Anda di halaman 1dari 13

LEARNING OBJECTIVE

BLOK 9 “Penelitian Komunitas dan Biostatistik”

SKENARIO 3: “APA SAJAKAH FAKTOR RESIKO HIPERTENSI?”

NAMA : Novita Wiratasia Parimpun

STAMBUK : N 101 18 114

KELOMPOK : 4

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2020
1. Bagaimana cara menentukan hubungan antara variabel dua atau lebih.
Jawab:
Jenis Hubungan Antar Variabel
A.                Hubungan Simetris
Variabel yang satu tidak disebabkan / dipengaruhi oleh yang lainnya. Empat kelompok
hubungan simetris :
1.      Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama.
2.      Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama.
3.      Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, dimana satu berada yang lainnya
pun pasti disana.
4.      Hubungan yang kebetulan semata-mata.
B.                 Hubungan Timbal Balik
Hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat dari variabel
lainnya. Variabel terpengaruh dapat menjadi variabel pengaruh pada waktu lain. Contoh,
variabel X mempengaruhi variabel Y, pada waktu lainnya varaibel Y mempengaruh
variabel X.
C.                Hubungan Asimetris
Satu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya. Enam tipe hubungan asimetri :
1.      Hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan kausal yang umumnya dileliti
dalam ilmu eksakta, psikologi dan pendidikan. Prinsip selektivitas adalah data dasar yang
memperhatikan bahwa kedua kelompok sesungguhnya sama dalam keterbukaan terhadap
pengaruh luar sebelum mendapat stimulus.
2.      Hubungan antara disposisi dan respons. Disposisi adalah kecendrungan untuk
menunjukkan respons tertentu dalam situasi tertentu yang berada dalam diri. Misal,
hubungan kepercayaan dengan kecendrungan makan obat tradisional.
3.      Hubungan antara ciri individu dan disposisi / tingkah laku. Ciri yaitu sifat individu
yang relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan.
4.      Hubungan antara prakondisi yang perlu dengan akibat tertentu. Misal, agar
pedagang kecil dapat memperluas uasaha perlu persyaratan pinjaman bank yang lunak.
5.      Hubungan yang imanen antara dua variabel. Bila variabel satu berubah maka
variabel yang lainnya akan berubah.
6.      Hubungan antara tujuan dan cara. Misal, kerja keras dan keberhasilan.
Berbagai Hubungan Asimetris
A.                Hubungan Asimetris Dua Variabel
Hubungan antara “variabel pengaruh” dan “varaibel terpengaruh” akan disebut variabel
pokok. Hubungan keduanya merupakan titik pangkal analisa dalam ilmu sosial. Dalam
ilmu sosial hubungan tunggal antar satu variabel dengan variabel lainnya tidak pernah
ada dalam realita.
B.                 Hubungan Asimetris Tiga Variabel
Pengaruh variabel ketiga / keempat dapat “dikontrol” melalui sistem analisa maupun cara
penentuan sampel. Menetralisasi pengaruh variabel luar dengan memasukkannya sebagai
variabel kontrol / variabel penguji dalam analisa. Akal sehat, teori dan hasil empiris dari
penelitian lain merupakan pedoman untuk menentukan variabel kontrol dalam penelitian.
Selain dengan memasukkan variabel ketiga kedalam analisa, dapat juga mengontrol
pengaruh variabel luar melalui penentuan sampel.
1.      Variabel penekanan dan variabel pengganggu
Dari hasil analisa awal disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antar dua variabel tetapi
ketika variabel kontrol dimasukkan, hubungan menjadi nampak. Variabel kontrol dalam
kasus ini disebut variabel penekan (suppressor variable).
Masuknya variabel ketiga dalam analisa dua variabel dapat memberikan hasil yang
berlawanan dengan hasil analisa dua variabel saja. Variabel ketiga dalam kasus ini
disebut variabel pengganggu (distorter variable).
2.      Variabel-antara
Segala sesuatu ada penyebabnya, dan tidak begitu saja terjadi. Variabel antara jika
masuknya variabel ini hubungan statistik yang semula nampak antara dua variabel
menjadi lemah / lenyap. Karena hubungan yang semula nampak antar kedua variabel
pokok bukanlah suatu hubungan yang langsung tetapi melalui variabel yang lain.
Untuk dapat menentukan diantara 3 (kelompok) variabel terdapat variabel-antara,
diperlukan 3 hubungan asimetris. A dan B, B dan C, A dan C ,ariabel sosial budaya tidak
dapat mempengaruhi fertilitas secara langsung tapi melalui variabel-antara dinamakan
variabel Davis-Blake. Variabel pengaruh dapat melalui variabel antara mempengaruhi
variabel antara, dapat secara langsung mempengaruhi variabel terpengaruh.
Sumber:
Hardani. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta. CV.
Pustaka Ilmu Group Yogyakarta
Siyoto, S. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing

