Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN LIMBAH CAIR

DI KEBUN SAWIT SEI MANDING, RIAU


MARYADI

Peneliti Pada Pusat Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah-BPPT

Abstract

The growth of the oil palm industry in Indonesia has been phenomenal. With only
106.000 ha planted in 1968, it has increased to more than 3,393 million ha in 2000.
Fertilizer has played a major role in contributing to the advancement of sustainable oil
palm yields. Currently with Asian economies experiencing an economic slow down and
locally with the depreciation of rupiah, fertilizer costs have inevitably gone up causing the
increase of production costs. Recently some plantations are trying to use waste water for
fertilising purpose since it known that waste water contains some potential nutrient such
as N, P, K and Mg. In Sei Manding this usage increases the production up to 27%.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


oleh perkebunan besar milik swasta,
Krisis ekonomi yang melanda sedangkan sisanya dimiliki oleh rakyat
Indonesia sejak tahun 1997 telah (33,5%) dan perusahaan negara (18%).
memperkuat keyakinan tentang pentingnya Luas perkebunan sawit di Indonesia masih
pembangunan industri yang berbasis sumber dapat ditingkatkan karena potensi lahan
daya alam. Salah satu contohnya adalah untuk kepentingan tersebut masih sangat
pembangunan industri kelapa sawit. Pada luas. Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit
awal masa krisis ekonomi, ekspor minyak di Medan, di seluruh Indonesia terdapat 21
sawit menjadi salah satu sumber devisa juta hektar lahan yang dapat digunakan
penting. Hasil ekspor minyak sawit pada untuk budidaya tanaman sawit. Ini berarti
tahun 1997 tercatat sebesar $US 1,784 luas kebun yang ada sekarang baru sekitar
milyar. Jumlah ini lebih besar dibandingkan 14% dari luas lahan potensial.
dengan devisa hasil ekspor komoditas Sampai dengan tahun 2000 di seluruh
andalan sebelumnya, yaitu karet alam yang wilayah Indonesia terdapat 249 pabrik kelapa
nilainya hanya sebesar $US 1,499 milyar. sawit. Jumlah terbesar berada di P.
Nilai ekspor minyak sawit ini kurang lebih Sumatera, terutama di Propinsi Sumatera
34% dari seluruh nilai ekspor hasil-hasil Utara, Riau dan Jambi. Dalam proses
perkebunan pada waktu itu yang jumlahnya pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit
sebesar $US 5,278 milyar (Tondok, 1998). mentah akan dihasilkan limbah padat dan
Produk utama dari industri sawit di limbah cair. Jumlah limbah cair berkisar
Indonesia sampai sekarang adalah minyak antara 55% - 67% dari jumlah bahan yang
sawit mentah yang sering disebut dengan diproses. Ini berarti dari satu ton buah sawit
Crude Palm Oil (CPO). Produksi CPO di yang diolah akan dihasilkan limbah cair
Indonesia setiap tahunnya cenderung terus sebanyak 550 – 670 kg. (Pamin et.al, 2000)
meningkat sejalan dengan semakin luasnya Semula banyak kalangan yang tidak
kebun sawit di Indonesia. Patut diketahui mengetahui bahwa limbah tersebut dapat
pada tahun 1968 luas kebun sawit di seluruh dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman,
Indonesia baru sekitar 106.000 hektar. sehingga hanya dianggap sebagai by
Namun pada tahun 2000 telah meningkat product dan dibuang begitu saja. Namun
menjadi 3,393 juta hektar. Dari luasan setelah diketahui mengandung beberapa
tersebut sekitar 48,5 % diantaranya dimiliki unsur penting yang bermanfaat bagi
pertumbuhan dan produksi sawit seperti N,

