SK 3 Blok 9 - Novita Wiratasia - N10118114
SK 3 Blok 9 - Novita Wiratasia - N10118114
KELOMPOK : 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
1. Bagaimana cara menentukan hubungan antara variabel dua atau lebih.
Jawab:
Jenis Hubungan Antar Variabel
A. Hubungan Simetris
Variabel yang satu tidak disebabkan / dipengaruhi oleh yang lainnya. Empat kelompok
hubungan simetris :
1. Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama.
2. Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama.
3. Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, dimana satu berada yang lainnya
pun pasti disana.
4. Hubungan yang kebetulan semata-mata.
B. Hubungan Timbal Balik
Hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel
lainnya. Variabel terpengaruh dapat menjadi variabel pengaruh pada waktu lain. Contoh,
variabel X mempengaruhi variabel Y, pada waktu lainnya varaibel Y mempengaruh
variabel X.
C. Hubungan Asimetris
Satu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya. Enam tipe hubungan asimetri :
1. Hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan kausal yang umumnya dileliti
dalam ilmu eksakta, psikologi dan pendidikan. Prinsip selektivitas adalah data dasar yang
memperhatikan bahwa kedua kelompok sesungguhnya sama dalam keterbukaan terhadap
pengaruh luar sebelum mendapat stimulus.
2. Hubungan antara disposisi dan respons. Disposisi adalah kecendrungan untuk
menunjukkan respons tertentu dalam situasi tertentu yang berada dalam diri. Misal,
hubungan kepercayaan dengan kecendrungan makan obat tradisional.
3. Hubungan antara ciri individu dan disposisi / tingkah laku. Ciri yaitu sifat individu
yang relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan.
4. Hubungan antara prakondisi yang perlu dengan akibat tertentu. Misal, agar
pedagang kecil dapat memperluas uasaha perlu persyaratan pinjaman bank yang lunak.
5. Hubungan yang imanen antara dua variabel. Bila variabel satu berubah maka
variabel yang lainnya akan berubah.
6. Hubungan antara tujuan dan cara. Misal, kerja keras dan keberhasilan.
Berbagai Hubungan Asimetris
A. Hubungan Asimetris Dua Variabel
Hubungan antara “variabel pengaruh” dan “varaibel terpengaruh” akan disebut variabel
pokok. Hubungan keduanya merupakan titik pangkal analisa dalam ilmu sosial. Dalam
ilmu sosial hubungan tunggal antar satu variabel dengan variabel lainnya tidak pernah
ada dalam realita.
B. Hubungan Asimetris Tiga Variabel
Pengaruh variabel ketiga / keempat dapat “dikontrol” melalui sistem analisa maupun cara
penentuan sampel. Menetralisasi pengaruh variabel luar dengan memasukkannya sebagai
variabel kontrol / variabel penguji dalam analisa. Akal sehat, teori dan hasil empiris dari
penelitian lain merupakan pedoman untuk menentukan variabel kontrol dalam penelitian.
Selain dengan memasukkan variabel ketiga kedalam analisa, dapat juga mengontrol
pengaruh variabel luar melalui penentuan sampel.
1. Variabel penekanan dan variabel pengganggu
Dari hasil analisa awal disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antar dua variabel tetapi
ketika variabel kontrol dimasukkan, hubungan menjadi nampak. Variabel kontrol dalam
kasus ini disebut variabel penekan (suppressor variable).
Masuknya variabel ketiga dalam analisa dua variabel dapat memberikan hasil yang
berlawanan dengan hasil analisa dua variabel saja. Variabel ketiga dalam kasus ini
disebut variabel pengganggu (distorter variable).
2. Variabel-antara
Segala sesuatu ada penyebabnya, dan tidak begitu saja terjadi. Variabel antara jika
masuknya variabel ini hubungan statistik yang semula nampak antara dua variabel
menjadi lemah / lenyap. Karena hubungan yang semula nampak antar kedua variabel
pokok bukanlah suatu hubungan yang langsung tetapi melalui variabel yang lain.
Untuk dapat menentukan diantara 3 (kelompok) variabel terdapat variabel-antara,
diperlukan 3 hubungan asimetris. A dan B, B dan C, A dan C ,ariabel sosial budaya tidak
dapat mempengaruhi fertilitas secara langsung tapi melalui variabel-antara dinamakan
variabel Davis-Blake. Variabel pengaruh dapat melalui variabel antara mempengaruhi
variabel antara, dapat secara langsung mempengaruhi variabel terpengaruh.
Sumber:
Hardani. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta. CV.
Pustaka Ilmu Group Yogyakarta
Siyoto, S. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing
Skala Ordinal
Tidak hanya membedakan kategori dan nama pada skala nominal, pada skala ordinal
kategori‐kategori ini kemudian diberi urutan yang berjenjang.
contoh:
Dengan pujian IPK <3,51
Sangat Memuaskan IPK 3,00-3,50
Memuaskan IPK 2,50-2,99
Cukup memuaskan IPK 2,00-2,49
Skala Interval
Pada skala interval perbedaan antara satu kategori dengan kategori yang lain dapat kita
ketahui. Skala interval tidak memiliki nilai nol absolut.
