs rupiah, keadaan
perekonomian dan sosial politik negara. Sedangkan faktor mikro
merupakan faktor internal perusahaan yang mempengaruhi perdagangan
saham antara lain harga saham, tingkat resiko, tingkat keuntungan yang
diperoleh serta kinerja perusahaan itu sendiri. Dengan informasi tersebut
investor dapat memperkirakan tingkat keuntungan yang akan diperoleh
serta dapat memilih saham dan perusahaan yang cocok dan paling
menguntungkan.
Menurut Jogiyanto Hartono (2016) saham (stock) adalah hak
kepemilikan perushaan yang dijual. Jika perusahaan hanya
mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham
biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainya, suatu
perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas yang lain dari saham,
yaitu yang disebut dengan saham preferen (preferred stock). Menurut
Jogiyanto Hartono (2016) saham (stock) terdapat tiga jenis saham yaitu:
1. Saham Biasa (common stock) Saham biasa adalah saham yang
mana jika perushaan hanya mengeluarkan satu kelas saham. Saham
biasa sendiri memilik hak untuk pemegangnya di antaranya hak
kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, dan hak preemptif
(hak presentasi).
2. Saham Preferen (preferred stock) Saham preferen merupakan
saham yang sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Pada
saham ini sendiri memiliki banyak keistimewahan.
3. Saham Treasuri (treasury stock) Saham milik perusahaan yang
sudah pernah dikeluarkan dan beredar yeng kemudian dibeli
kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang
nantinya dapat dijual kembali. Sesuai dengan definisi saham di atas
maka saham juga dapat diartikan sebagai surat bukti atau
kepemilikan bagian modal suatu perusahaan. Dan juga merupakan
salah satu sekuritas sumber dana yang diperoleh perusahaan yang
berasl dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus
membayar deviden kepada pembeli sekuritas atau pemilik sekuritas
dalam hal ini saham.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) Sekuritas
merupakan secarik kertas yang menunjukan hak pemodal (yaitu
pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian
dari prospek atau kekayaan organisasi yang menrbitkan sekuritas
tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal
tersebut menjalankan haknya. Sekuritas ini sendiri terdiri dari tiga
jenis yakni obligasi, saham dan instrumen jangka pendek.
Sedangkan untuk saham sendiri, apabila pemodal atau investor
membeli saham, berarti pemodal atau investor itu telah membeli
prospek perusahaan, dan jika prospek perusahaan itu membaik
maka harga saham tersebut meningkat. Memiliki saham berarti
memiliki perusahaan. Kalau pemodal atau investor memiliki 1%
dari seluruh saham yang diedarkan perusahaan, berarti
kepemilikanya juga sebesar 1%. Penghasilan yang dinikmati oleh
pembeli saham dalam hal ini pemodal atau investor adalah
pembagian deviden dari saham tadi dan juga keuntungan lain dapat
diperoleh dari kenaikan harga saham tersebut (capital gains).
Dengan demikian dipandang dari segi 16 kepastian, maka
penghasilan pemilik saham atau pemodal tadi tidak pasti. Hal ini
disebabkan karena pembayaran deviden sendiri akan dipengaruhi
oleh prospek perushaan yang tidak pasti.
Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang
bersifat fundamental. Analisis laporan keuangan digunakan untuk menilai
kinerja perusahaan. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan adalah rasio finansial (financial rate).
Perkembangan harga saham tidak akan terlepas dari perkembangan kinerja
keuangan perusahaan. Secara teoritis jika kinerja perusahaan mengalami
peningkatan, maka harga saham akan merefleksikannya dengan
peningkatan harga saham demikian juga sebaliknya.
Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan
kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Perubahan harga
saham sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang
terjadi di pasar sekunder. Harga saham pada waktu tertentu tidak selalu
mencerminkan kinerja perusahaan, tetapi lebih banyak dipengaruhi faktor-
faktor lain diluar kinerja seperti berita yang beredar di tengah masyarakat
dengan asumsi bahwa investor adalah rasional, maka aspek fundamental
menjadi penilaian yang utama bagi investor, dengan argumen bahwa nilai
saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat,
tetapi yang lebih penting adalah harapan akan kemampuan perusahan
dalam meningkatkan nilai kekayaan dikemudian hari.