109 Maryadi 2006: Analisis Ekonomi Pemanfaatan……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 109 - 115
P, K dan Mg, mulai ada yang memanfaatkan kesuburan tanah. Salah satu perusahaan
sebagai pupuk. perkebunan yang memanfaatkan limbah cair
Limbah cair yang baru dihasilkan dari untuk kegiatan pemupukan adalah
suatu proses pengolahan buah sawit PT. Eka Dura Indonesia, yaitu sebuah
memiliki kandungan BOD antara 20.000 – perusahaan yang berada di bawah naungan
30.000 mg/l. Dalam kondisi seperti ini PT. Astra Agrolestari dan berlokasi di
terkandung unsur hara N, P. K dan Mg yang Kabupaten Pasir Pangarayan, Riau.
cukup tinggi. Di dalam setiap liter terkandung Sebelum dialirkan, limbah tersebut diolah
unsur N sebanyak 500-900 ml, unsur P 90- terlebih dulu sesuai dengan ketentuan yang
140 ml, unsur K 1000-1975 ml dan unsur Mg ada ( Bagan 1)
250-340 ml. Namun dengan kandungan Karena jumlah limbah yang dihasilkan
BOD-nya yang masih tinggi apabila limbah terbatas, tidak semua areal kebun milik
cair tersebut dibuang ke sungai atau ke perusahaan perkebunan tersebut dialiri
tempat pembuangan lainnya akan limbah cair hasil buangan pabriknya yang
membahayakan manusia atau biota hidup berkapasitas olah sebesar 60 ton/jam. Areal
lainnya. Oleh karena itu Keputusan Menteri paling luas yang dialiri adalah Afdeling B dan
Lingkungan Hidup No. Kep-51/ menLH C yang berada di Kebun Sei Manding. Dari
/10/95 mewajibkan setiap limbah yang sekitar 340 hektar luas afdeling itu, sekitar
dialirkan ke perairan bebas harus diproses 111 hektar yang dapat dialiri secara rutin.
terlebih dulu hingga tingkat BOD-nya Tulisan ini akan membahas dampak
sebesar 100 mg/l dengan pH sekitar 6. pemanfaatan limbah cair terhadap produksi
Menurut Darmono, et.al. (2000) dalam tanaman
kondisi seperti ini kandungan unsur N yang Data tersebut kemudian dianalisis dengan
ada tinggal sebesar 40-70 ml, unsur P antara cara menghitung produksi dari masing-
3-15 ml, unsur K antara 330-650 ml dan Mg masing perlakuan pada sawit pada areal
antara 17-40 ml. Walaupun demikian unsur- tersebut dan melakukan analisis terhadap
unsur tersebut masih dapat memperbaiki keuntungan finansialnya.

Bagan 1: Bagan Alir Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pada PT. Eka
Dura Indonesia – Riau

Pabrik Kelapa Sawit


Cooling Mixing
Pond Pond
Limbah
Cair Segar

Anaerobic
Pond Contact
Pond

Land Application Limbah


Waste Water Treatment
Terolah

2. TUJUAN dan kemudian membandingkannya dengan


produksi dari kebun atau areal tanam yang
Seperti yang telah disampaikan di dipupuk secara konvesional. Selanjutnya
muka, tujuan dari analisis ini adalah untuk dilakukan analisis finansial untuk mengetahui
mengetahui produksi tanaman sawit yang keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari
mendapat aliran limbah cair hasil buangan pemanfaatan limbah cair dan kenaikan
pabrik pengolah sawit sebagai sumber nutrien produksi tersebut.

Maryadi. 2006: Analisis Ekonomi Pemanfaatan….J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 109 – 115 110
3. METODE PENELITIAN
Dari tabel di atas diketahui bahwa lahan
Metode yang digunakan dalam kegiatan yang tidak mendapat aliran limbah (Non LA)
ini adalah metode survai dengan jalan luasnya dua kali lipat. Sedangkan dilihat dari
mengumpulkan data. Afdeling B dan C yang tahun tanamnya, umur tanaman di lokasi
ada di Kebun Sei Manding dan kemudian tersebut rata-rata telah lebih dari 10 tahun
membandingkannya. Hasil analisis produksi dan hal ini menunjukkan bahwa semua
kemudian digunakan sebagai dasar analisis tanaman telah berada pada umur produktif.
finansial biaya pemupukan secara Selain itu dapat diketahui pula bahwa areal
keseluruhan dan yang terakhir menghirtung pada afdeling B dan C yang sama-sama
keuntungan finansial yang dapat diperoleh mendapat aliran limbah cair, luasnya relatif
oleh perusahaan. Patut diketahui bahwa sama. Sedangkan pada areal yang dipupuk
dalam melakukan pemupukan, perusahaan dengan pupuk konvensional, luas afdeling B
tersebut menggunakan Urea sebanyak 348 kurang lebih 35% dari luas areal afdeling C
kg/ha/th, MOP sebanyak 252 kg/ha/th, SP-36
sebanyak 144 kg/ha/th dan Kieserit sebanyak b. Jumlah limbah dan BOD-nya
204 kg/ha/thn.
Jumlah limbah dan BOD-nya yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN dialirkan ke areal tanam berbeda setiap
bulannya. Perbedaan ini sangat ditentukan
4.1. Analisis Produksi oleh aktifitas yang ada di dalam pabrik.
a. Areal Tanam Semakin mendekati kapasitas olah limbah
yang dihasilkan akan semakin besar,
Untuk memahami kondisi yang ada demikian pula sebaliknya. Sedangkan besar
pada areal penelitian, berikut ini akan kecilnya aktifitas pabrik sangat ditentukan
disajikan data dalam bentuk tabel tentang oleh jumlah buah sawit yang terkumpul untuk
luas serta jumlah tanaman yang ada pada diolah. Jumlah limbah dan BOD-nya yang
areal tanam seperti yang dimaksud di muka. dialirkan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini
Dari tabel di atas diketahui bahwa lahan yang
tidak mendapat aliran limbah (Non LA) Tabel 2. Jumlah Limbah Cair dan Kadar
luasnya dua kali lipat. BOD-nya Pada Tahun 2002

