Anda di halaman 1dari 9

TRIBAL LEADERSHIP

Leveraging Natural Groups to Build a


Thriving Organization
Oleh:
Dave Logan (Penulis),
John King & Halee Fischer-Wright (Kontributor)
Harper Business
ISBN: 9780061251320
303 Halaman

“Setiap organisasi sesungguhnya serupa


dengan sebuah kota.”

CONTENT Jika Anda berasal dari kota kecil, coba ingat-ingat


masyarakat di sana.
Sistem
Kepemimpinan Di dalamnya pasti terdapat eksekutif bisnis dan kepala
Persukuan. P 2 keamanan daerah. Di dalamnya pasti ada skandal, ada
pembicaraan siapa yang akan menjadi walikota
selanjutnya, siapa yang akan pindah, dan harga dari
Tahap I: Di Ambang bahan-bahan (baik dari perminyakan, pasar, maupun gaji
Kehancuran. P 3 dan pendapatan).
Tahap II: Terpisah Di dalamnya pun juga terdapat para agamis, sekumpulan
dan Tercapai. P 4 kelompok, orang yang senang hidup sendiri, dan
beberapa permusuhan. Terdapat juga orang-orang yang
Tahap III: Tempat berbakat memimpin.
Para Jagoan. P 6
Setiap kota memiliki orang-orang yang berbeda, dan
Tahap IV: Mencetak peran-peran yang ada pun tidak pernah benar-benar
Lepemimpinan sama, antar satu kota dengan kota lain.
Persukuan. P 7
Tahap V Komunitas Namun dibanding perbedaan, lebih banyak
Penjunjung Kerja persamaannya. Biasanya ini disebut dengan suku kota
Vital. P 8 kecil, yang mana terbentuk secara alamiah, seakan suku
kita merupakan bagian dari genetis kita.

Copyright © Agus Setiawan • Created using Bacakilat • All Right Reserved • Onlinecourse.id 1
SISTEM KEPEMIMPINAN PERSUKUAN
Sebuah suku didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang
minimal berisi antara 20 dan 150 orang. Biasanya tanda
seseorang satu suku dengan kita orang tersebut melihat kita
berjalan, maka dia akan berhenti dan menyapa kita. Nama dan
nomor anggota suku Anda biasanya Anda simpan dalam
memori telepon.

Suku dalam perusahaan merampungkan pekerjaan—biasanya


dalam jumlah yang cukup signifikan—namun kelompok
mereka tidak terbentuk karena pekerjaan.

Suku adalah pondasi dari sebuah upaya besar yang dilakukan


manusia—termasuk untuk bertahan hidup. Karena itu,
pengaruh mereka akan lebih besar daripada bentuk kelompok
lain seperti tim, seluruh perusahaan, dan bahkan para CEO
ulung.

Dalam sebuah perusahaan, suku menentukan apakah seorang


pemimpin bisa berkembang atau malah harus lengser. Mereka
Para pemimpin suku menentukan seberapa banyak pekerjaan yang bisa
memfokuskan upaya diselesaikan dan kualitas seperti apa yang terkandung dalam
mereka dalam pekerjaan dan perusahaan.
membangun suku—atau
meningkatkan dan Beberapa suku menuntut keunggulan dan perkembangan
mengembangkan kultur secara konstan dari tiap individu. Agar bisa masuk ke dalam
suku.
satu suku, maka seseorang paling tidak harus bisa menggapai
persyaratan yang paling minimal. Satu-satunya yang bisa
membedakan performa mereka adalah para pemimpin suku.

Divisi dan perusahaan dikepalai oleh para pemimpin suku dan


merekalah yang menentukan standar kinerja dalam industri,
baik dari perkara produktivitas hingga keuntungan yang
didapat perusahaan.

Mereka merupakan para magnet (pemikat) bakat, yang mana


dapat membuat orang senang dan ingin untuk bekerja di
bawah mereka—bahkan hingga merasa rela jika harus ada
pemotongan upah, jika memang itu harus dilakukan. Upaya
mereka terlihat begitu mudah, hingga membuat banyak
orang terkadang terkesima dengan apa yang mereka lakukan.

