Anda di halaman 1dari 17

Ujian Tengah Semester (UTS)

Konsep dan Implementasi Kurikulum Berbasis Masalah


Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti
Perkuliahan Kajian Kurikulum dan Permasalahan Pendidikan Matematika

Oleh,
Maysarah Aini
(2020070011)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang indah, selain ucapan Syukur saya kepada Allah SWT,
yang sampai detik ini masih memberikan kesehatan dan kesempatan kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan dalam Makalah ini
dengan judul “Konsep dan Implementasi Kurikulum Berbasis Masalah”. Adapun
tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Kajian Kurikulum dan Permasalahan
Pendidikan Matematika pada semester Ganjil di tahun pembelajaran 2020/2021
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Dengan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya,maka melalui kesempatan
ini saya menyampaikan rasa hormat saya kepada:
1. Bapak Indra Prasetya, S. Pd., M. Si selaku dosen pembimbing mata kuliah
Kajian Kurikulum dan Permasalahan Pendidikan Matematika, Program Studi
Magister Pendidikan Matematika yang telah memberikan dorongan, dukungan
serta masukan dalam penyelesaian makalah ini.
2. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dorongan semangat,moril
dan juga materi,serta selalu memberikan doa untuk penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan,seperti pepatah “ Tiada Gading Yang Tak Retak”, oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak pembaca.

Akhirnya besar harapan saya, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca atau pun pihak lain yang membutuhkannya.

Medan, 21 Desember 2020

Penulis / Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum........................................................................... 3
B. Kurikulum Berbasis Masalah ............................................................... 4
C. Problem Based Learning....................................................................... 5
D. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ................. 8
E. Implentasi Pembelajaran Berbasis Masalah.......................................... 9
BAB III PENUTUP
Simpulan .................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda saat ini . Mutu
bangsa dikemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak
sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima disekolah. Apa yang
akan dicapai oleh siswa, tergantung penetapan kurikulum yang berlaku di lembaga
sekolah tersebut. Kurikulum ini menjadi momok penting untuk kemajuan
pendidikan bangsa, setiap pendidik haruslah mampu menguasai kurikulum agar
dapat memegang, juga mengembangkan nasib bangsa dan negara. Maka dapat
dipahami bahwa kurikulum ini merupakan suatu alat yang begitu vital bagi
perkembanngan bangsa yang dipegang oleh pemerintah suatu negara. Dapat pula
dipahami betapa pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu.
Oleh sebab itu setiap pendidik merupakan kunci utama dalam pelaksanaan
kurikulum. Maka, ia harus benar-benar memahami bagaimana seluk-beluk dari
kurikulum tersebut di karenakan pendidik merupakan seseorang yang
menjalankan dan mengembangkan kurikulum tersebut disaat proses belajar
mengajar terjadi di dalam kelas.
Dalam kurikulum 2013 mengacu pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Ketiga komponen tersebut dinyatakan dalam kompetensi inti yang
harus dimiliki setiap peserta didik. Kurikulum 2013 mengatur kegiatan
pembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah (scientific) yaitu
mengamati, menanya, melatih, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.
Perubahan yang mendasar tersebut berdampak pada sistem penilaian yang lebih
mengarah ke model pembelajaran yang di terapkan di sekolah.
Model pembelajaran merupakan aspek penting didalam sebuah
pendidikan. Dimana model pembelajaran adalah komponen yang utama dalam
sebuah kurikulum. Melalui model pembelajaran tersebut dapat diketahui apakah
sebuah pelajaran yang disampaikan dari seorang guru terhadap peserta didik dapat
dimengerti dan dipahami dalam sebuah pelajaran yang diajarkan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum?
2. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum berbasis masalah?
3. Bagaimana konsep pembelajaran berbasis masalah?
4. Bagaimana implementasi/langkah – langkah pembelajaran berbasis
masalah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum berbasis
masalah.
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep pembelajaran berbasis masalah.
4. Untuk mengetahui bagaimana implementasi/langkah – langkah
pembelajaran berbasis masalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan
sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh
dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang di populerkan
oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu
telah dikenal orang diluar pendidikan. Sebelumnya, yang lazim di gunakan adalah
“rencana pelajaran”. pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana
pelajaran.1
Hilda Taba mengemukakan , bahwa pad hakikatnya tiap kurikulum
merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai
anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Tiap kurikulum, bagaimanapun
polanya, selalu mempunyai komponen-komponen tertentu, yakni pernyataan
tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk
dan kegiatan belajar dan mengajar, dan akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan
kurikulum terletak pada penekanan pada unsur-unsur tertentu. 2
Menurut Sariono (2013) kurikulum merupakan landasan yang digunakan
pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan
melaluiakumulasi sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental. Fungsi
kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan sesuai yang dicita-citakan, pedoman
dan program yang harus dilakukan oleh obyek dan subyek pendidikan, fungsi
kesinambungan untuk persiapan jenjang sekolah berikutnya dan penyiapan tenaga
kerja, standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan.
Kurikulum 2013 berpusat pada peserta didik “student centered”. Dalam
pemecahan sebuah masalah peserta didik dituntut lebih aktif, kreatif dan
inovatif.Kompetensi lulusan kurikulum 2013 peserta didik diharapkan memunyai
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan ketrampilan (skill). Dalam
pembelajarannya kurikulum 2013 menitik beratkan pada aktif-mencari dan
interaktif yang mana peserta didik dapat mencari pengetahuan dari mana saja dan

