Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2620-6048

Pemeriksaan Laju Endap Darah Pada Pasien Tuberculosis Paru

Sri Hartini

Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara, Medan

sri.hartini.ank@gmail.com

Abstract

Examination has been carried out research erythrocyte sedimentation rate of the 30 patients with
pulmonary tuberculosis in June 2014 at the Laboratory Suroso Medan. This study aims to
determine whether an increase or decrease in the levels of erythrocyte sedimentation rate in
patients with pulmonary tuberculosis. This research was conducted with the Westergren method.
From the research results Value ESR examination consisting of 18 men in the find as many as 16
people had increased erythrocyte sedimentation rate value. And 12 women were found to be as
much as 11 people increased erythrocyte sedimentation rate value. This suggests that in patients
with pulmonary tuberculosis increased erythrocyte sedimentation rate value by 88,9% in men and
91,7% in women.
Keyword : erythrocyte sedimentation, pulmonary tuberclosis

Abstrak
Telah dilakukan penelitian pemeriksaan nilai laju endap darah terhadap 30 pasien tuberculosis
paru pada bulan Juni 2014 di Laboratorium suroso medan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terjadi peningkatan nilai laju endap darah pada pasien tuberculosis paru baik
pada laki-laki atau pada perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan metode Westergren.Dari hasil
penelitian pemeriksaan Nilai laju endap darah yang terdiri dari 18 orang laki-laki di dapati
sebanyak 16 orang mengalami peningkatan nilai laju endap darah.Dan dari 12 orang perempuan
didapati sebanyak 11 orang yang mengalami peningkatan Nilai laju endap darah. Hal ini
menunjukkan bahwa pada pasien tuberculosis paru terjadi peningkatan nilai laju endap darah
sebesar 88,9% pada laki-laki dan 91,7 % pada perempuan.
Kata Kunci : Nilai Laju Endap Darah, Tuberculosis paru

1. Pendahuluan
Kesehatan paru merupakan masalah penting di dunia, dewasa ini sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi tuberculosis. Menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia telah
terinfeksi tuberculosis dengan kematian tiga juta orang pertahun, diperkirakan 95%
penderita tuberkulosis berada di negara-negara berkembang dengan munculnya epidemic
HIV/ AIDS di dunia sehingga jumlah penderita tuberkulosis dapat meningkat.
(Suparman, 1990 ).
Penyakit pada sistem respirasi sangatlah banyak jenisnya, dan salah satu adalah
tuberculosis paru atau sering disebut TB paru.Penyakit ini merupakan penyakit
mematikan kedua setelah penyakit jantung.Tuberculosis paru (TBC) adalah suatu
penyakit infeksi kronik, akut atau sub akut yang disebabkan oleh mikobakterium
tuberculosis yang bersifat tahan asam, aerob dan merupakan basil Gram positif yang pada
umumnya menyerang stuktur alveor paru-paru.
Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberculosis,
karena pada sebagian besar negara di dunia penyakit tuberculosis tidak dapat
dikendalikan, ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan,