Tidak sedikit pemimpin suku, yang jika ditanya, tidak dapat


menjelaskan dan menguraikan mengapa dan bagaimana
mereka bisa melakukan sesuatu yang berbeda.

Kepemimpinan persukuan bekerja dengan metode: sang


pemimpin meningkatkan dan mengembangkan suku karena
merasa suku telah menghargai dirinya. Suku dan
pemimpinnya saling menciptakan satu sama lain.

Sebagian besar orang mendeskripsikan kepemimpinan


persukuan sebagai sebuah perjalanan, para pemimpin
tersebut memahami diri mereka sendiri dan diri orang lain di
sekitar mereka dengan lebih baik, dan sebagai hasilnya,
Copyright © Agus Setiawan • Created using Bacakilat • All Right Reserved • Onlinecourse.id 2
mereka mengetahui dengan tepat dan jelas apa tindakan
yang akan mempengaruhi tempat kerja mereka.
Ekspresi final dari
kepemimpinan
persukuan adalah Setiap suku memiliki kultur dominan, yang mana dapat
perusahaan mereka diisi dipisahkan menjadi satu hingga lima kategori kultur yang
oleh orang-orang yang bertahap, yang mana kultur terbaik ditemukan dalam keadaan
mengetahui bagaimana stabil pada tahap keempat, dan jika saatnya sudah tepat,
cara untuk maka akan meningkat pada tahap kelima.
membebaskan diri
mereka dari segala
negativitas dan dapat Tiap kultur memiliki bahasa dan cara komunikasi mereka
mengerahkan yang sendiri, yang mana akan muncul kapan pun mereka berbicara,
terbaik dari diri mereka. mengirim surel, bercanda, atau menyapa orang yang
berpapasan di lorong.

Kita bisa memprediksi performa dari tiap suku berdasarkan


bahasa yang digunakan dan siapa yang memimpin mereka.
Itulah kekuatan tiap suku: mereka bisa menerima kita apa
adanya, atau mereka menolak kita. Jika kita mengabaikan
saran mereka, maka kita akan dikucilkan. Hanya sedikit orang
yang memiliki kemampuan untuk mengubah tahap dominan
dari satu suku.

Agar bisa menjadi seorang pemimpin suku, maka seseorang


harus:

• Mempelajari bahasa dan kebiasaan dari kelima tahapan


kultur.
• Mengembangkan diri sehingga tahapan diri Anda
setidaknya telah mencapai tahap keempat. Hal ini
hanya bisa dilakukan dengan berbicara dengan bahasa
yang berbeda dan mengubah struktur hubungan yang
ada di sekitar Anda.
• Bentuk jaringan pendukung di sekitar Anda agar Anda
bisa tetap stabil berada di tahap keempat.
• Lakukan seluruh tindakan ini sembari meningkatkan
suku di sekitar Anda. Ingatlah bahwa sebagai seorang
yang berada dalam tahap keempat maka dia akan
dianggap sebagai seorang pemimpin suku, dengan
begitu dia akan memiliki kemampuan untuk membawa
kelompoknya kepada kesuksesan yang lebih tinggi.

TAHAP I: DI AMBANG KEHANCURAN


Sayangnya, sebagian besar profesional tidak melalui tahap
pertama, yang mana merupakan pola pikir yang membentuk
para kelompok jalanan (gangster) dan orang-orang yang
Sebagian besar ahli datang ke tempat kerja dengan membawa senapan.
antropologi
mengatakan bahwa
hidup manusia berasal Orang yang berada dalam tahap pertama ini memiliki motto
dari tahap pertama. hidup “hidup ini menyebalkan”, dan apa yang keluar dari
mulut mereka mendukung ungkapan tersebut. Mereka
bertindak atas dasar keputusasaan terhadap dunia ini, mereka
menganggap dunia ini yang telah bertindak jahat dan tidak
adil kepada mereka.