Cara untuk mengetahui informasi tersebut lebih spesifik adalah
dengan melakukan analisis rasio keuangan. Bagi perbankan Indonesia
ketentuan mengenai rasio-rasio keuangan tersebut sudah terdapat dalam
Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tentang penilaian kesehatan
bank, yaitu dengan analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari aspek capital
Adequacy, assets quality, management quality, earning dan liquidity.
Capital Adequacy adalah kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Kuncoro dan suhardjono,
2002). Rasio yang sering digunakan untuk mengukur aspek manajemen
adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR merupakan rasio dari aspek
capital dalam penilaian tingkat kesehatan CAMEL. CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada pihak lain) ikut
dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana
dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman
(utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2005). Jadi, secara teoritis rasio ini
memiliki hubungan yang positif terhadap harga saham, karena bank yang
mempunyai CAR yang tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal
yang cukup untuk melakukan kegiatan usahanya.
Assets quality (kualitas aktiva produktif) menunjukkan kualitas aset
sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian
kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda (Kuncoro dan
suhardjono, 2002). Return On Risked Assets (RORA) mengukur
kemampuan bank dalam berusaha mengoptimalkan aktiva yang dimiliki
untuk memperoleh laba (Merkusiwati, 2007). Semakin tinggi RORA
berarti akan semakin tinggi pula harga saham, karena bank yang
mempunyai RORA yang tinggi berarti bank tersebut telah mampu
mengoptimalkan modalnya dalam memperoleh laba.
Management quality (kualitas manajemen) menunjukkan
kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengkontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-
kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target (Kuncoro dan
suhardjono, 2002). Rasio untuk mengukur aspek manajemen ini adalah
Net Profit Margin (NPM). NPM adalah rasio yang menggambarkan
tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya (Dendawijaya,
2006). Semakin tinggi NPM suatu bank berarti semakin baik kinerja bank
dari sudut manajemen. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi
NPM suatu bank maka akan semakin tinggi pula keuntungan marjinal
yang diperoleh bank tersebut. Sehingga akan diperoleh tanggapan positif
dari pelaku pasar modal terutama dari sudut harga sahamnya, dengan kata
lain semakin tinggi NPM maka suatu bank akan semakin tinggi pula harga
sahamnya.
Earning (rentabilitas) menunjukkan tidak hanya jumlah kualitas dan
trend earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan
dan kualitas earning. Rasio yang digunakan untuk mengukur aspek earning
ini adalah Return On Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manjemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan (Dendawijaya, 2005). Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset maka
semakin besar pula harga sahamnya.
Liquidity (likuiditas) likuiditas adalah kemampuan perusahaan
untuk melunasi kewajiban (utang) jangka pendek tepat pada waktunya,
termasuk melunasi bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo pada
tahun bersangkutan Handono Mardiyanto (2009). Rasio yang digunakan
untuk mengukur aspek Liquidity ini adalah Loan To Deposit Ratio (LDR).
LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya, 2005). Semakin
tinggi rasio LDR maka akan semakin tidak liquid perusahaan perbankan
dikarenakan bank tidak mempunyai cash asset yang cukup untuk
membayar tagihan, sehingga akan mengakibatkan hilangnya kepercayaaan
masyarakat akan kemampuan bank dalam pemenuhan likuiditasnya karena
masyarakat tidak leluasa dalam melakukan penarikan atas dananya, jika
bank tersebut tidak mempunyai cash asset yang cukup untuk membayar
tagihan para deposannya. Apabila bank sudah tidak dipercaya lagi oleh
investor atau masayarakat maka, akan berdampak pada menurunnya harga
saham bank yang bersangkutan, jadi hal tersebut dapat diketahui bahwa
Loan To Deposit Ratio (LDR) mempunyai hubungan yang negatif
terhadap harga saham.