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 116
ISSN : 2620-6048
terutama penderita menular (BTA positif ). Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga ( SKRT ) menunjukkan bahwa penyakit tuberculosis merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pemafasan pada semua kelompok usia, juga merupakn penyakit nomor satu dari golongan
penyakit infeksi.'
Sejak tahun 2005 Program Pemberantasan Tuberkulosis Paru, telah dilaksanakan
dengan strategi DOTS ( Directly Observed Treatmen Scortcourse ) yang
direkomendasikan oleh WHO. Kemudian berkembang seiring dengan pembentukan
GERDUNAS (Gerakan Terpadu Nasional) TBC maka pemberantasan penyakit
tuberkulosis paru berubah menjadi program penanggulangan tuberkolosis.
Penanggulanagn dengan DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, WHO
menyatakan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling Cost-effective (
Depkes RI, 2005 ).
Dalam menemukan penderita paru positif, penemuan Basil Tahan Asam (BTA)
merupakan penentu yang sangat penting pada diagnosis tuberkulosis paru, untuk
mendapatkan hasil yang akurat diperlukan rangkaian kegiatan yang baik, mulai dari cara
pengumpulan sputum yang akan diperiksa, tehnik pewarnaan dan pengolahan sediaan
serta kemampuan membaca sediaan dibawah mikroskop.Untuk mendapatkan BTA positif
dibawah mikroskop diperlukan jumlah kuman yang tertentu, yaitu sekitar 5000-10.000
kuman/ml sputum (Vinay Kumar, M. D1995).
Pada kasus tuberkulosis paru yang aktif kadar laju endap darah cenderung meninggi
itu disebabkan karena IgG dan IgA meningkat. Oleh karena itu pemeriksaan laju endap
darah pada penderita tuberkulosis dapat dijadikan sebagai alat pemantau pada perjalanan
penyakit infeksi tuberculosis yang aktif. Berdasarkan latar belakang tersebut maka
penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul Pemeriksaan Laju Endap Darah
Penderita Tuberculosis Paru.
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya Erythrocyte Sedimentation
Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah untuk mengetahui
tingkat peradangan dalam tubuh seseorang. Proses pemeriksaan sedimentasi
(pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus
LED dalam posisi tegak lurus selama satu jam. Sel darah merah akan mengendap ke dasar
tabung sementara plasma darah akan mengambang di permukaan LED-nya.
(Danusantoso, 2012)
Laju Endap Darah dijumpai meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut,
infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid,
malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Bila dilakukan secara
berulang, Laju Endap Darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti
tuberculosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah yang cepat
menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah dibandingkan
sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah yang
menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. (Gandasoebrata,
2010)
Fungsi pemeriksaan Laju Endap Darah untuk membantu mendiagnosis perjalanan
penyakit dan membantu keberhasilan terapi kronik, misal tuberculosis.Uji Laju Endap
Darah pertama kali ditemukan pada tahun 1897 oleh seorang Dokter asal Polandia,
Edmund Faustyn Biernacki. Pada tahun 1918, Robert Sanno Fahraeus, seorang patologis
dan hematologis asal Swedia, mengembangkan penemuan Biernacki dan menggunakan
uji Laju Endap Darah untuk uji kehamilan. Selanjutnya pada tahun 1921, Westergreen
Alf Vilhelm memperkenalkan metode Westergreen untuk mengukur kecepatan
pengendapan sel darah merah dalam sebuah artikel mengenai darah dalam tuberculosis
pada paru - paru. (Gandasoebrata, 2010)

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 117
ISSN : 2620-6048
2. Landasan Teori
A. Tuberculosis
1) Pengertian Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
dari spesies Mycobacterium Tuberculosis, penyakit ini ditandai dengan kronisitas
disertai nekrosis jaringan yang umumnya menyerang paru-paru yang disebut
tuberculosis paru, bila menyerang organ selain paru ( hmfe, kulit, otak, tulang,
usus, ginjal) disebut Tuberculosis Ekstra Paru ( P2M Depkes RI).

2) Mycobacterium Tuberculosis
Kuman Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, dengan panjang 1-4mm dan
tebal 0, 4-0, 6mm mempunyai sifat khusus tahan terhadap asam pada pewarnaan.Kuman
ini terdiri dari lapisan lilin atau lipit (lemak) yang terdiri dan asam lemak mikolat, oleh
karena itu disebut juga Basil Tahan Asam (BTA).Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab.Pada jaringan tubuh kuman dapat tertidur selama beberapa tahun.(Utji, 1994).
Mycobacterium tuberculosis disebut juga basil dari Koch, ditemukan oleh Robert
Koch seorang dokter ahli Bakteriologi Jerman pada tahun 1882. Yang tergolong daiam
kuman Mycobacterium tuberculosis adalah:
a. Mycobacterium tuberculosis varian human
b. Mycobacterium tuberculosis varian bovine
c. Mycobacterium tuberculosis varian human Asian
d. Mycobacterium tuberculosis varian African I
e. Mycobacterium tuberculosis varian African II
(Collins, jatesdangrebse, 1982, utji, 1994)