1
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 2.
2
Ibid, h. 7.

3
dari siapa saja serta proses belajar mengajar diperkuat dengan pembelajaran
saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses yang dilalui dalam pembelajaran
yang dikenal dengan 5M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi/
eksperimen, Mengasosiasi atau mengolah informasi, Mengkomunikasikan) sesuai
dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013. Ciri pembeda di Kurikulum 2013
berada diempat standart pendidikan yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Standar Proses, Standar Isi dan Standar Penilaian.3
Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran utama
(Permendikbud No. 103 Tahun 2014) yang diharapkan dapat membentuk perilaku
saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model
tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning), modelPembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning), dan
model Pembelajaran Melalui Penyingkapan / Penemuan (Discovery/Inquiry
Learning). Disamping model pembelajaran di atas dapat juga dikembangkan
model pembelajaran Production Based Education (PBE) sesuai dengan
karakteristik pendidikan menengah kejuruan.4

B. Kurikulum Berbasis Masalah


Belajar Berbasis Masalah atau dalam terminologi bahasa Inggris disebut
Problem Based Learning (PBL) merupakan metode belajar yang paling inovatif
dalam sejarah pendidikan. PBL pada awalnya dirancang untuk menanggapi kritik
terhadap pengajaran tradisional dan metode pembelajaran yang dinilai gagal untuk
mempersiapkan mahasiswa kedokteran dalam memecahkan masalah klinis.
Mahasiswa mempelajari pengetahuan dan mempraktikkan pengetahuan tersebut
tidak dalam konteks masalah dan lebih menekankan pada menghafal.
Pada perkembangan berikutnya, PBL diterapkan dalam lingkup
pendidikan yang lebih luas. (Barrett, 2005) menjelaskan bahwa PBL tidak sekedar
hanya metode belajar, namun termasuk pendekatan yang digunakan dalam
mendesain suatu kurikulum. PBL bukan hanya teknik belajar-mengajar, tetapi
sebagai total strategi pendidikan. Empat komponen PBL sebagai strategi
3
Wawan Suryanto, Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Nusa Bakti
Semarang, Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES. 2017. h. 26.
4
Ibid, h. 17.