Copyright © Agus Setiawan • Created using Bacakilat • All Right Reserved • Onlinecourse.id 3
Tahap pertama diisi oleh orang-orang yang merasa
terasingkan dari yang lain. Mereka merasa hidup di dunia
yang tidak pernah mengundang mereka.
Penghuni penjara
didominasi oleh mereka
yang berada di tahap Tindakan mereka melawan nilai dari diri mereka, sehingga
pertama. semua hal sah untuk dilakukan: kekerasan, bunuh diri, obat
terlarang, dan segala jenis pergumulan sex. Jika dipupuk
begitu lama, maka sikap dan perilaku ini akan dapat menjadi
sebuah adiksi.

Mereka hadir pada tahap pertama dengan dua cara yang


berbeda, yaitu: pertama adalah, mereka mewarisi tahap ini,
dan para pendahulu mereka (yang biasanya berada pada
tahap kedua) tidak menghargai keberadaan mereka.

Mereka merasa terkucilkan, tersesat, dan sendirian, dan suku


tahap pertama menampung mereka.

Kedua, mereka merasa suku asal mereka tidak ‘memahami’


mereka; tidak melihat keistimewaan yang mereka miliki.
Sedangkan, suku tahap pertama melihat itu dan menampung
mereka.

Jika suku mereka sudah merasa cukup atau lelah untuk


menampung mereka, atau jika mereka melepaskan diri dari
kecanduan mereka terhadap segala hal negatif dalam hidup,
maka orang yang berada di dalam tahap pertama bisa pindah
ke tahap kedua.

Kita perlu memberikan kesempatan pada orang lain untuk


memilih, kemudian kita harus konsisten terhadap hal tersebut.
Jangan tunggu sampai ada yang mati, karena kita tidak bisa
bertindak apapun setelah itu.

TAHAP II: TERPISAH DAN TERCAPAI


25 persen dari suku yang ada di dalam perusahaan,
didominasi oleh kultur yang berada pada tahap kedua, yang
mana merupakan lompatan dari tahap pertama.

Orang yang bekerja dalam tahap kedua memiliki motto:


Terkadang penyebab “hidup saya menyebalkan”. Mereka memiliki sikap antagonis
seseorang berada pada secara pasif; mereka menuduh dan menuntut tanpa ada
tahap kedua bukanlah sedikit hasrat untuk melakukan tindakan mengubah apapun.
seseorang, namun
sistem.
Tawa mereka penuh dengan sarkasme dan maksud
tersembunyi. Mereka menganggap bahwa mereka telah
melihat segala hal sebelumnya, dan mereka melihat semuanya
gagal.

Orang yang berada dalam tahap ini biasanya berusaha untuk


melindungi anggota suku mereka dari campur tangan
manajemen. Kebanyakan dari mereka memiliki sifat apatis.

Copyright © Agus Setiawan • Created using Bacakilat • All Right Reserved • Onlinecourse.id 4
Fokus dari para pemimpin suku adalah memindahkan mereka
yang berada di tahap kedua kepada tahap ketiga tanpa
mempertimbangkan apapun terlebih dahulu.

Selama orang berada di dalam tahap kedua, maka mereka


akan menganggap bahwa mereka tidak memiliki takdir dan
nasib hidup mereka sendiri.

Sebagai hasilnya, mereka akan menghindari tanggung jawab.


Bahasa di dalam tahap ini mengalihkan dan menghambat
nilai.

Mereka memiliki ikatan yang tidak efektif terhadap nilai, yang


mana mengakibatkan sikap sinis, sarkasme, dan penundaan
atau lari dari tanggung jawab.

Orang-orang yang berada pada awal tahap kedua ini akan


memilih dari tiga jalur: menemukan suku yang didominasi
oleh tahap kedua dan kerasan di dalamnya; berani maju dan
mengembangkan diri hingga pergi ke tahap berikut; atau
kembali ke tahap pertama.