2. Menentukan skala yang digunakan dalam penelitian untuk factor risikonya


Jawab:
Skala pengukuran ini terdiri dari:
 Skala Nominal
Pengukuran yang dilakukan untuk membedakan memberikan kategori, memberi nama,
atau menghitung fakta‐fakta. Skala nominal akan menghasilkan data nominal atau diskrit,
yaitu data yang diperoleh dari pengkategorian, pemberian nama, atau penghitungan fakta‐
fakta.
contoh :
1. Berdasarkan kategori, misalnya responden dibagi berdasarkan jenis kelamin pria dan
wanita.
2. Berdasarkan data hitung, misalnya dari data PDB suatu negara ditemukan pangsa sektor
pertanian sebesar 52%, sektor manufaktur sebesar 38%, dan sektor jasa sebesar 10%.

 Skala Ordinal
Tidak hanya membedakan kategori dan nama pada skala nominal, pada skala ordinal
kategori‐kategori ini kemudian diberi urutan yang berjenjang.
contoh:
 Dengan pujian                IPK <3,51
 Sangat Memuaskan      IPK 3,00-3,50
 Memuaskan                   IPK 2,50-2,99
 Cukup memuaskan       IPK 2,00-2,49

 Skala Interval
Pada skala interval perbedaan antara satu kategori dengan kategori yang lain dapat kita
ketahui. Skala interval tidak memiliki nilai nol absolut.
Contohnya: pada temperatur, nilai 0 derajat celcius tidak berarti bahwa tidak ada
temperatur, nol derajat celsius berarti titik beku air dan merupaka suatu nilai. Pada skala
interval ini kita juga dapat mengatakan bahwa suhu 100 derajat celsius berati lebih panas
dua kali lipat dari suhu 50 derajat celsius.

 SkalaRasio
Hampir sama dengan skala interval, hanya saja pada skala rasio nilai nol tidak
mempunyai nilai dan tidak berarti apa‐apa. Misalnya : data jumlah persediaan barang
menunjukkan angka 0 (nol) ini berarti pada tidak terdapat barang persediaan sama sekali.

Tipe-tipe skala pengukuran


Pada penelitian sosial biasanya jenis skala yang digunakan adalah skala sikap.
 Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang. Nama
skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang
menjelaskan penggunaannya, Biasanya cara pengisian kuisioner jenis ini dengan
menggunakan cecklist pilihan ganda. Kemudian untuk masing‐masing sikap di beri
bobot. Pernyataan yang diajukan mengenai objek penskalaan harus mengandung isi yang
akan “dinilai” responden, apakah setuju atau tidak setuju.  Skala Likert itu “aslinya”
untuk mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu objek.
Kelemahan skala Likert:
1. Karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal, skala Likert hanya dapat
mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa kali satu
individu lebih baik dari individu yang lain.
2. Kadangkala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena banyak
pola respons terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama.

Kelebihan skala Likert:


1. Dalam menyusun skala, item-item yang tidak jelas korelasinya masih dapat
dimasukkan dalam
skala.
2. Lebih mudah membuatnya dari pada skala thurstone.
3. Mempunyai reliabilitas yang relatif tinggi dibanding skala thurstone untuk jumlah item
yang
sama. Juga dapat memperlihatkan item yang dinyatakan dalam beberapa responsi
alternatif.
4. Dapat memberikan keterangan yang lebih nyata tentang pendapatan atau sikap
responden.

 Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting,
yaitu merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang
multi dimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional. Skala
Guttman yang disebut juga metode scalogram atau analisa skala (scale analysis).
Kelemahan pokok dari Skala Guttman, yaitu:
1. Skala ini bisa jadi tidak mungkin menjadi dasar yang efektif baik intuk mengukur
sikapterhadap objek yang kompleks atau pun untuk membuat prediksi tentang perilaku
objek tersebut.
2. Satu skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal untuk satu kelompok tetapi ganda
untukkelompok lain, ataupun berdimensi satu untuk satu waktu dan mempunyai dimensi
ganda untuk waktu yang lain.
 Skala diferensial semantik
Skala ini dikembangkan oleh Charles E Osgood, G. J suci, dan P.H Tannembaum (1975)
mereka mengembangkan suatu cara pengukuran makna kata yang mereka beri nama,
teknik beda semantik. Teknik ini dimanfaatkan sebagai suatu cara pengukuran psikologi
dari berbagai aspek, misalnya bidang kepribadian. Teknik ini menggunakan kata sifat
sebagai karakteristik stimulus kepada responden. Kata sifat tersebut memiliki 3
karakteristik  utama, yakni:
1. Dimensi evaluatif, misalnya baik-buruk, cantik-jelek.
2. Dimensi potensi, misalnya aktif-pasif, cepat-lambat
3. Dimensi aktivitas, misalnya kuat-lemah, berat-ringan

 RatingScale
Untuk mengukur kinerja karyawan diperlukan sebuah instrumen penilaian kinerja. Ada
berbagai metode untuk menilai kinerja. Salah satu metode penilaian kinerja yang paling
banyak digunakan adalah Rating Scales Method.
Dengan metode rating scales (skala penilaian) ini, para karyawan dinilai berdasarkan
faktor-faktor yang telah ditetapkan sebelumnya (salah satu sumber utamanya adalah job
description, Selanjutnya, para evaluator akan menilai kinerja menurut sebuah skala yang
meliputi beberapa kategori, biasanya dalam angka 5 sampai 7, yang didefinisikan dengan
kata sifat seperti luar biasa, memenuhi harapan, atau butuh perbaikan.
Faktor-faktor yang dipilih untuk evaluasi biasanya ada dua macam:
(1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan jabatan (job-related) dan
(2) Karakteristik-karakteristik pribadi.
Kelebihan metode ini adalah kemudahan dalam proses penilaian. Rater hanya tinggal
memberikan tanda silang (x) atau contreng (v) pada kolom yang sesuai untuk masing-
masing faktor atau karakteristik yang dinilai.
 Skala Thurstone
Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone untuk tidak
terlalu b-anyak, diperkirakan antara 5 sampai 10 butir pertanyaan atau pernyataan.
Pembuatan skala Thurstone dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut.
a. Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang
merepresentasikan secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan tidak disenangi
terhadap suatu objek atau subjek yang hendak diteliti.
b. Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50 orang atau lebih yang
cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat memilih ke dalam 11 tingkatan
kategori tersebut. Kategori A terdiri atas pernyataan yang dianggap disenangi atau
favorit, E F netral, dan J K merupakan kategori tidak disenangi atau tidak favorit.
c. Klasifikasi pernyataan ke dalam kategori, dengan pertimbangan penilaian terhadap
objek atau subjek secara psikologis, tetapi hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap
kategori pernyataan yang disediakan.
d. Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan yang mempunyai nilai
bersamaan digunakan untuk pembuatan skala.

Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkat prasangka terhadap sifat yang
ingin diteliti. Skor terendah berarti responden mempunyai sifat favorit terhadap sifat yang
ingin diteliti.

Skala Thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagai instrumen di bidang pendidikan
karena model ini mempunyai beberapa kelemahan yang di antaranya seperti berikut.
a. Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala.
b. Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor sama mempunyai sikap
berbeda.
c. Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau penilai.
d. Memerlukan tim penilai yang objektif.
Sumber:
Siyoto, S. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing

3. Macam macam desain penelitian

Jawab:
Klasifikasi jenis desain penelitian sangat beragam, secara garis besar klasifikasi jenis
penelitian terdiri dari dua yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Klasifikasi
desain penelitian kuantitatif secara sederhana digambarkan pada skema berikut :