Bulan Jumlah limbah BOD(mg/l)


Tabel 1. Areal penelitian
(M3)
Januari 4.405 4393
LA/
Luas Jml Thn
Non AFD Blok
(ha) Tnm Tnm Pebruari 4.741 4393
LA
B B-3 36,30 4.721 1990
Maret 14.532 4393
B-6 16,98 2.088 1988
C C-1 15,60 2.031 1988 April 5.078 4393
LA
C-2 4,30 557 1988
C-5 19,20 2.502 1988 Mei 8.871 195
C-6 18,70 2.431 1988
Total 111.08 14.330 Juni 6.473 195
B B-3 45,44 5.577 1990
B-6 30,52 4.009 1988 Juli 7.647 2629
Non C C-1 54,75 6.608 1988
LA C-2 52,30 6.394 1988 Agustus 8.656 2629
C-5 25,66 3.178 1988
C-6 21,48 2.635 1988 September 9.591 2629
230,15 28.401
Total Oktober 11.373 6086

Ket : LA = Land Application / yang mendapat November 8.669 6086


aliran limbah
Sumber : PT. Eka Dura Inonesia. 2002

111 Maryadi 2006: Analisis Ekonomi Pemanfaatan……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 109 - 115
Desember 6.098 6086 Tabel 3. Produksi Tandan Buah Sawit di
Kebun Sei Manding (ton)
Rata-rata 8.011 3675
LA Non LA
Bulan
(111 ha) (230 ha)
Sumber : PT. Eka Dura Inonesia, 2002 Januari 269.340 431.830
Pebruari 189.150 283.720
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Maret 233.940 355.280
jumlah limbah yang dialirkan setiap bulannya April 209.600 335.830
rata-rata mencapai 8.011 M3. Ini berarti lahan Mei 258.660 395.310
yang mendapat aplikasi limbah cair setiap Juni 249.530 372.180
hektarnya mendapat aliran sebanyak 72 M3 . Juli 282.950 438.020
Kalau dalam setiap hektar terdapat 130 Agustus 245.210 395.070
tanaman, berarti setiap tanaman mendapat September 296.470 498.060
aliran sebanyak 0,55 M3 per bulan dengan
Oktober 320.150 497.880
rata-rata BOD sebesar 3675. Sayang PT. Eka
November 276.660 431.210
Dura Indonesia belum memiliki laboratorium
Desember 276.660 372.500
untuk mengukur kandungan nutrien dalam
limbah yang dialirkan tersebut sehingga
jumlah nutrien tidak diketahui secara pasti, Rata-rata/ 23.335.7 17.426.3
walaupun secara teori semakin tinggi BOD ha/bln
akan semakin tinggi kandungan nutriennya. Sumber : PT. Eka Dura Indonesia, 2002.
Dari tabel di atas juga terlihat bahwa
pada bulan Januari dan Pebruari 2002 jumlah Dari tabel di atas diketahui adanya
limbah yang dialirkan lebih sedikit perbedaan produksi yang cukup berarti dari
dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. dua perlakukan yang berbeda. Perbedaan itu
Hal ini kemungkinan besar disebabkan bulan- mencapai lebih 5,9 ton per hektar. Kalau
bulan tersebut adalah puncak musim dihitung produktifitas per pohonnya, tanaman
penghujan sehingga aktifitas pabrik berkurang yang mendapat aplikasi limbah cair
sebagai akibat berkurangnya jumlah buah menghasilkan tandan buah segar (TBS)
sawit yang terkumpul. Dapat diterangkan di sebanyak 18 kg/bulan; sedangkan yang
sini bahwa pada musim penghujan, jalan-jalan dipupuk secara konvensianal hanya sebesar
kebun biasanya rusak berat sehingga truk 14,16 kg/ bulannya. Ini berarti ada selisih
pengangkut buah sawit tidak dapat bekerja produksi sebesar 3, 84 kg (27%). Selisih
secara maksimal. produksi ini dapat dikatakan cukup besar,
Seperti yang digambarkan pada Bagan 1, walaupun menurut Parmin et.al (2000) di
limbah cair yang dihasilkan baru akan Malaysia perbedaan produksi ini dapat
dialirkan setelah mengalami proses mencapai sampai 60 %
pengolahan terlebih dulu untuk menurunkan
kadar BOD-nya. Limbah tersebut dialirkan ke d. Jumlah Janjang/Tandan Buah
areal tanam melalui parit-parit kecil yang
dibuat diantara tanaman. Parit-parit tersebut Produksi tanaman sawit selain dilihat
selalu dirawat agar tidak mengalami dari bobot yang dihasilkan juga sering diukur
pendangkalan dengan jumlah tandan buah atau janjang
yang dihasilkan.. Jumlah tandan buah yang
c. Produksi dihasilkan akan menunjukkan frekuensi panen
per tanaman. Pada tanaman yang tumbuh
Data pada beberapa perkebunan sawit dengan baik biasanya akan diperoleh tandan
menunjukkan bahwa aplikasi limbah cair buah yang lebih banyak dan hal ini berarti
cukup berpengaruh terhadap kenaikan frekuensi panennya juga lebih banyak.
produksi per satuan luas. Pengamatan dari Sebagai gambaran tentang jumlah tanadan
tahun 1993 sampai 1996 di Perkebunan buah atau janjang yang dihasilkan dari dua
Langga Payung menunjukkan adanya perlakukan yang berbeda, pada Tabel 4
peningkatan produksi sebesar 9,3% (Liwang berikut ini akan disajikan data tentang jumlah
dan Siregar, 2000). Hasil yang sama terjadi tandan atau janjang yang berhasil dipetik atau
pula di Kebun Sei Manding dan data kenaikan dipanen selama tahun 2002 .
produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3
berikut ini.