Apabila rasio keuangan dalam kinerja keuangan perusahaan
perbankan mengalami pertumbuhan dengan menjaga keseimbangan antara
pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang
wajar, serta pemenuhan modal yang memadai, maka hal yang sama akan
terjadi pada pergerakan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Rasio
keuangan yang baik akan mencerminkan kondisi keuangan yang baik pula,
sehingga akan mempengaruhi harga saham (Ang, 1997). Akan tetapi
kenyataan yang terjadi pada perusahaan perbankan yang di terdaftar Bursa
Efek Indonesia periode 2011-2014 tidak selalu menunjukkan pertumbuhan
pada harga saham meskipun rasio-rasio keuangan mengalami kenaikan,
sebaliknya penurunan rasio keuangan tidak selalu diikuti dengan
penurunan harga saham. Hal ini jelas bertentangan dengan peryataan
(Ang, 1997) yang menyatakan dimana kinerja keuangan perusahaan akan
menjadi tolok ukur seberapa besar risiko yang akan ditanggung investor
untuk memastikan kinerja perusahaan berada dalam keadaan baik atau
buruk dilakukan dengan menganalisa rasio keuangan dari laporan
keuangan. Jadi secara teoritis jika kinerja keuangan perusahaan mengalami
peningkatan, maka harga saham akan merefleksikannya dengan
peningkatan harga saham demikian juga sebaliknya (Ang, 1997).
Fenomena dari pergerakan harga saham yang terjadi pada
perusahaan perbankan pada periode 2011-2014 yang sebenarnya tidak
sesuai dengan teori yang ada. Pertumbuhan rasio-rasio keuangan yang baik
akan diikuti spula dengan pertumbuhan harga saham. Hal ini terlihat dari
kinerja keuangan bank yang dilihat dari perubahan rasio keuangan yang
pada kenyataanya pada perusahaan perbankan yang terdaftar (listed) di
Bursa Efek Indonesia menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori yang
ada. Misalnya Bank Rakyat Indonesia. Tbk, dimana CAR (Capital
Adequacy Ratio) 2015
Tabel 1.1
Harga
Nama Bank Tahun CAR NIM ROA LDR
SAHAM
2011 13,33% 6,0% 2,9% 70,4% 261.215
Bank Negara 2012 13,99% 5,9% 2,9% 77,5% 289.778
Indonesia Tbk 2013 14,67% 6,2% 3,4% 85,3% 338.972
2014 15,77% 6,3% 3,5% 87,8% 355.552
2011 15,34% 5,39% 3,50% 65,44% 6.248
Bank Mandiri 2012 15,48% 5,29% 3,37% 71,65% 6.498
Tbk 2013 14,93% 5,58% 3,55% 77,66% 4.306
2014 15,99% 5,68% 3,66% 82,97% 4.667
2011 14,96% 9,58% 4,93% 76,20%
Bank Rakyat 2012 16,95% 8,42% 5,15% 79,85%
Indonesia Tbk 2013 16,99% 8,55% 5,03% 88,54%
2014 18,31% 8,51% 4,74% 81,68%
Bank Centra Asia 2011 12,7% 5,7% 3,8% 61,7%
Tbk 2012 14,2% 5,6% 3,6% 68,6%
2013 15,7% 6,2% 3,8% 75,4%
2014 16,9% 6,5% 3,9% 76,8%
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap harga
saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
2. Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhada harga saham
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap harga
saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
5. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return, Net Profit Margin
(NPM), Return On Asset (ROA), dan Loan To Deposit Ratio (LDR)
berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap
harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
3. Untuk Mengetahui Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap
harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh
terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
5. Untuk mengetahui Capital Adequacy Ratio (CAR), Return, Net
Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), dan Loan To
Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
secara simultan.