4
pendidikan, yaitu: 1) PBL dalam pendesainan kurikulum; 2) PBL dalam tutorial;
3) penilai-an kompatibilitas PBL; dan 4) prinsip-prinsip filoso-fis yang mendasari
PBL.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa PBL mencakup kurikulum dan proses
pembelajaran. Kurikulum terdiri dari masalah yang diidentifikasi atau dipilih
secara cermat sehingga masalah tersebut benar-benar merupakan masalah yang
dihadapi guru dalam memahami suatu pengetahuan yang bersifat kritis (critical
knowledge) dan kemampuan dalam memecahkan masalah, strategi pembelajaran
bersifat self-directed dan keterampilan berpartisipasi dalam tim.
PBL memiliki beberapa karakteristk, diantaranya bahwa pembelajaran
diprakarsai dengan menghadirkan masalah daripada mengajarkan konten. Bertitik
tolak dari konsep tersebut, (Barrows, 1996) menyatakan bahwa kurikulum
berbasis masalah berisi kumpulan masalah untuk suatu bidang tertentu atau
kurikulum dengan setiap masalah yang dirancang untuk mendorong peserta didik
belajar dalam bidang yang relevan. Masalah yang dirancang dalam kurikulum
berbasis masalah merupakan starting point (titik awal) bagi pembelajaran dalam
lingkup PBL. Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan sosial, berupa pertanyaan spesifik yang dapat meningkatkan keingintahuan
dan membutuhkan penelitian.
Mengacu kepada karakteristik tersebut, maka isi kurikulum berbasis
masalah lebih tepat untuk materi-materi yang mengandung sejumlah masalah
yang menarik untuk dikaji. Penyelesaian suatu masalah memerlukan pendalaman
dan integrasi teori-teori dari berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran untuk
menghasilkan alternatif solusi. Atas dasar itu, kurikulum berbasis masalah, dalam
implementasinya, membutuhkan adanya keterampilan berpikir tingkat tinggi.5

C. Problem Based Learning


Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang

5
Endang Prabandari, “Model Desain Kurikulum Pendidikan Dan Pelatihan Berbasis
Masalah Bagi Guru Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Terhadap Kurikulum Pendidikan dan
Pelatihan Bidang Agroindustri di PPPPTK Pertanian Cianjur)” dalam Manajerial, Vol. 15, No.1,
Juni (20160, h. 34-35.

5
lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri.
Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran
inovatif yang dapt memeberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem
Based Learning adalah penggabungan kurikulum dalam proses pembelajaran.
Dalam kurikulum dirancang masalah masalah yang meneurut siswa mendapatkan
pengetahuan yang penting, membuat meraka mahair dalam pemecahan masalah,
memiliki cara belajar sendiri dan cara mengomunikasikan dalam tim. Proses
pembelajaran menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan
masalah atau tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari hari.
Model ini berisikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu
yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berfikir
kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep- konsep
penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa
mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah
penggunaannya di dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi
berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar. Problem Based Learning
atau Pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah,
memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan
menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
pada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu
siswa mengembangkanketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah.6
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya;
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta
didik.

6
Wawan Suryanto, h. 20-21.

6
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta
didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai
peserta didik.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara
terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus
dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran
adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah
peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari
berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.

7
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.
D. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendidikan pada abad 21 berhubungan dengan permasalahan baru yang
ada di dunia nyata. Pembelajaran berbasis masalah berkaitan dengan penggunaan
inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang,
atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan
kontekstual. Hasil pendidikan yang diharapkan meliputi pola kompetensi dan
inteligensi yang dibutuhkan untuk berkiprah pada abad 21 atau abad kualitas.
Pendidikan bukan hanya menyiapkan masa depan, tetapi juga bagaimana
menciptakan masa depan. Pendidikan harus membantu perkembangan terciptanya
individu yang kritis dengan tingkat kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat
keterampilan berfikir yang lebih tinggi pula. Guru juga harus dapat memberi
keterampilan yang dapat digunakan di tempat kerja. Guru akan gagal apabila
mereka menggunakan proses pembelajaran yang tidak mempengaruhi
pembelajaran sepanjang hayat (life long education).
Boud dan Feletti (1997) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson
(1994) mengemukakan bahwa kurikulum pembelajaran berbasis masalah
membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang
hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum
pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah,
komunikasi, kerja kelompok dan keterampilaninterpersonal dengan lebih baik
dibanding pendekatan yang lain.7
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:8
1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata


yang tidak tertstruktur;