A. DESAIN PENELITIAN OBSERVASIONAL


Desain penelitian observasional merupakan penelitian dimana peneliti tidak melakukan
intervensi atau perlakuan terhadap variabel. Penelitian ini hanya untuk mengamati
fenomena alam atau sosial yang terjadi, dengan sampel penelitian merupakan bagian dari
populasi dan jumlah sampel yang diperlukan cukup banyak. Hasil penelitian yang
diperoleh dari sampel tersebut kemudian dapat digeneralisasikan kepada populasi yang
lebih luas. Penelitian observasional ini secara garis besar dikelompokkan menjadi dua
yaitu :
1. Desain Penelitian Deskriptif
Desain penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk melihat gambaran fenomena
yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Di bidang kesehatan, penelitian deskriptif
ini digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan masalah-masalah kesehatan
yang terjadi di masyarakat atau di dalam komunitas tertentu, termasuk di bidang rekam
medis dan informasi kesehatan. Contoh penelitian di bidang rekam medis dan informasi
kesehatan dengan desain penelitian deskriptif antara lain: gambaran pengelolaan rekam
medis di bagian filing, tinjauan pelaksanaan pelepasan informasi resume medis,
gambaran kelengkapan dokumen rekam medis, dan lain-lain. Hasil penelitian yang
diperoleh dari penelitian deskriptif antara lain berupa distribusi frekuensi dalam bentuk
persentase atau proporsi, mean, median dan sebagainya.
2. Desain Penelitian Analitik
Desain penelitian analitik merupakan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana dan
mengapa suatu fenomena terjadi melalui sebuah analisis statistik seperti korelasi antara
sebab dan akibat atau faktor risiko dengan efek serta kemudian dapat dilanjutkan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi dari sebab atau faktor risiko tersebut terhadap
akibat atau efek. Secara garis besar penelitian analitik dapat dibedakan dalam tiga
macam yaitu:
a. Rancangan atau desain Cross Sectional
Desain penelitian cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari
korelasi antara paparan atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek
(dependen), dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam
satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach), artinya semua
variabel baik variabel independen maupun variabel dependen diobservasi pada waktu
yang sama.
b. Rancangan atau desain Case Control
Desain penelitian cross case control merupakan suatu penelitian analitik yang
mempelajari sebab – sebab kejadian atau peristiwa secara retrospektif. Dalam bidang
kesehatan suatu kejadian penyakit diidentifikasi saat ini kemudian paparan atau
penyebabnya diidentifikasi pada waktu yang lalu.
c. Rancangan atau desain Cohort
Desain penelitian cohort merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan
antara faktor risiko dengan efek, yang dilakukan secara propektif atau kedepan
sebelum terjadinya efek. Subyek penelitian diikuti dan diamati secara terus menerus
sampai jangka waktu tertentu. Secara alamiah, pada perjalanannya dari subyek
tersebut ada yang terpapar faktor risiko ada yang tidak. Subyek yang terpapar oleh
faktor risiko menjadi kelompok yang diteliti dan subyek yang tidak terpapar menjadi
kelompok kontrol, karena berangkat dari populasi yang sama maka kedua kelompok
tersebut dikatakan sebanding. Kemudian ditentukan apakah telah terjadi efek atau
suatu kasus yang diteliti.
DESAIN PENELITIAN EKSPERIMEN
Desain penelitian eksperimen merupakan penelitian dengan adanya perlakuan atau
intervensi yang bertujuan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan setelah
dilakukan intervesi kepada satu atau lebih kelompok. Kemudian, hasil intervensi
tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan intervensi (kontrol).
Desain penelitian eksperimen terdapat tiga macam yaitu :
1. Desain penelitian pra – eksperimen (pre experimental designs)
a. Posttest only design
Desain penelitian ini merupakan suatu penelitian yang dilakukan perlakuan atau
intervensi tanpa diawali dengan pretest dan tanpa kontrol namun setelah mendapat
perlakuan kemudian diberikan posttest, sehingga tidak dapat dibandingkan antara
sebelum dan sesudah serta kelompok yang diberikan perlakuan dengan yang tanpa
perlakuan.
b. One group pretest posttest design
Desain ini dari awal sudah dilakukan observasi melalui pretest terlebih dahulu,
kemudian diberikan perlakuan atau intervensi, selanjutnya diberikan posttest
sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan atau intervensi, namun dalam desain ini tidak ada kontrol
sebagai pembanding antarkelompok. Kelemahan dari desain ini juga tidak ada
jaminan apabila perubahan yang terjadi benar–benar karena adanya perlakuan.
c. Static group comparison
Desain penelitian ini sama dengan desain posttest only design, hanya bedanya,
pada desain ini ditambahkan kelompok kontrol atau pembanding. Pada kelompok
eksperimen diawali dengan dilakukannya intervensi atau perlakuan (X) kemudian
dilakukan pengukuran (O2). Hasil pengukuran pada kelompok yang mendapat
perlakuan kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran pada kelompok kontrol,
kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan atau intervensi.
2. Desain penelitian eksperimen sungguhan (true experimental designs)
a. Desain pretest-posttest dengan kelompok kontrol (pretest–posttest with control
group)
Dalam desain penelitian ini dilakukan randomisasi berupa pengelompokan
anggota-anggota kelompok eksperimen dan kontrol secara acak atau random.
Kemudian diawali dengan pengukuran (O1) baik pada kelompok eksperimen
maupun pada kelompok kontrol, diikuti dengan intervensi atau perlakuan (X) pada
kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu kemudian dilakukan pengukuran
kedua (O2) pada kedua kelompok tersebut.
b. Randomized Salomon Four Group
Desain ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validitas pada desain yang ada
pada desain pretest-posttes with control group. Apabila pretest mungkin
mempengaruhi subyek sehingga mereka menjadi lebih sensitif terhadap perlakuan
dan mereka bereaksi secara berbeda dari subyek yang tidak mengalami pretest, maka
eksternal validitas terganggu dan kita tidak dapat membuat generalisasi dari
penelitian itu untuk populasi, demikian pula kalau ada interaksi antara pretest dengan
perlakuan.
c. Desain posttest dengan kelompok kontrol (posttest only control group design)
Desain penelitian ini hampir sama dengan desain penelitian eksperimen
sungguhan yang lain, hanya bedanya tidak dilakukan pretest, karena kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diambil dengan cara random maka kelompok–
kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan intervensi.
3. Desain penelitian eksperimen semu (quasi experimental designs)
Desain penelitian quasi eksperimen sering digunakan pada penelitian lapangan atau
di masyarakat. Macam–macam desain penelitian eksperimen semu:
a. Desain runtut waktu (time series design)
Desain penelitian ini melakukan pretest dan posttest namun tanpa kelompok
kontrol, dan memiliki keuntungan dengan pengukuran atau observasi yang secara
berulang–ulang baik sebelum dilakukan intervensi maupun sesudah intervensi,
sehingga validitasnya lebih tinggi dan pengaruh faktor luar dapat dikurangi.
b. Desain rangkaian waktu dengan kelompok pembanding (control time series design)
Desain penelitian ini pada dasarnya merupakan time series, namun pada desain ini
menggunakan kelompok kontrol. Keuntungan dari desain ini lebih menjamin adanya
validitas internal yang tinggi karena memiliki kelompok kontrol dan pengukuran
yang berulang–ulang.
c. Non equivalent control group
Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dimungkinkan untuk
membandingkan hasil intervensi program kesehatan pada kelompok kontrol yang
serupa tetapi tidak perlu kelompok yang benar–benar sama. Misalnya penelitian
tentang pengaruh pelatihan kepada petugas puskesmas tentang aplikasi sistem
informasi anak usia sekolah terhadap peningkatan kelengkapan pelaporan
perkembangan kesehatan anak usia sekolah. Kelompok petugas UKS yang akan
diberikan pelatihan, tidak mungkin benar–benar sama dengan kelompok petugas
UKS yang tidak diberikan pelatihan (kontrol). Pemilihan kelompok intervensi dan
kontrol tidak dilakukan secara random atau acak.
d. Separate sample pretest posttest
Dalam desain penelitian ini diawali dengan pengukuran pertama (pretest) pada
sampel yang telah dipilih secara random dari populasi. Kemudian dilakukan
intervensi pada seluruh populasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kedua (posttest)
pada kelompok sampel yang lain tapi masih dari populasi yang sama.
Sumber :
Masturoh, I., Anggita, N. T., 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi 1.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