3) Sumber penularan
Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis BTA positif, pada waktu batuk atau
bersin penderita menyebar kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet), atau
bisa juga dengan debu yang mengandung kuman Tuberculosis yang berterbangan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam.Orang dapat terinpeksi jika droplet tersebut
terhirup ke dalam saluran pernafasan.setelah kuman Tuberculosis masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman Tuberculosis tersebut dapat menyebar dari paru ke
bagian tubuh lain melalui aliran limfe (Soeparman 1990).

4) Riwayat Terjadinya Tuberculosis


a. Tuberculosis Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat pertama kali seseorang terpapar dengan kuman
tuberculosis. Droplet sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati systim pertahanan
musikuler bronkus dan terus berjalan hingga sampai ke alveolus terminalis dan menetap
di sana. Infeksi ini dimulai saat kuman Tuberculosis berkembang biak dengan cara
membelah diri di paru-paru yang mengakibatkan peradangan di paru. Penemuan
tuberculosis pada penderita muda atau anak-anak ditandai dengan focus kecil pada salah
satu paru yang hanya dapat dilihat dari gambaran radiology dan uji tuberkulin
(Soeparman 1990).

b. Tuberculosis Infeksi Paska Primer


Kuman yang tertidur pada tuberculosis primer akan muncul setelah endogen dan
eksogen. Umumny pada infeksi paska primer ini terjadi karena factor imunitas seluler
yang menurun akibat penyakit diabetes, AIDS, dan status gizi yg buruk, basi-basil
Tuberculosis yang dorman (tertidur) dapat aktif kembali. Proses ini di sebut infeksi

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 118
ISSN : 2620-6048
endogen, sedangkan infeksi eksogen terjadi apabila banyaknya basil- basil Tuberculosis
paru yang tersebar karena prevalensi Tuberculosis setempat meninggi. Bila sistem
imunitas masih berfungsi dengan baik walaupun sudah timbul Tuberculosis maka tubuh
secara minimal akan menyembuhkan diriny sendiri namun masih meuinggalkan bekas
berupa jaringan parut (proses fibrotik) dan bercak-bercak. Dengan demikian dapat di
simpulkan bahwa Tuberculosis pada anak-anak pada umumny adalah Tuberculosis
primer, sedang Tuberculosis pada orang dewasa adalah Tuberculosis skunder yang terjadi
karena infeksi endogen (H. Tabrani Rab).

5) Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis


a. Tuberculosis Paru
Tuberculosis paru adalah tuburcolosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pluera (selaput paru).Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak. Tuberculosis paru dapat
dibagi dalam: Tuberculosis Paru BTA Positif, yaitu:
a) Sekurang-kurangnya dua dari tiga specimen dahak SPS (Sewaktu pagi sewaktu)
hasilnya BTA positif.
b) Satu specimen dahak SPS (Sewaktu pagi sewaktu) hasiny BTA positif dan foto
rongent dada menunjukkan gambaran tuberculosis aktif.

b. Tuberculosis Ekstra Paru


Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misahiya pluera, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing dll. (Depkes RI:2005)

6) Gejala Klinis Tuberculosis


Gejala utama pada penderita tuberkulosis adalah batuk terus menerus dan berdahak
selama tiga minggu atau lebih. Gejala tambahan yang sering di jumpai adalah dahak
bercampur darah atau batuk darah, rasa nyeri dada, badan lemah nafsu makan menurun,
rasa enak kurang badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari satu bulan. Bila ada pasien datang ke UPK dengan gejala tersebut di
atas, harus di anggap seorang "suspek tuberculosis" atau tersangka penderita TBC dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Abdul Gofir, dkk).