D. Tujuan Penelitian
Operating Income
RORA= x 100 %
Total Loans+ Invesment
c) Management
Menurut Riyadi dalam Merkusiwati (2007), aspek manajemen
pada penilaian kinerja bank tidak dapat menggunakan pola yang
ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan profit margin.
Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup
manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen
umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada
akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba.
Tingkat kinerja manajemen dapat diukur dengan penghitungan
Net Profit Margin (NPM). NPM merupakan rasio keuangan yang
mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari
kegiatan operasional pokok bank. Rasio ini menggambarkan tingkat
keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya (Payamta
dan Machfoedz, 1999). NPM ini berfungsi untuk mengukur tingkat
kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya.
Menurut Ang (1997) semakin besar nilai NPM berarti semakin
efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat
kembalian keuntungan bersih. Nilai NPM berada pada rentang 0
sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien penggunaan
biaya yang berarti bahwa besar tingkat kembalian keuangan (return)
yang akan diikuti tingginya harga saham.
Net Income
NPM= x 100 %
Operating Income
d) Earning
ROA atau rasio laba bersih terhadap total aktiva. Menurut Susilo
(2000) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relative
dibandingkan dengan nilai total assetsnya. Rasio ini sangat penting,
mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk
mempertahankan sumber-sumber modal bank.
Net Income
ROA= x 100%
Total Asset
e) Liquidity
Rasio liquidity dapat diukur dengan menggunakan rasio salah
satunya adalah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR merupakan rasio
antara kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini,
maka akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana
yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.
Total Loans
LDR= x 100 %
Total Deposit+ Equity
D. Pengertian Perbankan
Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang
mempunyai peran strategis dalam menyelaraskan, menyerasikan, serta
menyeimbangkan berbagai unsur pembangunan. Peran yang strategis
tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu
lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat
secara efektif dan efisien, dengan berdasarkan asas Pengertian Bank
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 mengenai perubahan
undang-undang Nomor 7 tahun 1997 tentang perbankan, menyebutkan
bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bila dilihat dari segi usahanya, bank
dapat diartikan sebagai suatu badan usaha yang kegiatan utamanya
menerima simpanan dari masyarakat dan atau dari pihak lainnya kemudian
mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta
menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran (Hasibuan, 2001).
Pengertian bank menurut IAI dalam PSAK Nomor 31 Standar Akuntansi
Keuangan (2004) adalah: “Bank adalah suatu lembaga yang berperan
sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dana dan pihak pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang
berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.
E. Kerangka Pikir
Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap tingkat
harga saham, telah dilakukan oleh banyak peneliti sebelumnya, dan hasil
yang diperoleh yaitu bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap
harga saham.
Hasil penelitian Astuti (2002) tentang analisis variabel-variabel
yang mempengaruhi harga pasar saham perusahaan perbankan di BEJ
menunjukkan bahwa EPS, ROE dan LDR secara signifikan mempengaruhi
harga pasar saham, namun untuk CR hasilnya tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap harga pasar saham. Sedangkan pada penelitan
Mabruroh (2004) tentang manfaat dan pengaruh rasio keuangan dalam
analisis kinerja keuangan perbankan menunjukkan bahwa CAR, NPL,
ROA, ROE, LDR, BOPO, NIM secara positif dan signifikan mempunyai
pengaruh terhadap kinerja keuangan.
Setiyawati (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh loans
to deposit ratio (LDR), capital adequacy ratio (CAR), dan return on asset
(ROA) terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEJ dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CAR dan ROA
berpengaruh positif terhadap harga saham, tetapi untuk LDR hasilnya
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga pasar saham.
Sedangkan Purnomo (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh
kinerja keuangan terhadap harga saham di BEJ yang hasil penelitiannya
bahwa secara parsial rasio CAR dan ROA berpengaruh secara signifikan
terhadap perubahan harga saham, sedangkan untuk rasio RORA, NIM, dan
LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga
saham.