Maryadi. 2006: Analisis Ekonomi Pemanfaatan….J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 109 – 115 112
Tabel 4. Jumlah Tandan Buah Yang memenuhi persyaratan tertentu. Salah satu
Dihasilkan Selama Tahun 2002 persyaratan tersebut adalah persyaratan
berat. Perusahaan-perusahaan besar
LA Non LA biasanya mensyaratkan tandan yang dapat
Bulan (111 ha) (230 ha) diterima beratnya lebih dari 12 kg. Secara
teori semakin baik pertumbuhan tanaman
Januari 13.192 22.554 berarti akan semakin berat pula tandan buah
yang dihasilkan. Pertumbuhan tanaman di
Pebruari 9.009 14.659 Kebun Sei Manding dapat dilihat pada Tabel 5
berikut ini
Maret 10.938 18.065
Tabel 5. Berat Rata-rata Tandan Buah Segar
April 9.970 17.159 Di Kebun Sei Manding Tahun 2002

Mei 11.901 19.522 Bulan LA (Kg) Non LA (Kg)

Juni 11.663 18.566 Januari 20,38 19,14


Pebruari 20,67 19,28
Juli 12.923 21.325 Maret 21,01 19,78
April 20,94 19,67
Agustus 10.738 19.175 Mei 21,56 20,24
Juni 21,22 20,06
September 12.989 23.338 Juli 21,88 20,60
Agustus 22,71 20,70
Oktober 13.839 23.311 September 22,82 21,34
Oktober 23,34 21,49
November 11.895 20.259 November 23,26 21,71
Desember 23,26 21,13
Desember 11.895 17.644 Rata-rata 21,92 20,42