Orang yang berada pada tahap kedua ini akan disatukan


Seberapapun tinggi
pendidikan, kesuksesan, dengan keyakinan bahwa seseorang atau sesuatu sedang
bakat, ambisi, menahan mereka dan menghalangi pergerakan mereka.
atau semangat Anda,
tahap kedua ini seperti Ini bisa jadi atasan mereka, sistem, kurangnya pendidikan
sebuah jebakan yang mereka, atau keyakinan bahwa orang tua mereka tidak
menanti untuk mengasuh mereka agar mereka kompetitif. Mereka menerima
mengubur Anda.
hambatan ini dengan apa adanya dan menyerah.

Salah satu cara terbaik untuk mengalahkan pemikiran ‘saya


tidak berharga’ adalah dengan menunjukkan bahwa ‘Saya
menghargai Anda. Apa yang bisa saya lakukan untuk
membuat Anda kerasan?’

Para manajer yang berusaha untuk bekerja dengan para


penghuni tahap dua biasanya akan kewalahan, seolah energi
mereka terhisap oleh vampir.

Tuntutan mereka yang berada di tahap kedua begitu banyak


dan tampak tidak ada habisnya, dan keluhan mereka sangat
melelahkan.

Dengan sebuah promosi, manuver politis, atau pujian dan


penghargaan, mereka akan bisa menggapai kesuksesan.

Ada dua hal yang cukup efektif dalam meningkatkan mereka


yang di tahap kedua menjadi tahap ketiga, yaitu: berbicara
dengan bahasa kelompok tahap berikutnya atau tahap ketiga
(hal ini berfungsi untuk tiap tahap); temukan dan
kembangkan para penghuni tahap kedua yang memang
tampak ingin berubah—dan bekerjasama dengan mereka
secara personal.

Copyright © Agus Setiawan • Created using Bacakilat • All Right Reserved • Onlinecourse.id 5
TAHAP III: TEMPAT PARA JAGOAN
Tema dari tahap ketiga, yang mana didominasi oleh 49
persen dari suku dalam perusahaan, adalah “saya hebat”.
Atau mungkin lebih lengkap lagi: “Saya hebat, dan Anda
tidak”.

Biasanya tahap ini diisi oleh para dokter pada masa-masa


terbaik mereka, kemudian para profesor, pengacara, dan para
penjual.

Pada kultur tahap ketiga ini, pengetahuan merupakan sebuah


kekuatan, maka mereka menimbunnya. Orang-orang yang
berada pada tahapan ini merasa harus menang dalam segala
hal, dan kemenangan adalah hal personal bagi mereka.

Mereka melampaui kinerja dan kecerdasan para pesaing


mereka hingga dalam perkara individual.

Mereka terdiri dari para ‘pejuang mandiri’, yang mana selalu


ingin membantu dan mendukung sekaligus selalu merasa
kecewa dengan orang lain yang tidak memiliki ambisi atau
kemampuan seperti mereka.

Karena mereka melakukan pekerjaan yang berat, maka


keluhan mereka adalah: mereka tidak memiliki banyak waktu
atau dukungan yang kompeten.

Suasana yang menyatukan orang-orang di dalam tahap


ketiga adalah rasa adiktif yang mereka dapatkan dari
kemenangan, mengalahkan orang lain, menjadi yang paling
cerdas dan paling sukses.

Sebelum kita menilai atau menuduh mereka yang berada


pada tahapan ini, ada baiknya kita mengingat terlebih dahulu:
bahwa masyarakat dan lingkunganlah yang membuat mereka
seperti itu.

Mereka yang masuk ke dalam tahap ketiga adalah orang yang


telah menemukan kenikmatan, memperoleh kepercayaan diri,
dan mengenali bakat mereka.