3. Metodologi Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dan eksperimen dengan melakukan
pemeriksaan Laju Endap Darah pada pasien Tuberculosis paru sebanyak 30 orang pasien
yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan pasien Tuberculosisparu.

B. Prosedur Kerja Pemeriksaan Laju Endap Darah


1) Metode : Westergreen
2) Prinsip: Darah dicampur dengan anti coagulan dengan perbandingan tertentu dan dari
campuran tersebut dimasukkan kedalam pipet / tabung yg telah diketahui ukurannya
(dalam ml), kemudian dibiarkan dalam posisi tegak lurus selama 1 jam, catat berapa
tinggi plasma sebagai Laju Endap Darah.
3) Alat - alat : - Pipet Westergren
: - Rak Westergren
: - Spuit 3cc
4) Reagensia : - Larutan Na. Citrat 3,8%
5) Bahan : - Darah EDTA

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 119
ISSN : 2620-6048
6) Cara Kerja :
a. Lakukan fungsi pena dengan spuit steril sebanyak 2cc, masukkn ke dalam tabung
yang berisi larutan anti koagulan EDTA, homogenkan.
b. Dengan spuit steril isap darah sebanyak 1, 6 ml lanjutkan dengan menghisap
sebanyak 0, 4 larutan Na. Citrat 3, 8% sehingga mendapat 2, 0 ml campuran.
Campur hingga homogen.
c. Masukkan darah dalam pipet Westergren sampai garis 0 mm, tegakkan di rak
Westegreen dengan posisi tegak lurus, biarkan selama satu jam.
d. Baca tinggi lapisan plasma dengan millimeter dan angka tersebut sebagai nilai
laju endap darah.
7) Nilai Normal.
Laki-laki 0 – 15 mm/jam
Perempuan 0 – 20 mm/jam

4. Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
Berdasarkan pemeriksaaan LED pada pasien Tuberculosis paru yang dilakukan di
Laboratorium Dr Rusdi Medan didapati hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Pemeriksaan Laju Endap Darah pasien Tuberculosis Paru
No Nama Jenis Kelamin Nilai LED (%) Keterangan
1 A1 LK 35 Meningkat
2 A2 LK 70 Meningkat
3 A3 LK 35 Meningkat
4 A4 LK 14 Normal
5 A5 PR 107 Meningkat
6 A6 PR 118 Meningkat
7 A7 PR 4 Normal
8 A8 PR 98 Meningkat
9 A9 LK 42 Meningkat
10 A10 LK 60 Meningkat
11 A11 LK 80 Meningkat
12 A12 LK 104 Meningkat
13 A13 LK 60 Meningkat
14 A14 PR 32 Meningkat
15 A15 PR 115 Meningkat
16 A16 PR 70 Meningkat
17 A17 PR 69 Meningkat
18 A18 LK 48 Meningkat
19 A19 LK 102 Meningkat
20 A20 LK 15 Normal
21 A21 LK 20 Meningkat
22 A22 LK 72 Meningkat
23 A23 LK 62 Meningkat
24 A24 LK 29 Meningkat
25 A25 LK 118 Meningkat

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 120
ISSN : 2620-6048
25 A26 LK 120 Meningkat
27 A27 PR 60 Meningkat
28 A28 PR 95 Meningkat
29 A29 PR 48 Meningkat
30 A30 PR 98 Meningkat

Tabel 2. Hasil Laju Endap Darah Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan.


No Nama Laju Endap Darah Keterangan
1 A5 107 Meningkat
2 A6 118 Meningkat
3 A7 4 Normal
4 A8 98 Meningkat
5 A14 32 Meningkat
6 A15 115 Meningkat
7 A16 70 Meningkat
8 A17 69 Meningkat
9 A27 60 Meningkat
10 A28 95 Meningkat
11 A29 48 Meningkat
12 A30 98 Meningkat

LED meningkat = x 100 =91,7 %


LED Normal = x 100 =8,3 %

Tabel 3. Hasil Laju Endap Darah berdasarkan jenis kelamin Pria.