Rata-rata/
tanaman/bln 0,82 0,74
Dari tabel di atas diketahui bahwa berat
rata-rata tandan buah yang dihasilkan dari
Sumber : PT. Eka Dura Indonesia, 2002. areal yang memperoleh pemupukan dari
limbah cair adalah sebesar 21,92 kg.
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada Sedangkan yang dipupuk secara konvensionil
lahan yang mendapat aplikasi limbah cair, hanya 20,42 kg. Ini berarti ada perbedaan
rata-rata dari setiap tanaman per bulannya berat sebesar 0,5 kg (7,35 %). Berat janjang
dihasilkan 0,82 janjang. Sedangkan yang atau tandan buah yang dihasilkan di Kebun
mendapat pemupukan konvensional hanya Sie Manding ini dapat dikatakan cukup besar
0.72. Ini berarti pada areal yang mendapat dan memenuhi kriteria sebagai buah yang
aplikasi limbah cair, setiap tanaman dalam baik sebagaimana yang dipersyaratkan.
setahun dapat dilakukan panen sebanyak 10
kali. Sedangkan pada tanaman yang 4.2. Analisis Finansial
pupuknya menggunakan pupuk konvensional
hanya dapat dilakukan panen sebanyak 9 Di depan telah disampaikan adanya
kali.. Perbedaan frekuensi panen inilah yang kenaikan produksi dari suatu aplikasi limbah
mempengaruhi perbedaan produksi secara cair pada tanaman sawit. Dari kenaikan
keseluruhan. produksi ini dapat dihitung beberapa
keuntungan finansialnya, seperti besarnya
e. Berat Janjang/Tandan Buah dana pemupukan yang dapat dihemat serta
keuntungan perusahaan dari kenaikan
Produksi kelapa sawit biasanya dihitung produksi.
dengan menimbang secara keseluruhan Berikut ini akan dilakukan analisis
tandan buah yang dihasilkan. Namun untuk terhadap keuntungan-keuntungan tersebut
menjaga kualitas produk, tandan buah yang berdasarkan pada areal aplikasi seluas 111
dapat diterima untuk kemudian diproses harus ha.. Analisis ini dilakukan dengan menghitung

113 Maryadi 2006: Analisis Ekonomi Pemanfaatan……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 109 - 115
semua biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan B.4. Total Biaya
pemupukan dan kemudian dikurangi dengan
biaya untuk kepentingan aplikasi limbah cair. Berdasar pada perhitungan di atas, total
Biaya pemupukan terdiri dari biaya pembelian biaya yang harus dikeluarkan untuk
pupuk, tenaga pemupukan dan biaya pemupukan pada areal seluas 111 ha adalah
pengangkutan dari gudang ke kebun. Rp. 12.111.081. Seperti yang telah
Sedangkan biaya aplikasi berupa biaya disebutkan, biaya ini adalah biaya-biaya yang
operator yang ditugaskan untuk menanggani harus dikeluarkan untuk pembelian pupuk,
pembuangan limbah. tenaga kerja dan biaya pengangkutan.
Selanjutnya keuntungan dari
kenaikan produksi dilakukan dengan C. Aplikasi Limbah Cair
mengalikan perbedaan hasil dengan harga
buah sawit yang berlaku pada waktu tahun Walaupun limbah cair yang
2002. dimanfaatkan untuk pemupukan diperoleh
secara cuma-cuma, namun dalam
B.1. Penggunaan Pupuk Buatan pelaksanaan aplikasinya tetap mememrlukan
biaya. Biaya ini adalah biaya untuk membayar
Biaya pembelian pupuk tenaga operator sebanyak 8 orang dengan
upah sebesar Rp. 513.000 per bulan. Dengan
Urea = 348kg/ha/th x 111 ha x Rp. demikian untuk kegiatan ini diperlukan biaya
1360/kg : 12 sebesar Rp. 4.104.000 / bulan.
= Rp. 4377.840 / bln.
MOP = 252kg/ha/th x 111 ha x Rp. D. Keuntungan Yang Diperoleh
1386/kg : 12
= Rp. 3230.766 /bln Berdasarkan pada perhitungan di atas
SP-36 = 144 kg/ha/th x 111 ha x Rp. 1475 : dapat dihitung penghematan biaya dari
12 aplikasi limbah cair ini. Penghematan dihitung
= Rp 1964.700 / bln dari biaya pemupukan dikurangi dengan upah
Kieserit = 204 kg/ha/th x 111 ha x Rp. operator yang menangani pengaliran limbah
783 : 12 cair. Dengan demikian penghematan itu
= Rp. 1.477.521/ bln. besarnya adalah Rp. 12.111.081 –
Dari biaya-biaya tersebut dapat dihitung Rp.4.104.000 = Rp.8.007.081,- per bulan.
besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh Seperti yang telah disebutkan di muka, pada
perusahaan untuk keperluan pembelian Tabel 3 diketahui adanya perbedaan produksi
pupuk setiap bulannya pada areal 111 ha antara areal tanam yang mendapat aplikasi
tersebut, yaitu sebesar Rp. 11.050.827,- per limbah cair dengan yang dipupuk secara
bulan. konvensionil. Perbedaan produksi tersebut
sebesar 590,94 kg / ha / bulan. Apabila harga
B.2. Biaya Tenaga Kerja TBS per kg pada tahun itu Rp. 570, berarti
perusahaan tersebut juga memperoleh
Standar untuk tenaga penebar pupuk keuntungan dari kenaikan produksi sebesar
pada PT. Eka Dura Indonesia pada tahun 591 kg/ha/bln x 111 ha x Rp. 570 = Rp.
2000 adalah 0,65 HK/ha dengan upah 37.392.570,-
sebesar Rp. 19.200 / HK. Dengan ketentuan Dengan demikian aplikasi limbah cair
tersebut biaya yang dikeluarkan untuk pada areal tanam seluas 111 ha akan
membayar tenaga pemupukan pada areal 111 memberikan keuntungan sebesar Rp.
Ha adalah Rp. 861.120 per bulan. 8.007.081 + Rp. 37.392.570 =
Rp. 45.399.651 per bulan. Atau rata-rata
B.3. Biaya Pengangkutan Pupuk sebesar Rp. 409 ribu / hektar / bulan.