Machfoedz (1994) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi
laba perusahaan dimasa yang akan datang. Rasio keuangan yang
digunakan adalah cash flows/current liabilities, net worth and total
liabilities/fixed assets, gross profit/sales, operating income/sales, net
income/sales, quick assets/inventory, operating income/total liabilities, net
worth/sales, current liabilities/net worth, dan net worth/total liabilities.
Ditemukan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model
bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun ke muka, namun tidak
bermanfaat untuk memprediksi lebih dari satu tahun. Berdasarkan dari
hasil penelitian terdahulu di atas, secara ringkas dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO PENELITI HASIL
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Identifikasi populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 bank dengan
kriteria:
a. Bank yang telah go public
b. Bank dalam klasifikasi ICMD
B. Sample Penelitian
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, dimana populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah
populasi yang memenuhi kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan
dalam sampel ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel telah menerbitkan laporan keuangan selama 4 tahun berturut-
turut yaitu tahun 2011, 2012,2013 dan 2014.
2. Sampel mempunyai laporan tahunan yang berakhir tanggal 31
Desember.
3. Sampel tidak mengalami dislisting maupun baru melakukan penawaran
perdana selama tahun pengumpulan data.
4. Sampel melakukan perdagangan selama 3 tahun berturut-turut yaitu
tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
5. Berdasarkan populasi penelitian yang terdiri dari 30 bank go public,
yang memenuhi seluruh kriteria dalam penelitian ini terdapat 18 bank
go public. Data dalam penelitian ini menggunakan penggabungan (the
polling data) yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2014 pada perusahaan
sampel. Berikut daftar dari sampel perusahaan perbankan:
Tabel 3.1
C. Variabel Independent
Variabel independen atau variabel bebas yangs nilainya dipergunakan
untuk meramal, terdiri dari rasio-rasio CAMEL dirumuskan sebagai
berikut:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Kamsir (2012), Capital Adequacy Ratio (CAR) Adalah
untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam
menanggung perkreditan terutama resiko yang terjadi karena bunga
gagal ditagih. Sedangkan Herman Darmawi (2012) Menyataan bahwa
CAR Merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva tertimbang
meurut resiko (ATMR). Rumus menurut Kamsir (2012)
Jumlah Modal
CAR= X 100 %
Jumlah AktivaMenurut Resiko ATMR
Total Loan
LDR= x 100 %
Total Deposit+ Equity
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas
karena data ini menghimpun dana yang mewakili berbagai ukuran
(kecil, sedang, dan besar).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas antara lain dengan melihat grafik Plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu ada grafik scatterplot antara
SRESID dengan ZPRED diman sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yan teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2007).
4. Analisis Regresi Berganda
Secara umum, analisis regresi adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih
variabel independen (bebas) dengan tujuan untuk mengestimasi atau
memprediksi rata-rata posspulasi atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003).
Pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan analisis regresi
berganda.
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui apakah
rasio keuangan yang merupakan variabel bebas dapat mengukur tingkat
hargasaham. Analisis ini untuk menunjukkan hubungan pengaruh antara
kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio CAR (X1), RORA (X2),
NPM (X3), ROA (X4), dan LDR (X5) terhadap perubahan harga saham
perusahaan perbankan (Y).
Keterangan:
1. Jika Fhitung < Ftabel (k-1-n-k) maka diterima hipotesis nol (Ho),
2. Jika Fhitung > Ftabel (k-n-k) maka menolak hipotesis nol (Ho) dan
perbankan.
1. Jika thitung < ttabel (n-k-1) maka menerima hipotesis nol (Ho) artinya
variabel rasio keuangan (CAR, RORA, NIM, ROA, LDR) tersebut tidak
2. Jika thitung > ttabel (n-k-1) maka menolak hipotesis nol (Ho) dan
dibuktikan bahwa semua variabel bebas (CAR, RORA, NPM, ROA, LDR)
3. Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada
Sedangkan jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada
a. Koefisien Determinasi
nilai Y sebagai varibel terikat yang dapat dijelaskan oleh garis regresi
jika variabel lainnya konstan terhadap variabel terikat. Semakin besar nilai