No Nama Laju Endap Darah Keterangan

1 A1 35 Meningkat
2 A2 70 Meningkat
3 A3 35 Meningkat
4 A4 14 Normal
5 A9 42 Meningkat
6 A10 60 Meningkat
7 A11 80 Meningkat
8 A12 104 Meningkat
9 A13 60 Meningkat
10 A18 48 Meningkat
11 Al9 102 Meningkat
12 A20 51 Meningkat

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 121
ISSN : 2620-6048
13 A21 20 Meningkat
14 A22 15 Normal
15 A23 62 Meningkat
16 A24 29 Meningkat
17 A25 118 Meningkat
18 A26 120 Meningkat

LED meningkat = x 100 = 88,9%


LED Normal = x 100 =11,1 %
Dari hasil pemeriksaan LED pada penderita Tuberculosis sebanyak 30 orang yang
terdiri atas 18 orang pria dan 12 orang wanita diketahui bahwa pada laki-laki sebanyak 16
orangyang kadar LED meningkat (88,9 %) dan LED normal hanya 2 orang = 11,1 %.
Sedangkan pada perempuan yang mengalami peningkatan nilai LED sebanyak 11 orang
(91,7%) dan yang normal sebanyak 1 orang ( 8,3 %)

B. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 30 orang pasien Tuberculosis
paruterhadap pemeriksaan LED baik pada laki-laki maupun perempuan menunjukan
bahwa terjadi peningkatan kadar LED.
Meningkatnya nilai Laju Endap Darah pada pasien Tuberculosis parudisebabkan
adanya infeksi baik akut maupun kronis. Dengan kata lain bahwa pertumbuhan kuman
mikobakterium tuberkulosa sedang menyebar atau meluas mencapai puncaknya.

5. Kesimpulan & Saran


Dari hasil pemeriksaan LED pada penderita Tuberculosis sebanyak 30 orang yang
terdiri atas 18 orang pria dan 12 orang wanita diketahui bahwa pada laki-laki sebanyak 16
orang yang kadar LED meningkat (88,9 %) dan LED normal hanya 2 orang = 11,1 %.
Sedangkan pada perempuan yang mengalami peningkatan nilai LED sebanyak 11 orang
(91,7%) dan yang normal sebanyak 1 orang ( 8,3 %).
Setelah dilakukan pemeriksaan Laju Endap Darah pada pasien Tuberkulosis baik
pada laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan nilai Laju Endap Darah sebanyak
27 orang dari 30 sampel pasien Tuberkulosis (90%) , hal ini menunjukan bahwa terjadi
infeksi yang disebabkan bakteri mikobakterium tuberkulosasehingga menyebabkan
peningkatan LED.

Referensi
[1] Abdul Gofir, Sp. S, dkk, 2001, Ilmu Penyakit Dalam, Salemba Medika,
Jakarta.

[2] Agus Syahrurachman, dkk. Mikrobiologi Kedokteran, Binarupa Aksara.


Jakarta : FKUI.

[3] Depkes RI, 1989, Pemeriksaan Mikroskopis Tuberkulosis, Jakarta.

[4] Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 122
ISSN : 2620-6048

[5] Ernest Jawestz, MD, PhD, 1995, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Dua Puluh,
Buku Kedokteran, Jakarta: EGC

[6] R. Gandasoebrata, 2004, Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta: Dian


Rakyat.

[7] Tabrani Rab, 2010, Ilmu Penyakit Paru, Jakarta:Trans Info Media

[8] Soeparman, 1990.Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

[9] Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI, 1989, Bakteriologi Klinik,
Jakarta.

[10] Vinay Kumar, M. D. (1995), Buku Ajar Patologi II, Edisi Empat, Jakarta.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 123

Anda mungkin juga menyukai