Dari mulut mereka akan sering terdengar: “saya harus


membuktikan diri,” “saya mulai bisa mengatasinya sendiri,”
dan “saya harus menjadi pemenang.”
Mereka hanya memiliki
sedikit rasa hormat dan Mereka akan menceritakan mengenai ambisi pribadi mereka
rasa penghargaan yang menjadi motivasi kesuksesan karir, yang dilengkapi
terhadap orang lain,
dan menganggap diri dengan penunjukkan bahwa mereka yang melakukan semua
mereka jauh lebih baik. itu.

Mereka yang berada dalam tahap ketiga mengekspresikan


kerentanan terhadap posisi, bakat, dan teman mereka, yang
mana merupakan sisa-sisa dari perasaan tahap kedua.

Copyright © Agus Setiawan • Created using Bacakilat • All Right Reserved • Onlinecourse.id 6
Mereka yang berada dalam tahap ketiga akan menunjukkan
penghargaan terhadap orang lain yang memiliki bakat dan
kemampuan yang sama, namun pada akhirnya akan ada
pesan yang menunjukkan bahwa “saya hebat dan Anda tidak,
dan saya punya statistik untuk membuktikannya.”

Sebagian besar orang bertahan pada tahap ini seumur


hidupnya. Mereka meningkat—saat sudah berusia paruh
baya—hanya karena tuntutan dunia kerja pada generasi
terkini.

Dan, karena dunia industri dan organisasi semakin kompleks,


maka banyak orang yang kemudian harus bisa melaju ke
tahap berikutnya.

Untuk dapat meningkatkan kualitas tahap ketiga kepada


tahap keempat, maka kita perlu:

• Menghancurkan ilusi ‘saya hebat’


• Memberitahukan pada mereka yang berada pada tahap
ketiga: jika terus berada di tahap ketiga kultur suku
perusahaan ini, maka karir mereka akan terancam
• Tunjukkan pada mereka bahwa kekuatan sesungguhnya
bukan hadir dari pengetahuan pribadi, namun dari
jaringan dan hubungan dengan orang lain
• Menemukan pembimbing yang telah mengalami tahap
keempat
• Membuat mereka sadar bahwa mereka menggunakan
sistem manajemen, bukannya kepemimpinan.
• Berikan mereka pekerjaan yang membutuhkan orang
lain (rekanan)
• Tunjukkan bahwa kesuksesan mereka memang hasil
dari jerih payah mereka, namun tugas berikutnya akan
membutuhkan gaya kerja yang berbeda, tidak cukup
hanya dengan yang mereka miliki saat ini.

TAHAP IV: MENCETAK KEPEMIMPINAN


PERSUKUAN
Jurang pemisah antara “saya hebat” (tahap ketiga) dengan
“kita hebat” (tahap keempat) sangatlah besar. Tahap
keempat ini mewakili 22 persen kultur suku di dalam
perusahaan.

Para pemimpin yang memimpin orang-orang di tahap


keempat, akan merasa menyatu dan tertarik ke dalam
suasana kelompok suku ini.

Aturan di dalam tahap Sehingga para pemimpin ini akan terlihat seperti tidak
keempat adalah: melakukan banyak upaya dalam pekerjaannya. Karakter yang
semakin besar musuh sangat mengagumkan dari suku pada tahapan ini adalah
yang dihadapi, maka
akan semakin kuat suku seluruh orang—baik itu para pekerja, relawan, ahli kesehatan,
kita. petinggi—melakukan kontak mata dengan tiap orang lainnya.

Copyright © Agus Setiawan • Created using Bacakilat • All Right Reserved • Onlinecourse.id 7
Sebuah perusahaan akan berkembang dengan baik jika para
pemimpinnya memimpin dengan membangun tahap keempat
sebagai kultur suku utama dalam organisasi mereka.

Tahapan ini mengenali dan menghargai para pemimpinnya,


dan dengan begitu kinerja mereka lebih produktif dan lebih
personal.

Namun, perlu diingat, yang bisa mencapai tahapan ini


hanyalah mereka yang telah berada di tahap ketiga, karena
seluruh kultur ini harus dialami bertahap, tidak bisa dilompati.