Biaya pengangkutan dari gudang 5. KESIMPULAN


penyimpanan ke lokasi kebun ditentukan
sebesar Rp.23 / kg. Dengan jumlah pupuk Dari hasil analisis di muka dapat
yang harus diberikan sebanyak 78 kg/ha/bln, disimpulkan bahwa aplikasi limbah cair
untuk areal seluas 111 ha memerlukan biaya sebagai pengganti penggunaan pupuk di
pengangkutan sebesar 78 x 111 x Rp 23 = kebun sawit sangat menguntungkan.
Rp. 199.134. per bulan,- Keuntungan tersebut bersifat keuntungan

Maryadi. 2006: Analisis Ekonomi Pemanfaatan….J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 109 – 115 114
finansial dan non finansial. Keuntungan Daftar Pustaka
finansial berasal dari keuntungan yang
diperoleh dari peningkatan produksi serta 1. Darmoko, E. Sutarta dan P.L. Tobing
penghematan biaya pembelian pupuk. (2000). Kajian Implementasi Land
Sedangkan keuntungan yang bersifat non Application Terhadap Aspek Teknis,
finansial berupa tetap terjaganya lingkungan Ekonomis, Sosial dan Lingkungan.
sekitar dari kegiatan pembuangan limbah. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Peningkatan produksi pada PT. Eka Laporan intern. Tidak diterbitkan
Dura Indonesia sebesar 27% relatif cukup
2. Lubis, A (1992). Kelapa sawit di
tinggi, karena menurut Liwang dan Siregar
Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan
(2000) peningkatan umumnya berkisar antara
Marihat, Bandar Kuala.
10% – 20% walaupun menurut Dolmat seperti
yang dikutip oleh Pamin et.al (2000) dapat 3. Liwang, T dan F.A, Siregar (2000).
meningkatkan sampai 60%. Manfaat dan hambatan dalam
Penggunaan limbah cair dan pelaksanaan Land Application. Makalah
peningkatan produksi di Kebun Sei Manding pada seminar sehari Land Application
dapat memberi keuntungan finansial kepada dan Penerapannya di Indonesia.
perusahaan sebesar Rp. 409 ribu per hektar Jakarta 27 September 2000. Tidak
per bulan. Dengan demikian dapatlah diterbitkan.
dikatakan bahwa limbah cair hasil kegiatan
4. Pamin, K, P.L. Tobing dan
pabrik kelapa sawit memiliki potensi yang
cukup tinggi untuk dipergunakan sebagai Darmosarkoro (2000). Pemanfaatan
pupuk alternatif dari kelangkaan dan tingginya limbah cair pabrik kelapa sawit : Desain
harga pupuk buatan. Selain itu bila dikelola aplikasi dan dampaknya terhadap
dengan baik limbah tersebut dapat berperan tanaman kelapa sawit. Pusat penelitian
Kelapa Sawit, Medan. Laporan intern.
dalam peningkatan kesuburan tanah.
Tidak diterbitkan.

5. Tondok, A. (1998). Production and


marketing of the Indonesian Palm Oil :
Past, Present and The Future.
Proceeding 1998 International Oil Palm
Conference.

115 Maryadi 2006: Analisis Ekonomi Pemanfaatan……..J. Tek. Ling. P3TL – BPPT. 7. (1): 109 - 115

Anda mungkin juga menyukai