4. Macam macam uji statistic


Jawab :
1. Uji non parametric untuk data nominal. Data nominal adalah data yang biasanya di
beri nama atau kategori menurut pengamatan dan tidak berhubungan dengan sifat
lebih besar atau lebih kecil satu sama lainnya
2. Uji non parametric sesuai juga unuk data ordinal pula. Data ordinal adalah data yang
disusun menurut tingkat yang menggambarkan suatu sifat, prestasi atau penampilan.
Data ordinal di berikan dengan hubungan lebih besar dari, sama dengan, dan kurang
dari, misalnya data tingkat kecantikan dari 1 s.d 10 atas sepuluh pelamar kerja
3. Uji parametric seperti uji Z, uji t, uji F paling sesuai untuk data rasio dan interval.
Data interval dan rasio adalah data yang dapat di tempatkan sepanjang rangkaian atau
skala dimana jarak antara angka adalah sama. Data mentah yang dimiliki pada
kategori ini dicirakan oleh hubungan-hubungan lebih besar dari, sama dengan, atau
kurang dari dan tambahan keistimewaannya dalam hal kesamaan jarak antar interval-
intervalnya. Perbedaan utama antar data interval dan rasio terletak pada perlakuan
angka nol. Data yang berada pada tingkat interval dapat ditetapkan angka nol yang
fleksibel dengan pengertian, nol tidak berarti nol mutlak, artinya tidak ada dalam ciri
atau penampilan yang di ukur. Sedangkan data yang di skala dengan skala rasio,
angka nol adalah mutlak,yaitu factor yang di ukur tidak ada.
Sumber : Alhamda, S. 2018. Buku ajar metlit dan statistic. ed 1. Yogyakarta :
deepublish

5. Konsep hubungan sebab-akibat


Jawab :
Suatu hubungan masuk ke dalam hubungan sebab-akibat apabila memenuhi 3 syarat yaitu
:
a. Korelasi
Kita tidak dapat mengatakan suatu hubungan sebab-akibat tanpa adanya korelasi, atau
hubungan yang sebenarnya diantara 2 variabel. Misalnya, kita dapat mengatakan
bahwa tingkat pendidikan seseorang memiliki korelasi dengan jabatan yang
didudukinya. Kita tidak dapat memperlakukan variabel sikap dengan variabel jenis
kelamin sebagaimana dengan variabel variabel pendidikan dan jabatan.
b. Urutan waktu
Hubungan sebab-akibat harus mengikuti urutan waktu. Kita tidak dapat mengatakan
adanya hubungan sebab akibat kecuali sebab mendahului akibat secara urutan waktu.
Misalnya agama yang dianut seorang anak sangat dipengaruhi orang tuanya. Dalam
hal ini, agama yang dianut anak merupakan akibat, dan agama orang tua merupakan
sebab. Contoh lainnya adalah sikap seseorang terhadap minuman beralkohol. Akan
lebih logis jika kita mengatakan bahwa jenis kelamin, dalam derajat tertentu,
memberikan pengaruh sikap pada minuman beralkohol. Sebaliknya akan tidak masuk
akal jika kita mengatakan sikap seseorang terhadap alkohol akan menentukan jenis
kelaminnya.
c. Orisinalitas
Syarat ketiga bahwa dua variabel memiliki hubungan sebab-akibat adalah jika dua
variabel memiliki hubungan sebab-akibat yang orisinal, bukan tipuan. Hubungan
orisinal terpenuhi jika variabel terikat tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan
variabel ketiga atau variabel lainnya. Jika variabel akibat masih dapat dijelaskan
dengan menggunakan variabel sebab lainnya, maka tidak terdapat hubungan sebab
akibat.
Sumber: Morrisan. 2018. Statistik Social.ed 1. Jakarta : Kencana

6. Perbedaan variabel indenpenden dan dependent


Jawab :
a. Variabel bebas
Variabel bebas yang juga disebut sebagai variabel stimulus atau masukan, dilakukan
oleh seseorang dalam lingkungannya yang dapat memengaruhi perilaku hasil.
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memngaruhi, yaitu faktor-
faktor yang diukur , dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan
hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati .
b. Variabel terikat
Variabel terikat atau variabel dependen adalah suatu variabel respon atau hasil.
Variabel ini adalah aspek perilaku yang diamati dari organisme yang telah diberi
stimulasi. Variabel terikat atau tergantung adalah faktor-faktor yang diobervasi dan
diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul,
atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti itu.
Banyaknya variabel dalam suatu penelitian tergantung pada kecermatan peniliti
dalam menjabarkan variabel dalam penelitiannya., semakin banyak data terkumpul
dan alat ukurnya serta semakin halus datanya.
Sumber :
Setyosari, P. 2013. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta ;
Pranadamedia group.

Anda mungkin juga menyukai