Ketika kelompok berada di dalam tahap ini, maka mereka


melihat diri mereka sebagai sebuah suku yang memiliki tujuan
yang sama.

Antara anggota suku dalam tahap ini berkomitmen untuk


saling berbagi nilai dan menjaga satu sama lain agar tetap
bertanggung jawab. Mereka tidak akan mentoleransi gaya
perusahaan atau agenda personal dari para anggota kultur
tahap ketiga.

Mereka yang baru hinggap pada tahap keempat biasanya


akan mencari orang di dalam organisasi yang besar (biasanya
korporasi, non-profit, atau pemerintahan) yang bersedia
bermain dengan rangkaian aturan yang berbeda.

Para pemimpin suku akan senang untuk mengumpulkan dan


mengembangkan mereka, dan kemudian membentuk sebuah
suku yang berdasarkan nilai dan aspirasi mereka.

Mereka yang telah cukup lama menghuni tahap empat akan


mengembangkan antena persukuan—kemampuan intuitif
untuk menemukan orang yang dapat berkontribusi pada
sebuah kesuksesan dengan skala yang lebih besar yang
dilakukan bersama, daripada jika dilakukan sendiri, dan yang
menghargai kembali bantuan yang diberikan padanya.

Mereka yang telah mengembangkan kemampuan ini akan


dinilai orang lain hanya bertindak dan bekerja secara
serampangan—karena mereka akan terus mencari lebih
banyak orang di mana pun mereka berada, sedangkan orang
lain akan menganjurkan pada mereka untuk lebih fokus dalam
bertindak.

TAHAP V: KOMUNITAS PENJUNJUNG KERJA VITAL


Tahap ini mewakili hanya 2 persen dari kultur suku dalam
perusahaan, yang memiliki moto hidup: “hidup ini indah”.

Bahasa dan komunikasi mereka berada dalam lingkup potensi


yang tak terbatas dan bagaimana kelompoknya bisa
mencetak sejarah—bukan dengan mengalahkan para pesaing,
namun karena dengan melakukannya akan memberikan
dampak secara global.
Copyright © Agus Setiawan • Created using Bacakilat • All Right Reserved • Onlinecourse.id 8
Suasana kelompok ini adalah ‘kepolosan yang ajaib’, yang
mana mereka saling berkompetisi terhadap peluang dan
kemungkinan-kemungkinan—bukan terhadap tahapan lainnya.

Tim yang berada di dalam tahap kelima dapat menghasilkan


inovasi yang ajaib dan luar biasa. Tahapan ini murni terisi oleh
kepemimpinan, visi, dan inspirasi.

Mereka yang berada pada tahap kelima akan mengabaikan


para pesaing. Hal ini bukan semata-mata karena tidak ada
pesaing, melainkan karena mereka tidak menganggap
pesaing sebagai suatu hal yang penting.

Nilai, yang mana merupakan hal yang sangat penting dalam


tahap keempat, menjadi hal yang vital—sebuah ungkapan
yang memiliki makna ‘pemberi kehidupan’. Tanpa nilai, kultur
suku ini akan rusak dan bahkan bisa terjerembab ke tahap-
tahap sebelumnya. Niat mulia adalah satu-satunya kiblat
kelompok tahap ini.

Dave Logan, salah seorang pendiri dan rekan senior dari firma konsultasi manajemen
CultureSync, yang mana spesialisasinya pada strategi, rancangan kulturm dan
performa tinggi

John King, salah seorang pendiri dan rekan senior dari Culture Sync, beliau telah
melatih dan membimbing lebih dari 25.000 orang sejak lebih dari 20 tahun lalu.

Halee Fischer-Wright, seorang mantan rekan dari CultureSync dan seorang anggota
fakultas pada University of Colorado School of Medicine.

Copyright © Agus Setiawan • Created using Bacakilat • All Right Reserved • Onlinecourse.id 9

Anda mungkin juga menyukai