Contohnya: pada temperatur, nilai 0 derajat celcius tidak berarti bahwa tidak ada
temperatur, nol derajat celsius berarti titik beku air dan merupaka suatu nilai. Pada skala
interval ini kita juga dapat mengatakan bahwa suhu 100 derajat celsius berati lebih panas
dua kali lipat dari suhu 50 derajat celsius.
SkalaRasio
Hampir sama dengan skala interval, hanya saja pada skala rasio nilai nol tidak
mempunyai nilai dan tidak berarti apa‐apa. Misalnya : data jumlah persediaan barang
menunjukkan angka 0 (nol) ini berarti pada tidak terdapat barang persediaan sama sekali.
Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting,
yaitu merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang
multi dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional. Skala
Guttman yang disebut juga metode scalogram atau analisa skala (scale analysis).
Kelemahan pokok dari Skala Guttman, yaitu:
1. Skala ini bisa jadi tidak mungkin menjadi dasar yang efektif baik intuk mengukur
sikapterhadap objek yang kompleks atau pun untuk membuat prediksi tentang perilaku
objek tersebut.
2. Satu skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal untuk satu kelompok tetapi ganda
untukkelompok lain, ataupun berdimensi satu untuk satu waktu dan mempunyai dimensi
ganda untuk waktu yang lain.
Skala diferensial semantik
Skala ini dikembangkan oleh Charles E Osgood, G. J suci, dan P.H Tannembaum (1975)
mereka mengembangkan suatu cara pengukuran makna kata yang mereka beri nama,
teknik beda semantik. Teknik ini dimanfaatkan sebagai suatu cara pengukuran psikologi
dari berbagai aspek, misalnya bidang kepribadian. Teknik ini menggunakan kata sifat
sebagai karakteristik stimulus kepada responden. Kata sifat tersebut memiliki 3
karakteristik utama, yakni:
1. Dimensi evaluatif, misalnya baik-buruk, cantik-jelek.
2. Dimensi potensi, misalnya aktif-pasif, cepat-lambat
3. Dimensi aktivitas, misalnya kuat-lemah, berat-ringan
RatingScale
Untuk mengukur kinerja karyawan diperlukan sebuah instrumen penilaian kinerja. Ada
berbagai metode untuk menilai kinerja. Salah satu metode penilaian kinerja yang paling
banyak digunakan adalah Rating Scales Method.
Dengan metode rating scales (skala penilaian) ini, para karyawan dinilai berdasarkan
faktor-faktor yang telah ditetapkan sebelumnya (salah satu sumber utamanya adalah job
description, Selanjutnya, para evaluator akan menilai kinerja menurut sebuah skala yang
meliputi beberapa kategori, biasanya dalam angka 5 sampai 7, yang didefinisikan dengan
kata sifat seperti luar biasa, memenuhi harapan, atau butuh perbaikan.
Faktor-faktor yang dipilih untuk evaluasi biasanya ada dua macam:
(1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan jabatan (job-related) dan
(2) Karakteristik-karakteristik pribadi.
Kelebihan metode ini adalah kemudahan dalam proses penilaian. Rater hanya tinggal
memberikan tanda silang (x) atau contreng (v) pada kolom yang sesuai untuk masing-
masing faktor atau karakteristik yang dinilai.
Skala Thurstone
Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone untuk tidak
terlalu b-anyak, diperkirakan antara 5 sampai 10 butir pertanyaan atau pernyataan.
Pembuatan skala Thurstone dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut.
a. Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang
merepresentasikan secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan tidak disenangi
terhadap suatu objek atau subjek yang hendak diteliti.
b. Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50 orang atau lebih yang
cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat memilih ke dalam 11 tingkatan
kategori tersebut. Kategori A terdiri atas pernyataan yang dianggap disenangi atau
favorit, E F netral, dan J K merupakan kategori tidak disenangi atau tidak favorit.
c. Klasifikasi pernyataan ke dalam kategori, dengan pertimbangan penilaian terhadap
objek atau subjek secara psikologis, tetapi hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap
kategori pernyataan yang disediakan.
d. Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan yang mempunyai nilai
bersamaan digunakan untuk pembuatan skala.
Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkat prasangka terhadap sifat yang
ingin diteliti. Skor terendah berarti responden mempunyai sifat favorit terhadap sifat yang
ingin diteliti.
Skala Thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagai instrumen di bidang pendidikan
karena model ini mempunyai beberapa kelemahan yang di antaranya seperti berikut.
a. Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala.
b. Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor sama mempunyai sikap
berbeda.
c. Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau penilai.
d. Memerlukan tim penilai yang objektif.
Sumber:
Siyoto, S. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing
Jawab:
Klasifikasi jenis desain penelitian sangat beragam, secara garis besar klasifikasi jenis
penelitian terdiri dari dua yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Klasifikasi
desain penelitian kuantitatif secara sederhana digambarkan pada skema berikut :