7
Rusman, “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah” dalam Edutech, Vo. 1, No. 2,
Juni (2014), h. 211-212.
8
Ibid, h. 214.

8
3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);

4. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan


kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar;

5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan


evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam
pembelajaran berbasis masalah;

7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

8. Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama


pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan;

9. Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah meliputi sintesis


dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan

10. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

E. Implentasi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


Pierce dan Jones (Howey, 2001:69) mengemukakan bahwa kejadian-
kejadian yang harus muncul dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah,
adalah: (1) keterlibatan (engagement): mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama, (2) inkuiri dan investigasi:
mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi, (3) performansi: menyajikan
temuan, (4) tanya jawab (debriefing): menguji keakuratan dari solusi, dan (5)
refleksi terhadap pemecahan masalah.
Berbeda dengan Tan, Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan
pembelajaran berbasis masalah secara lebih rinci, yaitu: (1) membantu siswa
mengembangkan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah; (2) belajar
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata;
(3) menjadi para siswa yang otonom. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan
siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka

9
menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
pemahamannya tentang fenomena itu. 9
Secara rinci tahapan-tahapan pembelajaran model PBL dapat dilihat pada
Tabel berikut ini:10
Tahapan Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Orientasi siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
kepada masalah menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi
siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya
Tahap 2. Mengorganisasi Guru membantu siswa mendefinisikan dan
siswa untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3. Membimbing Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
penyelidikan individual informasi yang sesuai, melaksankan eksperimen,
dan kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
Tahap 4. Mengembangkan Guru membantu siswa merencanakan dan
dan menyajikan hasil menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
karya video, dan model serta membantu mereka berbagi
tugas dengan temannya
Tahap 5. Menganalisis Guru membantu melakukan refleksi atau evaluasi
dan mengevaluasi proses terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
pemecahan masalah mereka gunakan.
Secara operasional pembelajaran masalah dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut: (1) Problem diberikan di dalam urutan belajar,
sebelum persiapan atau berlangsungnya kegiatan, (2) Situasi masalah diberikan
kepada siswa dalam cara yang sama seperti masalah itu terjadi di dunia nyata, (3)
Siswa bekerja menyelesaikan masalah yang dapat memberi peluang dirinya
berpikir dan menggunakan pengetahuannya, sesuai dengan level belajarnya, (4)
Lingkup belajar pemecahan masalah ditetapkan dan digunakan sebagai pemandu
belajar individual, (5) Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
belajar ini, diterapkan kembali pada masalah, untuk mengevaluasi keefektifan

9
Ibid, h. 223-224.
10
Herminarto Sofyan, Wagiran, kokom Komariah, Pembelajaran Problem Based Learning
Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Di Smk, Tesis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
t.t.. h. 8.

10
belajar dan memberi penghargaan belajar, dan (6) Belajar yang terjadi di dalam
kerja dengan masalah dan dalam belajar individual, diringkas dan diintegrasikan
ke dalam pengetahuan dan keterampilan siswa yang sudah dimiliki.
Dari uraian di atas terlihat bahwa pembelajaran berbasis masalah
melibatkan siswa secara aktif. Siswa tidak menerima materi pelajaran semata-
mata dari guru, melainkan berusaha menggali dan mengembangkan sendiri.
Dengan demikian diharapkan siswa lebih termotivasi dalam belajar dan
mengetahui kebermaknaan dari apa yang dipelajarinya. Hasil belajar yang
diperoleh tidak semata berupa peningkatan pengetahuan, tetapi juga meningkatkan
keterampilan berfikir.11

11
Ibid, h. 9.

11
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk
membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan melaluiakumulasi
sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental. Fungsi kurikulum
adalah alat untuk mencapai tujuan sesuai yang dicita-citakan, pedoman dan
program yang harus dilakukan oleh obyek dan subyek pendidikan, fungsi
kesinambungan untuk persiapan jenjang sekolah berikutnya dan penyiapan
tenaga kerja, standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses
pendidikan.
2. Belajar Berbasis Masalah atau dalam terminologi bahasa Inggris disebut
Problem Based Learning (PBL) merupakan metode belajar yang paling
inovatif dalam sejarah pendidikan. PBL pada awalnya dirancang untuk
menanggapi kritik terhadap pengajaran tradisional dan metode pembelajaran
yang dinilai gagal untuk mempersiapkan mahasiswa kedokteran dalam
memecahkan masalah klinis. PBL mencakup kurikulum dan proses
pembelajaran. Kurikulum terdiri dari masalah yang diidentifikasi atau dipilih
secara cermat sehingga masalah tersebut benar-benar merupakan masalah
yang dihadapi guru dalam memahami suatu pengetahuan yang bersifat kritis
(critical knowledge) dan kemampuan dalam memecahkan masalah, strategi
pembelajaran bersifat self-directed dan keterampilan berpartisipasi dalam tim.
3. Pendidikan bukan hanya menyiapkan masa depan, tetapi juga bagaimana
menciptakan masa depan. Pendidikan harus membantu perkembangan
terciptanya individu yang kritis dengan tingkat kreativitas yang sangat tinggi
dan tingkat keterampilan berfikir yang lebih tinggi pula. Guru juga harus
dapat memberi keterampilan yang dapat digunakan di tempat kerja. Guru
akan gagal apabila mereka menggunakan proses pembelajaran yang tidak
mempengaruhi pembelajaran sepanjang hayat (life long education).
Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum pembelajaran berbasis
masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar
sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar

12
aktif. Kurikulum pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan
memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan
interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.
4. Secara operasional pembelajaran masalah dapat dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut: (1) Problem diberikan di dalam urutan belajar,
sebelum persiapan atau berlangsungnya kegiatan, (2) Situasi masalah
diberikan kepada siswa dalam cara yang sama seperti masalah itu terjadi di
dunia nyata, (3) Siswa bekerja menyelesaikan masalah yang dapat memberi
peluang dirinya berpikir dan menggunakan pengetahuannya, sesuai dengan
level belajarnya, (4) Lingkup belajar pemecahan masalah ditetapkan dan
digunakan sebagai pemandu belajar individual, (5) Pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk belajar ini, diterapkan kembali pada
masalah, untuk mengevaluasi keefektifan belajar dan memberi penghargaan
belajar, dan (6) Belajar yang terjadi di dalam kerja dengan masalah dan dalam
belajar individual, diringkas dan diintegrasikan ke dalam pengetahuan dan
keterampilan siswa yang sudah dimiliki

13
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S., Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Prabandari Endang, “Model Desain Kurikulum Pendidikan Dan Pelatihan

Berbasis Masalah Bagi Guru Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Terhadap

Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Bidang Agroindustri di PPPPTK

Pertanian Cianjur)” dalam Manajerial, Vol. 15, No.1, Juni 2016.

Rusman, “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah” dalam Edutech, Vo. 1,

No. 2, Juni 2014.

Sofyan Herminarto, Wagiran, kokom Komariah, Pembelajaran Problem Based

Learning Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Di SMK, Tesis. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta. t.t..

Suryanto Wawan, Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan di

SMK Nusa Bakti Semarang, Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan

UNNES. 2017.

14

Anda mungkin juga menyukai